Anda di halaman 1dari 3

1.

Pendahuluan

Artis Syahrini diterpa kabar tak mengenakkan. Kehidupan mewah yang diperlihatkan
lewat Instagram ternyata tak seiring dengan kepatuhannya dalam membayar pajak. Kabarnya,
pelantun Sesuatu yang sedang berlibur ke Spanyol itu menunggak pajak rumahnya di
kawasan Haur Jaya, Tanah Sareal, Kota Bogor, selama lima tahun. Pihak Dinas Pendapatan
Daerah Kota Bogor telah mengirim surat kepada pemilik rumah bernama Rini Fatimah
Jaelani, yang tak lain adalah nama asli Syahrini. Lantaran ia menunggak pembayaran pajak
bumi dan bangunan, surat teguran dilayangkan kepada pemilik bulu mata anti-badai tersebut.
Jika pajak itu tidak dilunasi, Syahrini bisa kehilangan rumahnya karena disita. Sayangnya,
Syahrini belum bisa dimintai konfirmasi karena sedang berlibur di Ibiza, Spanyol. Dalam
akun Instagram-nya, artis asal Sukabumi itu banyak mengunggah foto serta video liburannya
di Spanyol sekaligus merayakan ulang tahun ke-33 di Spanyol.

2. Pembahasan

 LANDASAN TEORI :
Pasal 25 ayat (7) UU KUP
“Dalam hal WP mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (3) atau ayat (3A) atas jumlah pajak yang belum dibayar
pada saat pengajuan keberatan, tertangguh 1 bulan sejak sejak tanggal penerbitan
SK Keberatan”

Pasal 6 ayat (1) UU PPSP


“Jurusita Pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tanpa menunggu
tanggal jatuh tempo pembayaran berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan
Sekaligus yang diterbitkan oleh Pejabat apabila :
a) Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk
itu;
b) Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam
rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang
dilakukannya di Indonesia;
c) terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya, atau
menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan
perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya;
d) badan usaha akan dibubarkan oleh Negara; atau
e) terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau
f) terdapat tanda tanda kepailitan.
Pasal 14 PMK-24/PMK.03/2008
Penerbitan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus oleh Pejabat dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a) diterbitkan sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran;
b) diterbitkan tanpa didahului Surat Teguran;
c) diterbitkan sebelum jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak Surat
Teguran diterbitkan;atau
d) diterbitkan sebelum penerbitan Surat Paksa.

PENYELESAIAN KASUS :

Berdasarkan pasal 6 UU PPSP, meskipun pajak yang tercantum dalam dasar


penagihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 UU KUP yang dalam hal ini SK
Keberatan (Karena WP mengajukan keberatan) belum jatuh tempo berdasarkan pasal 26 ayat
(7), tetapi terhadap wajib pajak tersebut dapat diterbitkan Surat Penagihan Seketika
dan Sekaligus sesuai dengan pasal 14 PMK-24/PMK.03/2008 dengan kondisi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 1 huruf (d) UU PPSP, yakni WP akan
melakukan pembubaran badan usaha. Atas dasar SPPSS tersebut, KPP dapat langsung
menerbitkan Surat Paksa (Pasal 8 UU PPSP) untuk mengamankan target penerimaan negara.

Risiko-risiko yang dapat timbul :


1. risiko :
WP telah memindahtangankan asset yang dimiliki atau dikuasai sebelum informasi WP
akan membubarkan badan usaha;
-Cara untuk meminimalisasi :
Peran AR di KPP sangat dibutuhkan di sini untuk menggali informasi, baik internal
maupun eksternal, atas WP-Wpnya, terlebih WPnya yang sedang bersengketa dengan DJP
sehingga aktivitas WP sedikit banyak terpantau.
2. risiko :
Informasi atas WP akan membubarkan badan usaha ternyata tidak benar, dan WP melakukan
gugatan ke Pengadilan Pajak.
-Cara untuk meminimalisasi : Telaah informasi terlebih dahulu dan yakinkan dengan bukti-
bukti memadai sehingga validitas informasi menjadi dapat dipercaya serta
teruji kebenarannya.
3. Keberatan wajib pajak diterima dan asset-asset yang telah disita telah dilelang.
-Cara untuk meminimalisasi : Sebaiknya asset yang telah disita jangan dulu
dilelang, tunggulah sampai ada putusan keberatan. Tindakan penyitaan hanyalah tindakan
pengamanan serta jaminan lunasnya utang pajak. Lagipula, menurut KUP yang baru, pajak
sebagaimana dalam kasus di atas belum menjadi utang pajak sampai dengan SK
keberatan diterbitkan.

3. Penutup

Anda mungkin juga menyukai