Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP MANAJEMEN
1. Definisi Manajemen
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang pengertian
manajemen, yaitu sebagai berikut :
a. Teori manajemen diibaratkan sebagai suatu mesin. Penekanan
utamanya adalah produksi yang efisien dan cepat. Motivasi pekerja
dan manajemen dipengaruhi kepuasan dalam bekerja sama untuk
meningkatkan produksi. (Frederick W. Taylor, dalam buku Nursalam,
2014)
b. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Didalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan POAC (Planing, Organizing, Actuating,
Controlling) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai
tujuan organisasi (Grant dan Massey 1999, dalam Nursalam, 2012).
c. Manajemen adalah suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Manajemen yang efektif merupakan kombinasi dari
ilmu pengetahuan dan seni dalam pelaksanaannya. Ilmu manajemen
adalah cara-cara yang rasional, bertumpu pada logika, bersifat
objektif, dan sistematis (Gillies 1996, dalam Nursalam, 2012).
d. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan manajemen
merupakan suatu proses dalam melakukan kegiatan organisasi untuk
mencapai tujuan bersama yang mencakup kegiatan POAC.
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi menajemen secara ringkas adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa
mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
(Siagian, 2009). Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang
penting karena mengurangi resiko pembuatan keputusan yang kurang

5
tepat atau membantu mengantisipasi jika suatu proses tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas
untuk tujuan mencapai objektif, menentukan cara untuk
pengorganisasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya baik secara
vertikal maupun horizontal yang bertanggung jawab untuk mencapai
objektif organisasi (Swansburg, 2010).
c. Penggerak (Actuating)
Penggerakan adalah melakukan kegiatan untuk mempengaruhi
orang lain agar mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan
tugas, demi tercapainya tujuan bersama. Penggerakan ini, seringkali
terjadi hambatan karena yang digerakan adalah manusia, yang
mempunyai keinginan pribadi, sikap, dan perilaku yang khusus.
d. Pengendalian (Controling)
Pengawasan/pengendalian adalah suatu proses untuk
mengetahui apakah hasil pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan
sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijaksanaan, tujuan,
sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya.

B. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN


1. Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
secara profesional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan,
mengorganisir, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan
seefisien mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat (Gillies 1996,
dalam Nursalam, 2012).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan
suatu pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dam pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif,
efesien, dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-
spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga dan masyarakat, baik

6
yang sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatanuntuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan (Asmuji, 2014)
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa suatu
proses manajemen yang dilakukan oleh anggota staf keperawatan
dengan merencanakan, mengorganisasikan, dan menggunakan sumber
daya manusia secara efktif dan efesien guna mencapai tujuan organisasi
yang telah di tetapkan.
2. Tujuan Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan yang umumnya ditetapkan oleh bidang
keperawatan meliputi:
a. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit
b. Meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi keperawatan
dengan mendidik perawat yang mempunyai sikap profesional dan
bertanggung jawab dalam pekerjaan
c. Meningkatkan komunikasi antar staf
d. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya
mempertahankan kenyamanan klien
e. Meningkatkan hubungan dengan klien, keluarga, dan masyarakat
f. Meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja staf keperawatan.
3. Proses Manajemen Keperawatan
a. Pengkajian- Pengumpulan Data
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah
pada suatu tujuan. Dalam proses manajemen keperawatan, bagian
akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua
kelompok pasien. Data-data yang perlu dikumpulkan oleh perawat
pada tingkat pelayanan diruangan atau sebagian pendekatan system
yang disampaikan (Gillies 1996, dalam Nursalam, 2012).
b. Perencanaan
1) Definisi
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan
organisasi yang telah ditetapkan yaitu:
a) Menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan
b) Menegakan tujuan

7
c) Mengalokasikan anggaran belanja
d) Membuat pola struktur organisasi
e) Menegakan kebijaksanaan
f) Prosedur operasional untuk mencapai visi misi yang
ditetapkan
2) Langkah – langkah perencanaan
a) Pahami dan tentukan misi, filosofi dan tujuan
b) Kumpulkan data
c) Analisa
d) Buat alternatif
e) Pilih dan usulkan alternatif
f) Pimpinan menetapkan alternatif
g) Susun rencana
h) Kaji ulang
3) Tahapan dalam perencanaan
a) Pengumpulan data
 Sensus pasien harian
 Kapasitas tempat tidur
 BOR
 Rata- rata lama dirawat
 Kecenderungan populasi pasien
 Perkembangan teknologi
 Ketenagaan
b) Analisa lingkungan
 Internal : Strength, Weakness
 Eksternal : Opportunity, Threats
c) Pengorganisasian data
d) Pilih data penunjang dan penghambat
e) Pembuatan rencana
4) Pelaksanaan
Manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang
lain, maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri
atas bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan

8
tindakan yang telah direncanakan. Fungsi kepemimpinan dapat
dibagi lagi dalam komponen fungsi yang terdiri atas
kepemimpinan, komunikasi dan motivasi (Nursalam, 2012).
5) Evaluasi
Tahap akhir proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi untuk menilai
seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
dalam pelaksanaan (Nursalam, 2012).
4. Visi, Misi Dan Filosofi Keperawatan
Visi adalah perawat/ manajer keperawatan harus mempunyai suatu
pandangan dan pengetahuan yang luas tentang manajemen dan proses
perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang
penduduk, sosial, ekonomi, politik yang akan berdampak pada pelayanan
kesehatan.
Misi adalah sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi
keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan, yaitu
menjaga dan mengawasi suatu proses profesionalisasi keperawatan
indonesia agar terus berjalan dan berkesinambungan.
Filosofi keperawatan adalah pernyataan keyakinan tentang
keperawatan dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang
digunakan untuk berfikir dan bertindak (Chitty, 1997 dalam Nursalam,
2012).
Filosofi pelayanan keperawatan pada tatanan klinik/ rumah sakit
ditekankan pada :
a. Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan dan menentukan
kehidupannya
b. Setiap pasien harus dihargai sama tanpa membeda-bedakan agama,
suku, warna kulit, status dan jenis kelamin.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan harus ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan individu.
d. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan lain.

9
e. Perlunya koordinasi dan kerjasama dalam memanfaatkan sumber
daya yang ada dalam mencapai tujuan organisasi.
f. Perlunya evaluasi secara terus-menerus terhadap semua pelayanan
keperawatan yang diberikan.

C. KONSEP MANAJEMEN UNIT


Pada model praktik keperawatan profesional harus mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional dan untuk itu diperlukan
penataan 5 komponen utama terdiri dari sebagai berikut :
1. Sumber Daya Manusia (Man)
a. Tenaga Perawat
Jumlah tenaga perawat keseluruhan (Professional lanjut,
Professional pemula, vokasional dan lain-lain). Jenis ketenagaan
atau pendidikan, keterampilan khusus yang dimiliki perawat yang
dapat melalui kursus atau pendidikan dan pelatihan. Jumlah tenaga
professional lainnya yang terkait meliputi : Dokter, Ahli Gizi, Petugas
Lab, Tenaga Administrasi dan Cleaning Service (Nursallam, 2012).
Cara Menghitung Tenaga Perawat :
1) Cara Demand
Cara Demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut
kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut
Tutuko (1992) dalam Nursalam (2012), setiap klien yang masuk
ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:
a) Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit
b) Untuk kasus mendesak : 71,28 menit
Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit
2) Rumus Depkes
Rumus Depkes

Loss Day = Jmlh hr mg dlm 1 thn + Cuti + Hr bsr X Jml prwt yg tersedia
Jumlah hari kerja efektif

- Keterangan :
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun = 52 hari
Cuti dalam 1 tahun = 12 hari

10
Hari besar dalam 1 tahun = 21 hari
Jumlah hari kerja efektif dlm 1 tahun = 275 hari
TP = Rata-rata jml pasien perhari x jml jam prwatan/hari + Loss Day
Jam efektif perhari
3) Rumus Yaslis Ilyas

Keterangan :
TP = tenaga perawat
D = jam keperawatan
365 = jumlah hari dalam satu tahun
255 = hari kerja efektif perawat/tahun jam kerja/hari=7 jam/hari
Untuk mendapatkan nilai D
D =( A1 x ∑ os/hari) + (A2 x ∑os/hari ) + (A3 x ∑os/hari ) + ( 3
shift/harix adm time)
Keterangan :
A1 : Waktu keperawatan pasien gawat darurat (87’)
A2 : Waktu keperawatan kasus mendesak (71’)
A3 : Waktu keperawatan kasus tidak mendesak (34’)
Adm time : Waktu administrasi yyang dibutuhkan untuk
penggantian shift selama (45’)
Bila tingkat produktivitas 75% maka tenaga yang dibutuhkan
adalah TP + (TP x 25 %).
4) Prinsip komunikasi manajer keperawatan
Manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui
beberapa tahap di bawah ini (Nursalam, 2013):
a) Manajer harus mengerti sruktur organisasi, termasuk
pemahaman tentang siapa yang akan terkena dampak dari
pengambilan keputusan yang telah dibuat.
b) Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi
sebagai bagian proses yang tidak terpisahkan dalam kebijakan
organisasi.
c) Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat

11
d) Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat
diterima secara akurat, dengan cara meminta penerima pesan
untuk mengulangi pesan atau instruksi yang disampaikan.
e) Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting
bagi manajer, hal yang perlu dilakukan adalah menerima
semua informasi yang disampaikan orang lain, dan
menunjukan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan
yang disampaikan.
b. Kualifikasi tenaga gawat darurat
Menurut KEPMENKES No. 856 (2009), kualifikasi tenaga gawat
darurat sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kualifikasi Tenaga Gawat Darurat
Kualifikasi Tenaga Level I Level II Level III Level IV
Dokter subspesialis Semua jenis - - -
On Call
Dokter spesialis Anastesia On Bedah, Obgyn, Bedah, Obsgyn -
Site, dokter Anak, Penyakit Anak, Penyakit
spesialis Dalam on site Dalam on call
lainnya On Call (dokter spesialis
lain on call)
Dokter PPDS On site 24 jam On site 24 jam - -
(RS Pendidikan)
Dokter Umum On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam
(+Pelatihan Kegawat
Daruratan) GELTS,
ATLS, ACLS, dl
Perawat Kepala S1 Jam kerja / Jam kerja / Diluar Jam kerja Jam kerja
DIII (+Pelatihan Diluar jam kerja jam kerja
Kegawat Daruratan)
Emergency Nursing,
BTLS, BCLS dll
Perawat (+Pelatihan On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam
Emergency Nursing)
Non Medis Bagian On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam
Keuangan Kamtib
(24 jam) Pekarya (24
jam
(Sumber : Kepmenkes 2009)
c. Gaya Kepemimpinan

12
Menurut Gillies 1996, dalam Nursalam 2012, menyatakan
bahwa gaya kepemimpinan dapat ditinjau dari perilaku pemimpin itu
sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman
bertahun-tahun dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian
seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan.
Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat
diterapkan dalam suatu organisasi antara lain :
1) Kepemimpinan transaksional
a) Pengertian Kepemimpinan transaksional
Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang
memotivasi bawahan atau pengikut dengan minat-minat
pribadinya. Kepemimpinan transaksional juga melibatkan nilai-
nilai akan tetapi nilai-nilai itu relevan sebatas proses
pertukaran (exchange process), tidak langsung menyentuh
substansi perubahan yang dikehendaki.
b) Ciri-ciri Kepemimpinan transaksional
Kepemimpinan transaksional sangat memperhatikan nilai
moral seperti kejujuran, keadilan, kesetiaan dan dan tanggung.
Kepemimpinan ini membantu orang ke dalam kesepakatan
yang jelas, tulus hati, dan memperhitungkan hak-hak serta
kebutuhan orang lain.
2) Kepemimpinan Transformasional
a) Pengertian Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan
seorang pemimpin dalam bekerja dengan dan atau melalui
orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber
daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang
bermakna sesuai dengan target capaian yang telah
ditetapkan. Sumber daya yang dimaksud yaitu sumber daya
manusia seperti pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru,
dosen, peneliti, dan lain-lain.

b) Ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional

13
Kepemimpinan transformasional memiliki makna dan
orientasi masa depan (future oriented) institusi pendidikan
diantaranya kebutuhan menanamkan budaya inovasi dan
kreatifitas dalam meningkatkan kreativitas dalam meningkatkan
mutu dan eksistensi institusi pendidikan.
3) Kepemimpinan Liberal atau Laissez Fair
a) Pengertian Liberal atau Laissez Fair
Kepimpinan gaya liberal atau Laissez Fair adalah
kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja
sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan
dan pelaksanaannya dilakukan lebih banyak disearahkan
kepada bawahan.
b) Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
 Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada
bawahan
 Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
 Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
 Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh
bawahan
 Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan
 Prakarsa selau berasal dari bawahan
 Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
 Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
 Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan
kelompok
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh
perorangan.
2. Material
a. Persyaratan fisik bangunan (Kepmenkes No. 856, 2009)
1) Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja RS dengan
memperhitungkan kemungkinan penanganan korban massal/
bencana

14
2) Lokasi gedung harus berada dibagian depan RS, mudah
dijangkau oleh masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari
dalam dan luar Rumah Sakit
3) Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan
pintu utama (alur masuk kendaraan/pasien tidak sama dengan
alur keluar) kecuali pada klasifikasi IGD level I dan II.
4) Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai
di depan pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan
(catatan: untuk lantai IGD yang tidak sama tinggi dengan jalan
ambulans harus membuat ramp).
5) Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar.
6) Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih
dari 2 ambulans (sesuai dengan beban RS)
7) Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga arus pasien
dapat lancar dan tidak ada “cross infection” , dapat menampung
korban bencana sesuai dengan kemampuan RS, mudah
dibersihkan dan memudahkan kontrol kegiatan oleh perawat
kepala jaga.
8) Area dekontaminasi ditempatkan di depan/diluar IGD atau terpisah
dengan IGD.
9) Ruang triase harus dapat memuat minimal 2 (dua) brankar.
10) Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien.
11) Apotik 24 jam tersedia dekat IGD
12) Memiliki ruang untuk istirahat petugas (dokter dan perawat)
b. Persyaratan sarana
Tabel 2.2 Persyaratan Sarana Instalasai Gawa Darurat
No Kelas/ Ruang Level Level III Level II Level I Ket
IV
1 Ruang Penerimaan
a. R. Tunggu (public
area)
- Informasi + + + -
- Toilet + + + +
- Telepon umum + + - -
- ATM + - - -
- Kafetaria + - - -
- Keamanan + + - -
b. R. Administrasi

15
- Pendaftaran + + + -
pasien baru/
rawat
- Keuangan + + - -
- Rekam Medik + + + + Tergabung
IT sistem
c. R. Triase + + + Bisa
bergabung
dengan
ruangan
lain
d. R. Penyimpanan + + + -
strecher
e. R. Informasi dan + + +/- -
Komunikasi
2 Ruang Tindakan
a. R. Resusitasi + + + +
b. R. Tindakan
- Bedah + + +
- Non bedah/ + + + Bisa
medical bergabung
- Anak + Bisa Bisa
- Kebidanan + bergabung bergabung

c. R. Dekontaminasi + +/- +/- +/- Bagi IGD


yang
berada
dekat
industri
harus
memiliki
ruang ini
3 Ruang Operasi + + +/- - Bisa
bergabung
atau
terpisah
dan dapat
diakses 24
Jam

4 Ruang Observasi + + + Bisa


bergabung
dengan
ruangan
lain
5 Ruang Khusus Bisa
a. R. intermediate/ bergabung
HCU atau
- Umum + + + - terpisah
- Kardiak/ + + - - dan dapat
jantung diakses
- Pediatric/ anak + +/- - - 24 jam
- Neonatus + +/- - -
b. R. Luka Bakar + +/- - -

16
c. R. Hemodialisis + +/- - -
d. R. Isolasi + +/- - -
(Sumber : Kepmenkes 2009)
c. Persyaratan obat-obatan dan alat habis pakai
Tabel 2.3 Persyaratan obat-obatan dan alat habis pakai Instalasi Gawat
Darurat
No Kelas/ Ruang Level I Level II Level III Level IV Ket
1 Ruang Tindakan
a. Kategori merah/ Selalu
P1 tersedia
- Cairan Infus + + + + dalam
Koloid jumlah
- Cairan Infus + + + + yang
Kristaloid cukup di
- Cairan Infus + + + + IGD
Dextrose tanpa
- Adrenalin + + + + harus di
- Sulpat + + + + resepkan
- Atropin + + + +
- Kortikosteroid + + + +
+ + + +
- Lidokain
+ + + +
- Dextrose 50%
+ + + +
- Aminophilin + + + +
- Pethidin + + + +
- Morfin Anti + + + +
- Convulsion + + + +
- Dopamin + + + +
- Dobutamin + + + +
- ATS, TT + + + +
- Trombolitik + + + +
- Amiodaron
(Inotropik) + + + +
- APD: Masker,
Sarung
Tangan + + + +
- Mannitol + + + +
- Furosemid + + + + Tesedia
- Stesolid dalam
- Mikro drip set + + + + jumlah
- Intra Osseus + + + + yang
cukup
Set

b. Kategori kuning/
P2
+ + + + Selalu
- Analgetik
+ + + + tersedia
- Antiseptik
+ + + + dalam
- Cairan jumlah
Kristaloid + + + + yang
- Lidokain + + + + cukup di
- Wound IGD
Dressing

17
- Alat- alat Anti + + + + tanpa
Septic harus di
- ATS + + + + resepkan
- Anti Bisa Ular + + + +
- Anti Rabies + + + +
- Benang + + + +
Jarum
- Anti emetik + + + +
- Antibiotik + + + +
+ + + +
- Diuretic
c. Kategori hijau
+ + + + Dapat
- Lidokain
+ + + + diresepka
- Aminophilin/β n melalui
2 Blokker + + + + apotik RS
- ATS + + + + jika tidak
- APD: Masker + + + + tersedia
- APD: Sarung di IGD
Tangan + + + +
- Analgetik + + + +
- Anti emetik + + + +
- Antibiotik + + + +
- Diuretik
d. Ruang tindakan
kebidanan + + + + Tesedia
- Uterotonika + + + + dalam
- Prostaglandin - - Min. 1 Min. 1 jumlah
- Set yang
Laparoscopy - - Min. 1 Min. 1 cukup
- Endoscopy
Surgery - Min. 1 Min. 1 Min. 1
- Laringoscope - Min. 1 Min. 1 Min. 1
- BVM - Min. 1 Min. 1 Min. 1
- Defibrilator - Min. 1 Min. 1 Min. 1
- Film Viewer
2 Ruang Komunikasi Kegawatdaruratan
a. Alat Komunikasi Internal dan eksternal disesuaikan dengan kebutuhan
b. Peralatan pendukung disesuaikan dengan kebutuhan
3 Ambulance
Jenis ambulance Mobil Mobil Mobil Mobil
ambulans ambulans ambulans ambulan
transportas transportas transporta s
i+/. Dapat i atau mobil si atau transport
bekerjasam ambulans mobil asi atau
a dengan Gawat ambulans mobil
Fasilitas Darurat Gawat ambulan
Pelayanan Darurat s Gawat
Kesehatan Darurat
lain yang
terdekat
(Sumber : Permenkes 2018)

18
3. Metode (Method)
a. Metode penugasan tim
Metode penugasan tim yaitu pengorganisasian pelayanan
keperawatan oleh sekelompok perawat. Kelompok ini dipimpin oleh
perawat yang berijazah dan berpengalaman serta memiliki
pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas di dalam kelompok
dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu pemimpin kelompok
bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim. Sebelum tugas
dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami
kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala
ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.
Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
1) Ketua tim
2) Pelaksana perawatan
3) Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah memberikan asuhan
yang lebih baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
1) Kelebihan metode tim yaitu :
a) Saling memberi pengalaman antar sesama tim
b) Pasien dilayani secara komprehesif
c) Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
d) Terciptanya kerja sama yang baik
e) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
f) Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
2) Kekurangan metode tim yaitu :
a) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan
menjadi tanggung jawabnya
b) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk
rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat

19
mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar anggota tim
terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat
c) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman
selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang
mampu atau ketua tim.
d) Akontabilitas dalam tim kabur
3) Tanggung jawab perawat dalam MPKP bentuk Tim
a) Tanggung Jawab Kepala Ruangan
 Perencanaan
 Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan
masing- masing
 Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat,
transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama
ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan
 Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
 Mengikuti visit dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
 Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan :
 Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
 Membimbing penerapan proses keperawatan dan
menilai asuhan keperawatan
 Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
 Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga
yang baru masuk RS
 Membantu mengembangkan niat pendidikan dan
latihan diri
 Membantu membimbing terhadap peserta didik
keperawatan

20
 Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di
rumah sakit.
 Pengorganisasian
 Merumuskan metode penugasan yang digunakan
 Merumuskan tujuan metode penugasan
 Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara
jelas
 Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi
2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan :
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada
setiap hari dan lain-lain
 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
 Mendelegasikan tugas kepala ruangan kepada ketua
tim jika kepala ruangan tidak ada ditempat
 Memberi wewenang kepada tata usaha untuk
mengurus administrasi pasien
 Mengidentifikasi masalah dan cara penanganannya.
 Pengarahan
 Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada
ketua tim
 Memberikan pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan tugas dengan baik
 Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap
 Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien
 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
 Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

21
 Pengawasan
 Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim dalam pelaksanaan
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien
 Melalui supervisi :
 Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati
sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan
dan memperbaiki/mengawasi kelemahannya yang
ada saat itu juga
 Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar
hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksanaan tugas
 Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan
yang telah disusun bersama ketua tim
 Audit keperawatan.
b) Tanggung jawab ketua tim
 Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana
keperawatan
 Mengkoordinasi rencana keperawatan dengan tindakan
medik
 Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap
anggota tim dan memberikan bimbingan melaui pre atau
post conference
 Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun
hasil yang diharapkan serta mendokumentasikannya.
c) Tanggung jawab anggota tim
 Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun

22
 Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang
telah diberikan berdasarkan respon pasien
 Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan
 Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim.
Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman
yang kaku.  Model tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi,
sore, dan malam, apakah terdapat 2 atau 3 tim tergantung pada
jumlah dan kebutuhan serta jumlah dan kualitas tenaga
keperawatan.  Umumnya satu tim terdiri dari 3-5 orang tenaga
keperawatan untuk 10-20 pasien.
Model tim bila dilakukan dengan benar merupakan model
asuhan keperawatan yang tepat dalam meningkatkan
pemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi
kemampuannya dalam memberikan asuhan keperawatan.  Hal ini
berarti bahwa model tim dilaksanakan dengan tepat pada kondisi
dimana kemampuan tenaga keperawatan bervariasi.
Kegagalan penerapan model ini, jika penerapan konsep
tidak dilaksanakan secara menyeluruh/ total dan tidak dilakukan
pre atau post conference dalam sistem pemberian asuhan
keperawatan untuk pemecahan masalah yang dihadapi pasien
dalam penentuan strategi pemenuhan kebutuhan pasien.
b. Konsep timbang terima
1) Pengertian timbang terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara
untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima pasien harus
dilakukan seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif
yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan saat itu 
Informasi yang disampaikan harus akurat, sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer

23
(penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis
dan lisan (Nursalam, 2013).
2) Tujuan
a) Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan
informasi yang penting.
b) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
c) Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam
pemberian asuhan keperawatan  kepada pasien
d) Menyampaikan hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh
perawat dinas berikutnya
e) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
3) Manfaat
a) Bagi Perawat
 Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
 Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung
jawab antar perawat
 Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara
paripurna
 Pelaksanaan Asuhan Keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan
b) Bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap

24
Bagan 2.1 Alur timbang terima
Pasien

Diagnosa Medis Masalah Diagnosa Keperawatan


Kolaboratif (Didukung Data)

Rencana Tindakan

Telah Dilakukan Belum Dilakukan

Perkembangan Keadaan Pasien

Masalah :

1. Teratasi
2. Belum Teratasi
3. Teratasi Sebagian
4. Muncul Masalah Baru

c. Konsep supervisi
1) Pengertian
Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh
supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah
ketenagaan, dalam peralatan agar pasien mendapat pelayanan
yang bermutu setiap saat.
2) Tujuan
a) Mengorientasi staf dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
b) Melatih staf dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
c) Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar
menyadari dan mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf
dan pelaksanaan asuhan keparawatan.
d) Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksanaan
keperawatan dalam memberikan asuhan
e) Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
nyaman

25
3) Prinsip
a) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
b) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen,
keterampilan, hubungan antara manusia dan kemampuan
menerapkan prinsip manajemen dan kepimimpinan.
c) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi, dan
dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas, dan
standar.
d) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis
antara supervisor dan perawat pelaksana.
e) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana
yang spesifik.
f) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi
efektif, kreativitas, dan motivasi.
g) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna
dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien,
perawat, dan manajer.
4) Pelaksanaan Supervisi
a) Kepala ruangan
 Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan
keperawatan dalam pelayanan keperawatan pada klien
diruang perawatan.
 Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya
tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
 Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan
praktik keperawatan diruang perawatan sesuai dengan
tugas yang didelegasikan.
b) Pengawas keperawatan
Bertanggung jawab dalam melakukan supervisi
pelayanan kepada kepala ruangan yang ada diinstalasinya.
c) Kepala seksi keperawatan
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara
langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung.

26
5) Langkah-langkah Supervisi
a) Pra-Supervisi
 Supervisior menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
 Supervisior menetapkan tujuan
b) Pelaksanaan supervisi
 Supervisior menilai kinerja perawat berdasarkan alat
ukur atau instrumen yang telah disiapkan.
 Supervisior mendapat beberapa hal yang memerlukan
pembinaan.
 Supervisior memanggil Ka. tim dan PA untuk
mengadakan pembinaan dan klasifikasi permasalahan.
 Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan
memvalidasi data sekunder
c) Pasca supervisi 3F
 Supervisior memberikan penilaian supervisi (F-Fair)
 Supervisior memberikan feedback dan klarifikasi
 Supervisior memberikan reinforcement dan follow up
perbaikan.
6) Peran supervisior dan fungsi supervisi keperawatan
Peran dan fungsi supervisior dalam supervisi adalah
mempertahankan keseimbangan pelayanan keperawatan dan
manajemen sumber daya yang tersedia (Nursalam, 2013)
7) Manajemen pelayanan keperawatan
Tanggung jawab supervisior dalam supervisi keperawatan adalah:
a) Menetapkan dan mempertahankan standar praktik
keperawatan.
b) Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang
diberikan.
c) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur
pelayanan keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan
lain yang terkait.

27
8) Manajemen anggaran
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu
perencanaan, dan pengembangan. Supervisor berperan dalam:
a) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan
dana tahunan yang tersedia, mengembangkan tujuan unit
yang dapat dicapai sesuai tujuan RS.
b) Membantu mendapatkan informasi statistik untuk
merencanakan anggaran keperawatan.
c) Memberi justifikasi projeksi anggaran unit yang dikelola.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak
dapat terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktik dan
evaluasi penampilan agar dapat dijalankan dengan tepat.
Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam
pelayanan keperawatan.
9) Teknik supervisi (Nursalam, 2013)
Proses supervisi keperawatan terdiri atas 3 elemen kelompok,
yaitu:
a) Mengacu pada standar asuhan keperawatan.
b) Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai
pembanding untuk menetapkan pencapaian.
c) Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan
mempertahankan kualitas asuhan.
10) Area supervisi
a) Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan
kepada klien.
b) Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.
c) Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran
dan empati.
11) Cara supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :
a) Langsung

28
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang
sedang berlangsung, dimana supervisior dapat terlibat
dalam kegiatan, umpan balik dan perbaikan.
Proses supervisi keperawatan meliputi:
 Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu
tindakan keperawatan didampingi oleh supervisior.
 Selama proses, supervisior dapat memberi dukungan,
reinforcement, dan petujuk.
 Setelah selesai, supervisior dan perawat pelaksana
melakukan diskusi yang bertujuan untuk menguatkan
yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih kurang.
Reinfocement pada aspek yang positif sangat penting
dilakukan oleh supervisior.
b) Supervisi tidak langsung
d. Tindakan Pelayanan Prafasilitas Pelayanan Kesehatan
Dalam rentang kondisi prafasilitas pelayanan kesehatan, kegawat
daruratan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja sehingga
diperlukan peran serta dan bantuan masyarakat serta tenaga
kesehatan dengan ambulans dari PSC 119 maupun dari fasilitas
pelayanan kesehatan. Adapun tindakan yang dapat dilakukan dalam
penanganan kegawatdaruratan prafasilitas pelayanan kesehatan
antara lain : (Kemenkes, 2018)
1) Menyingkirkan benda-benda yang dapat menimbulkan risiko
bertambahnya pasien.
2) Meminta pertolongan kepada orang sekitar, aparat dan petugas
keamanan.
3) Menghubungi call center 119 atau nomor kegawat daruratan lain
jika belum tersedia PSC 119
4) Melakukan pertolongan yang dapat dilakukan dengan panduan call
center 119/ petugas.
Keberhasilan penanganan kegawat daruratan intrafasilitas
pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh penanganan kegawat
daruratan prafasilitas pelayanan kesehatan. Bisa diilustrasikan dengan
pasien yang terus mengalami perdarahan dan tidak dihentikan selama

29
periode prafasilitas pelayanan kesehatan, maka akan sampai ke
fasilitas pelayanan kesehatan dalam kondisi gagal ginjal. Begitu cedera
terjadi maka berlakulah apa yang disebut waktu emas (The Golden
periode).
Satu jam pertama juga sangat menentukan sehingga dikenal
istilah The Golden Hour. Setiap detik sangat berharga bagi
kelangsungan hidup penderita. Semakin panjang waktu terbuang tanpa
bantuan pertolongan yang memadai, semakin kecil harapan hidup
pasien.
e. Kriteria Pelayanan IGD
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki pelayanan
kegawat daruratan yang minimal mempunyai kemampuan sebagai
berikut : (Kemenkes, 2018)
1) Pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu
untuk Rumah Sakit.
2) Memberikan pelayanan kegawat daruratan sesuai jam operasional
3) Menangani pasien segera mungkin setelah sampai di fasilitas
pelayanan kesehatan.
4) Memberikan pelayanan kegawat daruratan berdasarkan
kemampuan pelayanan, sumber daya manusia, sarana, prasarana,
obat dan bahan medis habis pakai, dan alat kesehatan.
5) Proses triase untuk dipilah berdasarkan tingkat kegawat
daruratannya, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesi
kedokteran dan/atau pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
6) Membuat alur masuk pasien dengan penyakit infeksius khusus
atau yang terkontaminasi bahan berbahaya sebaiknya berbeda
dengan alur masuk pasien lain. Jika fasilitas ruang isolasi khusus
dan dekontaminasi tidak tersedia, pasien harus segera dirujuk ke
fasilitaspelayanan kesehatan lain yang memiliki fasilitas ruang
isolasi khusus.
f. Metode Pelayanan IGD
Pelayanan Kegawatdaruratan yang dilaksanakan di tempat
praktik mandiri Dokter dan Dokter Gigi meliputi pelayanan triase, survei
primer, survei sekunder, tatalaksana definitif dan rujukan. Sedangkan

30
bagi tempat praktik mandiri tenaga kesehatan, pelayanan
Kegawatdaruratan meliputi pelayanan triase, survei primer, dan
rujukan. Apabila diperlukan evakuasi, Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tingkat pertama yang menjadi bagian dari SPGDT dapat melaksanakan
evakuasi tersebut (Permenkes No.47, 2018).
1) Triase
Triase adalah proses khusus memilah Pasien berdasarkan
beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis
penanganan/intervensi kegawatdaruratan. Prinsip Triase adalah
pemberlakuan sistem prioritas dengan penentuan/penyeleksian
Pasien yang harus didahulukan untuk mendapatkan penanganan,
yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
berdasarkan:
a) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b) Dapat mati dalam hitungan jam
c) Trauma ringan
d) Sudah meninggal
Prosedur triase yaitu:
a) Pasien datang diterima tenaga kesehatan di ruang Gawat
Darurat atau ruang tindakan. Bila jumlah Pasien lebih dari
kapasitas ruangan, maka triase dapat dilakukan di luar ruang
Gawat Darurat atau ruang tindakan.
b) Penilaian dilakukan secara singkat dan cepat (selintas) untuk
menentukan kategori kegawatdaruratan Pasien oleh tenaga
kesehatan dengan cara:
 Menilai tanda vital dan kondisi umum Pasien
 Menilai kebutuhan medis
 Menilai kemungkinan bertahan hidup
 Menilai bantuan yang memungkinkan
 Memprioritaskan penanganan definitif
c) Namun bila jumlah Pasien lebih dari 50 orang, maka triase
dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD
Rumah Sakit).

31
d) Pasien dibedakan menurut kegawatdaruratannya dengan
memberi kode warna :
 Kategori merah merupakan prioritas pertama (Pasien
cedera berat mengancam jiwa yang kemungkinan besar
dapat hidup bila ditolong segera).
 Kategori kuning merupakan prioritas kedua (Pasien
memerlukan tindakan definitif, tidak ada ancaman jiwa
segera)
 Kategori hijau merupakan prioritas ketiga (Pasien degan
cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri
atau mencari pertolongan)
 Kategori hitam merupakan Pasien meninggal atau cedera
fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi.
e) Pasien kategori merah dapat langsung diberikan tindakan di
ruang resusitasi, tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih
lanjut, pasien dapat dipindahkan ke ruang operasi atau di rujuk
ke Rumah Sakit lain.
f) Pasien dengan kategori kuning yang memerlukan tindakan
medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan
menunggu giliran, setelah pasien dengan kategori merah
selesai ditangani.
g) Pasien dengan kategori hijau dapat dipindahkan ke rawat
jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan,
maka pasien diperbolehkan untuk dipulangkan.
h) Pasien kategori hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar
jenazah.
Rumah Sakit harus mampu :
a) Mengkategorikan status Pasien, apakah masuk ke dalam
kategori merah, kuning, hijau atau hitam berdasarkan prioritas
atau penyebab ancaman hidup. Tindakan ini berdasarkan
prioritas ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability,
Environment).
b) Menilai ulang terus menerus (status triase karena kondisi
Pasien berubah maka dilakukan retriase).

32
c) Menggunakan Tag Triase (pemberian label pada Pasien)
karena sangat penting untuk menentukan prioritas pelayanan
apabila Rumah Sakit tersebut melayani Pasien saat terjadi
bencana alam ataupun kejadian bencana lainnya yang
terdapat Pasien dalam jumlah banyak.
2) Survei Primer (Resusitasi dan Stabilisasi)
a) Survei primer dilakukan dalam waktu cepat untuk
mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa pada Pasien
b) Batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan
memberikan intervensi segera mungkin.
3) Resusitasi dan Stabilisasi
a) Tindakan resusitasi segera diberikan kepada Pasien dengan
kategori merah setelah mengevaluasi potensi jalan nafas
(airway), status pernafasan (breathing) dan sirkulasi ke
jaringan (circulation) serta status mental Pasien yang diukur
Alert Verbal Pain Unresponsive (AVPU).
b) Apabila dokter/ dokter gigi sedang menangani pasien dengan
kategori kuning tetapi disaat yang bersamaan datang pasien
dengan kategori merah, maka dokter/ dokter gigi wajib
mendahulukan atau mengutamakan tindakan resusitasi
kepada pasien dengan kategori merah tersebut.
c) Pelayanan resusitasi di ruang resusitasi harus dilakukan
secara kerja sama tim dipimpin oleh seorang dokter yang
memiliki kompetensi tertinggi untuk melakukan resusitasi
sesuai dengan kewenangan klinis yang diberikan oleh
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.
d) Melakukan monitoring dan retriase terhadap tindakan
resusitasi yang diberikan. Monitoring kondisi pasien berupa
pemasangan peralatan medis untuk mengetahui status tanda
vital, pemasangan kateter urine, dan penilaian ulang status
mental Pasien (GCS).
4) Survei Sekunder
a) Survei sekunder tidak diwajibkan apabila kondisi pasien
memerlukan tindakan definitif segera. Pada kondisi ini, pasien

33
harus segera dilakukan rujukan sesuai prosedur tanpa
melakukan survei sekunder.
b) Melakukan anamnesa (alloanamnesa/autoanamnesa) untuk
mendapatkan informasi mengenai apa yang dialami Pasien
pada saat ini.
c) Pemeriksaan fisik, neurologis dan status mental secara
menyeluruh (head to toe) dengan menggunakan GCS
(Glasgow Coma Scale).
d) Melakukan pemeriksaan penunjang sesuai dengan
ketersediaan fasilitas yang dimiliki.
 Pemeriksaan penunjang yang dilakukan seperti
pemeriksaan laboratorium dan pencitraan yang
diinstruksikan oleh dokter berdasarkan hasil kesimpulan
anamnesa dan pemeriksaan fisik.
 Pemeriksaan penunjang dilakukan bila kondisi Pasien
telah stabil, yaitu: tanda-tanda vital normal, tidak ada lagi
kehilangan darah, keluaran urin normal 0,5-1 cc/kg/jam,
dan atau tidak ada bukti kegagalan fungsi organ.
e) Tindakan restraint sesuai indikasi dengan teknik terstandar
yang aman, dengan tujuan untuk mengamankan pasien, orang
lain dan lingkungan dari perilaku pasien yang tidak terkontrol.
2) Tata laksana definitif
a) Penanganan/ pemberian tindakan terakhir untuk
menyelesaikan permasalahan setiap pasien.
b) Penentuan tindakan yang diambil berdasarkan atas hasil
kesimpulan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, yang berwenang melakukan tata
laksana defintif adalah dokter/ dokter gigi yang terlatih.
3) Rujukan
Rujukan adalah memindahkan pasien ke tingkat fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi ataupun ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang memiliki sarana dan prasaran medis
serta tenaga ahli yang dibutuhkan untuk memberikan terapi
definitif kepada pasien. Sebelum pasien dirujuk, terlebih dahulu

34
dilakukan koordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang
dituju mengenai kondisi pasien, serta tindakan medis yang
diperlukan oleh Pasien.
Fasilitas pelayanan kesehatan pengirim harus mendapat
kepastian bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju siap
menerima dan melayani pasien yang dirujuk. Proses pengiriman
pasien dilakukan bila kondisi pasien stabil, menggunakan
ambulans yang dilengkapi dengan penunjang resusitasi, tenaga
kesehatan terlatih untuk melakukan tindakan resusitasi.
Penanganan kegawatdaruratan di Rumah Sakit meliputi
pelayanan kegawatdaruratan level I, level II, level III, dan level IV.
Adapun jenis pelayanan gawat darurat pada level I sampai dengan
level IV sebagai berikut:
Level I Level II Level III Level IV
Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan
pelayanan sebagai pelayanan pelayanan sebagai pelayanan sebagai
berikut : sebagai berikut : berikut : berikut :
1. Diagnosis dan 1. Diagnosis dan 1. Diagnosis dan 1. Diagnosis dan
penanganan : penanganan : penanganan : penanganan :
permasalahan permasalahan permasalahan permasalahan
pada jalan napas, pada jalan pada jalan pada jalan
ventilasi napas, ventilasi napas, ventilasi napas, ventilasi
pernapasan, pernapasan, pernapasan, pernapasan,
sirkulasi sirkulasi sirkulasi sirkulasi
pembuluh darah. pembuluh pembuluh darah, pembuluh darah,
2. Melakukan darah. dengan alat dengan alat
resusitasi dasar, 2. Melakukan yang lebih yang lebih
stabilisasi dan resusitasi lengkap lengkap
evakuasi. dasar, penilaian termasuk termasuk
disability, ventilator. ventilator.
penggunaan 2. Melakukan 2. Melakukan
obat, EKG, resusitasi dasar, resusitasi dasar,
defibrilasi. penilaian penilaian
3. Evakuasi dan disability, disability,
rujukan antar penggunaan penggunaan
fasyankes. obat, EKG, obat, EKG,
4. Bedah defibrilasi defibrilasi.
emergency 3. Evakuasi dan 3. ROE (Ruang
rujukan antar Observasi
fasyankes. Emergency)
4. ROE (Ruang 4. Bedah
Observasi emergency
Emergency) 5. Anestesi

35
emergency.
5. Bedah
emergency

d. Transfer Pasien IGD


1) Pengertian
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan
keruang perawatan/ ruang tindakan lain didalam rumah sakit (intra
rumah sakit) atau memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke
rumah sakit lain (antar rumah sakit).
2) Faktor-faktor yang berhubungan dengan transfer pasien
Faktor-faktor yang dijadikan pegangan untuk transfer penderita
antara lain adalah kriteria fisiologis, pola perlukaan, biomekanika
trauma dan beberapa masalah khusus. Apabila keputusan untuk
transfer sudah diambil, tidak menunda transfer dengan melakukan
pemeriksaan agar lengkap. Hanya pemeriksaan fungsi hemodinamik
yang dapat dilakukan, pemeriksaan lain hanya akan menunda
transfer. Ada keadaan dimana penderita tidak dapat dilakukan
transfer karena masalah hemodinamik yang belum stabil.
3) Prosedur transfer IGD ke ruangan
a) Perawat IGD mendapat konfirmasi dari Dokter IGD tentang
Pasien yang akan dirawat
b) Perawat IGD menerapkan 4S 1B dan melakukan identifikasi
pasien.
c) Perawat IGD melakukan kebersihan tangan
d) Perawat IGD menjaga privasi pasien
e) Dokter IGD mengisi form pengantar rawat inap
f) Perawat IGD memberikan pengantar rawat inap dan meminta
keluarga pasien ke Rekam Medis untuk memesan kamar
rawat inap dan mengurus administrasi rawat inap
g) Setelah keluarga melakukan registrasi rawat inap dan
mendapat surat masuk rawat inap, perawat IGD menghubungi
ruang rawat inap yang akan dituju untuk memastikan tempat
sudah tersedia dan dalam keadaan siap pakai serta
memastikan bahwa pasien boleh diantar ke ruangan tersebut

36
h) Perawat IGD mengisi formulir check list transfer internal
i) Perawat IGD melakukan evaluasi ulang pasien (GCS, tanda-
tanda vital, skala nyeri).
j) Perawat IGD mengantar pasien ke ruang rawat inap:
 Perawat IGD melakukan identifikasi pasien dan memasang
gelang identitas.
 Apabila pasien tidak kuat berjalan/ dalam konsidi lemah,
pasien diantar ke ruang rawat inap menggunakan kursi
roda / brankard/tempat tidur, namun apabila pasien
mampu berjalan, petugas mendampingi pasien sampai ke
ruang rawat inap yang dituju.
 Perawat IGD memasang pengaman tempat tidur/ brankard
dan alat penunjang bila diperlukan.
 Posisi pasien dalam transportasi, kaki didahulukan apabila
pasien menggunakan brancard/tempat tidur.
 Perawat IGD memperhatikan kondisi pasien selama
perjalanan.
k) Perawat IGD melakukan serah terima keperawat ruangan dan
menyertakan formulir check list transfer internal. Adapun serah
terima pasien meliputi :
 Kondisi pasien dalam perjalanan dan kondisi terakhir
pasien
 Terapi yang sudah diberikan
 Terapi yang harus dilanjutkan
 Rencana tindakan
 Pemeriksaan penunjang yang telah, sedang atau
direncanakan pada pasien
 Peralatan yang terpasang (Infus, drain, NGT, kateter, ETT,
dsb)
 Kelengkapan administrasi (bila belum lengkap
koordinasikan dengan pihak terkait)
l) Perawat IGD memberikan kesempatan kepada perawat
ruangan untuk bertanya sejelas-jelasnya.

37
m) Perawat IGD dan perawat ruangan mendokumentasikan serah
terima pasien di catatan keperawatan.
n) Perawat IGD melakukan kebersihan tangan sesudah
melakukan tindakan.
4. Money
a. Pengertian manajemen keuangan
Pengertian manajemen keuangan cukup beragam sesuai dengan
pihak yang menafsirkan. Menurut Prof. Dr. Bambang Riyanto
manajemen keuangan adalah “ semua aktivitas perusahaan yang
bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh
perusahaan dan usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien
mungkin”. Dari aspek manajemen pengertian tersebut berarti
manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis
dan pengendalian kegiatan keuangan perusahaan.
b. Fungsi manajemen keuangan
1) Perencanaan Keuangan
a) Membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta
kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu
b) Penganggaran Keuangan
c) Tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat
detail pengeluaran dan pemasukan.
2) Pengelolaan Keuangan
Menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana
yang ada dengan berbagai cara
3) Pencarian Keuangan
Mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk
operasional kegiatan perusahaan.

4) Penyimpanan Keuangan
Mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana tersebut
dengan aman.
5) Pengendalian Keuangan

38
Melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem
keuangan pada perusahaan.
6) Pemeriksaan Keuangan
Melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada
agar tidak terjadi penyimpangan. Dalam menjalankan fungsinya,
tugas manajer keuangan berkaitan langsung dengan keputusan
pokok perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Aktivitas rumah sakit ditinjau dari sudut manajemen keuangan
menjadi tugas manajer keuangan. Tugasnya antara lain adalah
sebagai berikut ;
a) Perolehan dana dengan biaya murah
b) Penggunaan dana efektif dan efisien
c) Analisis laporan keuangan
d) Analisis lingkungan internal dan eksternal yang
berhubungan dengan keputusan rutin dan khusus.
5. Marketing
Dalam Suprihanto (1997) dalam terjemahan marketing for Health
Care Organization menyatakan bahwa pemasaran merupakan suatu
analisis, perencanaan, pengimplementasian, dan pengendalian program-
program yang diformulasikan dengan hati-hati untuk menghasilkan
pertukaran nilai secara sukarela dengan target pasar yang dimaksudkan
untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Berikut beberapa definisi oleh beberapa para ahli pemasaran yakni
diantaranya :
a. Pemasaran terdiri dari semua aktifitas yang dirancang untuk
menghasilkan dan memfasilitasi setiap pertukaran yang dimaksudkan
untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen.
b. Pemasaran merupakan proses dimana struktur permintaan terhadap
produk dan jasa antisipasi dan diperluas melalui konsepsi, promosi,
distribusi dan pertukaran barang.
Peran SIM (Sistem Internal Manajemen) di Rumah Sakit dapat pada
fungsi medikal maupun fungsi bisnis untuk setiap fungsi SIM dapat
berperan baik dengan sistem perencanaan operasional sistem

39
pengawasan serta perencanaan strategis dengan bahasa yang sedikit
berbeda.
Dengan berbagai macam pengertian pemasaran dan pasar sebagai
objek pemasaran, perusahaan atau organisasi hendaknya mampu
memahami dengan lebih mendalam sehingga apa yang ingin ditawarkan
perusahaan atau organisasi dapat diterima oleh pasarnya. Demikian pula
untuk memasarkan jasa layanan rumah sakit harus mampu
memperhatikan apa yang sesungguhnya dijual atau ditawarkan dan siapa
yang menjadi pasar sasarannya.
Berkembang tidaknya suatu perusahaan, tergantung dari
keberhasilan perusahaan tersebut dalam menjual produk/jasanya kepada
pelanggan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan harus
mengetahui apa dan bagaimana memenuhi dan memuaskan kebutuhan
serta keinginan pelanggan.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) melayani pertolongan pertama pada
kasus/ penyakit yang tergolong emergensi, yaitu melakukan diagonis dan
pengobatan pada penyakit akut dan cedera yang memerlukan tindakan
segera. Pasien yang datang di IGD selalu dinilai kegawatannya menjadi 3
prioritas, menjadi prioritas 1, 2 dan 3. Prioritas 1 yaitu kasus/ penyakit
dengan kegawat daruratan yang mengancam jiwa dan gawat darurat
berat. Prioritas 2, untuk gawat darurat ringan. Prioritas 3 untuk kasus/
penyakit yang bukan gawat darurat. Pasien dengan prioritas 1 menjadi
pilihan pertama petugas untuk mendahulukan pelayanan. Sampai
kondisinya  stabil baru melayani pasien prioritas 2 dan seterusnya. Karena
itu perlu pengertian dan kesabaran dari pasien atau pengantarnya Prioritas
1, 2 dan 3 ditentukan oleh dokter IGD sesuai derajat kegawatannya. 
Intalasi Gawat darurat (IGD) harus memberikan pelayanan 24 Jam
dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang  :
a. Ambulance
b. Radiologi 
c. Laboratorium
d. Ruang Resusitasi
e. PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial / Emergensi
Komperhensif.)

40
f. Ruang Isolasi Emergency 
g. Ruang Pemeriksaan Non Emergency
h. Ruang Triage

D. KONSEP ANALISIS SWOT


1. Pengertian
SWOT adalah singkatan dari Strength, Weakneses, Opportunities
and Threats (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman). Analisis
SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan
strategis pendidikan, namun ia tetap merupakan alat  yang efektif dalam
menempatkan potensi institusi. SWOT adalah merupakan sebuah
pendekatan dan paling mutakhir dalam dunia menajemen.
2. Tujuan Analisis SWOT
a. Untuk memberikan gambaran hasil analisis keunggulan, kelemahan,
peluang dan ancaman perusahaan secara menyeluruh yang
digunakan sebagai dasar atau landasan penyusunan objective dan
strategi perusahaan dalam corporate planning
b. Untuk mencocokkan “fit” antara sumber daya internal dan situasi
eksternal perusahaan. Pencocokkan yang baik akan memaksimalkan
kekuatan dan peluang perusahaan dan meminimumkan kelemahan
dan ancamannya. Asumsi sederhana ini mempunyai implikasi yang
kuat untuk design strategi yang sukses.
3. Unsur Analisis SWOT
a. Strengths (kekuatan)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek
atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan
faktor yang terdapat dalam  tubuh organisasi, proyek atau konsep
bisnis itu sendiri.
b. Weakness (kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam  tubuh organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri.
c. Opportunity (peluang)

41
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi.
Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek
atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan
pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
d. Threats (tantangan)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
4. Teknik analisis SWOT
Teknik analisis SWOT dapat dibedakan atas tiga tahap. Teknik yang
dimaksud adalah:
a. Melakukan analisis kekuatan dan kelemahan organisasi
Untuk dapat melakukan analisis kekuatan dan kelemahan organisasi,
perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Menetapkan unsur-unsur organisasi yang akan dinilai
Unsur-unsur yang akan dinilai tersebut biasanya dibedakan atas
dua macam. Pertama, unsur perangkat organisasi (tool of
administration), yang terdiri dari tenaga (man), dana (money),
sarana (material), pemasaran (market), serta metoda (method).
Kedua, unsur fungsi organisasi (function of administration) yang
terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penggerakan (actuating) serta pengawasan
(controlling).
2) Memberikan nilai untuk setiap unsur yang akan dinilai
Nilai yang diberikan untuk setiap unsur yang dinilai secara umum
dapat dibedakan atas dua macam :
a) Nilai penampilan (performance) yang dinyatakan dengan baik
atau buruk
b) Nilai kepentingan (importance) yang dinyatakan dengan
penting atau tidak penting.
3) Membuat matrik dari hasil penilaian yang dilakukan
4) Menarik kesimpulan hasil penilaian
b. Melakukan analisis kesempatan organisasi
Untuk dapat melakukan analisis kekuatan dan kelemahan organisasi,
perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :

42
1) Menetapkan unsur-unsur yang akan dinilai
Biasanya unsur-unsur yang akan dinilai tersebut merupakan hal-
hal yang baru bagi organisasi. Misalnya perubahan kebijakan
peerintah, perubahan tingkat sosial-ekonomi penduduk,
perubahan keadaan sosial budaya penduduk dan lain sebagainya.
2) Memberikan nilai untuk setiap unsur yang akan dinilai
Nilai yang diberikan secara umum dapat dibedakan atas dua
macam sebagai berikut :
a) Nilai daya tarik (attractiveness) yang dinyatakan dengan tinggi
dan rendah
b) Nilai kemungkinan keberhasilan (succces probability) yang
dinyatakan dengan tinggi dan rendah.
3) Membuat matrik dari hasil penilaian yang dilakukan
4) Menarik kesimpulan hasil penilaian
c. Melakukan analisis hambatan organisasi
Untuk dapat melakukan analisis hambatan yang dihadapi oleh
organisasi, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Menetapkan unsur-unsur yang akan dinilai
Sama halnya dengan kesempatan, biasanya unsur-unsur yang
akan dinilai merupakan hal-hal yang baru bagi organisasi.
Misalnya perubahan kebijakan pemerintah, perubahan keadaan
sosial ekonomi penduduk, perubahan keadaan sosial budaya
penduduk dan lain sebgaainya.
2) Memberikan nilai untuk setiap unsur yag akan dinilai
Nilai yanng diberikan secara umum dapat dibedakan atas dua
macam sebagai berikut:
a) Nilai kemungkinan munculnya hambatan (probability of
occurance) yang dinyatakan dengan sering dan jarang
b) Nilai seriusnya hambatan (seriousness) yang dinyatakan
dengan serius dan tidak
3) Membuat matrik dari hasil penilaian yang dilakukan
4) Menarik kesipulan haisl penilaian

43

Anda mungkin juga menyukai