Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN ANTI BUDAYA KORUPSI

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 8

Oleh :
KELOMPOK 1 D4 Keperawatan Gigi Semester 2
Tanaya Fawzia K.
Salsabella Wanda Chaerunnisa
Dila Rizki Maulida
Rika Putricia Pramesti
Rika Putricia Pramesti
Ridho Sugiarto
Khonsa Nabila Rahma
Karina Viki Salsabila
Eahayu Yulia Kristiani

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG


PRODI DIV TERAPIS GIGI DAN MULUT
2019-2020

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa semua limpahan rahmat dan
karuniannya, sehingga makalah ini tersusun hingga selesai dengan maksimal.terlepas
dari itu semua,saya menyadari bahwa masih jauh ada kata sempurna baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasa.

Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman saya, saya percaya masih ada
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya terbuka untuk menerima segala
masukan dan kritik,saya berharap semoga makalah ini mampu menambah wawasan
pengalaman serta ilmu bagi para pembaca.

Semarang, 13 April 2020

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................................
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN..................................................................................................................5-9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN.....................................................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

Hukum menetapkan apa yang harus dilakukan atau apa yang boleh
dilakukan serta yang dilarang olehnya. Target dari hukum itu sendiri tidak
hanya berkutat pada orang-orang yang jelas melakukan perbuatan melawan
hukum, akan tetapi juga terhadap perbuatan hukum yang mungkin akan terjadi,
baik itu dilakukan oleh seseorang, ataupun badan hukum.

Proses pembangunan yang dikerjakan oleh pemerintah kita dapat memacu


pertumbuhan ekonomi dan perubahan social yang besar. Tetapi semua itu tidak
menjanjikan dampak positif seluruhnya, akan tetapi juga dampak negatif, yaitu
meningkatnya tindak pidana yang meresahkan masyarakat. Yang selalu kita
dengar dan saksikan adalah tipikor alias tindak pidana korupsi.

Korupsi adalah tindak pidana yang dilakuka oleh seseorang, pejabat,


maupun korporasi yang merugikan keuangan Negara dan mencabut hak-hak
asasi manusi seluruhnya. Korupsi juga menjadi sorotan di berbagai belahan
dunia. Sehingga mereka mengerahkan seluruh komponen penegak hukum untuk
meminimalisirnya. Di negeri kita, kita mengenal ada POLRI, Jaksa, KPK, dan
Tipikor. Tiga lembaga inilah yang melakukan penyelidikan dan penyidikan
terhadap para tersangka koruptor. Akhirnya tokoh-tokoh penggerogot kekayaan
Negara ini akan dijebloskan ke penjara.

Dengan gambaran singkat di atas, kami mencoba mengulas lebih dalam


mengenai wewenang dan peran lembaga Polri, Jaksa, KPK, Tipikor dalam
memberantas korupsi. Sehingga kita semua akan mendukung kinerja para
penegak hukum dalam menindak kejahatan tindak pidana korupsi di negeri ini.

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. KEJAKSAAN
1. Pengertian Kejaksaan
Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004
tentang kejaksaan Republik Indonesia, bahwa jaksa adalah pejabat fungsional
yang diberi wewenang oleh Undang-undang ini untuk bertindak sebagai
penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum serta wewenang lain berdasarkan undang-undang (Hartanti,
2005:32).
Jadi dapat dikatakan bahwa kejaksaan adalah sebuah lembaga
dimana supremasi hukum ditegakkan, mengingat lembaga ini adalah pelaksana
dari putusan pengadilan. Lembaga inilah yang memberikan perlindungan
terhadap kepentingan umum dan dapat dikatakan bahwa kejaksaan adalah
tempat dimana hak asasi manusia diperjuangkan dan ditegakkan.

2. Tugas dan Wewenang Kejaksaan


Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
RI pasal 30 menjelaskan bahwa:
a. Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang antara
lain:
1. Melakukan penuntutan;
2. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana
bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
4. Melakukan penyidikan terhaddap tindak pidana tertentu
berdasarkan undang-undang;

5
5. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat
melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang
dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
b. Di bidang perdata dan tata usaha Negara, kejaksaan dengan kuasa
khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas
nama Negara atau pemerintah Kejaksaan berwenang untuk mengadakan
penyelidikan dan penyidikan. Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) butir a KUHAP,
penyelidik memiliki wewenang yakni;
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya
tindak pidana.
2. Mencari keterangan dan barang bukti.
3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri.
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Dalam penjelasan KUHAP yang dimaksud dengan “tindakan lain” adalah


tindakan dari penyelidik untuk kepentingan penyelidikan dengan syarat :
a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hokum
b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan dilakukannya
tindakan jabatan
c. Tindakan tersebut harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam
lingkungan jabatanya
d. Atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan memaksa
e. Menghormati Hak-Hak Asasi Manusia.

3. Kewenangan Jaksa dalam Penyidikan Tindak Pidana Tertentu


Jaksa mempunyai wewenang dalam menyidik tindak pidana. Karena tugas-
tugas penyidikan sepenuhnya dilimpahkan pada pejabat penyidik, maka jaksa
tidak lagi berwenang dalam melakukan penyidikan terhadap perkara-perkara

6
tindak pidana umum. Jaksa hanya berwenang untuk melakukan penyidikan
terhadap tindak pidana khusus, yang salah satunya adalah tipikor.

Peran Jaksa Penyelidik dalam melakukan penyelidikan terhadap informasi


adanya dugaan Tindak Pidana Korupsi sangat besar. Jaksa penyelidik sebagai
pencari informasi awal dalam menemukan adanya dugaan tindak pidana
korupsi dituntut untuk dapat menjalankan fungsi intelijen dalam menemukan
dugaan tindak pidana korupsi. Tugas yang diemban oleh Jaksa Penyelidik yakni
mengumpulkan data serta bahan bahan keterangan yang mendukung telah
terjadinya tindak pidana korupsi.

Permasalahan yang sering timbul sejalan kurangnya kewenangan Jaksa


Penyelidik dikarenakan pada tahap penyelidikan yang dilakukan bersifat
mengumpulkan bahan keterangan dan mengumpulkan bahan data. Hambatan-
hambatan yang sering dijumpai oleh Jaksa Penyelidik adalah kurangnya
kewenangan Jaksa Penyelidik yang ditentukan dalam Undang-Undang.
Keterbatasan kewenangan inilah yang sering kali dijadikan alasan oleh orang
yang diduga melakukan tindak pidana korupsi untuk tidak memberikan bahan
data ataupun bahan keterangan untuk menunjang peroses penyelidikan.
Sehingga keterbatasan kewenangan Jaksa Penyelidik dalam proses penyelidikan
menuntut Jaksa Penyelidik untuk dapat berinovasi dan berinprovisasi dalam
melakukan penyelidikan guna menemukan indikasi tindak pidana Korupsi.

B. POLISI REPUBLIK INDONESIA


Kewenangan Polri
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara RI, dalam pasal 14 huruf g, bahwa: “Kepolisian Negara RI bertugas
melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai
dengan hukum acara pidana dan peraturan undang-undang yang lainnya.”
(Hartanti, 2005:39)

7
Jadi jika dikaitkan dengan tindak pidana korupsi, polri memilki peran dan
andil besar dalam mencagah merebaknya tipikor ini. Apalagi polri adalah
elemen penting yang dapat menjembatani antara masyarakat dengan
pemerintah.

C. KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI


Kpk dalah lembaga Negara yang dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan apapun.
KPK dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap
upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. 2 Dalam menjalankan tugasnya,
KPK berasaskan pada : kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas,
kepentingan umum dan proporsionalitas.

KPK Bertugas :
1. Koordinasi dengan isntansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi.
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana
korupsi;
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi;
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi;
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara.

Wewenang KPK :
1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak
pidana korupsi;
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi;

8
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana
korupsi kepada instansi
yang terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang
berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi;
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana
korupsi. KPK
berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak
pidana korupsi yang :
1. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara Negara, dan
orang lain yang ada
kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum atau
penyelenggara Negara.
2. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat, dan/atau.
3. Menyangkut kerugian Negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah).

D. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)


Hal-hal yang perlu diketahui tentang Undang-undang Nomor 46 Tahun
2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, antara lain:
1. Pengadilan TIPIKOR adalah pengadilan khusus yang berada di
lingkungan peradilan Umum.
2. Pengadilan TIPIKOR berada di setiap ibukota Kabupaten/Kota yang
daerah hukumnya meliputi
daerah hukum pengadilan negeri yang bersangkutan.
3. Pengadilan TIPIKOR merupakan satu-satunya pengadilan yang
berwenang memeriksa,

9
mengadili dan memutus perkara : tindak pidana korupsi, tindak pidana
pencucian uang yang
tindak pidana asalnya tindak pidana korupsi dan/atau tindak pidana yang
secara tegas dalam
undang-undang lain ditentukan sebagai tindak pidana korupsi.

KEWENANGAN
Menurut Pasal 5 Pengadilan Tindak Pidana Korupsi merupakan
satu-satunya pengadilan yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus
perkara tindak pidana korupsi.
Dan menurut Pasal 6 Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 berwenang memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara:
a.tindak pidana korupsi;
b.tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya adalah tindak
pidana korupsi;
dan/atau
c.tindak pidana yang secara tegas dalam undang-undang lain ditentukan
sebagai tindak pidana
korupsi.

10
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Empat lembaga di atas ketika mau dan berani bersinergi dalam upaya
pemberantasan korupsi akan sangat membantu dalam menciptakan good governance.
Maka sangatlah perlu kita sebagai warga Indonesia juga berpartisipasi dalam
mencegah budaya korupsi terus merajalela. Mulai dari diri kita dan mulai dari
sekarang.

11

Anda mungkin juga menyukai