Anda di halaman 1dari 1

Hipotesis Penelitian & Hipotesis

Rancangan Penelitian
Rossi Sanusi (11 Juli 2009)

Kata ”hipotesis” berasal dari Bahasa Yunani  –  ”hypo” berarti bawah dan ”thitenai” berarti
menaruh, atau menempatkan. Jawaban tentatif terhadap suatu masalah penelitian dapat ”ditaruh
di atas” kalau ada cukup banyak bukti. Kesimpulan bahwa X berhubungan erat dengan Y dapat
dibuat jika ada cukup banyak bukti empiris (bukti berdasarkan pengumpulan data). Namun,
sebelumnya peneliti juga harus membuktikan secara empiris (bukan sekedar menganggap)
bahwa pengumpulan data variabel-variabel X dan Y, penghitungan kekuatan hubungan antara
kedua variabel tersebut dan penafsiran kualitas hubungan valid. Jadi ada hipotesis-hipotesis yang
menyangkut rancangan penelitian di samping hipotesis(-hipotesis) penelitian.

Dalam hal pengumpulan data bisa dibuktikan secara empiris validitas dari alat/metoda,
penggunaan alat/metoda dan obyek pengumpulan data. (Obyek penelitian lazim dinamakan
”subyek penelitian” bila dipandang dari sudut kepemilikan data, atau ”peserta penelitian” jika
subyek penelitian adalah manusia yang dianggap terlibat dalam penelitian kualitatif). Data hasil
pengukuran dengan suatu alat/metoda yang bersangkutan dan data hasil pengukuran dengan
alat/metoda ”Standard Emas” dikorelasikan. Derajat koefisien korelasi menunjukan tingkat
validitas alat/metoda pengukuran tersbut. Untuk alat/ metoda pengumpulan data yang tidak
mempunyai rujukan yang lebih valid diperlukan pendekatan triangulasi melalui sejumlah
hipotesis. Untuk sebuah questionnaire, misalnya, ada hipotesis-hipotesis validitas konstruk
tentang hubungan antara: (1) konstruk dan demensi-demensi (faktor-faktor); (2) demensi/faktor
dan variabel-variabel; (3) variabel/ index dan item; (4) item-item; (5) item tertutup dan item
terbuka, dst. Makin banyak hipotesis yang bisa didukung makin valid alat/metoda tersebut.
Hipotesis tentang validitas penggunaan alat/metoda pengumpulan data dibuktikan dengan
menghitung koefisien kesepakatan antar- dan intra- pengumpul data.

Hipotesis statistik diperlukan jika unit-unit yang dianalisis merupakan sampel dari suatu populasi
unit analisis yang bersangkutan. Hipotesis nihil menyatakan bahwa statistik r secara kebetulan
mewakili paramater ρ karena kesalahan sampling. Untuk menerima hipotesis alternatif
diperlukan uji statistik, yang menunjukkan besarnya kesalahan sampling. Hipotesis penafsiran
kualitas korelasi dibuat jika variabel-variabel penyulit (confounding) diamati dan ikut dihitung
interaksinya dengan variabel-variabel yang diteliti. Mengabaikan variabel-variabel penyulit akan
mengganggu validitas internal, i.e., bahwa hanya X yang berkovariasi dengan Y. Tetapi
terlampau banyak mengendalikan variabel-variabel penyulit (melalui ”rancangan” experimental
sesungguhnya) akan mengganggu validitas external, i.e., bahwa korelasi yang kuat antara X dan
Y juga berlaku untuk populasi-populasi lain. Makin banyak persyaratan rancangan penelitian
yang valid dipenuhi dan makin banyak hipotesis rancangan penelitian didukung oleh data
empiris makin valid kesimpulan bahwa korelasi X dan Y bermakna (r ≥ rmin; rmin = 0.80).

Anda mungkin juga menyukai