Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA USIA DEWASA (25-65


TAHUN)

Oleh
Rizal Amirullah, S.Kep
NIM 192311101163

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2020
A. Konsep Tumbuh Kembang Usia Sekolah

Dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan


pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat
bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 1980).
Masa dewasa menengah (madya) adalah masa di mana terjadi
penurunan kemampuan fisik dan meluasnya tanggung jawab; sebuah
periode di mana seseorang menjadi lebih sadar mengenai polaritas usia
muda dan berkurangnya jumlah waktu yang masih tersisa di dalam hidup;
suatu titik di mana seseoang berusaha meneruskan sesuatu yang bermakna
kepada generasi selanjutnya;
suatu masa di mana seseorang telah mencapai dan membina
kepuasan dalam kariernya. Singkatnya, masa dewasa menengah mencakup
“keseimbangan antara pekerjaan dan tanggung jawab relasi di tengah-
tengah perubahan fisik dan psikologis yang berlangsung seiring dengan
proses penuaan” (Lanchman, 2004, hal 305).

B. Karakteristik Perilaku
1. Masa Menakutkan
Bagi wanita, usia tengah baya tidak saja menurunnya kemampuan
reproduktif dan menopause, tetapi juga merosotnya daya tarik seksual.
Pada umumnya wanita merasa tdak lagi menarik untuk suami, banyak
diantaranya suami yang sibk dan berkurang ya waktu dirumah. Untuk pria
biasanya menurunnya kemampuan fisik sevcara menyeluruh. Beberapa
kaum pria mulai mengalami tanda tanda menurunnya gairah
2. Masa Transisi.
Merupakan masa dimaa pria dan wanita meninggalkan cirri cirri
jasmani dan prilaku dewasa dan memasuki perilaku dan jasmani dalam
taha baru. Menurunnya hal ini terkait hal psikologis dan fisik.
3. Masa Stress

Bahwa usia ini merupakan masa stress. Penyesuaian secara radikal


terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai
dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak nomeostatis
fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa bila
sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan
aspek sosial kehidupan mereka.

4. Usia madya adalah usia yang berbahaya

Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya” ini berasal dari


kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang
berakhir sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya dapat menjadi
dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini
merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik
sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan,
ataupun kurangnya memperhatikan kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa
datang dengan cepat di kalangan pria dan wanita dan gangguan ini
berpuncak pada suicide. Khususnya di kalangan pria.

5. Usia madya adalah usia canggung

Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa.


Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya. Mereka bukan muda
lagi, tetapi juga bukan tua.

6. Usia madya adalah masa berprestasi

Menurut Errikson, usia madya merupakan masa kritis diamana


baik generativitas / kecenderungan untuk menghasilkan dan stagnasi atau
kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Errikson pada
masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka
berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Menurutnya
apabila orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang kuat maka
ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan
stag (atau menetap) pada hidupnya.

7. Usia madya adalah masa evaluasi

Pada usia ini umumnya manusia mencapai puncak prestasinya,


maka sangatlah logis jika pada masa ini juga merupakan saat yang pas
untuk mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula
dan harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan keluarga-keluarga
dekat.

8. Usia madya dievaluasi dengan standar ganda

Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar
bagi pria dan satu standar bagi wanita. Walaupun perkembangannya
cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita baik di
rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial
namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar
ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan
wanita usia madya tetapi ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama
aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani dan yang kedua
bagaimana cara pria dan wanita menyatakan sikap pada usia tua.

9. Usia madya merupakan masa sepi

Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang


tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan
tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan kehadiran
mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
10. Usia madya merupakan masa jenuh

Banyak pria atau wanita yang memasuki masa ini mengalami


kejenuhan yakni pada sekitar usia 40 akhir. Pra pria merasa jenuh dengan
kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang hanya sedikit
memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk
memelihara rumah dan membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada
yang merasa kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat
mereka merasa jenuh.

C. Perkembangan Dewasa Madya atau Pertengahan


1. Diterimanya Kepercayaan Tradisional
Diterimanya kepercayaan tradisional tentang ciri-ciri usia madya
mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap perubahan perilaku
fisik yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Seseorang yang
mengalami menopause misalnya, seiring disebut sebagai “masa krisis”
(critical period), kepercayaan seperti ini dapat menambah rasa takut yang
tidak menentu, seperti dikatakan oleh Parker.

2. Idealisasi Anak Muda


Banyak orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan
menentang pengelompokan usia dalam pola perilaku umum. Seorang pria
mungkin akan menolak untuk patuh mengikuti resep dokter tentang diet
atau akan menolak untuk membatasi kegiatan walaupun dengan alasan
kesehatan. Seperti anak yang menjelang usia akil baliq, mereka juga tidak
mau dibatasi perilakunya. Begitu juga orang yang berusia madya, mereka
juga tidak mau dibatasi perilaku dan perilakunya, tetapi masing-masing
dari contoh tersebut mempunyai alasan yang berbeda. Sikap pemberontak
seperti itu berasal dari pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat
mengikat anak muda dan karena itu mereka menentang terhadap setiap
bentuk pembatasan, ini berarti mereka sedang tumbuh menjadi lebih tua.
Kondisi yang seperti ini menyebabkan mereka yang berusia madya
menderita biasa atau lebih serius.
3. Perubahan Peran
Merubah peran bukanlah masalah yang mudah, terutama setelah
seseorang telah memainkan peran tertentu selama periode waktu yang
relatif lama dan telah belajar memperoleh kepuasan dari peran tersebut.
Lebih lanjut, dapat dikatakan bahwa terlalu berhasil dalam suatu peran
nampaknya dapat mengakibatkan kekakuan sehingga proses penyesuaian
terhadap peran lain akan menjadi sulit.
4. Perubahan Keinginan Dan Minat
Bahaya besar dalam penyesuaian diri seseorang pada masa usia
madyaa timbul karena ia mau tidak mau harus mengubah keinginan dan
minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan tubuh dan kemampuan fisik
serta memburuknya tigkat kesehatan fisik. Mereka mau tidak mau harus
mencoba untuk mencari dan mengembangkan keinginan baru sebagai
pengganti keinginan lama yang biasa dilakukan, atau jauh hari sebelum
masa madya tiba mereka telah mengembangkan keinginan baru tersebut
yang cukup menarik sehingga dapat membebaskannya dari perasaan
tertekan dan tidak enak karena kehilangan keinginan yang biasanya
dilakukan. Apabila hal ini tidak dilakukan, mereka akan merasa bosan dan
bingung karena mereka tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan waktu
yang begitu banyak. Seperti seorang dewasa yang menjadi bosan pada
waktu mereka harus mencari berbagai kegiatan dan keinginan untuk
mengisi waktu yang begitu banyak.
5. Simbol Status
Pada umumnya wanita semakin tua semakin tertarik pada simbol
status yang dapat membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial, apabila
keluarga tidak berusaha untuk mencapai atau memiliki simbol yang
diinginkan. Dalam kasus seperti ini, ada tiga reaksi umum sebagai bagian
dari wanita yang sangat membutuhkan simbol tersebut. Pertama, dia akan
mengeluh dan mengomeli suaminya yang tidak dapat menyediakan cukup
uang untuk memperoleh status tersebut. Kedua, dia akan bersikap boros
dan menjerumuskan keluarganya dengan melakukan utang. Ketiga, dia
bisa juga berbuat sesuatu dengan bekerja misalnya agar mempunyai cukup
uang demi mencukupi kebutuhannya. Semua pola respon tersebut
merupakan tanda betapa besar keinginan seseorang untuk memperoleh
simbol status. Sikap seperti ini dapat menimbulakn percekcokan dengan
keluarga, terutama perilaku yang ketiga tadi yang menjadikan banyak pria
menjawab dan bersikap tidak menyenangkan. Karena ia sadar hal itu tidak
mungkin ia peroleh. 
6. Aspirasi Yang Tidak Realistis
Orang berusia madya yang mepunyai keinginan yang tidak realistis
tentang apa yang ingin dicapai menghadapi masalah yang serius dalam
proses penyesuaian diri dan sosial, apabila kelak ia menyadari bahwa ia
tidak bisa mencapai tujuan tersebut. Sikap tidak realistis ini sering
merupakan faktor bawaan sejak masa remaja. Bahaya ini merupakan efek
langsung bagi pria, sedang bagi wanita merupakan efek tidak langsung
apabila suaminya atau tidak mampu untuk mencapai cita-cita yang
diinginkan.
7. Perubahan Kepribadian
 

Sehubungan dengan hilangnya keperkasaan menyebabkan


sejumlah orang usia madya berperilaku hampir sama dengan orang berusia
muda yang sedang menunjukkan kejantanannya. periode ini bisa menjadi
periode yang berbahaya bagi pria-pria, dimana ia masih mempunyai istri
namun terlibat juga dalam urusan cinta dengan perempuan lain.
E. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian pada keluarga :

1) Identitas : nama KK, alamat, pekerjaan


2) Riwayat dan tahap perkembangan
3) Lingkungan : rumah, lingkungan, sistem sosial
4) Struktur keluarga : komunikasi, peran anggota
5) Penyebab masalah keluarga dan koping
6) Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

Pengkajian Fokus pada Anak Usia Dewasa

Kemampuan Klien
1 Penerimaan perubahan diri dan proses penuaan
2 Menghargai diri sendiri, menikmati hidup dan mandiri
3 Memiliki pekerjaan sebagai profesi yang disukainya
4 Merasa nyaman dan menikmati hasil dari profesi pekerjaannya
5 Menyesuaikan diri dengan perubahan peran dalam kehidupannya
6 Berinteraksi baik dengan pasangan hidup, berbagi aktivitas dan tanggung
jawab rumah tangga
7 Membimbing, menyiapkan dan membina generasi di bawah usianya
8 Memperhatikan kebutuhan orang lain
9 Mengembangkan minat dan hobby
10 Menilai pencapaian tujan hidup
11 Menyesuaikan diri dengan orang tua dan orang yang sudah lansia
12 Memiliki koping yang konstruktif bila mengalami stress
Kemampuan keluarga
1 Memfasilitasi perubahan peran dalam keluarga
2 Membantu individu mencapai tujuan jangka panjang
3 Menjadi role model dan sebagai teman diskusi bagi individu
4 Mendukung individu dalam pengambilan keputusan bersama keluarga
5 Menyadari pentingnya pusat layanan kesehatan sebagai tempat rujukan
bagi masalah kesehatan yang dialami

2. Diagnosa Keperawatan: Kesiapan peningkatan perkembangan Usia


Dewasa Tengah
4. Intervensi Keperawatan
a. Tujuan Menilai pencapaian individu
1. Merasa nyaman dengan pasangan hidup
2. Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
3. Membimbing dan menyiapkan generasi dibawah usianya secara
arif dan bijaksana
4. Menyesuaikan diri dengan orang  yang sudah lansia
5. Kreatif :mempunyai inisiatif dan ide-ide melakukansesuatu yang
bermanfaa
6. Produktif :mampu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi
dirinyadan orang lain, mengisi waktu luangdengan hal positif dan
bermanfaa
7. Mengembangkan minat dan hoby

b. Tindakan Keperawatan
Promosi Antisipasi Keluarga (I.12466)
- Observasi:
1. Identfikasi kemungkinan krisis situasi atau masalah
perkembangan serta dampaknya pada kehidupan keluarga
2. Identifikasi metode pemecahan masalah pada keluarga
- Terapeutik
3. Fasilitasi strategi emecahan masalah dalam kelarga
4. Libatkan seluruh anggota keluarga buat jadwal aktivitas
harian
- Edukasi
5. Jelaskan Perkembangan dan perilaku yang normal dalam
keluarga
- Kolaborasi
6. Kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, bila perlu
DAFTAR PUSTAKA

Spesialis Jiwa FIK dan tim pengajar spesialis jiwa ( 2011 ), Draf Standar Asuhan
Keperawatan Program Spesialis Jiwa, Jakarta: Program Magister
Keperawatan Jiwa FIK UI.
Stolte, K. 2004. Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC.
Sarlito W Sarwono. 2002. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh
Psikologi, Bulan Bintang : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai