Anda di halaman 1dari 20

LAMPIRAN 1

Keputusan Direktur Utama RSU Bina Kasih


Nomor: 01/024/SKEP/RSU BK/I/2020
Tentang : Pedoman Pelayanan High Care Unit (HCU) Rumah Sakit Umum Bina Kasih

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang –
Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya.
Peningkatan Upaya Kesehatan Perorangan (UPK) di Rumah Sakit secara terus menerus
ditingkatkan sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu dan teknologi
kedokteran. Pengembangan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit juga diarahkan guna
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien serta efisiensi biaya dan kemudahan akses
segenap masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pelayanan High Care Unit (HCU) di Rumah Sakit perlu ditingkatkan secara
berkesinambungan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan pengobatan, perawatan dan
pemantauan secara ketat yang semakin meningkat sebagai akibat penyakit menular maupun
tidak menular seperti : demam berdarah, malaria, cidera, keracunan, penyalah gunaan NAPZA,
HIV, penyakit jantung pembuluh darah, diabetes militus dan gagal ginjal.
Rumah Sakit Umum Bina Kasih kini memiliki satu unit pelayanan yang memfokuskan
pada pemantauan kondisi pasien secara kontinyu. Nama unit tersebut adalah HCU (High Care
Unit). HCU merupakan unit pelayanan di rumah sakit bagi pasien dengan kondisi respirasi,
hemodinamik dan kesadaran yang stabil tetapi memerlukan pengobatan, perawatan dan
pengawasan ketat karena memiliki resiko terjadi ketidakstabilan sewaktu-waktu. Dengan
pelayanan HCU ini akan diketahui arah sakitnya pasien ke arah membaik atau sebaliknya
memburuk.
Pedoman ini disusun sebagai petunjuk dalam rangka Penyelenggaraan Pelayanan HCU
yang berkualitas dan mengedepankan keselamatan pasien di Rumah Sakit serta menjadi acuan
penyusunan standar prosedur operasional pelayanan HCU di Rumah Sakit Umum Bina Kasih.

B. Tujuan
1. Maksud disusunnya Pedoman Pelayanan HCU ini untuk menjadi acuan dalam
menyelenggarakan pelayanan HCU di Rumah Sakit Umum Bina Kasih.
2. Tujuan Pedoman Pelayanan HCU ini adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien HCU.
b. Meningkatkan, mengembangkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta
peralatan HCU.
c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan pelayanan HCU terutama bagi
pasien kritis stabil yang hanya membutuhkan pelayanan pemantauan.

Page 1 of 20
C. Pengertian dan Lingkup Kerja
1. Pengertian
a. High Care Unit (HCU) adalah unit pelayanan Rumah Sakit bagi pasien dengan kondisi
stabil dan fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran, namun masih memerlukan
pengobatan, perawatan dan pemantauan secara ketat. Tujuannya adalah agar bisa
diketahui secara dini perubahan yang membahayakan, sehingga bisa dengan segera
dipindahkan ke ICU untuk dikelola lebih baik.
b. Pasien yang dimaksud pada poin (a) tersebut adalah pasien yang memerlukan tingkat
pelayanan yang berbeda di antara ICU dan Ruang Rawat inap biasa (artinya tidak
perlu perawatan ICU namun belum dapat dirawat di ruang perawatan biasa karena
masih memerlukan pemantauan ketat).
2. Waktu penyelenggaraan
Pelayanan HCU berlangsung 24 jam sehari selama 7 hari perminggu. Jenis tipe HCU di RSU
Bina Kasih adalah Pararel HCU, yakni HCU yang terletak berdekatan (bersebelahan) dengan
ICU.
3. Lingkup kerja
Pelayanan HCU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis stabil yang membutuhkan
pelayanan, pengobatan dan pemantauan secara ketat tanpa penggunaan alat bantu
(Ventilator).
Apabila setelah menjalani perawatan di ruang HCU ini kondisi pasien membaik, maka segera
dipindahkan ke ruang biasa. Akan tetapi jika memburuk bisa langsung dibawa ke ICU guna
mendapatkan pelayanan yang lebih intensif.
Tujuan pelayanan ini adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien sakit kritis dalam
kondisi stabil yang memerlukan pengobatan, perawatan dan pengawasan ketat. Selain itu
HCU bisa mengurangi beban pelayanan ICU dan mencegah rawat ulang di ICU.
HCU (High Care Unit) memiliki berbagai kesamaan istilah yaitu HND (High Nursing
Dependency) dan ICA (Intermediate Care Area). Secara umum HCU harus mampu melakukan
pemantauan pasien secara ketat, menganalisa hasil pemantauan dan melakukan
pengelolaan atau perawatan yang sesuai dengan standar prosedur.
Pasien akan dipantau tingkat kesadaran, fungsi pernapasan, fungsi sirkulasi, oksigenasi, dan
balance cairan sesuai dengan keadaan pasien dan standar prosedur yang berlaku, untuk itu
di HCU RSU Bina Kasih tersedia alat bantu pemantau bagi setiap pasien yaitu “patient
monitor”. Alat ini dapat menampilkan data aktual tentang irama jantung, denyut jantung,
tekanan darah, frekuensi pernapasan, konsentrasi oksigen dalam darah dan suhu. Dengan
adanya alat bantu ini tim yang memberikan pelayanan dapat memperoleh data aktual yang
akurat untuk melakukan analisa status kesehatan pasien sehingga dapat dilakukan tindakan
yang sesuai.
Keunggulan HCU RSU Bina Kasih adalah lokasinya berdampingan langsung dengan ICU dan
ICCU sehingga bila diperlukan perawatan intensif pasien dapat segera dipindahkan untuk
mendapat pertolongan lanjutan secara cepat.
Dengan adanya ruang HCU dapat dilakukan efisiensi dan efektifitas pelayanan karena pasien
akan dilakukan pemantauan ketat sebelum diputuskan untuk rawat intensif atau rawat ruang
umum.

Page 2 of 20
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kedudukan HCU
Untuk Rumah Sakit Umum Bina Kasih selaku rumah sakit tipe B yang telah memiliki ICU, maka
kedudukan HCU dalam menjalankan fungsi pelayanan berada dibawah koordinasi ICU.
Pelayanan HCU dilakukan oleh Tim yang terdiri dari Dokter Spesialis dan Dokter serta dibantu
oleh perawat dan Tenaga Kesehatan lainnya.
A. Jumlah Tenaga Menurut Kualifikasi
Tim Pelayanan HCU tersebut telah mendapatkan pelatihan dasar HCU yang diselenggarakan
oleh Organisasi Profesi.
Berikut ini adalah daftar kualifikasi SDM di unit kerja HCU, adapun daftar kualifikasi ketenagaan
dapat dilihat pada table dibawah ini:
No Nama jabatan Pendidikan Sertifikasi Jlh
1 Kepala ICU Dokter a. Pelatihan Basic dan Advence Life Support dan 1
Anestesi Pelatihan pemantauan intensif
b. Pelatihan penatalaksanaan jalan nafas dan terapi
oksigen
c. Pelatihan terapi cairan, elektrolit, dan asam basa
d. Pelatihan pengendalian dan penanganan infeksi
e. Pelatihan manajemen HCU
2 Kepala Rg HCU S.Kep, Ners Pelatihan Basic dan Advence Life Support 1
3 Ketua Tim D III Pelatihan Basic Life Support 1
4 Perawat D III Pelatihan Basic Life Support 6
Pelaksana
5 Tenaga D III Pelatihan Administrasi 1
. Administrasi
6 Tenaga SMA 1
. Kebersihan

B. Penetapan Jam Kerja


Hari kerja Rumah Sakit Umum Bina Kasih adalah 6 (enam) hari kerja dalam seminggu dan jam
kerja standar perusahaan adalah 40 jam dalam satu minggu. Rumah sakit Bina Kasih merupakan
rumah sakit yang beroperasional selama 24 jam sehari untuk melayani masyarakat umum dan
disesuaikan dengan jam kerja perusahaan.
Bagi karyawan yang berkerja secara shift, maka waktu kerja akan diatur secara mandiri oleh unit
kerja yang bersangkutan dan tetap mengacu pada jam kerja standar yaitu selama 40 jam dalam
satu minggu dengan 6 hari kerja. Untuk karyawan yang berkerja melebihi jam kerja standar
maka kelebihan tersebut akan diperhitungkan dalam kebijakan lembur perusahaan.
Adapun untuk tata tertib jam kerja adalah sebagai berikut :
1. Batas keterlambatan karyawan dalam satu bulan adalah 30 menit.

Page 3 of 20
2. Apabila keterlambatan melebihi batas toleransi yang diberkan maka karyawan tersebut
akan mendapatkan evaluasi kedisiplinan dari atasan langsung.
3. Apabila terjadi keterlambatan selama 3 bulan dalam satu tahun karyawan akan diberikan
surat peringatan.
4. Izin meninggalkan dinas maksimal adalah 3 jam dalam satu hari kerja dengan persyaratan
mengisi form izin meninggalkan dinas (IMD) yang ditanda tangani oleh atasan langsung
dan dapat dipertanggung jawabkan urgencynya.
Pengaturan tenaga kerja di Rumah Sakit Umum Bina Kasih berdasarkan shift dan non shift dapat
dibawah ini :
 Senin-minggu
o Shift I : 07.30 - 16.00 WIB
o Shift II : 13.00 - 21.00 WIB
o Shift III : 20.30 - 08.00 WIB
C. Tugas dan Tanggung Jawab SDM
1. Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala HCU :
a. Merencanakan program kerja Instalasi HCU
b. Melakukan koordinasi lintas program dalam melaksanakan program di HCU
c. Melakukan koordinasi lintas sector pelaksanaan program di Instalasi HCU
d. Mengarahkan pelaksanan program di HCU
e. Membagi tugas kepada bawahan dalam melaksanakan program pelayanan di Instalasi
HCU
f. Mengendalikan pelaksanaan program di HCU
g. Mengevaluasi pelaksanaan program di HCU
h. Menyusun laporan bidang pengembangan berdasarkan obyektifitas hasil kerja yang telah
dicapai sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas
i. Melaksanakan dan memonitoring kegiatan tindak lanjut dan hasil evaluasi kerja di Unit
High Intensive Care
j. Mengambil langkah-langkah yang perlu dan menyelesaikan urusan yang berkaitan dengan
pelayanan HCU baik yang berada dlam garis koordinasi maupun yang ada di unit lain
k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh direktur
l. Penentuan unit cost tindakan di HCU
m. Perencanaan anggaran tahunan HCU
n. Pengelolaan program safety pasien

2. Wewenang Kepala HCU :


a. Memberi masukan kepada Direktur Pelayanan Medis
b. Mengarahkan, membimbing dan menegur Penanggung Jawab/KaRu di lingkungan HCU
c. Memberi penilaian terhadap kinerja Penanggung Jawab/ KaRu HCU, ICU dan ICCU
d. Menolak hasil kinerja Penanggung Jawab/KaRu HCU, ICU dan ICCU yang tidak sesuai
dengan ketentuan
e. Meminta kelengkapan data dan informasi dari unit terkait
f. Merekomendasikan izin dan cuti Penanggung Jawab/KaRu HCU, ICU dan ICCU

Page 4 of 20
3. Hubungan Kerja Kepala HCU : Penanggung Jawab ICU/KaRu HCU, ICU dan ICCU, Dokter
(umum, spesialis), Farmasi, Pengadaan/Logistik, IPSRS, House keeping/ Cleaning Services, IGD,
Rawat Inap, Instalasi Gizi, Laboratorium, Radiologi.
4. Penanggung Jawab High Care Unit
a. Nama Jabatan : Kepala Ruangan/KaRu HCU
b. Nama Atasan Langsung : Kepala ICU
c. Nama Bawahan Langsung : Ketua Tim (KaTim), Perawat Pelaksana (PPJP), Tenaga
Administrasi, Cleaning Services.
d. Tugas Pokok : Membantu Kepala Instalasi dalam merencanakan, mengarahkan,
mengkoordinasi, mengendalikan, mengevaluasi pelaksanaan program-program di HCU
e. Tugas Dan Tanggung Jawab KaRu HCU :
 Merencanakan program-program kerja HCU
 Melakukan koordinasi lintas program dalam pelaksanaan program-program di HCU
 Melakukan koordinasi lintas sektor pelaksanaan program-program di HCU
 Mengarahkan pelaksanaan program di HCU
 Membagi tugas kepada bawahan dalam pelaksanaan program pelayanan di HCU
 Mengendalikan pelaksanaan program di HCU
 Mengevaluasi pelaksanaan program HCU
 Menyusun laporan bidang pengembangan berdasarkan obyektivitas hasil kerja yang
telah dicapai sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas
 Melaksanakan dan memonitor kegiatan tindak lanjut dari hasil evaluasi kinerja di HCU
 Mengambil langkah-langkah yang perlu dan menyelesaikan urusan yang berkaitan
dengan pelayanan HCU, baik yang berada dalam garis koordinasi maupun yang ada di
unit lain.
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala ICU.

f. Wewenang KaRu HCU :


 Memberikan masukan kepada Kepala Instalasi ICU
 Mengarahkan, membimbing dan menegur pelaksana di lingkungan HCU
 Memberikan penilaian Ketua Tim (KaTim), Perawat Pelaksana (PPJP), Tenaga
Administrasi, Cleaning Services di HCU
 Menolak hasil kerja Ketua Tim (KaTim), Perawat Pelaksana (PPJP), Tenaga Administrasi,
Cleaning Services di HCU yang tidak sesuai dengan ketentuan
 Meminta kelengkapan data dan informasi dari unit kerja terkait
 Merekomendasi ijin dan atau menyetujui cuti pelaksana.

g. Hubungan Kerja KaRu HCU :


 Kepala ICU : konsultasi dan koordinasi pelayanan HCU,
 Direktur Pelayanan : konsultasi dan koordinasi pelayanan HCU,
 Dokter : kolaborasi dalam memberikan pelayanan penunjang,
 Farmasi : koordinasi untuk penyediaan obat dan alkes,
 Pengadaan/Logistik : koordinasi untuk penyediaan alat medis dan non medis,
 IPSRS : koordinasi perbaikan dan pemeliharaan alat medis dan non medis secara berkala,
 Cleaning Service : koordinasi untuk kebersihan dan penanganan sampah,
 Laundry : koordinasi untuk penyediaan alat/linen,

Page 5 of 20
 Pendaftaran/HO : bekerjasama dalam proses administrasi pasien,
 Instalasi Gizi : koordinasi untuk mendapatkan pelayanan kesejahteraan karyawan,
 SDM : koordinasi untuk mendapatkan informasi terkait dengan ketenagaan,
 Keperawatan : koordinasi untuk pelayanan ICU
5. Ketua Tim (KaTim HCU)
a. Nama Jabatan : Ketua Tim (KaTim HCU)
b. Nama Atasan Langsung : Penanggung Jawab/KaRu HCU
c. Tanggung Jawab :
 Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asehan keperawatan di shif kerjanya,
 Bertanggung Jawab terhadap pelaksanaan SPO yang berlaku,
 Kebenaran dan ketepatan administrasi.
6. Tugas KaTim HCU :
a. Memberikan pelayanan secara langsung pada setiap pelaksanaan rencana keperawatan
dan medis.
b. Bertanggung Jawab terhadap pelaksanaan askep di tim-nya,
c. Menbantu kepala ruang dalam pengawasan pemberian asuhan keperawatan oleh
perawat pelaksana,
d. Melakukan supervisi kepada anggota tim dalam pelaksanaan askep dan SPO,
e. Menjaga hubungan yang harmonis antar perawat dengan perawat, perawat dengan
dokter dan petugas kesehatan yang lain,
f. Dapat menjadi decision maker dalam setiap permasalahan yang di hadapi oleh angota
tim,
g. Melaksanakan serah terima antara tanggung jawab dari tim lain,
h. Menghadiri pertemuan ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan dan karier,
i. Membina hubungan yang baik dengan keluarga pasien dan pasien,
j. Ikut membimbing anggota tim dan mahasiswa praktek,
k. Melaksanakan dinas sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh penanggung jawab.

E. Perawat Pelaksana (PPJP = Perawat Penanggung Jawab Asuhan Pasien)


1. Atasan Langsung : KaTim HCU
2. Tugas :
a. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asehan keperawatan di shif kerjanya
b. Bertanggung Jawab terhadap pelaksanaan SPO yang berlaku
c. Kebenaran dan ketepatan administrasi
d. Mengikuti serah terima oleh ketua tim dan ketua shift
e. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah di susun sesuai pioritas
f. Melakukan kerjasama dan berkonsultasi kepada penanggung jawab ataupun katim
g. Membina hubungan yang baik dengan pasien dan keluarga
h. Memberikan bimbingan kepada sesama pelaksana dalam hal asuhan keperawatan
i. Melaksanakan tanggung jawab yang telah didelegasikan oleh ka shift
j. Menghadiri rapat dan pertemuan untuk peningkatan mutu keperawatan dan
pelayanan

Page 6 of 20
k. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan dalam hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan askep dan peningkatana pelayanan

BAB III
STANDART FASILITAS
A. Bangunan
1. Lokasi dan denah
High Care Unit (HCU) adalah unit pelayanan rawat inap bagi pasien dengan kondisi stabil dari
fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun masih memerlukan pengobatan,
perawatan dan pemantauan secara ketat. Tujuannya adalah agar dapat diketahui secara dini
perubahan-perubahan yang membahayakan, sehingga bisa dengan segera dipindah ke Intensive
Care Unit (ICU) untuk dikelola lebih baik lagi.
Ruang HCU, ICCU dan ICU terletak berdekatan sesuai denah untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pemanfaatan pelayanan ICU/ICCU bagi pasien kritis stabil yang hanya membutuhkan
pelayanan di HCU. Lokasi ruang HCU terletak pada lokasi yang nyaman, tenang dan aman,
adapun denahnya adalah sebagai berikut :

1) Luas ruangan kerja


a) Area pasien
 Ruang HCU memiliki luas ruang 3 x 48 m 2. Terdiri dari 3 ruang.
 Luas daerah untuk satu tempat tidur adalah 3 x 3 meter.
 Ventilasi baik, memiliki exhaust fan.
 Lantai bersih.
 Memiliki sumber energy listrik cadangan.
 Memiliki sumber oksigen (sentral/tabung).
 Jarak antara tempat tidur 1,5 m.

Page 7 of 20
 Tempat tidur medis mudah dirubah posisinya.
 Peralatan medis mudah dicapai.
 Ruangan ber AC.
 Unit terbuka memilili satu tempat cuci tangan (wastafel) untuk 5 tempat tidur.
 Tersedia 1 kamar mandi untuk 5 tempat tidur pasien.
 Desain unit juga memperhatikan privasi pasien
 Pencahayaan cukup dan adekuat.
b) Area kerja
 Ruang yang cukup untuk menjaga kontak visual perawat dengan pasien, termasuk ruang
bagi dokter untuk berkonsultasi dan memberi penjelasan kepada keluarga tentang
perkembangan dan kemajuan terapi/tindakan dari pasien yang dirawat di ruangan HCU.
 Ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi dan penyimpanan obat
dan alat kesehatan lainnya.
B. Pengarsipan
a. Peralatan pengarsipan
Peralatan pengarsipan HCU terdiri dari meja tulis, lemari kaca, folder file, pembolong kertas,
dan ATK yang lain.
b. Tata arsip
Penyimpanan arsip HCU tersusun dalam lemari kaca terdiri atas surat keluar masuk HCU,
expedisi laboratorium, expedisi rontgen, catatan HCU, checklist alkes dan obat HCU, Pelaporan
Mutu HCU, Biodata Perawat HCU, SPO Tindakan HCU, Catatan Keperawatan HCU dan stok
fomulir pemeriksaan penunjang. Pada folder yang terdapat di meja perawat terdapat fomulir
laboratorium, rontgen, catatan dokter, resep dokter, surat bukti tindakan rawat inap, tranfusi
darah, surat rujukan. Alat tulis tersimpan dalam laci.

C. Standar Fasilitas
1. Daftar pelayanan minimal HCU
N Standar minimal peralatan Keterangan
o
1 Ventilator sederhana Ada
2 Satu set resusitasi muka dan kantong penampung O2 (reservoir) Ada
3 Alat /pemberian O2 (nasal kanul, simple facemask, non rebreating Ada
facemask)
4 Satu set Laringoskop dengan berbagai ukuran bilahnya Ada
5 Berbagai ukuran endotrakeal dan konektor Ada
6 Berbagai ukuran pipa orafaring, pipa nasofaring, sungkup laring dan Ada
alat bantu nafas lainnya
7 Berbagai ukuran introducer untuk pipa enditrakeal dan bougies Ada
8 Syringe untuk mengembangkan enditrakeal dan kleam Ada
9 Forcep magill Ada
10 Beberapa ukuran plester/ pita perekat medik Ada

Page 8 of 20
11 gunting Ada
12 Alat isap (suction ) yang setara dengan ruang operasi Hanya ada
suction biasa
13 Tourniquet untuk pemasangan akses vena Ada
14 Peralatan pemasangan infuse dengan berbagai ukuran kanul Ada
intravena dan berbagai macam cairan infuse yang sesuai
15 Pompa infuse dan pompa syringe Ada
16 Alat pemantau untuk tekanan darah dengan non invasive( non Ada
invasive blood pleasure) , elektrokardiografi, oksimetri nadi dan
temperature
17 Alat kateterisasi vena sentral dan manometernya Tidak ada
18 Defibrillator jantung dengan kemampuan kardioversi sinkron Tidak ada
19 Tempat tidur khusus ICU Ada
20 Peralatan drainase thorak Tidak ada
21 Peralatan portable transportasi Ada
22 Lampu tindakan Ada
23

2. Pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi alat


Setiap peralatan yang ada baik medis maupun non medis harus dilakukan pemeliharaan,
perbaikan dan kalibrasi alat agar perlatan dapat tetap terpelihara dan dapat digunakan
sesuai dengan fungsinya.
 Tujuan
a. Agar peralatan yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
b. Agar nilai yang dikeluarkan dari alat medis sesuai dengan nilai yang diinginkan.
c. Agar pelalatan yang ada dapat tetap terpelihara dan siap digunakan.
d. Sebagai bahan informasi untuk perencanaan peremajaan peralatan medis yang
diperlukan.
 Prosedur
a. Untuk perbaikan peralatan yang rusak ruang HCU, kepala ruangan harus membuat
permintaan perbaikan di dalam program Rumah Sakit Bina Kasih sebanyak 2 rangkap, dan
diantar ke bagian logistik.
b. Pihak maintenance melihat alat yang rusak dan diperbaiki.
c. Setelah alat selesai diperbaiki oleh teknisi, alat dikembalikan ke ruang HCU.
d. Bila alat tidak dapat diperbaiki oleh maintenance internal, maka alat diperbaiki oleh
meintenance luar (melalui bagian logistik).

Page 9 of 20
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pelayanan HCU
1. Jenis pelayanan HCU
Pelayanan HCU adalah tindakan medis yang dilaksanakan melalui pendekatan Tim multidisiplin
yang terdiri dari Dokter Spesialis dan Dokter serta dibantu oleh perawat yang bekerja secara
interdisiplin dengan fokus pelayanan pengutamaan pada pasien yang membutuhkan
pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat sesuai dengan standar prosedur operasional
yang berlaku.
Pelayanan HCU meliputi pemantauan pasien secara ketat, menganalisa hasil pemantauan dan
melakukan tindakan medis dan asuhan keperawatan yang diperlukan.
Ruang lingkup pemantauan yang harus dilakuakan antara lain :
 Tingkat kesadaran.
 Fungsi pernafasan dan sirkulasi dengan interval waktu minimal 4 (empat) jam atau
disesuaikan dengan keadaan pasien.
 Oksigenasi dengan meggunakan oksimeter secara terus – menerus.
 Keseimbangan cairan dengan interval waktu minimal 8 (delapan) jam atau disesuaikan
dengan keadaan pasien.
Tindakan medik dan asuhan keperawatan yang dilakukan adalah :
1. Bantuan hidup dasar/Basic Life Support (BHD/BLS) dan bantuan hidup lanjut Advence Life
Support (BHD/ALS)
 Jalan Nafas (Airway) : membebaskan jalan nafas, bila perlu menggunakan alat bantu
jalan nafas, seperti pipa oropharingeal atau pipa nasopharyngeal. Dokter HCU juga harus
mampu melakukan intubasi endotrakeal bila diindikasikan dan segera
memindahkan/merujuk pasien.
 Pernafasan/ventilasi (Breathing) :
Mampu melakukan bantuan nafas (breathing support).
 Sirkulasi : resusitasi cairan, tindakan defibrilasi, tindakan kompresi jantung luar
1) Mampu melakukan resusitasi cairan.
2) Mampu melakukan defibrilasi.
3) Mampu melakukan kompresi jantung luar.
2. Terapi oksigen.
3. Penggunaan obat – obatan untuk pemeliharaan/ stabilisasi (obat inotropik, obat anti nyeri,
obat aritmia jantung, obat – obat yang bersifat vasoaktif, dan lain – lain.
4. Nutrisi enteral dan nutrisi parenteral campuran.

Page 10 of 20
5. Fisioterapi sesuai dengan keadaan pasien.
6. Evaluasi seluruh tindakan dan pengobatan yang telah di berikan

B. Alur Pelayanan
1. Pasien yang mendapatkan pelayanan HCU dapat berasal dari:
a. Pasien dapat berasal dari ICU.
b. Pasien dapat berasal dari IGD.
c. Pasien dapat berasal dari kamar Operasi atau kamar tindakan lain, seperti kamar bersalin,
ruang endoskopi.
d. Pasien dapat berasal dari ruang bangsal (Ruang Rawat Inap).
2. Persiapan penerimaan pasien
a. Ruang HCU mendapat informasi dari bagian admission terkait dengan pasien yang akan
dirawat di ruang HCU.
b. Perawat IGD menghubungi perawat HCU terkait dengan kondisi pasien yang akan dirawat
di ruang HCU.
c. Perawat HCU menyiapkan fasilitas yang diperlukan.
d. Setelah pasien tiba ruang HCU perawat melaporkan ke Ka In HCU yaitu dr. anastesi.
3. Prosedur masuk HCU
a. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) menginformasikan kepada penanggung
jawab pasien terkait kondisi pasien untuk masuk HCU.
b. Dokter atau perawat mengkonsulkan keadaan umum pasien ke dokter penanggung jawab
HCU (dr. anastesi ).
c. Penangung jawab pasien dianjurkan untuk ke bagian admission.
d. Perawat ruang HCU diinformasikan oleh bagian admission terkait dengan masuk pasien ke
HCU.
e. Memberikan pelayanan .
Bagan Alur pasien dari dan ke HCU

Pasien baru

Gawat

Tidak Ya

Poliklinik IGD

Meninggal ICU HCU Bangsal

Page 11 of 20
Kamar Operasi

4. Monitoring Pasien
a. Setiap pasien yang dirawat di HCU dilakukan monitoring Hemodinamik selama 24 jam.
b. Bila ada gambaran monitoring yang menggambarkan kelainan, perawat HCU
menginformasikan ke dokter jaga ruangan.
c. Dokter ruangan akan melakukan konfirmasi ke DPJP, dan edukasi kepada penanggung
jawab pasien.
5. Prosedur keluar HCU
a. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) menginformasikan kepada perawat
penanggung jawab asuhan pasien (PPJP) terkait kondisi pasien membaik dan layak pindah
ruangan, setelah dilakukan Ouality Control oleh penata anestesi.
b. Dokter atau perawat mengonsulkan keadaan umum pasien ke dokter penanggung jawab
HCU (dr. anastesi ) bahwa indikasi pindah ruang.
c. Perawat penanggung jawab asuhan pasien (PPJP) melapor ke bagian admission.
d. Perawat ruang HCU diinformasikan oleh bagian admission terkait dengan pindah kamar di
rawat inap.
e. Memindahkan pasien dan memberikan pelayanan di rawat inap.

C. Indikasi Masuk dan Keluar HCU


Penentu indikasi pasien yang masuk ke HCU dan keluar dari HCU serta pasien yang tidak
dianjurkan untuk dirawat di HCU ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Indikasi Masuk
a. Pasien dengan gagal organ tunggal yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadi komplikasi
dan tidak merlukan monitor dan alat bantu invasive.
b. Pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan perioperatif.
2. Indikasi Keluar
a. Pasien sudah stabil yang tidak lagi membutuhkan pemantauan yang ketat.
b. Pasien yang cenderung memburuk dan/atau memerlukan pemantauan dan alat bantu
invasife sehingga perlu pindah ke ICU.
3. Yang tidak perlu masuk HCU
a. Pasien dengan fase terminal suatu penyakit (seperti : kanker stadium akhir).
b. Pasien atau keluarga yang menolak untuk di rawat di HCU (atas dasar “informed
consent”).

D. Contoh Kasus Indikasi Masuk Berdasarkan Keluhan Sistem Organ


1. Sistem Kardiovaskuler:
a. Miokard infark dengan hemodinamika stabil.

Page 12 of 20
b. Gangguan irama jantung dengan hemodinamika stabil.
c. Gangguan irama jantung yang memerlukan pacu jantung sementara/ menetap dengan
hemodinamika stabil.
d. Gagal jantung kongestif NYHA class I dan II.
e. Hipertensi “urgensi” tanpa ada gagal organ target.
2. Sistem Pernafasan
Gangguan pernafasan yang memerlukan fisioterapi yang intensif dan agresif.
3. Sistem Saraf
a. Cedera kepal sedang sampai berat/stroke yang stabil dan memerlukan tirah baring dan
pemeliharaan jalan nafas secara khusus, seperti hisap lender berkala.
b. Cedera sumsum tulang belakang bagian leher yang stabil.
4. Sistem Saluran Pencernaan
Perdarahan saluran cerna bagian atas tanpa hipotensi ortostatik dan respon dengan
pemberian cairan.
5. Sistem Kelenjar Buntu (Endokrin)
DKA dengan infus insulin yang konstan.
6. Pembedahan
Pasca bedah besar dengan hemodinamik stabil tapi masih memerlukan resusitasi cairan.

E. Penggunaan Alat Medis


1. Syiring Pump
a. Penanggung jawab pasien diinformasikan tentang indikasi penggunaan Syring pump .
b. Melakukan edukasi terhadap pasien akan kegunan alat.
c. Perawat HCU menindak lanjuti penggunaan Syiring Pump.
2. Infusion pump
a. Penanggung jawab pasien diinformasikan tentang indikasi penggunaan Infus pump.
b. Melakukan edukasi terhadap pasien akan kegunan alat.
c. Perawat HCU menindak lanjuti penggunaan Infus pump.
3. Suction
a. Penanggung jawab pasien diinformasikan tentang indikasi penggunaan Suction.
b. Melakukan edukasi terhadap pasien akan kegunan alat.
c. Perawat HCU menindak lanjuti penggunaan Suction.
4. Bed side monitor
a. Penanggung jawab pasien diinformasikan tentang indikasi penggunaan Bed Side Monitor.
b. Melakukan edukasi terhadap pasien akan kegunan alat, dan menginformasikan bahwa
bunyi alat tidak dapat di matikan.
c. Perawat HCU menindak lanjuti penggunaan Bed Side Monitor.
5. Rekam Medis

Page 13 of 20
a. Rekam medis pasien meninggal /pulang /pindah ke rumah sakit lain di lengkapi oleh DPJP.
b. Setelah dilengkapi di kirim ke bagian rekam medis disertai buku ekpedisi maximal 2 x 24
jam.

F. Alur Pelaporan Mutu


1. Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan
a. Kegiatan pelayanan yang diberikan pada pasien ditulis pada flow sheet yang sudah
tersedia.
b. Informasi pasien tertulis di dalam flow sheet.
c. Setiap shift jaga melakukan pelaporan dan serah terima pasien.
2. Evaluasi hasil perawatan
a. Kegiatan pelayanan pada bulan terkait dirangkum didokumentasikan pada laporan
bulanan ruang HCU.
b. Laporan yang sudah dibuat di serahkan kepada Direktur .
c. Hasil laporan di evaluasi setiap 6 bulan.

G. Penjaminan Mutu
Kualitas pelayanan HCU dapat dinilai dengan beberapa penilaian objektif, seperti:
1. Penurunan skoring derajat keparahan pasien, seperti: SOFA (Sequential Organ Failure
Assesment), SAPS (Simplified Acute Physiology Score).
2. Jumlah pasien yang pindah ke ICU.
3. Angka kejadian infeksi nosokomial.
4. Angka kejadian stress ulcer.
5. Angka kejadian phlebitis.
6. Angka kejadian decubitus.

H. Pembiayaan
Pembiayaan penyelenggaraan pelayanan HCU bagi RSU. Bina Kasih dapat diperoleh dari:
1. Pasien Umum,
2. Jaminan Kesehatan Nasional (Pemerintah), Peserta BPJS Kesehatan,
3. Jasa Raharja dan BPJS Ketenagakerjaan,
4. Asuransi Kesehatan Swasta/Komersial.

I. Upaya Keselamatan Pasien


1. Alur pelaporan Keselamatan Pasien
a. Apabila terjadi suatu insiden dirumah sakit, wajib segera ditindak lanjuti
(dicegah/ditangani) untuk mengurangi dampak/akibat yang tidak diharapkan.

Page 14 of 20
b. Setelah ditindak lanjuti, segera membuat laporan insiden dengan mengisi formulir laporan
insiden pada akhir jam kerja/shift kepada atasan. Paling lambat 2x24 jam; jangan
menunda laporan.
c. Setelah selesai mengisi fomulir, segera serahkan kepada atasan dan langsung melaporkan.
(Atasan langsung menyepakati sesuai keputusan manajemen : Supervisor/ kepala bagian/
instalasi/ departemen/ unit, ketua komite medis/ ketua K.SMF).
d. Atasan akan memeriksa laporan dan melakukan grading resiko terhadap insiden yang
dilaporkan.
e. Hasil grading akan menentukan bentuk intervensi dan analisa yang akan dilakukan sbb :
 Grade biru : investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 1 minggu
 Grade hijau : intervensi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2 minggu
 Grade kuning: intervensi komprehensif /analisa akar masalah/RCA oleh tim KP di RS,
waktu maksimal 45 hari
 Grade merah : investigasi komprehensif / analisis akar masalah/RCA oleh tim KP RSU
Bina Kasih, waktu maksimal 45 hari
f. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporkan hasil investigasi dan lapor
insiden dilaporkan ke tim KP RSU Bina Kasih.
g. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil investasi dan laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan regdrading.
h. Untuk grade kuning/merah, tim KP RSU Bina Kasih akan melakukan analisa akar
masalah/root cause analysis (RCA).
i. Setelah melakukan RCA, tim KP RSU Bina Kasih akan membuat laporan dan rekomendasi
untuk perbaikan serta “pembelajaran” berupa petunjuk/ “safety alert” untuk mencegah
kejadian berulang.
j. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direktur.
k. Rekomendasi untuk “perbaikan dan pembelajaran“ diberikan umpan balik kepada unit
terkait.
l. Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya masing-masing.
m. Monitoring dan perbaikan oleh tim KP RSU Bina Kasih.
2. Tata cara konsultasi medis
 DPJP menginformasikan kepada penanggung jawab pasien terkait dengan konsultasi ke
dokter spesialis .
 DPJP menuliskan pada rekam medis pasien pada lembar konsultasi.
 Penangung jawab pasien menandatangani inform consent.
 Perawat ruang intensif menghubungi dokter spesialis yang di konsultan.
 Penanggung jawab pasien diinformasikan tentang hasil konsultasi oleh dokter konsultan.
3. Indikasi dan prosedur laboratorium dan radiologi
 DPJP menginformasikan indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi kepada
penanggung jawab pasien.
 Penanggung jawab pasien menandatangani formulir inform consent pemeriksaan
radiologi dan laboratorium.

Page 15 of 20
 Perawat ruang HCU menginformasikan tentang pemeriksaan laboratorium dan radiologi
kepada bagian terkait.
 Perawat HCU melengkapi form pemeriksaan dan menyerahkan kepada petugas radiologi
dan laboratorium.
 Pasien di tindak lanjuti sesuai dengan jenis tindakan.

4. Prosedur penyediaan alat kesehatan dan obat


a. Pengertian
Prosedur penyediaan alat kesehatan dan obat adalah suatu prosedur penyediaan alat
kesehatan dan obat–obatan yang digunakan oleh pasien di ruang HCU, dan sebagai
penggantinya dibebankan kepada pasien melalui resep dan dibuat oleh dokter untuk pasien
umum. Untuk pasien jaminan, biaya obat akan diklaim ke pihak penjamin.
Untuk alat habis pakai perawat menulisnya di lembar alkes dan di tandatangani oleh perawat.
b. Tujuan
 Agar alat – alat dan obat – obatan emergency stok yang ada di ruang HCU tetap terjaga
dalam segi kualitas dan kuantitas.
 Memudahkan di dalam penggunaan dan pengawasannya.
c. Prosedur permintaan alat kesehatan dan obat – obatan
 Jenis obat stok, yang akan dipakai dan alat kesehatan yang akan diminta di tulis pada
resep oleh dokter ruangan, dan jika selain obat di tulis oleh perawat pada form alkes.
 Resep dan form alkes yang sudah di isi dengan lengkap diserahkan ke bagian farmasi.
 Bila alat kesehatan (alkes) dan obat – obatan yang diminta sudah tersedia akan diserah
terima ke ruang HCU, lembar putih untuk farmasi dan yang merah di status pasien.
d. Prosedur pengganti alat kesehatan dan obat yang telah di gunakan
 Alat kesehatan yang sudah digunakan oleh pasien ditulis pada resep rangkap 2 putih dan
biru.
 Obat – obatan yang sudah digunakan ditulis pada resep dan di buat resep oleh dokter, jika
alkes di tulis oleh perawat pada form alkes.
 Resep yang telah diisi dengan lengkap oleh perawat, diserahkan ke bagian farmasi dengan
menggunakan buku expedisi.
 Bila alat kesehatan dan obat yang sudah di siapkan oleh bagian farmasi, di serahkan ke
perawat HCU.
5. Prosedur penyediaan floor stok
a. Pengertian
Floor stok adalah alat kesehatan / bahan penunjang keperawatan medis / non medis
habis pakai yang digunakan untuk melakukan pelayanan keperawatan di ruang HCU dan
tidak dibebankan kepada pasien.
b. Prosedur
 Jenis floor stok yang akan di minta dituliskan pada buku permintaan /pemakaian
barang (rangkap 2) berwarna putih dan merah.
 Buku yang sudah diisi dengan lengkap diserahkan ke bagian farmasi.

Page 16 of 20
 Bila floor stok yang diminta sudah tersedia akan diserah terimakan keruang HCU,
lembar berwarna putih untuk farmasi dan merah untuk keperawatan.
6. Perencanaan peralatan/ peremajaan
a. Pengertian
Perencanaan peralatan/ peremajaan adalah suatu proses perencanaan/ pengadaan
peralatan keperawatan baik medis atau non medis yang belum/ sudah dimiliki oleh unit
kerja.
b. Tujuan
 Memenuhi kebutuhan peralatan keperawatan medis atau non medis di unit kerja.
 Agar peralatan yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
 Memenuhi standar pelayanan agar tetap dapat terjaga.
c. Prosedur
 Kepala ruangan HCU membuat usulan untuk perencanaan pelalatan yang baru/
peremajaan yang di tujukan kepada Direktur.
 Peralatan yang direncanakan untuk diminta harus disertai dengan spesifikasi yang
lengkap.

Page 17 of 20
BAB V
PENUTUP

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan High Care Unit (HCU) ini disusun dalam rangka
memberikan acuan bagi Rumah Sakit Umum Bina Kasih dalam menyelenggarakan pelayanan
yang bermutu, aman, efektif dan efisien dengan mengutamakan keselamatan pasien.
Pedoman ini mempunyai peranan yang penting sebagai petunjuk, sehingga mutu
pelayanan yang di berikan kepada pasien dapat terus meningkat.Penyusunan Buku Pedoman
Pelayanan High Care Unit ini adalah suatu langkah awal kesuatu proses yang panjang, sehingga
memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbgai pihak dalam penerapannya untuk mencapai
tujuan.

Page 18 of 20
CATATAN

Penurunan skoring derajat keparahan pasien : SOFA (Sequential Organ Failure Assesment), SAPS
(Simplified Acute Physiology Score).
SOFA
 Menilai beratnya disfungsi organ secara berkala pada pasien sepsis, namun juga dapat
diaplikasikan pada pasien non sepsis
 Pada perkembangannya, terdapat hubungan erat antara kegagalan organ dengan kematian
 Kegagalan organ multipel dan nilai SOFA yang tinggi dihubungkan dengan tingginya angka
kematian
 Vosylius et al menunjukkan bahwa skor SOFA berkala/periodik lebih baik pada hasil
diskriminatif dibandingkan dengan skor SOFA non periodik dalam memprediksi mortalitas

SAPS 2
Skor total SAPS II merupakan jumlah skor nilai terburuk untuk setiap variabel dalam 24 jam
pertama masuk unit perawatan intensif / ICU (Intensive Care Unit)

Page 19 of 20
Page 20 of 20

Anda mungkin juga menyukai