Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PAPER

MATA KULIAH
MIKOLOGI (TEORI)
Dosen Pengampu: 1. Makhabbah J, M.Si
2. Bagus M I, M.Kes
3. Hamtini, M.Si
4. Aminah, M.Si

JUDUL PAPER:
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PENYEBAB MIKOSIS
OPPORTUNISTIK

OLEH:
Nawal Wardani / NIM: P27903118027
Rizqi Wulan Sadila / NIM: P27903118036
Siva Noer Faeda / NIM: P27903118044
Syarifatun Umniyyati / NIM: P27903118045

PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
2020
PEMBAHASAN

Jamur atau fungi adalah sel eukariotik yang tidak memiliki klorofil, tumbuh sebagai
hifa, memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat heterotrof. Jamur menyerap
nutrien melalui dinding selnya, mengekskresikan enzim-enzim ekstraseluler ke lingkungan
melalui spora, serta melakukan reproduksi seksual dan aseksual (Gandjar et al., 2006)
Reproduksi jamur secara seksual melalui peleburan antara inti jantan dan inti betina,
sehingga terbentuk spora askus, sedangkan reproduksi secara aseksual dengan memutuskan
benang hifa (fragmentasi). Jamur dapat merugikan manusia yaitu sebagai patogen yang
menyebabkan penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh jamur disebut mikosis. Jamur yang
hanya menginvasi jaringan superfisialis (kulit, rambut, dan kuku) dan tidak ke jaringan yang
lebih dalam disebut mikosis superfisial, sedangkan mikosis yang mengenai organ dalam
disebut mikosis profunda atau mikosis sistemik.
Jumlah spesies jamur yang sudah diketahui hingga kini adalah kurang lebih 69.000 dari
perkiraan 1.500.000 spesies yang ada di dunia (Zedan, 1992; Hawksworth, 1991) dan
menurut Rifai (1995), di Indonesia terdapat kurang lebih 200.000 spesies. Indonesia memiliki
kekayaan akan diversitas tumbuhan dan hewan juga memiliki diversitas fungi yang sangat
tinggi mengingat lingkungannya yang lembab dan suhu tropis yang mendukung pertumbuhan
fungi. (Gandjar et al., 2006)
Infeksi jamur pada rongga mulut yang paling sering terjadi disebabkan oleh Candida
albicans. Candida albicans merupakan mikroorganisme normal dalam rongga mulut yang
bersifat opportunistik, yaitu infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak
menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat
menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk.
Fungi yang paling sering diisolasi dari pasien immunocompromised adalah saprophytic
(dari lingkungan) atau endogen (komensal). Spesies yang paling umum adalah Candida sp,
Aspergillus sp, dan Mucor sp. Bila fungi diisolasi dari pasien yang immunocompromised,
dokter yang merawat harus membedakan, antara lain:
 Kolonisasi (yang tidak menjadi perhatian utama);
 Transient fungemia (sering melibatkan Candida albicans);
 Infeksi sistemik.

2
A. FUNGI PENYEBAB MIKOSIS OPPORTUNISTIK
1. Candida albicans
Candida merupakan fungi golongan khamir penyebab tersering infeksi
fungi opportunistik di seluruh dunia. Candida biasanya berkolonisasi di membran
mukosa dan kulit manusia serta merupakan flora normal pada kulit, membran
mukosa, saluran cerna, dan vagina (Jawetz, 2005). Selain dapat menjadi patogen
dan membentuk kolonisasi, biasanya Candida juga ditemukan dalam lingkungan,
seperti daun, bunga, air, dan tanah.
Fungi ini berbentuk dimorfik, yaitu berbentuk hifa/pseudohifa ditemukan
pada penyakit atau bentuk patogen dan berbentuk ragi/yeast merupakan bentuk
istirahat sebagai saprofit. Candida albicans bersifat dimorfik; selain ragi dan
pseudohifa, spesies tersebut juga dapat menghasilkan hifa sejati. Candida
albicans dianggap jenis yang paling patogen dan paling banyak menyebabkan
penyakit, dibandingkan dengan spesies Candida sp. lainnya seperti Candida
tropicalis, Candida glabrata, Candida parapsilosis, Candida krusei, Candida

3
lusitanie dan Candida dubliniensis (Komariah, 2012). Candida albicans dapat
tumbuh lebih banyak dan melakukan invasi pada kondisi tertentu, sehingga
menyebabkan penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah atau
kekebalannya menurun (Pratiwi, 2008).
2. Aspergillus sp.
Aspergillus adalah fungi opportunistik patogen yang dapat menginfeksi
manusia. Aspergilosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh fungi Aspergillus.
Fungi ini terdapat di alam bebas, sehingga sporanya sering diisolasi dari udara.
Cara infeksi tergantung lokasi yang diinfeksi ada beberapa bentuk, yaitu:
aspergilosis kulit, aspergilosis sinus, aspergilosis paru, aspergilosis sistemik.
Aspergillus sp. tumbuh cepat, menghasilkan hifa aerial yang
memperlihatkan ciri khas struktur konidia, konidiofora panjang dengan vesikel di
terminal, tempat fialid menghasilkan rantai-rantai basipetal konidia. Spesies ini
diidentifikasi menurut perbedaan morfologi dalam struktur-struktur tersebut,
termasuk ukuran, bentuk, tekstur, dan warna konidia.
Aspergillus sp. adalah saprofit yang sangat mudah ditemukan di sekitar
kehidupan manusia dan terdiri atas sekelompok spesies berbeda. Spesies yang
kerap menyebabkan penyakit adalah Aspergillus fumigatus, Aspergillus flavus,
Aspergillus niger, dan Aspergillus terreus, spesies yang paling patogen adalah
Aspergillus fumigatus karena, mampu tumbuh pada suhu 37C bahkan sampai
suhu 50C.
Aspergillus sp. adalah fungi saprofit yang sehari-hari konidianya sangat
mudah terhirup ke dalam saluran napas tanpa menyebabkan kelainan. Konidia
yang masuk akan dikeluarkan oleh pergerakan silia epitel torak atau dihancurkan
oleh imunitas tubuh. Diperlukan faktor resiko yang mengubah pertahanan tubuh
dan memungkinkan jamur menyebabkan infeksi. Tempat predileksi utama
aspergilosis adalah paru-paru akibat inhalasi konidia. Kelainan yang disebabkan
Aspergillus sp. contohnya adalah aspergilosis invasif.
3. Cryptococcus neofarmans
Kriptokokosis adalah penyakit opportunis sistemik yang disebabkan oleh
fungi Cryptococcus neofarmans yang dapat menimbulkan kelainan pada kulit,
paru, dan meningitis. Pada medium SDA tumbuh koloni fungi yang berwarna
kuning tua yang tumbuh cepat pada temperatur 37C.

4
Di dalam kultur, Cryptococcus sp. menghasilkan koloni mukoid keputihan
dalam 2-3 hari. Secara mikroskopis, dalam bahan kultur atau klinis, sel fungi
yang bulat dan bertunas (diameter 5-10 mikron) dikelilingi oleh kapsul tebal yang
tidak terwarnai. Semua spesies Cryptococcus, termasuk beberapa spesies non-
patogen, terbungkus di dalam kapsul dan mengandung urease. Akan tetapi,
Cryptococcus neofarmans dan Cryptococcus gatti berbeda dengan spesies non-
patogen karena mampu tumbuh di suhu 37C dan menghasilkan laktase, suatu
fenol oksidase yang mengkatalisasi pembentukan melanin dari substrat fenol
yang sesuai. Baik kapsul dan laktase merupakan faktor virulensi yang sudah
menjadi ciri yang jelas. Isolat klinis dikenali dengan terdapatnya produksi laktase
atau pola spesifik asimilasi karbohidrat. Reproduksi seksual dapat terlihat di
laboratorium, dan perkawinan yang sukses akan menghasilkan miselium dan
basidiospora.

B. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI


a. Candida sp.
Spesimen didapat tergantung dimana fungi ini menginfeksi, seperti
kandidiasis superfisial (kulit dan kuku), kandidiasis sistemik (saluran pernafasan,
saluran cerna) dan kandidiasis vagina. Contoh spesimen: kerokan kulit dan kuku,
apus vagina, darah, cairan spinal, biopsi jaringan, urine dan materi dari kateter
intravena yang dilepas.
Dalam mengisolasi jamur Candida sp. menggunakan media agar, yaitu
media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) atau pada media Potato Dextrose Agar
(PDA) dan diinkubasi dalam waktu 24 jam pada suhu 37C (Brooks et al., 2013).
Pertumbuhan koloni Candida sp. pada media SDA memiliki sifat-sifat khas,
yaitu:
- Koloni menonjol dari permukaan media;
- Permukaan pada koloni halus dan licin;
- Koloni berwarna putih kekuning-kuningan;
- Memiliki bau ragi (Siregar, 2004).

5
Gambar: Makroskopis Candida albicans dan mikroskopis Candida albicans
pada media SDA
Pertumbuhan pseudohifa terlihat terendam dibawah permukaan agar,
kemudian untuk memastikan jamur Candida sp. dilakukan tes germ tube yaitu
dengan menggunakan serum dan diinkubasi selama 90 menit dengan suhu 37C.
Kemudian, diamati secara mikroskopis dan akan terlihat bentuk klamidospora.
Uji fermentasi dan uji gula-gula dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis
spesies isolat Candida sp. yang lebih umum, seperti Candida tropicalis, Candida
parapsilosis, Candida guilliermondii, Candida kefyr, Candida krusei, dan
Candida lusitaniae (Brooks et al., 2013).
b. Aspergillus sp.
Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% menggunakan sampel yang dapat
berupa sputum, bilasan bronkus, dan usap hidung/mulut. Saat ini beberapa rumah
sakit terkemuka di dunia mulai menerapkan pemeriksaan berbasis molekular
(PCR) untuk diagnosis aspergilosis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gabungan
gejala klinis, faktor resiko, gambaran CT scan paru dan hasil pemeriksaan
laboratorium.
Semua spesimen dibiakkan pada medium fungi dengan suhu ruang atau pada
suhu 37C, kemudian diperiksa untuk mencari keberadaan pseudohifa.
- Aspergillus flavus
Pada agar Czapek Dox, Aspergillus flavus yang tumbuh mula-mula
berwarna putih kemudian pada hari ke empat berubah menjadi hijau

6
kekuningan dengan pinggiran putih dan permukaan bawah koloni berwarna
kekuningan sampai coklat. Secara mikroskopis, konidiofor tampak jelas,
tidak berpigmen, kasar, panjangnya kurang dari 1 mm (Gautam dan
Bhadauria, 2012).

Gambar: Makroskopis Aspergillus flavus dan mikroskopis Aspergillus


flavus pada media Czapek Dox Agar.
- Aspergillus fumigatus
Koloni pada medium PDA dengan suhu 25C berwarna abu-abu
kehijauan terlihat seperti berasap. Beberapa isolasi mungkin terlihat seperti
pigmen lavender. Koloni yang sangat matur berubah menjadi abu-abu batu.
Teksturnya seperti benang wol atau kapas dan granular.
Secara mikroskopik, hifa Aspergillus fumigatus berupa septa dan
hialin. Kepala konidia terlihat seperti kolumnar keras. Konidiospora terlihat
lembut, tidak berwarna dengan panjang 300 µm, dan berbentuk seperti
kubah dengan diameter 20-30 µm, konidia bisa halus sampai kasar dengan
diameter 2-3,5 µm.

7
Gambar: Makroskopik Aspergillus fumigatus dan mikroskopik Aspergillus
fumigatus pada media PDA.

c. Cryptococcus neoformans
Sampel diambil secara aseptis sebelum pemberian antifungal, dikumpulkan
pada wadah yang steril dan segera dibawa ke laboratorium. Sampel diambil
sesegera mungkin setelah timbulnya gejala yang mendukung ke arah diagnosis.
Jumlah sampel yang dianjurkan untuk cairan serebrospinal (CSS) adalah >2 mL.
Sampel darah 10-20 mL untuk dewasa dan 4-10 mL untuk anak-anak.
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis langsung adalah
pewarnaan dengan tinta India dan dibaca dengan mikroskop cahaya (merupakan
pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi kapsul sel fungi C.neoformans).
Diagnosis kriptokokosis dikonfirmasi dengan melakukan kultur organisme
yang merupakan baku emas dalam diagnosis laboratorium. Media yang paling
umum digunakan untuk kultur fungi adalah Sabouraud Dextrose Agar (SDA).
SDA digunakan untuk isolasi dan penanaman fungi.
Pada medium SDA dengan suhu kamar, koloni yang terbentuk berwarna
kecoklatan, mengkilap, dan mukoid. Secara mikroskopis, dalam bahan kultur atau
klinis, sel fungi yang bulat dan bertunas (diameter 5-10 mikron) dikelilingi oleh
kapsul tebal yang tidak terwarnai, maka di amati dengan tinta india. Basidiospora
berukuran kecil yaitu 1,8 µm sampai 3,0 µm, dapat dalam bentuk sel ragi pada
suhu 37°C atau membentuk hifa dikariotik pada suhu 25°C.

Gambar: Makroskopik Cryptococcus neoformans dan mikroskopik


Cryptococcus neoformans pada media SDA.

8
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Penyakit yang disebabkan oleh jamur disebut mikosis. Jamur yang hanya menginvasi
jaringan superfisialis (kulit, rambut, dan kuku) dan tidak ke jaringan yang lebih dalam disebut
mikosis superfisial, sedangkan mikosis yang mengenai organ dalam disebut mikosis profunda
atau mikosis sistemik. Candida albicans merupakan mikroorganisme normal dalam rongga
mulut yang bersifat opportunistik, yaitu infeksi yang disebabkan oleh organisme yang
biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
normal, tetapi dapat menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
buruk.

9
DAFTAR PUSTAKA

Efrida, Desiekawati. 2012. Kriptokokal Meningitis : Aspek dan Diagnosis Laboratorium.


Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 1. No 1. Halaman 39-44.
Ellis, David. Dkk. 2007. Descriptions Of Medical Fungi. Second Edition. Australia : School
Of Molecular & Biomedical Science University Of Adelaide.
Haza Annisa, Gisela. 2012. Karakteristik Klinis dan Laboratorium Mikologi Pada Pasien
Tersangka Mikosis Paru Di Rumah Sakit Persahabatan. Jakarta. Skripsi Universitas
Indonesia.
Jawetz, Melnick dan Adelberg. 2008. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

10

Anda mungkin juga menyukai