Anda di halaman 1dari 22

Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Nyeri Plantaris atau Plantar Fascitis?


2. Apa saja Gejala Nyeri Plantaris atau Plantar Fascitis
3. Apa Saja Faktor Nyeri Plantaris atau Plantar Fascitis?
4. Upaya atau Terapi apa saja yang bisa dilakukan untuk mengurangi Plantar Fascitiis?
5. Apa saja Larangan Bagi Penderita Plantar Fascitis?

PEMBAHASAN

PENGERTIA PLANTAR FASCITIIS ATAU NYERI PLANTARIS

Nyeri plantaris atau Plantar Fascitiis adalah rasa sakit yang disebabkan terjadinya iritasi
degeneratif pada ligament plantar fascia (Young, 2014). Rasa sakit yang muncul pada ligament
plantar fascia di sebabkan karena posisi berdiri dengan sepatu yang kurang nyaman dalam waktu
lama yang berakibat teregangnya ligament (Aliwarga, 2013). Fascia merupakan jaringan fibrous,
strukturnya seperti tendon, terletak sepanjang tungkai sampai telapak kaki, mulai dari tulang
tumit sampai base ibu jari kaki. Jika aktivitas berlebihan maka plantar fascianya akan terjadi
iritasi, inflamasi dan kemungkinan yang lain akan terjadi kerobekan jika pada plantar fascia
terjadi penekanan yang berulang (Periatna & Gerhaniawati, 2006).

Nyeri plantaris biasanya akan di rasakan saat setelah berdiri dari tempat tidur di pagi hari.
Rasa nyeri pada telapak kaki akan meningkat saat melakukan ambulasi dan berdiri dalam waktu
yang lama (Goff & Crawfrod, 2011).
Gambar. Lokasi Nyeri Plantaris

Peregangan yang berulang pada lengkungan kaki akan mengalami tekanan yang keras
pada plantar fascia dalam fibrocartilago menyebabkan robeknya ligament dan lepasnya mediator
kimia inflamasi dan menimbulkan rasa nyeri, akhirnya mengalami degenerasi myoxid dan
melemahnya plantar fascia (Duff, 2004).

GEJALA NYERI PLANTARIS

Gejala utama yang terjadi karena nyeri plantaris adalah nyeri tumit ketika berjalan. Juga
mungkin merasa sakit ketika berdiri dan mungkin bahkan ketika sedang beristirahat. Nyeri ini
biasanya terjadi hal pertama di pagi hari setelah bangun dari tempat tidur, ketika kaki
ditempatkan rata di lantai. Rasa sakit terjadi karen peregangan plantar fasia. Rasa sakit biasanya
berkurang dengan sering berjalan, tetapi gejala ini akan terjadi lagi setelah periode istirahat.
Nyeri akan terasa kembali ketika keadaan tidur karena posisi kaki yang memungkinkan fasia
untuk rileks (Anonim, 2013).

ANATOMI TELAPAK KAKI

Tulang telapak kaki disusun dari 7 tarsals yaitu: Os. Calcaneus, Os. Talus, Os.
Navicularis, Os. Cuneinforme lateralis, Os. Cuneinforme intermedium, Os. Cuneinforme
medialis, dan Os. Metatarsal. Normalnya telapak kaki akan membentuk lengkungan medial
antara Os. Calcaneus dengan Os. Metatarsal yang disebut medial longitudinal arch. Normal
medial longitudinal arch adalah 15 – 18 mm dari tanah pada tingkat navicular, sedangkan lateral
longitudinal arch lengkungannya lebih rendah 3 – 5 mm dari tingkat Os. Kuboid.
Tulang yang membentuk lengkungan ini saling berkaitan yang di hubungan oleh
ligament plantar fascia (Riegger, 1988).

Gambar Anatomi Telapak Kaki Normal (Sumber: Dubin, 2007)

Menurut American Academy of Ortopedic Surgeons Plantar Fascia adalah Ligament tipis
dan panjang yang terletak langsung dibawah telapak kaki, yang menghubungkan tumit dengan
kaki depan, dan akan membentuk suatu lengkungan (Kadakia, et al,. 2010).

Gambar Lengkungan Telapak Kaki Normal


Gambar Letak Plantar Fascia

Topografi dari ligament plantar fascia merupakan bagian dari jaringan penyambung
(connective tissue) yang komposisinya terdiri atas dua tipe serabut yaitu: serabut collagen yang
sangat kuat dengan elastisitas yang sangat kecil, sedangkan serabut kedua adalah serabut elastik
yang dapat terulur yang berfungsi membantu penguluran dan kontraksi otot dan juga menjadi
jalur tempat persarafan dan pembuluh darah vena. Ligament plantar fascia yang terdapat dalam
tubuh dapat dijelaskan sebagai suatu lembaran yang tidak terputus-putus dari jaringan
penyambung yang terbentang tanpa adanya hambatan pada bagian atas kepala sampai ke ujung
ibu jari kaki.

Ligament plantar fascia mengelilingi dan menyatu dengan setiap jaringan dan organ yang
ada dalam tubuh termasuk serabut saraf, pembuluh darah vena, otot dan tulang. Letak ligament
fascia pada nyeri plantaris sangat tebal dan menempel/melekat pada calcaneus sampai jari-jari
kaki (metatarsal). Ligament plantar fascia akan lebih tebal dan padat pada beberapa daerah
dibandingkan dengan daerah yang lain. Kepadatan dan ketebalan ligament fascia sangat mudah
dikenali dan terlihat seperti membran putih yang kuat (Periatna & Gerhaniawati, 2006).
FAKTOR-FAKTOR NYERI PLANTARIS

Adapun faktor-faktor risiko terjadinya nyeri plantaris sebagai berikut (Kurniawan, 2013) :

1. Usia Nyeri Plantaris terjadi paling sering antara usia sebanyak 40 dan 60 (Aliwarga,
2013)

2. Bentuk kaki flat foot atau high arch. Pada kaki yang flat foot atau pronated flat dapat
menimbulkan perubahan liganment dari calcaneus sehingga mempengaruhi arkus
plantaris dalam aktifitas saat menumpu berat badan ketika berdiri atau berjalan.
Bentuk kaki flat foot disebabkan otot-otot intrinsik plantaris tidak memadai yang
mengakibatkan terlalu teregangnya ligament sehingga arkus plantaris menjadi collaps
(Duff, 2004).

3. Kelebihan Berat Badan. Kelebihan berat badan menyebabkan penumpuan berat beban
yang besar pada kaki, terutama daerah tumit yang menerima persentase tekanan yang
besar sehingga perlekatan struktur fasia mengalami penekanan berlebihan (Sunarya,
2012).

4. Individu dengan pekerjaan lebih banyak berdiri atau berjalan. Karyawan pabrik yang
menghabiskan waktu kerja mereka untuk berdiri atau berjalan pada permukaan keras.
Ini dapat mengganggu ligamen plantar fascia dan dapat menyebabkan nyeri (Aliwarga,
2013).

5. Penggunaan sepatu yang tidak tepat. Hindari sepatu dengan bertelapak tipis dan
longgar, serta sepatu tanpa arch support yang cukup untuk menyerap shock (Aliwarga,
2013). Sepatu yang tidak tepat atau sepatu dengan hak tinggi akan beresiko berakibat
pada keluhan muskuloskeletal dan sampai terjadi nyeri pada telapak kaki. Munculnya
nyeri pada telapak kaki dikarenakan adanya peregangan pada ligament plantar fascia
dan tekanan yang berlebih pada tumit. Peregangan pada telapak kaki ini dikarenakan
pemakaian sepatu dengan tumit yang tinggi dan menyebabkan lengkungan pada
telapak kaki meregang dari batas normalnya lengkungan pada kaki (Sinta, et al.,
2014).
6. Kehamilan. Selain terjadi penambahan berat badan juga karena pengaruh hormon yang
dapat menyebabkan jaringan ikat untuk relaksasi menjadi lemas sehingga dapat
memicu terjadinya plantaris (Kurniawan, 2013)

7. Usia, jenis kelamin, dan ras-terkait demografi

Insiden yang tepat dan prevalensi menurut umur plantar fasciitis tidak diketahui, tetapi kondisi ini
terlihat pada orang dewasa dari segala usia. Sebuah insiden puncak dapat terjadi pada wanita berusia
40-60 tahun.

Sebuah insiden meningkat ada pada pasien spondiloarthropathies tertentu (misalnya


ankylosingspondilytis), yang sering hadir pada pasien berusia 20-40 tahun. Perempuan dipengaruhi
fasciitis dua kali lebih sering dari pria. Pada orang muda, kondisi terjadi sama pada kedua jenis
kelamin. Ras dan etnis memainkan peran dalam kejadian plantar fasciitis.

Faktor yang mempengaruhi plantar fasciitis menurut (Napitulu, 2011) :

1. Pola kaki datar terjadi gerakan pronasi sehingga terjedi pemegangan fascia sisi
medial.
2. Lengkungan kaki yang tinggi, sehingga mengakibatkan pemendekan pada laseaa
plantaris.
3. Pola hidup memiliki penggaruh yang besar terjadinya Basciitis plantaris seperti;
kebiasaan berdiri dalam jangka waktu yang lama dan kebiasaan berjalan jauh
dengan menggunakan alas kaki yang keras.

Kaki pes cavum memiliki tekanan yang berlebih pada fascia plantaris selama heel strike
ke midstance, sedangkan kaki yang pes planus akan memberikan penekanan pada fascia selama
midstance ke terminal stance dan juga pada saat toe off. (Saidoff, 2002) Sedangkan bentuk pada
kaki flat foot atau pronated flat dapat menimbulkan perubahan liganment dari calcaneus sehingga
mempengaruhi arkus plantaris dalam aktifitas saat menumpu berat badan ketika berdiri atau
berjalan.

Bentuk kaki flat foot disebabkan otot-otot intrinsik plantaris tidak memadai yang
mengakibatkan terlalu teregangnya ligamen sehingga arcus plantaris menjadi collaps. Bila hal ini
teijadi, maka talus pronasi dan dapat tergeser ke medialis dari calcaneus, Pada akhirnya dapat
merubah bentuk susunan ossa tarsi yang terlibat os.Calcaneus, os.Naviculare dan os. Cuboideum
(Kahle, 1995).

GEJALA

Sine qua non dari plantar fasciitis adalah riwayat nyeri tumit intens tajam
dengan beberapa langkah pertama di pagi hari atau setelah lama lain tanpa menahan beban.
Nyeri yang dialami terutama pada permukaan plantar kaki di aspek anterior dari kalkaneus,
tetapi dapat menyebar proksimal dalam kasus yang lebih parah. Nyeri nokturnal,
atau gejala sistemik harusmeningkatkan kecurigaan penyebab lain dari nyeri tumit
yaitu neoplasti, infeksi, penyebab neurologis lain.

Awalnya, rasa sakit berkurang dengan ambulasi atau pemanasan atletik, tetapi kemudian


meningkat sepanjang hari dengan meningkatnya aktivitas. Dalam kasus yang lebih parah,
pasien mengeluh nyeri tumit setelah periode lama duduk.Sebuah rasa nyeri dapat
dirasakan di bagian tumit pada akhir hari, terutama setelah berjalan luas atau
berdiri.Selain nyeri, pasien mungkin mengeluh kekakuan pada kaki
dan pembengkakan lokal di bagian tumit. Sebuah elemen penting dalam sejarah adalah
periode sebelum dimulainya plantar fasciitis. 

Pasien dapat melaporkan bahwa sebelum timbulnya rasa sakit,mereka telah
meningkatkan jumlah atau intensitas aktivitas termasuk, namun tidak  terbatas pada,
berlari atau berjalan.Mereka mungkin juga mulai latihan pada berbagai jenis permukaan atau
mungkin baru saja mmengubah alas kaki, (misalnya, mulai gaya bertelanjang kaki menjalankan
program). Mereka mungkin telah menderita trauma sebelumnya untuk kaki (misalnya, jatuh,
kecelakaan kendaraan bermotor, yang terkait dengan pekerjaan). Setiap faktor pencetus harus
diidentifikasi jika memungkinkan. Tanyakan pasien apa yang membuat rasa sakit lebih buruk
dan apa yang membuatnya lebih baik.

 Kebanyakan pasien melaporkan bahwa rasa sakit biasanya adalah yang


paling parah selama beberapa langkah pertama setelah aktif berkepanjangan, sepertitidur
atau duduk.
 Pasien dapat melaporkan bahwa gejala biasanya akan hilang dengan
bongkar kaki yang terkena dampak (via duduk, elevasi, atau cara lain).
 Nyeri dapat memburuk dengan berjalan bertelanjang kaki di permukaan kerasatau dengan
berjalan menaiki tangga.
 Pada atlet, nyeri dapat sangat diperburuk oleh berlari.
 Pasien yang umumnya di kaki mereka semua laporan hari yang sebenarnya dapat
memperburuk gejala pada akhir hari.

Jika kondisi ini terjadi dalam perjalanan kerja pasien, maka dapat dianggap masalah
kompensasi pekerja. Dokter harus memperoleh riwayat menyeluruh dari timbulnya rasa sakit,
setiap penilaian diagnostik sebelumnya dan / atau perawatan , dan kapasitas fungsional saat
ini.Sejarah ini penting utntuk tujuann medikolegal potensila, seperti penurunan peringkat.

DIAGNOSIS

Anamnesa

Pasien datang dengan keluhan pada pagi hari sering merasakan nyeri dibagian tumit
setelah melangkah beberapa kali. Tetapi pada siang hari keluhan ini dirasakan agak berkurang
bahkan pada waktu malam hari keluhan ini tidak dirasakan lagi. Tetapi keluhan ini terkadang
kembali dirasakan apabila terlalu banyak melakukan aktivitas berjalan atau berdiri.

Pemanasan atau peregangan otot terlebih dahulu sangat penting dilakukan oleh para
olahragawan atau pekerja berat, karena kurangnya pemanasan atau peregangan otot bisa memicu
timbulnya keluhan ini.

Bila pada pemeriksaan tidak ditemukan gejala-gejala seperti diatas, pasien harus dicek
lebih cermat lagi. Nyeri ini biasanya bisa timbul didepan atau dibawah tumit. Tetapi bisa juga
terdapat dibawah kaki dimana letak fascia tersebut berada. Rasa nyeri ini bisa berlangsung
beberapa bulan atau bisa menjadi permanen. Terkadang gejala ini bisa timbul dan hilang setelah
beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian.
Pemeriksaan palpasi

Penderita biasanya dapat menunjukkan letak rasa nyeri tersebut dirasakan (seperti pada gambar
diatas).

Pasien dengan posisi tidur dan rileks dengan kaki terlentang kemudian tangan kiri kita
menyanggah kaki penderita dan tangan kanan melakukan palpasi dengan ibu jari menekan pada
plantar fascianya. Jika penderita mengalami sakit maka kemungkinan pasien ini menderita .

Pemeriksaan inspeksi

Apabila ini telah lanjut maka penderita cara berjalannya berubah karena telapak kaki
terjadi nyeri yang hebat, sehingga beban tubuh hanya ditumpu pada ujung telapak kaki (jinjit).

Pada umumnya pasien mulai berjalan jinjit karena nyeri tumit namun dengan berjalan
(jinjit) atau dengan kaki bagian depan menyebabkan ketegangan pada plantar fascia yang lebih
menarik tumit dan bisa membuat kondisi ini semakin memburuk (lihat pada gambar diatas).
Diagnosa plantar fasciitis didasarkan pada riwayat keluhan pasien dan hasil dari
pemeriksaan fisik. Pasien biasanya dikenali dengan adanya nyeri tumit inferior yang menumpu
berat badan dan nyeri terjadi persisten dalam beberapa bulan atau tahun.

Nyeri yang berhubungan dengan plantar fasciitis mungkin dirasakan


seperti berdenyut, membakar, atau menusuk, terutama pada langkah pertama di pagi hari atau
setelah beberapa periode tidak beraktivitas. Ketidaknyamanan biasanya meningkat setelah
istirahat panjang atau setelah aktivitas yang terbatas. Berjalan tanpa alas kaki atau naik tangga
akan memperparah nyeri. Pasien biasanya mengalami nyeri pada sekitar tuberositas kalkaneus
medial pada aponeurosis plantaris.
Pemeriksaan radiologis tidak begitu  berguna untuk menegakkan diagnosa plantar
fasciitis, tetapi dapat dipertimbangkan jika diagnosa banding lain lebih kuat mengarah.
Berdasrkan studi case control yang membandingkan pasien dengan dan tanpa plantar fasciitis
penebalam aponeurosis pada tumit yang diidentifikasi dengan USG, biasanya berhubungan
dengan plantar fasciitis.
Dari pemeriksaan radiologis biasanya didapatkan kalsifikasi pada jarinmgan lunak
disekitar tumit atau osteofit pada anterior kalkaneus yang biasnya disebut heel spurs. 50 %
pasien dengan plantar fasciitis dan lebih dari 19% orang tanpa plantar fasciitis mempunyai heel
spurs. Ada atau tidaknya heel spur tidak bisa menyingkirkan diagnosa plantar fasciitis. Scanning
pada tulang bisa menunjukkan peningkatan ketebalan kalkaneus dan MRI bisa menunjukkan
penebalan pada fascia plantaris. Namun, akurasi data yang didapat tiak bisa menegakkan
diagnosa plantar fasciitis.
TERAPI

Pengobatan untuk Plantar Fasciitis meliputi:


1. Latihan peregangan
Latihan yang efektif tidak hanya untuk bantuan aktif dari plantar fasciitis, tapi Juga
membantu untuk meminimalkan kekambuhan. Latihan peregangan digunakan untuk
meningkatkan fleksibilitas otot-otot paha, betis, dan fascia plantaris sendiri. Penegangan pada
otot-otot kaki yang dapat diakibatkan tidak proporsionalnya stressor pada fascia plantaris saat
berjalan dan berlari meningkatkan resiko cedera. Latiahanperegangan untuk fascia plantaris
sendiri dapat meningkatkan fleksibilitas fascia dan mengurangi potensi kerusakan. Contoh
latihan peregangan adalah:

a. Peregangan Gastrocnemius dengan mendorong dinding


Gastrocnemius adalah salah satu kelompok otot utama di betis. Untuk
meregangkan otot ini, tempatkan tangan anda pada dinding dan berdiri dengan kedua
kaki rata dilantai, satu kaki di depan kaki lain. Jauhkan paling belakang kaki lurus dan
kaki pointed lurus ke depan. Bersandar ke depan tanpa melengkungkan punggung.
Menempatkan berat badan pada kaki sambil membungkuk ke depan dilutut. Jika
anda merasa peregangan di pertengahan betis kaki lurus. Tahan peregangan selama 10-15
detik, rilis, kemuadian ulangi 6-8 kali membalikan posisi kaki dan regangkan kaki yang
lain.

b. Peregangan gastrocnemius dengan naik tangga


Gastrocnemius juga dapat dirgangkan menggunakan latihan sederhana yang dapat
dilakukan sambil berdiri pada tangga. Berdiri dengan ujung kaki pada tepi tangga dan
tumit tidak menapak tangga. Sementara memegang pegangan tangga untuk
keseimbangan, naik setinggi mungkin pada jari kaki dan kemudia menurunkan sendiri
perlahan-lahan setinggi tanpa memindahkan kaki sampai mersakan regangan dibetis.
Tahan posisi selama 1-2 deti dan ulangi 10-20 kali.

c. Peregangan soleus
Soleus adalah salah satu dari kelompok otot utama pada betis. Untuk
meregangkannya posisikan diri seperti pada contoh peregangan pertama tetapi dengan
kedua tungkai menekuk dan pantat turun. Yakinkan bahwa kaki anda lurus ke depan dan
tidak berubah. Dorong dinding dengan tumit tetap di lantai. Saat menekuk lutut,
bebankan berat badan pada belakang kaki. Lanjutkan sampai merasa betis teregang.
Lakukan selama 30 detik dan ulangi 2-3 kali pada masing-masing sisi.

d. Peregangan hamstring
Hamstring adalah utama otot paha yang berjalan tepat di bawah lutut ke pantat
dan mengankat kaki bagian bawah dan menekuk lutut. Jika hamstring terlalu menegang,
tekukan lutut selama berjalan dan berlari sangat berlebihan yang pada gilirannya dapat
menghasilkan peningkatan tarikan pada tulang tumit dan terlalu banyak ketegangan
diplantar fascia.
Untuk meregangakan hamstring, berbaring dengan punggung rata kelantai dengan
mata fokus ke atas. Pegang belakang paha dengan kedua tangan dan,
dengan kaki membungkuk,tarik pahasampai tegak lurus terhadap lantai dan kemudian
perlahan-lahan meluruskan lutut. Ulangi latihan dengan kaki lainnya.
e. Peregangan fascia plantaris sambil duduk
Selama berjalan normal, fascia plantar memanjang dan kemudian  memendek
ketika kaki menyentuh tanah. Jika fascia plantaris kurang elastis bisa mengakibatkan
kerusakan serat pada fascia dan terjadi  peradangan. Latihan yang meregangkan fasia
plantar dapat meningkatkan fleksibilitas dan membantu menahan tekanan yang
ditempatkan di atasnya tanpa mengalami  kerusakan. Fasia plantar dapat dengan mudah
diregangkan sambil duduk. Duduk di kursi atau di tepi tempat tidur dengan satu kaki
disilangkan di atas yang lain. Tempatkan jari dari tangan sisi yang sama dengan silang
kaki di pangkal jari kaki dan tarik jari-jari kaki kembali ke arah tulang kering sementara
menjaga kaki tetap sampai peregangan dirasakan pada bagian bawah kaki. Ulangi latihan
lima kali untuk setiap kaki. Latihan ini sangat efektif bila dilakukan sebelum mengambil
langkah pertama hari dan setelah lama duduk atau tidak aktif.

f. Latihan Wall Stretches.

Posisi tubuh menghadap dinding, berdiri sekitar dua tiga kaki dari tembok,
lakukan dorongan dengan tangan anda pada tembok. Dengan kaki yang sakit di belakang
dan kaki lainnya dibelakang. Dorong tembok, jadikan kaki yang depan sebagai tumpuan,
sementara meregangkan kaki yang belakang, biarkan tumit kaki yang belakang menempel
di lantai. Posisi ini akan meregangkan tumit. Tahan posisi ini selama 10 detik. Ulangi
setidaknya 10 kali dan lakukan selama 3 kali sehari.
g. Latihan Peregangan dengan Counter Top.

Pasien menghadap depan dengan memegang counter top, letakkan kaki terpisah
dengan satu kaki didepan kaki yang lain. Kemudian tekuk lutut sampai dalam posisi
jongkok tahan. Posisi tumit tahan dilantai selama mungkin. Tumit dan busur kaki akan
meregang dan tahan posisi ini selama 10 detik. Rileks kemudian luruskan kembali, ulangi
sampai 20 kali.

h. Latihan Towel Stretching dan Cross-friction Massage.

Latihan ini dilakukan sebelum turun dari tempat tidur, jadi saat bangun tidur atau
setelah istirahat lama. Hal ini dilakukan karena saat kita tidur plantar fascia semakin
mengencang.
i. Latihan-latihan tambahan.

Latihan-latihan ini dapat dilakukan saat pasien sedang beraktivitas dengan berdiri
dalam jangka waktu lama (contohnya tempat kerja, dapur, dll).

2. Alat Bantu

Alat bantu untuk Plantar Fascitis dapat berupa :

 Arch support dan orthotics


Pasien dengan kaki yang datar secara teori memiliki kemampuan untuk mengabsorbsi
tekanan dari kaki. Untuk memperbaiki hal ini dapat dibantu dengan Arch support dan
orthotics yang berfungsi untuk mengurangi tekanan pada kaki dan mengontrol
biomekanik dari kaki.

 Night splints (Bidai malam)

Night splints dirancang untuk menjaga mata kaki seseorang dalam posisi netral sepanjang
malam. Kebanyakan individu biasanya tidur dengan telapak kaki dalam posisi flexi,
sebuah posisi yang menyebabkan plantar fascia dalam posisi yang memendek. A Night
dorsiflexion splint (bidai dorsoflixi malam) memungkinkan peregangan pasif dari betis
dan plantar fascia selama tidur. Peregangan yang terjadi dapat memungkinkan untuk
penyembuhan karena saat itu plantar fascia dalam posisi dipanjangkan, sehingga terjadi
pengurangan tegangan saat melangkah pertama di pagi hari.
 Silicon heel cushions

Alat bantu berupa bantalan untuk tumit sepatu yang bentuknya mirip donat dengan lubang
ditengahnya. Fungsinya untuk mengurangi tekanan pada tumit kaki.
 ProStretch dan Foot Flex

Alat ini berfungsi untuk mengurangi tekanan yang berlebihan pada plantar fascia dan
tendon achilles ketika berjalan atau berlari.

3. Ortosis.
Koreksi sepatu atau sandal membantu mengurangi rasa nyeri pada tumit sewaktu menapak
atau berjalan. Penyangga lengkungan kaki (Arch Support), yang bisa dipakai/ diletakkan dalam
sepatu, ataupun bidai yang digunakan pada malam hari yang disebut Night Splint, karena di
gunakan saat tidur malam hari.

4. Obat-obatan
Apabila nyeri tidak berkurang dapat diberikan obat-obatan jenis NSAID  seperti Ibuprofen,
Naproxen, Na Diclofenac,dll. Obat ini berfungsi untuk menghilangkan nyeri dan pembengkakan.
Obat ini di gunakan selama satu bulan dan setelah itu harus di konsultasikan ulang ke dokter
yang menanganinya. Selain menggunakan obat-obatan oral, apabila diperlukan dapat dilakukan
penyuntikan dengan

5. Ultrasound Diathermy (US)


Untuk mengurangi nyeri pada Plantaris Fasciitis terapi Non Invasif yang sering
digunakan adalah dengan modalitas Ultrasound Diathermy (US). US adalah diatermi
berdasarkan konversi energi suara frekensi tinggi , dengan daya tembus paling dalam (3-5 cm)
diantara diatermi lainnya, gelombang suara ini selain memberikan efek panas/termal, juga ada
efek non termal/mekanik yaitu Micromassage.
Terapi ultrasound digunakan untuk kasus plantar fasciitis karena efek panas dan efek
mekanik pada gelombang ultrasound menyebabkan peningkatan sirkulasi darah ke jaringan
setempat. Radang pada plantar fascia ini terjadi karena adanya trauma atau strain, sehingga
terjadi perubahan pembuluh darah dan perubahan sel leukosit.
Pengaruh panas ultrasound juga dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada plantar
fasciitis karena gelombang pulsed yang rendah intensitasnya dapat memberikan efek sedative
dan analgesik pada ujung-ujung saraf sensorik. US efektif dalam mempercepat proses
pembuangan infiltrat hasil inflamasi dan mengurangi perlengketan yang terjadi. Maka US
merupakan pilihan dalam pengobatan reumatik non artikuler. Intensitas yang diapakai 0,5 -2,5
watt/cm2. Lama pemberian 5-10 menit, diberikan setiap hari atau 2 hari sekali. Selain US alat
non invasif lainnya yang sering dipakai untuk mengatasi Plantar Fasciitis adalah
Extracorporeal shockwave therapy (ESWT).
 
6. Extracorporeal shockwave therapy (ESWT) / terapi gelombang kejut.
Penanganan  yang paling mutakhir, aman, ekonomis, non invasif dan tanpa efek samping 
adalah gelombang kejut yang dipancarkan dari luar tubuh (extra corporeal) atau
disebut Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT) yang diciptakan di Jerman dan dipakai di 
AS setelah disetujui oleh FDA (Badan Pengawas Makanan dan Obat-Obatan di AS) pada tahun
2001. 
Penelitian manfaat ESWT pada nyeri tumit / telapak kaki sudah dilakukan sejak tahun
1990an. Penelitian terbaru yang terbit pada Maret 2010 membuktikan bahwa Extracorporeal
Shock Wave Therapy (ESWT) bisa mengatasi rasa sakit pada tumit dan/atau telapak
kaki (plantar fasciitis).  Di Amerika Serikat, ESWT dijinkan dipakai sejak 2001. Awalnya mesin
ini dipakai untuk memecahkan batu ginjal. Namun penelitian lebih lanjut membuktikan ternyata
bisa untuk menangani gangguan persendian. Gelombang kejut yang dihasilkan mesin ini mampu
merangsang perbaikan aliran darah ke daerah persendian yang mengalami peradangan, sehingga
membantu menghilangkan rasa sakit sendi. Selain itu, gelombang kejut juga berfungsi
menipiskan perkapuran yang menyebabkan rasa nyeri.
Dengan ESWT, pasien tidak perlu rawat inap. Ia juga bisa beraktivitas seusai terapi tanpa
gangguan. Kelebihan lain, hasil terapi dapat bertahan selama beberapa tahun tanpa pengulangan.
Prosedurnya pun tak rumit. Pada aplikasinya, pasien akan menjalani pemeriksaan terlebih dahulu
pada titik-titik sendi yang  nyeri oleh Dokter Spesialis Kedokteran Fisik Rehabilitasi (SpRM).
Terapi ini dimulai dengan intensitas paling rendah dan meningkat bertahap sampai tahapan yang
ditargetkan.Waktu terapi hanya sekitar 15-30 menit. Jumlah energi tergantung pada berat
ringannya penyakit pasien serta lokasi dari nyeri. rasa sakit yang dialami pasien berkurang dalam
3 bulan setelah menjalani 3 kali ESWT dan perbaikan selanjutnya terus berlangsung.
Kekurangan alat ini hanyalah belum banyak ditemui di Rumah sakit maupu klinik rehabilitasi
medik lainnya, bila dibandingkan dengan keberadaan US.

7. Operatif.
Pembedahan untuk mengatasi masalah ini sangat jarang dilakukan, tindakan operasi pada
kasus ini biasanya dilakukan setelah 12 bulan dilakukan pengobatan non operatif dengan
maksimal tidak didapatkan hasil yang diharapkan. Penanganan dengan cara operasi mempunyai
keberhasilan 50%.
Jenis Operasi yang biasa dilakukan untuk mengatasi Plantar Fasciitis adalah dengan
melakukan  Gastrocnemius recession atau Plantar fascia release. Tindakan operatif pada kasus
ini bukan tanpa resiko, terkadang rasa sakit masih tetap dirasakan atau bahkan bertambah buruk.
Komplikasi lainnya adalah terjadinya kerusakan pada syaraf dan terjadinya infeksi. Memang
secara statistik hasil yang memuaskan setelah dilaksanakannya operasi juga cukup banyak, oleh
sebab itu tindakan operatif ini hanya disarankan apabila tindakan tindakan non operatif tidak
memberikan hasil yang memuaskan.

LARANGAN

1. Penggunaan sepatu yang kurang tepat misalnya sepatu dengan sol tipis yang kurang bisa
mendukung bagian tengah telapak dan terlalu besar di bagian tumit atau sudah tua.
2. Memakai sepatu bertumit tinggi (lebih dari 5cm) secara rutin dapat memperpendek otot
achilles dan mengencangkan otot betis. Namun Saat ini kita menggantinya dengan sepatu
tumit datar   justru akan menambah ketegangan pada tumit jadi sepatu yang paling tepat
adalah sepatu bertumit rendah.
3. Aktivitas yang berlebihan pada orang-orang yang sudah berusia lanjut.
4. Pada ibu yang hamil atau sedang menggendong bayinya dengan berdiri lebih dari 20 jam
sehari
5. Melakukan pronation yang berlebihan, dimana pronation adalah fase berjalan dan
berlari. Pronation dan peregangan yang berlebihan membuat jaringan lunak meradang. Ini
bisa membangun cairan  dan sel-sel berakumulasi disebuah area yang cedera. Ini 
menciptakan lingkunagn yang buruk untuk penyembuhan.
6. Terlalu banyak melakukan aktivitas atau olah raga yang terlalu besar memberikan beban
pada tumit contohnya seperti  berjalan, jogging, berlari atau melompat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lettu Ckm dr.Victorio , 2011,  Plantar Fasciitis, Karumkitban Sibolga Kesdam I/BB


(available at:http://www.kesad.mil.id/content/plantar-fasiitis diunduh tanggal: 12 April
2012)

2. Sidharta Priguna, M.D.,Ph.D.(1999).Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum.Dian


Rakyat.Jakarta.
3. S.Snell, Richard.(1998).Anatomi Klinik.EGC.Jakarta

4. http://www.emedicine.com/

5. http://www. ortoinfo.com/

6. http://www. footcaredirect.com/

7. http://www.heelspurs.com/

8. http://www.newpodiatry.com/
9. Ahira, Anne. 2012. Sejarah Sepatu: Dari sepatu kets sampai sepatu high heels.
Diakses: April 2012. http://www.anneahira.com/sepatu.htm
10. Priatna, Heri; Gerhaniawati, Liza. 2006. Perbedaan Pengaruh Pemberian Intervensi Micro
Wave Diathermy (MWD) dan Ultrasound Undrewater dengan Intervensi Micro Wave
Diathermy (MWD)dengan Ultrasound Gel
11. Sinta, C.R. Rumampuk, J.F. and Lintong, F. 2014. Analisis Pengaruh Tinggi Hak Sepatu
Terhadap Nyeri Kaki Pada Pramuniaga Kosmetik Di Manado. Manado:
Jurnal eBiomedik (eBM).
12. Suwarni, W. 2014. Lebih Mengenal Stiletto High Heels. Indonesia: [online] Available at :
http://www.tips-sepatu-wanita.com[Accessed 7 Febuari 2015].
13. Herlina, I. 2012. Hubungan Pemakaian High Heel Dengan Resiko Fasciitis Plantaris Pada
Sales Promotion Girl (SPG) PT. SRI RATU MADIUN.Surakarta: Universitas
Muhammadyah Surakarta.
14. Aliwarga, J. 2013. Kenali Plantar Fasciitis Nyeri Pada Telapak Kaki. Vol. 21. Jakarta: PT
Mesa Publishing.
15. Kurniawan, A.A. 2013. Plantar Fasciitis. Indonesia: [online] Available at :
http://www.ismc.co.id/component/k2/item/3-plantar-fasciitis[accessed 9 Febuari 2015

Anda mungkin juga menyukai