Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Niel (2005:102) menjelaskan bahwa di permulaan abad XX Pemerintah
Hindia Belanda mulai melakukan serangkaian perubahan yang penting dalam
kebijakan politik di Hindia Belanda. Kebijakan kolonial baru kemudian dikenal
dengan politik etis. Pemerintah Hindia Belanda dalam melaksanakan politik etis
berpedoman pada tiga prinsip yaitu irigasi, edukasi, dan emigrasi. Tiga prinsip
politik etis memiliki tujuan meningkatkan harkat dan kemakmuran penduduk
pribumi. Bangsa Indonesia melalui pendidikan politik etis diharapkan dapat
menjalankan peranan aktif dalam masa depan politik, ekonomi, dan sosial.
Badri (1999:18) mengungkapkan bahwa perkembangan pendidikan akibat
dari politik etis, memunculkan para golongan terpelajar atau elit intelektual di
Indonesia. Para golongan terpelajar mulai sadar akan nasib bangsa Indonesia dan
mulai tumbuh benih-benih nasionalisme pada diri bangsa Indonesia yang
kemudian berusaha untuk melepaskan diri dari penjajahan Belanda. Nasionalisme
golongan terpelajar bergerak melalui organisasi-organisasi modern memiliki cita-
cita kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Masa muncul nasionalisme disebut
dengan masa pergerakan nasional memiliki sebuah arti yang luas, tidak saja pada
pergerakan yang bersifat perbaikan derajat dari sisi politik, akan tetapi juga
menuju perbaikan aspek-aspek lain seperti perekonomian, pendidikan,
keagamaan, dan lain-lain.
Pringgodigdo (1977:4) menambahkan bahwa organisasi-organisasi yang
muncul pada masa pergerakan nasional juga turut melahirkan tokoh-tokoh yang
berperan penting dalam perjalanan sejarah bangsa, salah satunya organisasi
Sarekat Islam (SI). Salah satu organisasi yang menjadi wadah bagi umat Islam
pada masa pergerakan nasional yaitu Sarekat Islam digunakan untuk ikut serta
dalam perpolitikan tanah air. Sarekat Islam bermula bernama Sarekat Dagang
Islam didirikan oleh Haji Samanhudi dengan tujuan memajukan perdagangan
Indonesia di bawah panji-panji Islam.
1
2

Pemikiran Haji Samanhudi dalam mendirikan Sarekat Islam berlandaskan


Islam berawal dari Haji Samanhudi melakukan ibadah haji. Shaleh Putuhena
(Muthaharah, 2015:4) menjelaskan bahwa pada tahun 1904, Haji Samanhudi
melaksanakan kewajiban agama Islam yang kelima, yakni menunaikan ibadah
haji. Haji Samanhudi dalam menunaian ibadah banyak berkenalan dengan kaum
pergerakan selama musim haji, berdiskusi mulai dari hal tentang agama hingga
berkaitan dengan perlawanan mengusir penjajah kolonial Belanda dari Nusantara.
Haji Samanhudi setelah pulang dari ibadah haji, banyak terpengaruh oleh para
pemikir pembaharu Timur Tengah, seperti Jamaluddin al-Afghani, Syekh
Muhammad Abduh, dan Syekh Muhammad Ridha. Pemikiran organisasi Haji
Samanhudi banyak didapatkan hasil berdiskusi dengan Raden Mas Tirto Adi
Soerjo yang merupakan wartawan surat kabar Medan Prijaji.
Muljono dan Sutrisno (1980:28) menjelaskan bahwa Haji Samanhudi
melahirkan gagasan untuk mengusir penjajah dari bumi nusantara, yakni
memadukan antara ajaran Islam dan persatuan umat Islam, kemudian dengan
persatuan yang kokoh dapat melakukan perlawanan untuk menegakkan keadilan
sosial dengan mendirikan organisasi pergerakan. Ideologi Islam sebagai alat
pemersatu yang digunakan Haji Samanhudi disebut Pan-lslamisme. Ideologi Pan-
Islamisme merupakan paham yang bertujuan mempersatukan umat Islam sedunia.
Ideologi Pan-Islamisme muncul berkaitan erat dengan kondisi abad ke-19 yang
merupakan kemunduran dunia Islam. Di abad ke-19 dunia Barat berada dalam
kemajuan dan melakukan penjajahan terhadap negara-negara Islam, termasuk
Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Pan-Islamisme
merupakan gerakan yang radikal dan progresif yang sangat disadari oleh kaum
atau negara-negara imperialisme Barat termasuk Belanda yang menjajah
Indonesia. Semangat yang terkandung dalam gerakan Pan-Islamisme telah
membangkitkan rasa kebangsaan yang kuat dengan didasari ikatan keagamaan.
Ideologi Pan-Islamisme telah memunculkan organisasi-organisasi yang
berdasarkan keagamaan di wilayah Indonesia seperti Sarekat Islam (SI).
Haji Samanhudi membentuk Mardhi Budhi sebelum Sarekat Islam berdiri.
Mardhi Budhi merupakan perkumpulan yang dirintis oleh Haji Samanhudi
3

sebagai upaya pemersatu umat Islam di Surakarta. Departemen Sosial Republik


Indonesia, Badan Pembina Pahlawan Pusat, Proyek Pembinaan Pahlawan Jakarta
(1983:186) menjelaskan bahwa pembentukan Mardhi Budhi mempermudah
pribumi mencari bantuan tanpa merasakan penindasan pemerintah kolonial. Haji
Samanhudi mulai menyadari bahwa perkumpulan semacam Mardhi Budhi efektif
dalam membangun persatuan pribumi meskipun belum disadari oleh pribumi
lainnya tentang manfaat dari perkumpulan Mardhi Budhi.
Antusias dan pergerakan yang kurang sistematis membuat Mardhi Budhi
tidak lama berdiri. Sukirni (2017:8) menjelaskan bahwa Haji Samanhudi memiliki
keinginan memperbaiki kehidupan pribumi kemudian membentuk perkumpulan
pada tahun 1909. Pembentukan Rekso Roemekso untuk membantuk keamanan
usaha batik milik pribumi. Rekso Rumekso meskipun hanya sebagai organisasi
keamanan namun digunakan oleh pribumi sebagai tempat komunikasi antar kaum
pribumi.
Firdaus (1997:9) mengungkapkan bahwa Rekso Roemekso dibubarkan
kemudian pada tahun 1911 Sarekat Islam perkumpulan yang sifatnya berbeda
merupakan cabang dari kehidupan kembali Islam di antara orang-orang Sumatera
dan Jawa, sebagai akibat dari usaha misi Kristen. Sarekat Islam muncul pertama
kali sebagai gabungan orang-orang Jawa pedagang batik menentang eksploitasi
Cina, organisasi Sarekat Islam cepat menjadi gerakan yang populer dan dalam
seperempat abad anggota Sarekat Islam berjumlah dua juta orang.
Noer (1980:115) menyatakan bahwa pendiri Sarekat Islam merupakan
seorang pengusaha batik besar yang mampu di Kampung Lawean, Solo. Semua
pemikiran dan asas perjuangan Haji Samanhudi adalah sebuah pemikiran dan asas
kerakyatan yang tertuang dalam Sarekat Islam (SI) yang berjuang untuk rakyat
miskin dan hidup di bawah garis kesejahteraan. Sebagian pemimpin Sareka Islam
berasal dari golongan ningrat, tetapi tujuan perjuangan SI tidak pernah
menyimpang dari tujuan semula. Sarekat Islam awal mula berdiri bertujuan untuk
memajukan perdagangan dan mempersatukan umat Islam. Pemikiran Haji
Samanhudi yang berasal dari konsep Islam mengenai keadilan kemudian dijadikan
sebagai landasan tujuan arah gerakan Sarekat Islam. Sarekat Islam oleh
4

masyarakat pribumi dijadikan alat untuk melawan pemerintah kolonial Hindia


Belanda.
Priyatmoko (2015:18) menjelaskan bahwa keunikan dari Haji Samanhudi
adalah pribadi yang tidak pelit dan egois walaupun berpredikat sebagai pedagang.
Haji Samanhudi, selain memperjuangkan kesejahteraan masyarakat pribumi, juga
menanamkan rasa kemanusiaan, toleransi dan mencintai kaum pribumi di Hindia
Belanda. Pemerintah kolonial yang diskriminatif dan pemerintah kerajaan yang
feodalistik dilawan melalui gelombang massa Sarekat Islam hingga pada puncak
kejayaan Sarekat Islam beranggotakan ratusan ribu. Haji Samanhudi sebagai
tokoh pedagang yang mendapat gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1961. Haji
Samanhudi merupakan lokomotif kasadaran untuk merdeka dengan jalur
organisasi perdagangan, bukan medan tempur seperti Jenderal Soedirman, kaum
intelektual seperti Soekarno dan Hatta dan kelompok tentara seperti Slamet Riyadi
yang tercatat dalam lembaran perjuangan bangsa, tetapi kaum dagang yang turut
andil dalam pergerakan nasional.
Muljono (1980:34) menambahkan bahwa keunikan Haji Samanhudi dalam
menyampaikan pendapat. Haji Samanhudi tidak termasuk orang yang pandai
berpidato seperti Soekarno, tetapi Haji Samanhudi dalam berpidato lancar dan
jelas. Haji Samanhudi dalam setiap berpidato yang dipaparkan dengan
bersemangat berdasarkan alasan-alasan yang kuat dan nyata sehingga bagi
pendengar menyetujui gagasan Haji Samanhudi dengan yakin.
Priyatmoko (2015:18) menjelaskan bahwa latar belakang Haji Samanhudi
ditinjau dari segi pendidikan, tidak secerdas Sukarno maupun Tan Malaka. Haji
Samanhudi menjalani sekolah di sekolah volkschool (sekolah rakyat) selama 6
tahun. Haji Samanhudi melanjutkan sekolah di Madiun untuk masuk HIS
(Hollansch Indische School). Haji Samanhudi tidak nyaman berada di dalam kelas
saat pelajaran sekolah dan penyampaian pembelajaran yang diberikan oleh para
guru Eropa. Haji Samanhudi memilih meninggalkan bangku sekolah di saat umur
13 tahun dan masuk dalam usaha batik milik orang tua Haji Samanhudi. Ide
nasionalisme Haji Samanhudi terlahir dari lapangan politik-ekonomi perdagangan
batik.
5

Muthaharah (2015:2) menjelaskan bahwa Haji Samanhudi merupakan


seorang keturunan pedagang kaya-raya, akan tetapi hanya menyelesaikan
pendidikan hingga kelas 2 sekolah Belanda. Haji Samanhudi memiliki
pengorganisasian yang kurang terampil, tetapi mampu mendirikan organisasi yang
kemudian melahirkan pelbagai tokoh pahlawan Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut, menggambarkan perjuangan pergerakan
nasional yang pada mulanya dianggap kaum pribumi sesuatu yang tidak mungkin,
sejak berdiri Sarekat Islam oleh Haji Samanhudi memberikan harapan bagi
masyarakat pribumi dari kaum pribumi yang hidup tertindas dan pasrah telah
membangkitkan benih-benih persatuan bangsa. Haji Samanhudi telah memegang
peranan penting dalam pergerakan nasional melalui jalur perdagangan sejak jaman
penjajahan, terutama pada awal abad XX di mana orang pribumi masih belum
mengenal persatuan. Hubungan Sarekat Islam yang dibentuk oleh Haji Samanhudi
sebagai pelopor organisasi masa pergerakan nasional menunjukkan peranan Haji
Samanhudi dalam pergerakan nasional melalui Sarekat Islam untuk memperoleh
keadilan dan bahkan kemerdekaan individu kaum pribumi. Peran dan nama Haji
Samanhudi sebagai tokoh pendiri Sarekat Islam, namun tidak lebih dikenal dari
H.O.S Tjokroaminoto yang merupakan penerus kepemimpinan Haji Samanhudi
oleh masyarakat luas.
Peneliti mengambil batasan kurun tahun 1905-1916 dengan alasan di tahun
1905 merupakan tahun Haji Samanhudi mulai merintis perkumpulan organisasi
masa dengan mendirikan Mardhi Budhi, Rekso Roemekso kemudian berkembang
menjadi Sarekat Islam yang merupakan organisasi masa yang berkembang pesat
dan menginspirasi daerah-daerah lain untuk membangun persatuan melalui
perkumpulan seperti Sarekat Islam yang didirikan Haji Samanhudi. Tahun 1916
merupakan akhir kepemimpinan Haji Samanhudi di dalam Sarekat Islam. Haji
Samanhudi telah berperan aktif menyumbangkan pemikiran-pemikiran dalam arah
gerakan Sarekat Islam sebagai organisasi Pergerakan nasional yang besar. Penulis
memilih batasan tahun hingga 1916 juga dikarenakan Sarekat Islam pada tahun
1916 merupakan titik awal perpecahan menjadi dua paham dan kepemimpinan.
Kejadian perpecahan Sarekat Islam menunjukan perjuangan Haji Samanhudi
6

sebagai tokoh pendiri juga peran Haji Samanhudi dalam mempertahankan


organisasi Sarekat Islam.
Penulis mengangkat tema peran Haji Samanhudi dengan judul “Peran Haji
Samanhudi dalam Pergerakan nasional tahun 1905-1916 sebagai Pengembangan
Materi Sejarah Indonesia kelas XI di SMA”. Dengan demikian kajian mengenai
Haji Samanhudi diharapkan dapat memperluas pengetahuan, menjadi sumber
inspirasi perjuangan bangsa dan menjadi sumber pengembangan bahan ajar materi
Sejarah Indonesia kelas XI tingkat SMA.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka untuk mempermudah dalam
pengkajian skripsi ini, penulis merumuskan beberapa masalah yaitu:
1. Bagaimana riwayat hidup Haji Samanhudi?
2. Bagaimana peran Haji Samanhudi dalam pergerakan nasional tahun 1905-
1916?
3. Bagaimana peran Haji Samanhudi dalam pergerakan nasional tahun 1905-
1916 sebagai pengembangan materi sejarah Indonesia kelas XI di SMA?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka tujuan
dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui riwayat hidup Haji Samanhudi.
2. Untuk mengetahui peran Haji Samanhudi dalam Pergerakan nasional melalui
Sarekat Islam tahun 1905-1916.
3. Untuk mengetahui peran Haji Samanhudi dalam pergerakan nasional tahun
1905-1916 sebagai pengembangan materi sejarah Indonesia kelas XI di SMA.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari pengajuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khasanah penelitian pada Program Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
7

b. Memberikan sumbangsih pengetahuan mengenai peran Haji Samanhudi


dalam pergerakan nasional yang dapat digunakan sebagai bahan ajar
sejarah Indonesia di SMA.
c. Memberikan sumbangan bagi dunia pengetahuan di bidang sosial
mengenai perjalanan pergerakan rakyat Jawa khususnya di Surakarta.

2. Manfaat Praktis
a. Memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai peran Haji Samanhudi
dalam pergerakan nasional tahun 1905-1916 sebagai pengembangan
materi sejarah Indonesia tingkat SMA.

Anda mungkin juga menyukai