Anda di halaman 1dari 12

150 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 2, Juli 2013, hlm 147-158

AKTUALISASI HUKUM ISLAM DI INDONESIA


(Idealitas dan Realitas Hukum Pidana Islam)

Saidah

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare


Email: saidah-stainpare@yahoo.co.id

Abstract: Islamic law as national law in Indonesia growing and developing normative values of
islamic law has been applied to full conciousness by Islam society. Different from the judicial islamic
law has not been any material including islamic criminal law is formulated through the legislative
process in the form of legislation or other regulatory laws. The reality Indonesia is not law state or
sekularism state, then fighting islamic with values integration approach seems more promising
approach especially islamic crimanal law. Therefore, a serious effort is needed to exploreas much as
possible and socialization of noble values embodied in islamic law.

Kata kunci: yuridis formal, islamic criminal law

I. PENDAHULUAN mana nilai-nilai hukum hukum Islam ter-


cermin di dalamnya.2
Eksistensi hukum Islam di Indonesia
Mengingat Indonesia bukan negara
sudah ada sejak agama Islam masuk di
agama dan bukan negara sekuler, maka
Indonesia. Karena itu, hukum Islam telah
memperjuangkan hukum Islam dengan
menjadi bagian integral dari pembinaan
pendekatan yang integrasi nilai-nilainya
hukum nasional sampai sekarang ini dan
kelihatannya lebih memberikan harapan
peranan hukum Islam dalam pembangunan
dengan pendekatan formal, khususnya
hukum nasional adalah untuk mengisi
pidana Islam. Untuk itu, dibutuhkan usaha
kekosongan hukum dalam hukum positif
yang serius untuk menggali dan mensosia-
dan hukum Islam berperan sebagai sumber
nilai yang memberikan kontribusi terhadap lisasikan sebanyak mungkin nilai-nilai
luhur yang terkandung di dalam hukum
aturan hukum yang dibuat dengan sifatnya
Islam.3
yang umum, tidak memandang perbedaan
Dalam konteks aktualisasi hukum
agama, maka nilai-nilai hukum Islam dapat
Islam tersebut, maka secara normatif nilai-
berlaku pula bagi seluruh warga negara
nilai hukum Islam telah diaplikasikan
Indonesia.1
dengan penuh kesadaran oleh masyarakat
Aktualisasi nilai-nilai hukum Islam
Islam. Berbeda dengan hukum Islam secara
tersebut tidak hanya terbatas pada bidang
yuridis formal bahwa belum semua materi
hukum perdata saja, khususnya hukum
hukum Islam diformulasi melalui proses
keluarga tetapi juga pada bidang-bidang
legislasi dalam bentuk undang-undang
lain seperti hukum pidana, hukum tata
maupun peraturan lainnya.
negara, hukum administrasi negara, dan
Mengacu pada uraian di atas, maka
hukum dagang. Dengan demikian, hukum
tulisan ini akan membahas tentang
Islam akan benar-benar dapat berperan
Bagaimana peluang dan tantangan aktua-
sebagai sumber hukum nasional di samping
lisasi hukum Islam di Indonesia dalam
Pancasila, tanpa menimbulkan anggapan
konteks formalisasi atau legislasi hukum
bahwa hukum Islam adalah kuno. Model
Islam sebagai pokok permasalahan. Oleh
yang kedua ini sesungguhnya telah
dipraktikkan para penyusun UUD 1945, di
148 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 2, Juli 2013, hlm 147-158

karena itu, sub masalah dalam tulisan ini berjasa dan berkorban sejak masa kesul-
adalah sebagai berikur; tanan nusantara, kelompok Islamis ini
1. Bagaimana idealitas terhadap legislasi menghendaki agar didirikan negara Islam
hukum Islam di Indonesia? Indonesia.7 Kalangan lain dalam tubuh
2. Bagaimana tantangan realitas legislasi/ BPUPKI yang kebanyakan menerima
formalisasi hukum Islam di Indonesia? pendidikan Barat dan banyak dipengaruhi
3. Bagaimana formulasi legislasi atau pandangan pemisahan agama dari negara
formalisasi hukum Islam di Indonesia? menuntut dibentuknya negara nasional yang
tidak ada kaitannya dengan agama.8
II. PEMBAHASAN Tekanan politik yang timbul dalam
diskusi BPUPKI menyebabkan kalangan
A. Idealitas terhadap Legislasi Hukum
umat Islam menarik usulan tentang pem-
Islam di Indonesia
bentukan negara Islam. Sikap kompromi
Pertumbuhan dan perkembangan tersebut menyebabkan lahirnya Piagam
hukum Islam di Indonesia menyebabkan Jakarta yang di dalamnya dirumuskan
hukum Islam berpeluang untuk eksis dan tentang “Ketuhanan dengan kewajiban
diterapkan dalam sistem hukum nasional melaksanakan syari’at Islam bagi pemeluk-
Indonesia melalui proses legislasi.4 Peluang pemeluknya”. Inilah yang disebut dengan
legislasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa pengorbanan umat Islam dengan dicabutnya
faktor yaitu; tuntutan tersebut demi mewujudkan kemer-
a. Faktor Sejarah dekaan Indonesia.9
Setelah Proklamasi Kemerdekan
Pembentukan undang-undang meru- Indonesia, sore harinya datanglah perwira
pakan suatu proses yang dinamis yang terus Angkatan Laut Jepang utusan kelompok
menerus mangalami perubahan sesuai Kristen di Indonesia timur yang keberatan
dengan dinamika masyarakat yang di- dengan sila pertama dari Piagam Jakarta
pengaruhi oleh tuntutan global teknologi tersebut karena dinilai diskriminatif dan
informasi. Karena itu, pembentukan tidak menjamin persatuan dan kesatuan,
undang-undang secara komprehensif harus jika sila pertama Piagam Jakarta tersebut
memperhatikan tiga dimensi yaitu masa lalu tidak dirubah, maka kelompok Nasrani di
yang terkait dengan sejarah perjuangan Indonesia timur memilih untuk tidak
bangsa, masa kini yang terkait dengan bergabung dalam negara kesatuan Indonesia
kondisi objektif yang ada sekarang dengan saat itu. Demi kepentingan negara, maka
lingkungan strategisnya dengan meman- umat Islam untuk kedua kalinya berkorban
dang ke masa depan yang dicita-citakan.5 demi menyelamatkan negara yang baru
Sejarah panjang hukum Islam di terbentuk dengan mencoret anak kalimat
Indonesia diwarnai dengan pengorbanan yakni “....dengan kewajiban menjalankan
politik hukum yakni ketika menjelang syari’at Islam bagi pemeluknya” dan
kemerdekaan ketua BPUPKI, yaitu Dr. diganti dengan kalimat “Ketuhanan Yang
KRT Radjiman Wedyadiningrat memper- Maha Esa”.
tanyakan mengenai idiologi dasar negara Dalam pandangan penulis, kelompok
Indonesia yang akan didirikan sebagai Nasrani seharusnya tidak perlu memper-
landasan filosofis bagi adanya semangat soalkan kembali sila pertama dari Piagam
yang mendasari struktur Indonesia merdeka Jakarta tersebut karena secara politik
yang akan dibangun kelak.6 hukum kewajiban syari’at Islam tersebut
Implikasi dari pertanyaan ketua hanya diperuntukkan bagi kalangan Islam
BPUPKI tersebut telah memunculkan dua saja. Umat Islam telah banyak berkorban
kelompok dalam tubuh BPUPKI yaitu dari dalam perang nusantara dan perang
kalangan Islam yang merasa telah banyak kemerdekaan di mana musuh yang dihadapi
149 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 2, Juli 2013, hlm 147-158

adalah kelompok Nasrani juga, seharusnya akan menjadi panutan sistem hukum yang
kelompok yang keberatan dengan sila kuat.13
pertama Piagam Jakarta mengusulkan agar c. Faktor Yuridis
hukum agama mereka juga dicantumkan Hukum Islam di Indonesia telah
dalam Piagam Jakarta.10 Berbeda dengan diterapkan oleh umat Islam dan telah
usulan agar negara yang didirikan adalah berlaku secara normatif dan formal yuridis
negara nasional bukan negara Islam, maka yakni hubungan antara seorang muslim
dalam hal ini penulis setuju dengan dengan Tuhannya dan hubungan manusia
pengorbanan tokoh-tokoh Islam saat itu dengan manusia lainnya, manusia dengan
yang menunjukkan sikap kenegarawanan benda serta masyarakatnya.14 Sebagai
yang luar biasa dan ini perlu dijadikan hukum yang bersumber dari agama, maka
catatan penting dalam sejarah perjalanan hukum Islam memiliki daya ikat yang kuat
Hukum Islam di Indonesia agar lebih dan tidak hanya terbatas sebagai aturan
mendapatkan kesempatan dalam aktualisasi yang berdimensi profanhumanistik tetapi
dan pemberlakuan hukum Islam dalam juga berdimensi transedental. Hukum Islam
sistem hukum nasional Indonesia. yang bersumber pada syari’ah mempunyai
b. Faktor Penduduk karakter yang bersifat universal dan
fleksibel serta memiliki dinamika yang
Mayoritas penduduk Indonesia yang
sangat tinggi disebabkan oleh faktor
beragama Islam, seharusnya menjadi
konsistensinya dan sifat transpormasinya.
pertimbangan bagi pembentukan hukum
Kedua sifat ini memungkinkan hukum
nasional Indonesia. Secara historis dan
Islam tetap relevan dengan perubahan sosial
sosiologis, hukum Islam telah mengakar
dan perubahan waktu sehingga hukum
dalam praktik kehidupan masyarakat. Di
Islam di Indonesia telah menjadi bagian
samping itu, adanya keinginan yang kuat
penting dari sistem hukum nasional
dari masyarakat Islam Indonesia yang
Indonesia.
menginginkan agar hukum Islam menjadi
hukum dasar mereka, baik perdata maupun d. Faktor Konstitusional
pidana.11 Hal ini sejalan dengan keyakinan Pancasila dan UUD 45 memberikan
umat Islam bahwa kalimat syahadat kedudukan penting bagi agama dalam me-
menjadi bukti adanya supremasi hukum warnai sistem hukum nasional, sebagai-
Islam atas diri mereka sebagaimana yang mana dijelaskan dalam pasal 29 ayat 2 serta
dikenal dalam teori credo atau teori pengarahan GBHN tentang perlunya
syahadah.12 pengembangan kesadaran hukum masyara-
Teori syahadah di atas sejalan dengan kat dan kesadaran hukum masyarakat
teori otoritas yang dikemukakan oleh Indonesia yang mayoritas beragama Islam
H.A.R Gibb bahwa orang yang telah adalah bukti adanya perananan hukum
menerima Islam sebagai agamanya berarti Islam di Indonesia. Karena itu, upaya
ia telah menerima otoritas hukum Islam legislasi hukum Islam ke dalam hukum
atas dirinya sekalipun terdapat perbedaan nasional adalah bukti bahwa negara
perlakuan dari pihak penguasa terhadap menghendaki aspirasi hukum yang timbul
sistem hukum yang lain tidak dapat
dan direduksi dari ajaran-ajaran agama
menyurutkan pengakuan dan pelaksanaan
Islam.
hukum yang telah lebih dahulu menjadi
otoritas masyarakat. Karena itu, meskipun e. Faktor Politik
ada hukum kolonial dan hukum adat karena
hukum Islam telah menjadi otoritas pribadi Sistem politik Indonesia memberi
yang dimiliki oleh orang Islam tetap saja peluang yang besar teradap hukum Islam
dalam mengembangkan aspirasi politik
Islam termasuk upaya legislasi hukum
150 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 2, Juli 2013, hlm 147-158

Islam.15 Dewasa ini, peluang partai-parati hukum Islam. Untuk lebih jelasnya, tanta-
Islam semakin terbuka dalam melegislasi ngan aktualisasi hukum Islam di Indoensia
hukum Islam ke dalam hukum nasional. dapat ditemukan dari beberapa realitas
Secara faktual, keberadaan politik antara lain;
menunjukkan bahwa meskipun aspirasi a. Tantangan Struktural
politik Islam bukan mayoritas di Indonesia
namun dengan memperhatikan konfigurasi Secara struktural, gagasan aktualisasi
politik yang ada cukup memberi peluang hukum Islam di Indonesia sampai saat ini
bagi lahirnya produk-produk hukum masih diperdebatkan di kalangan kaum
nasional yang bernuansa Islam seperti muslimin di Indonesia, ada yang mendu-
lahirnya UU No. 10 Tahun 1998 tentang kung dan sebagian menolak. Sebagaimana
perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tergambar dalam beberapa teori aktualisasi
tentang perbankan, lahirnya UU No. 23 hukum Islam di Indonesia yaitu melalui
Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia yang pendekatan formalistik-legalistik, melalui
semakin memperkuat kedudukan kegiatan pendekatan strukturalistik dan kulturalistik,
ekonomi syari’ah di Indonesia, lahirnya UU melalui pendekatan akademik bahkan
No. 17 Tahun 1999 tentang penyelenggaran kelompok yang lebih ekstrim mengatakan
haji, lahirnya UU No. 38 Tahun 1999 bahwa metode yang tepat dalam aktualisasi
tentang pengelolaan zakat, lahirnya UU No. hukum Islam adalah dengan mewujudkan
18 Tahun 2001 tentang Nangro Aceh negara Islam. Tetapi, pihak lain lebih
Darussalam yang memberi otonomi khusus mementingkan perjuangan politik dan
kepada daerah Istimewa Aceh untuk mengkritik perjuangan kultural dengan
menerapkan syari’at Islam, lahirnya UU membina pemahaman masyarakat. Sedang-
No. 3 tahun 2006 tentang sebagai hasil kan kelompok garis keras seperti FPI atau
amandemen UU No. 7 Tahun 1989 tentang Front Pembela Islam mengatakan bahwa
Peradilan Agama yang memberikan hukum Islam harus ditegakkan secara to the
kewenangan baru berupa penyelesaian point yaitu aktualisasi hukum Islam secara
sengketa ekonomi syari’ah. langsung dengan cara memberantas setiap
bentuk kemaksiatan di hadapannya dan
e. Faktor Ilmiah kurang memperdulikan perjuanagan secara
Di samping al-Qur’an dan hadis, yuridis konstitusional.
ijtihad juga menjadi sumber hukum Islam. Mengacu pada teori-teori aktualisasi
Keilmiahan sumber hukum Islam tersebut hukum Islam di atas, dapat dipahami bahwa
sangat universal dan dinamis dalam konteks tantangan terbesar aktualisasi hukum Islam,
kajian ilmu. Ijtihad sebagai landasan khususnya dalam bentuk formalisasi atau
pemikiran filosofis telah mendorong adanya legislasi hukum Islam di Indonesia adalah
kajian-kajian keislaman yang sangat kritis tidak adanya titik temu atau integrasi
dan akademis. konsep aktualisasi hukum Islam yang tepat
di Indonesia. Menurut penulis, jika upaya
B. Realitas Legislasi/ Formalisasi Hukum
legislasi hukum Islam ini ingin diterapkan,
Islam di Indonesia
maka pendekatan-pendekatan di atas perlu
Sebagai salah satu sumber hukum disaring dan diintegrasikan dengan sistem
yang berlaku dalam sistem hukum nasional hukum nasional Indonesia sehingga strategi
Indonesia, maka kedudukan hukum Islam perjuangan legislasi hukum Islam tersebut
sebagai salah satu sumber hukum meng- dapat berhasil dengan baik.
hadapi tantangan dalam upaya legislasi Karena legislasi adalah produk
hukum Islam di Indonesia. Tantangan itu politik, maka hukum Islam harus mendapat-
tidak hanya dari internal masyarakat Islam kan dukungan suara mayoritas dari lembaga
sendiri tetapi juga datang dari eksternal pembentuk hukum apalagi secara faktual
151 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 2, Juli 2013, hlm 147-158

bahwa aspirasi politik Islam di DPR bukan privat atau keperdataan tidak mencakup
kelompok mayoritas, sehingga upaya legis- pada semua bidang karena ada sebagian
lasi tersebut akan mendapat tantangan yang materi privat hukum Islam yang sangat
kuat. Sekalipun komposisi keanggotaan peka dan jika ini dilegislasi dapat
DPR saat ini mayoritas beragama Islam menimbulkan konflik sosial, agama dan
tetapi mereka enggan untuk memperjuang- sara. Sekalipun demikian, upaya legislasi
kan legislasi hukum Islam disebabkan materi hukum Islam tetap diperlukan karena
rendahnya pemahaman mereka terhadap sentimen ini merupakan tuntutan obyektif
hukum Islam tersebut. sebagai bukti implementasi hukum Islam di
Karena itu, kelompok formalisasi Indonesia.
hukum Islam berpandangan bahwa pende- Penentangan yang sistematis terhadap
katan struktural akan lebih memiliki upaya legislasi hukum Islam di Indonesia
kekuatan yang mengikat, legitimasi hukum dikemukakan oleh kelompok substansialis.
dan kekuasaan bagi pelaksanaan hukum Mereka berpandangan bahwa aktualisasi
Islam dinilai lebih efektif terhadap upaya hukum Islam tidak perlu persis seperti apa
perbaikan sistem kehidupan yang dewasa yang disebutkan dalam al-Quran dan
ini cenderung destruktif. Di samping itu, Sunnah. Karena perangkat hukum seperti
hukum Islam juga memiliki hubungan yang qisas, rajam dan potong tangan hanyalah
erat dengan masyarakat yang berpijak pada alternatif bagi terciptanya keadilan dan
asumsi bahwa hukum Islam memiliki kepastian hukum di masa awal kemunculan
karakteristik seperti takamul, tasamuh dan Islam asalkan tujuan aktualisasi hukum
harakah yang mampu mempertahankan Islam bisa tercapai, maka sah-sah saja
eksistensinya di tengah masyarakat.16 hukum lain jika diterapkan. Misalnya
hukum potong tangan diganti dengan
b. Tantangan Substansial
hukum penjara karena sama-sama bertujuan
Substansi hukum Islam meliputi membatasi si pelaku.
materi hukum yang sangat luas dan kom- Bahkan kelompok kaum muda
pleks. Bagi sebagian kalangan hukum Islam sekuler yang menamakan diri JIL menyeru-
dinilai sebagai sebuah sistem hukum yang kan deformalisasi hukum Islam. Menurut
kaku bahkan menakutkan bagi sebagian mereka hukum Islam secara formal tidak
kalangan apalagi sikap militansi (jihad) perlu diberlakukan karena inti keberIslaman
yang ditunjukkan oleh sebagian pemeluk adalah komitmen kepada agama secara
agama Islam garis keras yang biasa disebut substansialistik bukan legalistik formal.
dengan kelompok teroris. Indonesia menurut mereka bukan negara
Untuk kepentingan legislasi hukum agama sehingga tidak layak menerapkan
Islam dalam hukum nasional, maka proses hukum Islam secara total.17
transformasi substansi hukum Islam yang
c. Tantangan Kultural
sebagian kalangan memahaminya secara
negatif perlu diarahkan pada pengkajian Penarapan hukum Islam di Indonesia
aspek dinamika dan elastisitas hukum Islam juga mendapatkan tantangan dari segi
dalam kontekstualisasi materi-materi kultur masyarakat Indonesia sendiri. Fakta
hukum Islam sehingga koheren dengan sejarah menunjukkan bahwa kultur masya-
konteks kekinian dan konteks sosial rakat Indonesia yang berbeda disebabkan
Indonesia. oleh adanya beberapa sistem hukum yang
Untuk itu, maka materi hukum Islam berlaku di Indonesia. Karena itu, secara
yang akan dilegislasi meliputi materi kultural aktualisasi hukum Islam di
hukum bukan di bidang publik karena Indonesia menemui beberapa kendala dan
dikawatirkan dapat menimbulkan benturan tantangan yaitu;
dengan materi hukum agama lain. Materi
152 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 2, Juli 2013, hlm 147-158

1) Sistem hukum nasional bersumber pada dicabut karena dianggap diskriminasi


tiga sistem hukum yang terdiri dari dan tidak mencerminkan kesatuan dan
hukum adat, hukum Islam dan hukum persatuan.19
warisan barat. Pemberlakuan ketiga Di era reformasi, resistensi tersebut
sistem hukum ini disebabkan oleh tidak hanya ditunjukkan oleh non
beberapa faktor yaitu; muslim bahkan umat Islam sendiri yang
a. Adanya pluralitas penduduk yang menolak upaya legislasi hukum Islam
memberlakukan suatu sistem hukum dengan memblow up di media massa
yang lahir dari kebiasaan dan adat tentang penolakan terhadap UU No. 18
istiadat masyarakat Indonesia yang Tahun 2001 tentang Nangroe Aceh
diyakini dan dipatuhi. Sistem hukum Darussalam yang memberi otonomi
ini kemudian disebut oleh pihak khusus kepada Daerah Aceh Darussalam
penjajah sebagai hukum adat yang untuk menerapkan hukum Islam.
berlaku secara formal dan ilmiah. Undang-undang ini dianggap sarat
b. Faktor agama, ketika agama Islam kepentingan politik dan bukan untuk
masuk ke Indonesia dan terjadi kepentingan rakyat Aceh. Karena itu,
tranpormasi keyakinan dan keperca- media mengatakan bahwa angka
yaan dari paham animisme dan prostitusi di Aceh meningkat seiring
dinamisme masyarakat ke agama dengan aktualisasi hukum Islam di
Islam sehingga mayoritas masyarakat Aceh.20
Indonesia memeluk agama Islam, 3) Politikal Will atau kesadaran dan
maka sejak itu hukum Islam diyakini keinginan kuat masyarakat Islam yang
dan dianut serta dipatuhi oleh rendah terhadap aktualisasi hukum Islam
masyarakat Islam sehingga hukum dalam bentuk formalisasi atau legislasi
Islam menjadi sebuah sistem hukum hukum Islam. Fakta ini diperkuat oleh
yang hidup dalam masyarakat rendahnya kesadaran masyarakat Islam
Indonesia. dalam mendukung partai politik sebagai
c. Faktor penjajah, Indonesia yang sarana perjuangan politik dalam konteks
pernah dijajah oleh Belanda selama legislasi hukum Islam dalam sistem
kurang lebih 350 tahun, maka sistem hukum nasional Indonesia.
hukum yang diterapkan adalah sistem Kesadaran hukum dan penyatuan
hukum kolonial Belanda dan sistem aspirasi politik ini terbentur oleh lemah-nya
hukum inilah yang dikenal dengan pemahaman terhadap hukum Islam di
sistem hukum Barat.18 kalangan masyarakat, fikih yang
2) Adanya resistensi dan penentangan dari berkembang di kalangan masyarakat
kalangan non muslim yang menganggap didominasi oleh fikih klasik, terbatasnya
formalisasi atau legislasi hukum Islam di sumber dana dan sumber daya untuk
Indonesia akan menempatkan mereka melakukan pengkajian hukum Islam dan
sebagai warga kelas dua sebagaimana belum siapnya tokoh-tokoh agama untuk
keberatan yang telah disampaikan oleh menerima pembaharuan hukum Islam serta
kelompok Nasrani terhadap sila pertama adanya konflik antar mazhab belum tuntas
dari Piagam Jakarta. Resistensi itu juga di kalangan bawah.21
ditunjukkan oleh kelompok Kristen Bagi kelompok kultural berpan-
Katolik dan Partai Demokrasi Per- dangan bahwa penegakan hukum Islam
juangan (PDI) ketika akan disahkan UU jangan sampai hanya sebagai komoditas
No. 14 Tahun 1970 tentang Peradilan politik kelompok tertentu saja. Di samping
Agama sebelum diundangkan menjadi aktualisasi secara kultural juga tidak lepas
UU No.7 Tahun 1989. Mereka menuntut dari pertimbangan yang melihat pada
agar rancangan Undang-undang tersebut realitas kemajemukan masyarakat yang jika
153 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 2, Juli 2013, hlm 147-158

dipaksakan malah menjadi momok bagi dala politik. KHI lahir dari keinginan
masyarakat Islam sendiri. untuk mewujudkan kesatuan dan kepas-
tian hukum terapan Peradilan Agama.
C. Formalisasi Hukum Islam di
Rancangan KHI disetujui oleh ulama
Indonesia
dalam lokakarya di Jakarta pada Pebruari
1. Realisasi Materi Hukum Islam 1988. Presiden RI, dengan Inpres No.1
tahun 1991 menginstruksikan kepada
Materi hukum Islam yang telah ber- Menag untuk menyebarluaskan KHI.
hasil diberlakukan secara formal melalaui Bentuk hukum Inpres merupakan sebuah
proses legislasi dalam bentuk Undang- terobosan, karena beratnya kendala
Undang, Peraturan Pemerintah, dan politik untuk menjadikannya UU.
Instruksi Presiden. Undang-undang tersebut
adalah: d) Rumusan Undang-Undang Peradilan
Anak
a) Undang-Undang Perkawinan
RUU Peradilan Anak (1995) men-
RUU Perkawinan (1973) mendapat dapat sorotan tajam karena banyak
tantangan karena mengandung keten- mengandung kekurangan, baik dari segi
tuan-ketentuan yang bertentangan dengan formal pembentukannya maupun dari
hukum Islam. Dilihat dari kekuatan segi materinya. Fraksi-fraksi di DPR,
politik di DPR, penentang RUU Per- kecuali Fraksi PDI, banyak menyoroti
kawinan dapat dipastikan akan kalah: pasal-pasal yang bertentangan dengan
Fraksi Persatuan Pembangunan (FPP) UU Perkawinan, UU Peradilan Agama,
berhadapan dengan Fraksi ABRI, Fraksi dan KHI. FPDI berpendapat, RUU yang
Karya Pembangunan (FKP), dan Fraksi disetujui DPR setelah mengalami
Partai Demokrasi Indonesia (FPDI). perbaikan dan penyempurnaan, belum
RUU tersebut disetujui setelah keten- menampung seluruh permasalahan anak,
tuan-ketentuan yang kontroversial dihi- khususnya menyangkut perkara perdata,
langkan, atas desakan kekuatan ekstra sehingga di bidang ini masih terdapat
parlementer. kekosongan hukum.
b) Undang-Undang Peradilan Agama e) Undang-Undang Penyelenggaraan Ibadah
RUU Peradilan Agama (1988) Haji
mendapat tanggapan luas dari berbagai Pada tahun 1998, diajukan RUU
kalangan. Di DPR, FPP, FKP dan Fraksi Penyelenggaraan Ibadah Haji, yang
ABRI menyambut baik RUU tersebut. merupakan RUU usul inisiatif DPR.
Berbeda dengan tiga fraksi lainnya, Tidak ada kontoversi mengenai RUU ini,
FPDI menyampaikan beberapa hal karena mendapat dukungan dari semua
bernada keberatan. Di luar DPR terjadi fraksi dan mendapat sambutan baik
pro-kontra yang tak kalah serunya. pemerintah.
Dengan disahkannya UU Peradilan
Agama, diharapkan berakhirlah keaneka- f) Undang-Undang Pengelolaan Zakat
ragaman pengaturan tentang peradilan Pada tahun 1999, pemerintah menyam-
agama sebagai akibat politik hukum paikan RUU Pengelolaan Zakat. Semua
pemerintah kolonial Belanda. fraksi di DPR menyambut positif RUU
c) Kompilasi Hukum Islam (KHI) ini, sehingga pembahasannya berjalan
lancar. RUU Pengelolaan Zakat disetujui
KHI bukan UU, dimasukkan dalam DPR pada tanggal 14 September 1999,
pembahasan ini karena memuat hukum dan kemudian disahkan dan diundang-
materil Peradilan Agama, dan tidak kan oleh presiden pada tanggal 23
berbentuk UU semata-mata karena ken-
154 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 2, Juli 2013, hlm 147-158

September 1999 menjadi UU 38 tahun secara optimal, efektif dan efisien perlu
1999 tentang Pengelolaan Zakat. dibuat aturan hukum yang lebih operasional
khususnya ketentuan yang mengatur
g) RUU Nanggroe Aceh,
tentang masalah likuiditas, sistem moneter
Ada dua RUU tentang Aceh: RUU yang sesuai dengan prinsip syari’ah, standar
pemerintah, dan RUU usul inisiatif DPR. akuntansinya, audit dan pelaporan, prinsip
RUU DPR seolah-olah hendak menjadi- kehati-hatian.23
kan Aceh sebagai negara tersendiri. Selain itu, dibutuhkan juga aturan-
Menurut RUU DPR, untuk mengubah aturan tentang pasar uang syari’ah, jenis
UU ini harus melalui referendum seolah- dan bentuk baku surat-surat berharga untuk
olah UU ini lebih tinggi dari UUD. transaksi pembiayaan berdasarkan prinsip
Proses lahirnya UU ini sarat nuansa syari’ah, penyeragaman perjanjian standar
politis, sebagaimana tampak dalam dalam transaksi bank syari’ah dan diskri-
beberapa hal. Pertama, RUU pemerintah minasi penyalahgunaan nasabah.24
lebih dulu dari pada RUU usul inisiatif Operasionalisasi perbankan syari’ah
DPR, tetapi DPR membahas RUU usul juga menemui kendala dan tantangan
inisiatif, sedangkan RUU pemerintah seperti adanya kualitas manajerial pengelola
dijadikan bahan masukan dalam pem- Bank Syari’ah yang masih terbatas, ber-
bahasan, dan ini bertentangan dengan akibat pada rendahnya kaulitas pelayanan
Peraturan Tatib DPR sendiri. Kedua, pada masyarakat sekaligus memperlemah
materi RUU yang disetujui lebih menye- daya kompetitif Bank Syari’ah dan Bank
rupai materi RUU yang diajukan oleh Konvensional, masyarakat terlanjur lekat
pemerintah, padahal pada saat pemba- dengan praktik perbankan konvensional
hasan RUU, posisi politik DPR sangat karenanya bank syari’ah harus menyeder-
kuat dibanding presiden. Ini tidak akan hanakan atau mempermudah prosedur
terjadi jika DPR konsisten memper- pelayanannya, bank syari’ah belum me-
juangkan materi RUU usul inisiatif. miliki akses dengan lembaga zakat, infaq,
Ketiga, Presiden berasal dari Partai dan sedekah, tantangan paling berat adalah
Kebangkitan Bangsa (PKB), tetapi ada kesiapan perbankan syari’ah memasuki
beberapa orang dari Fraksi Kebangkitan pasar bebas yang akan bersaing dengan
Bangsa (FKB) yang ikut menanda- perbankan asing dan di era globalisasi
tangani RUU DPR, yang bertolak- standarisasi kualitas di tingkat internasional
belakang dengan RUU pemerintah, mengarah kepada penyeragaman dan
seolah-olah konsistensi pemikiran harus kesebandingan di mana perbankan syari’ah
dikalahkan oleh politik “cari muka” di belum bisa menyesuaikan diri.25
DPR.Dari saratnya nuansa politis RUU
3. Peluang dan Tantangan Legislasi Hukum
ini, tidak berlebihan kalau ada pendapat
Pidana
yang menganggap RUU ini lebih politis
daripada yuridis. Sedangkan pada bidang hukum publik
atau pidana Islam dan terbuka peluang bagi
2. Peluang secara Realisasi Legislasi
hukum Islam untuk diberlakukan secara
Ekonomi Syari’ah
formal melalui pendalaman kembali ber-
Yuridis tersebut semakin luas dengan lakunya hukum Islam di Indonesia ber-
dibukanya kesempatan bagi bank-bank dasarkan teori-teori pemberlakuan hukum
konvensional, khususnya bank umum untuk Islam tersebut. Dalam konteks ini, maka
melakukan kegiatan berdasarkan prinsip pelaksanaan hukum pidana di Indonesia
syari’ah asalkan membuka cabang khusus dalam beberapa hal sudah sejalan dengan
untuk melakukan kegiatan tersebut.22Agar nilai-nilai transformatif hukum Islam
peluang yuridis tersebut dapat dijalankan
155 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 2, Juli 2013, hlm 147-158

seperti hukuman mati dan hukuman pen- proses legislasi sehingga sifatnya
jara. mengikat umat Islam.
2. Peluang Aktualisasi hukum Islam di
Dengan lahirnya UU No.18 Tahn
Indonesia dapat dikaji berdasarkan
2001 tentang Nangro Aceh Darusslalam
beberapa pendekatan yaitu faktor sejarah
untuk menerapkan syari’at Islam secara
hukum Islam di Indonesia, penduduk,
tidak langsung membuka peluang bagi
yuridis, konstitusional, politik dan faktor
daerah lain yang ingin menerapkan hukum
ilmiah.
publik atau pidana Islam karena dalam
3. Tantangan aktualisasi hukum Islam di
undang-undang ini memberi wewenang
Indonesia terdiri dari beberapa peng-
kepada pemerintah daerah untuk mengatur
hambat yaitu tantangan struktural,
dan membina hukum publik dan hukum
tantangan substansial dan tantangan
privat berdasarkan syari’at Islam.
kultural.
Hukum pidana dipandang sebagai
4. Materi hukum Islam secara formal telah
salah satu ruh hukum Islam. Atas dasar
diterapkan dalam berbagai produk
itulah, RUU KUHP disinggung di sini,
perundang-undangan termasuk masalah
meskipun belum lagi dibahas. Keinginan
kepidanaan juga telah mewarnai hukum
untuk me-”reformasi” KUHP, bahkan
pidana Indonesia sekalipun belum
rancangannya, telah lama ada. Hanya saja,
diterapkan secara formal.
berbagai kendala mengakibatkan keinginan
itu belum menjadi kenyataan. Ketentuan
mengenai beberapa tindak pidana diatur DAFTAR PUSTAKA
cukup jelas dan tegas dalam al-Qur’an, dan Ali, Muhammad Daud. Hukum Islam,
beratnya ancaman pidana ini sering Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
dijadikan alasan oleh pendukung hukum Hukum di Indonesia. Cet. III;
Islam untuk menekan angka kriminalitas. Jakarta: Rajawali Press, 1990.
Akan tetapi, pendukung hukum Islam di
DPR tidak mengajukan RUU KUHP Ali, Zainuddin. Hukum Perbankan
berbasis hukum Islam. Ini menarik, karena Syari’ah. Ed. 1. Cet. 1; Jakarta:
ternyata Majelis Mujahidin dapat menyiap- Sinar Grafika, 2008.
kan usulan Undang-Undang Hukum Pidana al-Syaukani, Rekonstruksi Epistimologi
Republik Indonesia Disesuaikan dengan Hukum Islam Indonesia dan
Syari’ah Islam. Terlepas dari setuju atau Relevansinya bagi Pembangunan
tidak terhadap materinya, Majelis Mujahi- Hukum Nasional. Cet. 1; Jakarta:
din memiliki usulan konkrit, sementara Raja Grafindo Persada, 2006.
partai politik Islam di DPR yang sering
menyuarakan hukum Islam itu tidak Anshari, Isa. Dasar Negara RI dalam
melakukannya. Konstituante. Vol II; Kontituante RI
(Bandung: tp, 1958
III. KESIMPULAN
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank
Berdasarkan uraian di atas, maka Syari’ah, dari Teori ke Praktek.
point-point penting yang dapat disimpulkan Jakarta Gema Insani Press, 2001.
dari tulisan ini adalah sebagai berikut;
1. Aktualisasi hukum Islam di Indonesia Arifin, Jaenal. Peradilan Agama dalam
dapat dilihat dari dua bentuk yaitu Bingkai Reformasi Hukum Silam di
aktualisasi hukum Islam secara normatif Indonesia. Cet. 1; Jakarta: Kencana,
yakni hukum Islam yang dilaksanakan 2008.
berdasarkan kesadaran umat Islam Aziz, Abd. et. Al., (ed) Ensiklopedia
sendiri dan aktualisasi hukum Islam Hukum Islam. Jilid 5. Cet. 1;
secara yuridis formal yakni melalui
156 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 2, Juli 2013, hlm 147-158

Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, Ramly, Hutabarat. Kedudukan Hukum


1996. Islam dalam Konstitusi-konstitusi
Indonesia dan Peranannya dalam
Azizi, A. Qodri. Elektisime Hukum
Pembinaan Hukum Nasional.,
Nasional Kompetisi Antara Hukum
Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata
Islam dan Hukum Umum. Cet. 1;
Negara Universitas Indonesia, 2005.
Yogyakarta: Gama Media, 2002.
Sjahdeni, Remi Sutan. Perbankan Islam,
Djazuli, A. “Beberapa Aspek Pengem-
dan kedudukannya dalam Tata
bangan Hukum Islam”, dalam
Hukum Perbankan Indonesia. tt;
Juhaya S. Praja, Hukum Islam di
Grafiti, 1999.
Indonesia: Pemikiran dan Praktek.
Bandung: Remaka Rosdakarya, Umar, Nasaruddin. Konstitusi Hukum Islam
1994. di Indonesia. Makalah pada Studi
Nasional dan Kongres I Forum
Halim, Abdul. Politik Hukum Islam di
Komunikasi Mahasiswa Syari’ah Se
Indonesia. Cet. 1; Jakarta: Ciputat
Indonesia. Ujung Pandang: 13-15
Press, 2005.
Juli, 1996.
Jumat, Abd. Gani. Implementasi Konsep
Wahjono, Padmo. “Budaya Hukum Islam
Ijtihad pada Aspek Politik, dalam
dalam Perspektif Pembentukan
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan
Hukum di Masa Datang”, dalam
al-Nizam. Volume 2, No. 1 Jurusan
Amirullah Ahmad, Dimensi Hukum
Syari’ah Ternate. STAIN Ternate,
Islam dalam Sistem Hukum
2006.
Nasional: Mengenang 65 Th. Prof.
Juzuni, Legislasi Hukum Islam di Dr. H. Busthanul Arifin, S.H.
Indonesia. Cet. 1; Bandung: Citra Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Aditya Bakti, 2005.
Catatan Akhir:
Manan, Abdul. Reformasi Hukum di
1
Indoensia. Cet 1; Jakarta: Raja Padmo Wahjono,“Budaya Hukum Islam
Grafindo Persada, 2006. dalam Perspektif Pembentukan Hukum di Masa
Datang”, dalam Amirullah Ahmad, Dimensi Hukum
Nurdin, Ade dan Riswan dalam Judul Islam dalam Sistem Hukum Nasional: Mengenang
Membumikan Syari’at Islam; Kelu- 65 Th. Prof. Dr. H. Busthanul Arifin, S.H. (Jakarta:
Gema Insani Press, 1996), h. 167.
wesan Aturan Ilahi untuk Manusia.
2
Cet. 1; Bandung: Mizan, 2003. bid., h. 172.
3
Nurrohman, Formalisasi Syari’at Islam di Di antara cara untuk menggali nilai-nilai
tersebut adalah dengan jalan memahami aspek
Daerah-Daerah, Sebuah Catatan filosofis hukum Islam yang tercermin dari dalil-dalil
Kritis, dalam Masykuri Abdillah, at, kulli yang mendasari pemikirannya, tujuan hukum
al. Formalisasi Syari’at Islam di Islam (maqasid al-syari’ah) termasuk juga
Indoensia, Sebuah Pergulatan yang hikmahnya (hikmah al-tasyri’), dan konsep manusia
tak Pernah Tuntas. tt: tp; t.th. menurut hukum Islam. Lihat A. Djazuli, “Beberapa
Aspek Pengembangan Hukum Islam”, dalam Juhaya
Perwira Negara, Alamsyah Ratu. Strategi S. Praja, Hukum Islam di Indonesia: Pemikiran dan
Perjuangan Umat Islam di Bidang Praktek (Bandung: Remaka Rosdakarya, 1994), h.
260.
Hukum dalam Amrullah Ahmad., et.
4
Al. Dimensi Hukum Islam dalam Dalam literatur hukum Islam kontemporer,
Sistem Hukum Nasional, menge- kata legislasi sering diartikan dengan kata taqnin
yang seakar dengan kata qanun. Sedangkan secara
nang 45 Tahun Bustanul Arifin, SH. terminologis taqnin mempunyai dua arti yaitu
Cet. 1; Jakarta: Gema Insani Press, penetapan sekumpulan peraturan dan undang-
1996. undang yang memiliki daya paksa untuk mengatur
hubungan sesama manusia dalam suatu masyarakat.
157 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 2, Juli 2013, hlm 147-158

12
Taqnin juga dipahami sebagai penetapan Teori credo atau syahadah adalah teori yang
sekumpulan peraturan dan undang-undang yang mengharuskan pelaksanaan hukum Islam oleh
memiliki daya paksa untuk mengatur suatu masalah mereka yang telah mengucapkan kalimat syahadat
tertentu seperti masalah perdata, pidana atau yang sebagain konsekuensi logis dari pengucapan
lainnya. Lihat Abd. Aziz, et. Al., (ed) Ensiklopedia credonya. Lihat lebih lanjut dalam al-Syaukani,
Hukum Islam. Jilid 5 (Cet. 1; Jakarta: Ichtiar Baru Rekonstruksi Epistimologi Hukum Islam Indonesia
Van Houve, 1996), h. 1439. dan Relevansinya bagi Pembangunan Hukum
5 Nasional (Cet. 1; Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Prinsip-prinsip Dasar Pembentukan Undang-
2006), h. 67-68.
undang dalam Program Legislasi Nasional tahun
13
2005-2009, WWW Parlemen Net, h. 2. Jaenal Arifin, Peradilan Agama dalam
6 Bingkai Reformasi Hukum Silam di Indonesia (Cet.
Abd. Gani Jumat, Implementasi Konsep
1; Jakarta: Kencana, 2008), h. 289.
Ijtihad pada Aspek Politik, dalam Jurnal Hukum dan
14
Kemasyarakatan al-Nizam. Volume 2, No. 1 Jurusan Daud Ali, op. cit., h. 5-6.
Syari’ah STAIN Ternate; Ternate 2006), h. 100. 15
Juzuni, Legislasi Hukum Islam di Indonesia
7
M. Natsir seorang tokoh Masyumi berargumen (Cet. 1; Bandung: Citra Aditya bakti, 2005), h. 429.
bahwa cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia 16
Takamul misalnya, adalah merupakan ajaran
merupakan cita-cita perjuanagan umat Islam.
yang sempurna mencakup semua dasar peraturan
Demikian pula dengan pencapaian kemerdekaan
perundangan dalam kehidupan mansuai dan dapat
Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan
diterapkan pada semua lapisan masyarakat dalam
dari perjuangan Islam untuk menerapkan ajaran dan
situasi dan kondisi apapun serta mampu mengikuti
syari’at Islam. Dalam hal ini, Islam merupakan
perkembangan masyakat pada setiap zaman.
kelompok mayoritas yang berperan aktif dalam
Sementara tasamuh adalah bahwa hukum Islam
perjuangan kemerdekaan. Lihat lebih lanjut Isa
mempunyai daya toleransi yang tinggi terhadap
Anshari, Dasar Negara RI dalam Konstituante. Vol
kaidah-kaidah yang telah ada dalam masyarakat.
II;Kontituante RI (Bandung:tp, 1958), h. 179.
Sedangkan harakah adalah bahwa hukum Islam
8
Alamsyah ratu Perwira Negara, Strategi mempunyai daya jangkauan terhadap setiap
Perjuangan Umat Islam di Bidang Hukum dalam persoalan dan mampu menyelesaikannya karenanya
Amrullah Ahmad., et. Al. Dimensi Hukum Islam hukum Islam tidak akan lapuk dan ketinggalan
dalam Sistem Hukum Nasional, mengenang 45 zaman. Lihat Abdul manan, Reformasi Hukum
Tahun Bustanul Arifin, SH (Cet. 1; Jakarta: Gema diIndoensia (Cet 1; jakarta: Raja Grafindo Persada,
Insani Press, 1996), h. 238. 2006), h. 94-104. Manusisawi. Bandingkan dengan
9 Abdul Halim, Politik Hukum Islam di Indonesia
Ibid., h. 239.
(Cet. 1; Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 18-25,.
10
Menurut Ramly Hutabarat menyatakan Lihat lebih lanjut Yusuf Qardawi, Madhal li dirasah
bahwa BPUPKI “bukanlah badan yang dibentuk atas al-Syariah al-Islamimiyah diterjemahkan oleh Ade
dasar pemilihan yang demokratis, meskipun Nurdin dan Riswan dalam Judul membumikan
Soekarno dan Mohammad Hatta berusaha agar Syari’at sIslam ; keluwesan aturan Ilahi untuk
aggota badan ini cukup representatif mewakili manusia (Cet. 1; Bandung; mizan, 2003), h. 94-160.
berbagai golonga dalam masyarakat Indonesia”. 17
Ashwir al-Afkar, Perdebatan Syariat Islam, ,
Ramly Hutabarat, Kedudukan Hukum Islam dalam
No. 12 tahun 2002), h. 1
Konstitusi-konstitusi Indonesia dan Peranannya
18
dalam Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Pusat A. Qodri Azizi, Elektisime Hukum Nasional
Studi Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Kompetisi Antara Hukum Islam dan Hukum Umum
2005), h. 85. (Cet. 1; Yogyakarta: Gama Media, 2002), h . 110.
11 19
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Alamsyah, op. cit., h. 243.
Hukum Universitas Indonesia yang bekerja sama 20
Nurrohman, Formalisasi Syari’at Islam di
dengan Badan Pembinaan Hukum Nasional pada
Daerah-daerah, Sebuah Catatan Kritis, dalam
tahun 1978 dan 1979 di empat belas daerah yang
Masykuri Abdillah, at, al. Formalisasi Syari’at Islam
tersebar di Indonesia yang meliputi Sumatera, Jawa,
di Indoensia, Sebuah Pergulatan yang tak Pernah
Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat
Tuntas (tt: tp; t.th), h. 199.
terlihat kecenderungan yang kuat di kalangan umat
21
Islam agar hukum Islam diberlakukan daripada Nasaruddin Umar, Konstitusi Hukum Islam
hukum lain. Lihat lebih lanjut, Muhammad Daud di Indonesia. Makalah pada Studi Nasional dan
Ali. Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Kongres I Forum Komunikasi Mahasiswa syari’ah
Hukum di Indonesia (Cet. III; Jakarta: Rajawali se Indonesia (Ujung Pandang: 13-15 Juli, 1996), h.
Press, 1990), h. 239-240. 6.
158 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 2, Juli 2013, hlm 147-158

22 23
Remi Sutan Sjahdeni, Perbankan Islam, dan Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah,
kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan dari Teori ke Praktek (Jakarta Gema Insani Press,
Indonesia (tt; Grafiti, 1999), h. 125. Lihat juga 2001), h. 225.
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syari’ah. Ed. 1 24
Remi, op. cit., h. 204-206.
(Cet. 1; Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 2.
25
Warkum, op. cit., h. 80.

Anda mungkin juga menyukai