Anda di halaman 1dari 10

atMAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“MASYARAKAT MADANI”

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang
diampu oleh:

Muhyidin,S.Ag.,M.Ag.,M.H.

DISUSUN OLEH :

Dinda Aprilia Putri – 13010119120009

Muhamad Arfan Rasiddin – 13010119130063

Annisa Salsabila Bias Khansa - 13010119140116

PROGRAM SARJANA SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2020
Kata pengantar

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya telah
memberikan kami kesehatan dan akal pikiran sehingga dapat membantu kami
menyelesaikan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
orang tua, dosen, dan para kerabat karena telah membimbing dan memberi
masukan pada kami hingga makalah ini selesai.

Tujuan kami menulis makalah ini untuk memenuhi dan menyelesaikan


kewajiban sebagai mahasiswa dalam tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama
Islam. Selain itu untuk memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas
lagi mengenai judul yang dibahas yaitu Masyarakat Madani.

Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karenanya, kami mengharapkan banyak kritik dan masukan positif dari segala
pihak untuk berkembangnya makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan
semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca untuk kedepannya.

Semarang, 3 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1


B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Masyarakat Madani......... 2
B. Karakteristik Masyarakat Madani.................................................. 4
C. Tantangan Masyarakat Madani di Indonesia................................. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masyarakat madani adalah istilah yang dipakai oleh Rasulullah SAW


untuk masyarakat kota selepas nabi hijrah ke Madinah. Konsep masyarakat
madani disetarakan dengan civil society oleh bangsa barat karna dianggap modern.
Adanya masyarakat madani ini merupakan realisasi dari ayat-ayat Al-Qur’an yang
banyak menyebut tentang hidup kemasyarakatan, bermasyarakat dan lain lain. Hal
ini karena Al-Qur’an diturunkan untuk menghimpun umat islam menuju arah
kebaikan dan mengesakan Allah SWT.

‫يز ْال َح ِمي ِد‬


ِ ‫ص َرا ِط ْال َع ِز‬
ِ ‫ور بِإ ِ ْذ ِن َربِّ ِه ْم إِلَ ٰى‬ ُّ َ‫اس ِمن‬
ِ ‫الظلُ َما‬
ِ ُّ‫ت إِلَى الن‬ َ ‫ِكتَابٌ أَ ْن َز ْلنَاهُ إِلَ ْي‬
َ َّ‫ك لِتُ ْخ ِر َج الن‬

(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan
manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan
mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.

( QS Ibrahim 14:1)

Dalam ayat ini disebutkan bahwa Nabi Muhammad diperintah Allah SWT untuk
mengeluarkan manusia dari gelap gulita (kekafiran) ke cahaya terang bendarang
(islam) dengan izin Allah.

Konsep masyarakat madani memiliki beberapa syarat yang menjadi nilai


universal dalam penegakannya. Oleh karena itu berdasarkan Latar belakang
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

A.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu masyarakat madani ?


2. Bagaimana karakteristik masyarakat madani?
3. Apa tantangan masyarakat madani di Indonesia?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Sejarah Perkembangan Masyarakat Madani

Wacana civil society ini merupakan produk sejarah dan lahir di masyarakat
Barat modern. Ia muncul bersamaan dengan proses modernisasi, terutama pada
saat terjadi transformasi dari masyarakat feodal menuju masyarakat barat modern.

Dalam tradisi Eropa (sekitar pertengahan abad XVIII), pengertian civil


society dianggap sama dengan pengertian negara (state) yakni suatu
kelompok/kekuatan yang mendominasi seluruh kelompok masyarakat lain. Akan
tetapi pada paruh abad XVIII, terminologi ini mengalami pergeseran makna. State
dan civil society dipahami sebagai dua buah entintas yang berbeda, sejalan dengan
proses pembentukan sosiala (social formation) dan perubahan-perubahan struktur
politik di Eropa sebagai pencerahan (enlightenment) dan modernisasi dalam
mengahadapi persoalan duniawi (Hikam, AS, 1999).

Sebagai sebuah wacana kontemporer, maka sampai saat ini belum ada satu
kesepakatan rumusan teoritis dan konsep yang baku tentang konsep civil society.
Oleh karena itu, dalam mendefinisikan tema civil society ini sangat bergantung
pada kondisi sosio-kultural suatu bangsa, karena bagaimanapun konsep civil
society merupakan bangunan terma yang lahir dari sejarah pergulatan bangsa
Eropa Barat.

Civil society atau yang lebih dikenal dengan masyarakat madani pada
mulanya merupakan sebuah konsep filsafat yang berkenaan dengan sistem
kenegaraan.Secara historis, konsep ini bermula dari pemikiran Aristoteles yang
kemudian dikembangkan oleh Marcus Tullius Cicero, seorong filosof Romawi
Kuno (106-43 SM). Beberapa filsuf dan pemikir sosial politik sejak abad ke-17
sampai sekarang telah mengembangkan civil society menjadi sebuah konsep
penting dalam ilmu sosial dan politik.

Konsep ini sejalan dengan perkembangan pemikiran mengenai bentuk


gerakan masyarakat yang otonom dan mandiri dalam menentukan arah dan
perkembangannya tanpa campur tangan total dari pemerintah. Pemikiran tentang
civil society dalam ilmu sosial mulai marak dibahas setelah perang dunia II
terutama dalam dekade 50-80 an. Pada abad ke-20, muncul berbagai gerakan
masyarakat yang tidak percaya lagi kepada upaya pemerintah atau negara dalam
menjamin dan membangun masyarakat yang bebas, maju dan makmur. Pada abad
ke-20 ini pula, istilah civil society (masyarakat madani) secara konseptual
dikembangkan dari pengalaman era pencerahan Eropa Barat pada abad ke-1 yaitu
pada masa munculnya kembali Eropa Timur pada dasawarsa 1980-an sebagai
jawaban terhadap negara dengan sistem paratai sosialis (tunggal) yang otoriter
yang kemudian dapat dijatuhkan.

Civil society (masyarakat madani) pada perkembangan berikutnya ternyata


masuk kedalam wacana lembaga multilateral, sebagai contoh : The Inter
American Development Bank (bank pembangunan antar Amerika) merintis sebuah
proyek penguatan civil society di Amerika latin pada dasawarsa 1990-an. Dari
fakta ini, istilah civil society telah berkembang dari sekedar konsep menjadi
gerakan.

Terjemah civil society menjadi masyarakat madani pertama kali dikemukakan


oleh Dato Seri Anwar Ibrahim untuk menyifati masyarakat yang sudah memiliki
peradaban maju. Istilah madani sendiri mempunyai hubungan yang erat dengan
istilah tamadun atau peradaban. Dengan demikian, civil society atau masyarakat
madani bisa diartikan sebagai kota peradaban atau masyarakat kota, suatu
masyarakat beradab yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, penegakan
nilai-nilai demokrasi, dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia. Lebih
lanjut, Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat
madani adalah sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang
menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan
masyarakat.
Penerjemahan civil society menjadi masyarakat madani ini dilatarbelakangi
oleh konsep kota ilahi, kota peradaban atau masyarakat kota. Di sisi lain,
pemaknaan masyarakat madani ini juga dilandasi oleh konsep tentang Al-
Mujtama’ Al-Madani yang diperkenalkan oleh Prof. Naquib al-Attas, yang secara
definitif masyarakat madani merupakan konsep masyarakat ideal yang
mengandung dua komponen besar, yakni masyarakat kota dan masyarakat yang
beradab. Pada prinsipnya konsep masyarakat madani (civil society) adalah sebuah
tatanan komunitas masyarakat yang mengedepankan toleransi, demokrasi, dan
berkeadaban. Di sisi lain masyarakat madani mensyaratkan adanya toleransi dan
menghargai akan adanya pluralisme (kemajemukan).

2.2 Karakteristik Masyarakat Madani

Gambaran bentuk masyarakat masa depan yang di inginkan umat manusia


yang mengakui harkat manusia adalah hak-hak dan kewajibannya dalam
masyarakat yaitu masayarakat madani, dapat juga dijelaskan dengan karakteristik
sebagai berikut :

1. Masyarakat yang mengakui hakikat kemanusiaan yang bukan sekedar mengisi


kebutuhannya untuk hidup (proses humanisasi) tetapi untuk eksis sebagai
manusia.

2. Pengakuan hidup bersama manusia sebagai mahluk sosial melalui sarana


negara. Negara menjamin dan membuka peluang kondusif agar para anggotanya
dapat berkembang untuk merealisasikan dirinya dalam tatanan vertikal (antara
manusia dengan Tuhan) atau tatanan horizontal (mausia dengan manusia).
Interaksi kedua tatanan tersebut penting karena tanpa orientasi kepada Tuhan
maka tatanan kehidupan bersama tidak bermakna. Tuhan adalah sumber nilai yang
mengatur keseluruhan kehidupan manusia.
3. Manusia yang mengakui karakteristik tersebut dan mengakui hak asasi manusia
dalam kehidupan yang demokratis adalah yang disebut masayarakat madani (civil
society)

2.3 Tantangan Masyarakat Madani di Indonesia

Masyarakat madani merupakan suatu kondisi yang senantiasa diidam-


idamkan oleh semua lapisan masyarakat di negara Indonesia. Karena itu,
tantangan yang harus mampu dilakukan oleh seluruh masyarakat supaya tercapai
kehidupan madani adalah:

1. Sikap demokratis

Mengembangkan sikap demokratis bukan hanya mengenai pembentukan


individu yang mempunyai harga diri, yang berbudaya, yang memiliki identitas
sebagai bangsa Indonesia yang bhinneka, tetapi juga menumbuhkan sikap
demokratis tersebut perlu didukung oleh suatu sistem yang juga mengembangkan
sikap demokratis. Sistem pendidikan yang hanya mementingkan sekelompok
manusia yang berintelegensi tinggi saja, tentunya tidak demokratis sifatnya.
Demikian pula proses belajar yang tidak menumbuhkan sikap kreatif dan bebas
serta sanggup mengemukakan pendapat, berbeda pendapat, dan menghargai
pendapat yang lebih baik, perlu dimasukkan di dalam proses belajar serta
kurikulum. Demikian pula para pendidik, para dosen yang otokratis tidak
memungkinkan tumbuhnya sikap demokratis dari para peserta didik.

2. Sikap toleran

Wajah budaya Indonesia yang bhinneka menuntut sikap toleran yang, tinggi
dari setiap anggota masyarakat. Sikap toleransi tersebut harus dapat diwujudkan
oleh semua anggota dan lapisan masyarakat sehingga terbentuk suatu masyarakat
yang kompak tapi beragam sehingga kaya akan ide-ide baru. Di dalam diskusi
yang diselenggarakan oleh Indonesian Council on World Affairs (ICWA) Maret
1999, Juwono Sudarsono mengemukakan di samping sikap toleransi juga penting
sikap kompromi perlu dikembangkan dalam pendidikan.

3. Saling pengertian
Di dalam suatu masyarakat demokrasi, perbedaan pendapat justru merupakan
suatu hikmah untuk membentuk suatu masyarakat yang mempunyai horizon yang
luas dan kaya. Untuk keperluan tersebut diperlukan pengetahuan dan penghayatan
mengenai kebhinnekaan tersebut. Pendidikan nasional harus menampung akan
kebutuhan masyarakat yang beragam tersebut. Keanekaragaman budaya daerah
haruslah dikembangkan seoptimal mungkin sehingga pada gilirannya dapat
memberikan sumbangan akan terwujudnya suatu budaya nasional, budaya
Indonesia. Saling pengertian hanya dapat ditumbuhkan apabila komunikasi antar
penduduk dan antar etnis dapat terwujud dengan bebas dan intens. Oleh sebab itu
pengembangan budaya daerah, pertukaran kunjungan antar masyarakat dan
budaya daerah haruslah diintensifkan.

4. Berakhlak tinggi, beriman dan bertakwa

Masyarakat Indonesia memiliki beragam nilai-nilai budaya,namun masih


dapat menjaga persatuan, adalah masyarakat yang beriman. Manusia yang
beriman adalah manusia yang berakhlak tinggi. Karena semua agama yang hidup
dan berkembang di Indonesia adalah agama yang mengajarkan nilai-nilai moral
yang tinggi. Keragaman agama yang hidup dan berkembang di Indonesia
menuntut sikap toleransi dan saling pengertian setiap pemeluknya. Oleh sebab itu
pendidikan agama di dalam sistem pendidikan nasional haruslah dilaksanakan
dengan baik, sehingga terwujudlah suatu kehidupan bersama yang mengandung
unsur-unsur toleransi serta saling pengertian yang mendalam. Kita perlu
menghindari ramalan Huntington yang memprediksi adanya konflik-konflik
budaya dan agama sebagai pengganti konflik kekerasan senjata dalam kehidupan
umat manusia pada milenium ketiga yang akan datang.

5. Manusia dan masyarakat yang berwawasan global

Masyarakat Indonesia memasuki suatu kehidupan baru dalam melenium


ketiga yaitu masyarakat global yang ditandai oleh kemajuan teknologi serta
perdagangan bebas. Kehidupan global tersebut memberikan kesempatan-
kesempatan yang baru, tetapi juga tantangan-tantangan yang semakin sulit dan
kompleks sehingga meminta kualitas sumber daya manusia Indonesia yang bukan
saja menguasai dan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan tetapi juga yang
terampil di dalam memecahkan masalah-masalah yang muncul akibat gelombang
globalisasi tersebut.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Civil society atau masyarakat madani bisa diartikan sebagai kota peradaban
atau masyarakat kota, suatu masyarakat beradab yang menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan, penegakan nilai-nilai demokrasi, dan penghormatan terhadap
hak-hak asasi manusia. Lebih lanjut Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang
diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan
perorangan dengan kestabilan masyarakat.

Karakteristik masyarakat madani sendiri yaitu masyarakat yang mengakui


hakikat kemanusiaan, pengakuan hidup bersama manusia sebagai mahluk sosial
melalui sarana negara, dan manusia yang mengakui karakteristik tersebut dan
mengakui hak asasi manusia dalam kehidupan yang demokratis adalah yang
disebut masayarakat madani (civil society).

Tantangan yang harus mampu dilakukan oleh seluruh masyarakat supaya


tercapai kehidupan madani adalah sikap demokratis, sikap toleran, saling
pengertian, berakhlak tinggi, beriman dan bertaqwa, manusia dan masyarakat
yang berwawasan global.

Anda mungkin juga menyukai