Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 7

Nama : andriati

Nim : 2019D1B023

Kelas : 1A (Rekayasa sipil)

 MANUSIA DAN KEADILAN

a. Pengertian keadilan
Menurut kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S. poerwardninta, kata adil berarti
tidak berat sebelah atau tidak memihak atau tidak sewenang-wenang. Dengan demikian,
keadilan mengandung pengertian berbagai hal yang tidak berat sebelah atau tidak memihak
atau tidak sewenang-wenang. Adapun menurut aristoteles keadilan adalah kelayakan dalam
tindakan manusia.
Untuk mencapai keadilan diperlukan adanya pihak ketiga yang mampu menengahi antar dua
pihak yang berselisih, sehingga disini keadilan wajib dituntut jika tidak diperoleh. Dari
pengertiannya, keadilan haruslah bersifat netral. Berdasarkan sifatnya keadilan diberi lambang
neraca yang horizontal mengandung arti bahwa sesuatu yang tidak berat sebelah. Di Eropa,
khusunya di Yunani Kuno keadilan dipimpin oleh dewi keadilan, digambarkan sebagai serorang
wanita yang membawa pedang dengan mata tertutup kain, agar ia tidak melihat. Hal itu
diartikan bahwa keadilan tidaklah memandang bulu.
Untuk melaksanakan keadilan dalam suatu Negara diperlukan peraturan yang disebut
undang-undang atau hukum. Hukum merupakan suatu system norma yang mengatur kehidupan
masyarakat.
Manusia sebagai makhluk berakal budi, berjasmani, dan sebagai makhluk social, dalam
hubunganya dengan sesame akan mudah mengalami konflik. Untuk menghindari hal tersebut
diciptakanlah hukum yang mempunyai sifat dasar untuk mencegah agar konflik kepentingan itu
dipecahkan. Pemecahan konflik tersebut harus berdasarkan hukum yang tidak memihak. Karena
setiap masyarakat memerlukan hukum, maka munculah istilah dimana ada masyarakat disana
ada hukum (ubi societeas ini ius).
Berdasarkan uraian diatas, keadilan merupakan salah satu cirri hukum. Dalam hukum,
tuntutan dua hukum mempunyai dua arti yaitu arti formal (diberlakukan secara umum) dan arti
material (hukum harus adil). Selain sebagai cirri keadilan, hukum juga mempunyai cirri
kepastian. Kepatian disini bukan hanya apa yang tertulis namun juga pada pelaksanaanya.
Hukum memang harus adil namun tak bias dimutlakkan.
Untuk lebih mendalami soal keadilan, perlu dikenal adanya hukum kodrat (lex naturalis)
yaitu hukum yang berdasarkan penciptanya(hukum illahi yang bersifat abadi), dan hukum positi
atau hukum manusia (lex humana)hukum ini diciptakan oleh manusia sehingga dapat diganti
apabila manusia yang menciptakanya ingin mengganti karena tidak sesuai dengan keadaan.

Keadilan sosial adalah Keadilan sosial bukan sekadar berbicara tentang keadilan dalam arti
tegaknya peraturan perundang-undangan atau hukum, tetapi berbicara lebih luas tentang hak
warganegara dalam sebuah negara. Keadilan sosial adalah keadaan dalam mana kekayaan dan
sumberdaya suatu negara didistribusikan secara adil kepada seluruh rakyat. Dalam konsep ini
terkadung pengertian bahwa pemerintah dibentuk oleh rakyat untuk melayani kebutuhan
seluruh rakyat, dan pemerintah yang tidak memenuhi kesejahteraan warganegaranya adalah
pemerintah yang gagal dan karena itu tidak adil.
Dari perspektif keadilan sosial, keadilan hukum belum tentu adil. Misalnya menurut hukum
setiap orang adalah sama, tetapi jika tidak ada keadilan sosial maka ketentuan ini bisa
menimbulkan ketidakadilan. Misalnya, karena asas persamaan setiap warganegara setiap orang
mendapatkan pelayanan listrik dengan harga yang sama. Tetapi karena adanya sistem kelas
dalam masyarakat, orang kaya yang lebih bisa menikmatinya karena ia punya uang yang cukup
untuk membayar, sedangkan orang miskin tidak atau sedikit sekali menikmatinya.

b. Macam-macam keadilan
1. Keadilan legal atau keadilan moral Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum
merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi
kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut
sifat dasarnya paling cocok baginya ( the man behind the gun ). Pendapat Plato itu disebut
keadilan moral, sedangkan oleh yang lainnya disebut keadilan legal.
2. Keadilan distributive Aristotele berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-
hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak
sama (justice is done when equels are treated equally).
3. Keadilan komutatif Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan
kesejahteraan umum.Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asas pertalian dan
ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan
ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.

c. Kejujuran
Kejujuran atau jujur artinya apa-apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati
nuraninya, apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada
itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan
perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena
itu jujur berarti juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun
yang masih terkandung dalam hati nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat. Jadi,
sesorang tidak menepati niatnya berarti mendustai diri sendiri. Pada hakikatnya, kejujuran
dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran akan adanya hak dan kewajiban, serta
rasa takut terhadap dosa.
Adapun hal yang dapat membuat orang berlaku tidak jujur adalah perasaan tidak rela,
pengaruh lingkungan, social ekonomi, terpaksa ingin popular, sopan santun, dan untuk
mendidik.
Belajarlah bersikap jujur, sebab kejujuran mewujudkan keadilan, sedangkan keadilan
menuntut kemuliaan abadi. Jujur memberikan keberanian serta ketentraman hati, serta
membuat luhur budi pakerti. Seseorang mustahil dapat memeluk agama dengan sempurna,
apabila lidahnya tidak suci. Teguhlah pada kebenaran sekalipun kejujuran merugikanmu, serta
janganlah berdusta walaupun dusta tersebut menguntungkanmu.
d. Pemulihan nama baik
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak
tercela. Setiap orang menajaga dengan hati-hati agar namanya baik. Lebih-lebih jika ia menjadi
teladan bagi orang/tetangga disekitarnya adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai
harganya. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau
boleh dikatakan bama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang
dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul,
sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatn-perbuatan yang dihalalkan
agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan
segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak
sesuai dengan ahlak yang baik.
Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta
maaf tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma
dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepada sesama hidup yang perlu ditolong
dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrih, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai sikap rela,
tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.

e. Pembalasan
Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa
perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang
seimbang. Dalam al-qur’an terdapat ayat-ayat yang menyatakan, bahwa tuhan mengadakan
pembalasan bagi yang bertaqwa dan yang berdosa.
Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat
balasan yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yagn penuh kecurigaan menimbulkan balasan
yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah mahluk moral dan mahluk sosial.
Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila
manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada
hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia.
Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa,
maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan
kewajiban itu adalah pembalasan.

Anda mungkin juga menyukai