PEMBAHASAN
Nyeri plantaris atau Plantar Fascitiis adalah rasa sakit yang disebabkan terjadinya iritasi
degeneratif pada ligament plantar fascia (Young, 2014). Rasa sakit yang muncul pada ligament
plantar fascia di sebabkan karena posisi berdiri dengan sepatu yang kurang nyaman dalam waktu
lama yang berakibat teregangnya ligament (Aliwarga, 2013). Fascia merupakan jaringan fibrous,
strukturnya seperti tendon, terletak sepanjang tungkai sampai telapak kaki, mulai dari tulang
tumit sampai base ibu jari kaki. Jika aktivitas berlebihan maka plantar fascianya akan terjadi
iritasi, inflamasi dan kemungkinan yang lain akan terjadi kerobekan jika pada plantar fascia
terjadi penekanan yang berulang (Periatna & Gerhaniawati, 2006).
Nyeri plantaris biasanya akan di rasakan saat setelah berdiri dari tempat tidur di pagi hari.
Rasa nyeri pada telapak kaki akan meningkat saat melakukan ambulasi dan berdiri dalam waktu
yang lama (Goff & Crawfrod, 2011).
Gambar. Lokasi Nyeri Plantaris
Peregangan yang berulang pada lengkungan kaki akan mengalami tekanan yang keras
pada plantar fascia dalam fibrocartilago menyebabkan robeknya ligament dan lepasnya mediator
kimia inflamasi dan menimbulkan rasa nyeri, akhirnya mengalami degenerasi myoxid dan
melemahnya plantar fascia (Duff, 2004).
Gejala utama yang terjadi karena nyeri plantaris adalah nyeri tumit ketika berjalan. Juga
mungkin merasa sakit ketika berdiri dan mungkin bahkan ketika sedang beristirahat. Nyeri ini
biasanya terjadi hal pertama di pagi hari setelah bangun dari tempat tidur, ketika kaki
ditempatkan rata di lantai. Rasa sakit terjadi karen peregangan plantar fasia. Rasa sakit biasanya
berkurang dengan sering berjalan, tetapi gejala ini akan terjadi lagi setelah periode istirahat.
Nyeri akan terasa kembali ketika keadaan tidur karena posisi kaki yang memungkinkan fasia
untuk rileks (Anonim, 2013).
Tulang telapak kaki disusun dari 7 tarsals yaitu: Os. Calcaneus, Os. Talus, Os.
Navicularis, Os. Cuneinforme lateralis, Os. Cuneinforme intermedium, Os. Cuneinforme
medialis, dan Os. Metatarsal. Normalnya telapak kaki akan membentuk lengkungan medial
antara Os. Calcaneus dengan Os. Metatarsal yang disebut medial longitudinal arch. Normal
medial longitudinal arch adalah 15 – 18 mm dari tanah pada tingkat navicular, sedangkan lateral
longitudinal arch lengkungannya lebih rendah 3 – 5 mm dari tingkat Os. Kuboid.
Tulang yang membentuk lengkungan ini saling berkaitan yang di hubungan oleh
ligament plantar fascia (Riegger, 1988).
Menurut American Academy of Ortopedic Surgeons Plantar Fascia adalah Ligament tipis
dan panjang yang terletak langsung dibawah telapak kaki, yang menghubungkan tumit dengan
kaki depan, dan akan membentuk suatu lengkungan (Kadakia, et al,. 2010).
Topografi dari ligament plantar fascia merupakan bagian dari jaringan penyambung
(connective tissue) yang komposisinya terdiri atas dua tipe serabut yaitu: serabut collagen yang
sangat kuat dengan elastisitas yang sangat kecil, sedangkan serabut kedua adalah serabut elastik
yang dapat terulur yang berfungsi membantu penguluran dan kontraksi otot dan juga menjadi
jalur tempat persarafan dan pembuluh darah vena. Ligament plantar fascia yang terdapat dalam
tubuh dapat dijelaskan sebagai suatu lembaran yang tidak terputus-putus dari jaringan
penyambung yang terbentang tanpa adanya hambatan pada bagian atas kepala sampai ke ujung
ibu jari kaki.
Ligament plantar fascia mengelilingi dan menyatu dengan setiap jaringan dan organ yang
ada dalam tubuh termasuk serabut saraf, pembuluh darah vena, otot dan tulang. Letak ligament
fascia pada nyeri plantaris sangat tebal dan menempel/melekat pada calcaneus sampai jari-jari
kaki (metatarsal). Ligament plantar fascia akan lebih tebal dan padat pada beberapa daerah
dibandingkan dengan daerah yang lain. Kepadatan dan ketebalan ligament fascia sangat mudah
dikenali dan terlihat seperti membran putih yang kuat (Periatna & Gerhaniawati, 2006).
FAKTOR-FAKTOR NYERI PLANTARIS
Adapun faktor-faktor risiko terjadinya nyeri plantaris sebagai berikut (Kurniawan, 2013) :
1. Usia Nyeri Plantaris terjadi paling sering antara usia sebanyak 40 dan 60 (Aliwarga,
2013)
2. Bentuk kaki flat foot atau high arch. Pada kaki yang flat foot atau pronated flat dapat
menimbulkan perubahan liganment dari calcaneus sehingga mempengaruhi arkus
plantaris dalam aktifitas saat menumpu berat badan ketika berdiri atau berjalan.
Bentuk kaki flat foot disebabkan otot-otot intrinsik plantaris tidak memadai yang
mengakibatkan terlalu teregangnya ligament sehingga arkus plantaris menjadi collaps
(Duff, 2004).
3. Kelebihan Berat Badan. Kelebihan berat badan menyebabkan penumpuan berat beban
yang besar pada kaki, terutama daerah tumit yang menerima persentase tekanan yang
besar sehingga perlekatan struktur fasia mengalami penekanan berlebihan (Sunarya,
2012).
4. Individu dengan pekerjaan lebih banyak berdiri atau berjalan. Karyawan pabrik yang
menghabiskan waktu kerja mereka untuk berdiri atau berjalan pada permukaan keras.
Ini dapat mengganggu ligamen plantar fascia dan dapat menyebabkan nyeri (Aliwarga,
2013).
5. Penggunaan sepatu yang tidak tepat. Hindari sepatu dengan bertelapak tipis dan
longgar, serta sepatu tanpa arch support yang cukup untuk menyerap shock (Aliwarga,
2013). Sepatu yang tidak tepat atau sepatu dengan hak tinggi akan beresiko berakibat
pada keluhan muskuloskeletal dan sampai terjadi nyeri pada telapak kaki. Munculnya
nyeri pada telapak kaki dikarenakan adanya peregangan pada ligament plantar fascia
dan tekanan yang berlebih pada tumit. Peregangan pada telapak kaki ini dikarenakan
pemakaian sepatu dengan tumit yang tinggi dan menyebabkan lengkungan pada
telapak kaki meregang dari batas normalnya lengkungan pada kaki (Sinta, et al.,
2014).
6. Kehamilan. Selain terjadi penambahan berat badan juga karena pengaruh hormon yang
dapat menyebabkan jaringan ikat untuk relaksasi menjadi lemas sehingga dapat
memicu terjadinya plantaris (Kurniawan, 2013)
Insiden yang tepat dan prevalensi menurut umur plantar fasciitis tidak diketahui, tetapi kondisi ini
terlihat pada orang dewasa dari segala usia. Sebuah insiden puncak dapat terjadi pada wanita berusia
40-60 tahun.
1. Pola kaki datar terjadi gerakan pronasi sehingga terjedi pemegangan fascia sisi
medial.
2. Lengkungan kaki yang tinggi, sehingga mengakibatkan pemendekan pada laseaa
plantaris.
3. Pola hidup memiliki penggaruh yang besar terjadinya Basciitis plantaris seperti;
kebiasaan berdiri dalam jangka waktu yang lama dan kebiasaan berjalan jauh
dengan menggunakan alas kaki yang keras.
Kaki pes cavum memiliki tekanan yang berlebih pada fascia plantaris selama heel strike
ke midstance, sedangkan kaki yang pes planus akan memberikan penekanan pada fascia selama
midstance ke terminal stance dan juga pada saat toe off. (Saidoff, 2002) Sedangkan bentuk pada
kaki flat foot atau pronated flat dapat menimbulkan perubahan liganment dari calcaneus sehingga
mempengaruhi arkus plantaris dalam aktifitas saat menumpu berat badan ketika berdiri atau
berjalan.
Bentuk kaki flat foot disebabkan otot-otot intrinsik plantaris tidak memadai yang
mengakibatkan terlalu teregangnya ligamen sehingga arcus plantaris menjadi collaps. Bila hal ini
teijadi, maka talus pronasi dan dapat tergeser ke medialis dari calcaneus, Pada akhirnya dapat
merubah bentuk susunan ossa tarsi yang terlibat os.Calcaneus, os.Naviculare dan os. Cuboideum
(Kahle, 1995).
GEJALA
Sine qua non dari plantar fasciitis adalah riwayat nyeri tumit intens tajam
dengan beberapa langkah pertama di pagi hari atau setelah lama lain tanpa menahan beban.
Nyeri yang dialami terutama pada permukaan plantar kaki di aspek anterior dari kalkaneus,
tetapi dapat menyebar proksimal dalam kasus yang lebih parah. Nyeri nokturnal,
atau gejala sistemik harusmeningkatkan kecurigaan penyebab lain dari nyeri tumit
yaitu neoplasti, infeksi, penyebab neurologis lain.
Pasien dapat melaporkan bahwa sebelum timbulnya rasa sakit,mereka telah
meningkatkan jumlah atau intensitas aktivitas termasuk, namun tidak terbatas pada,
berlari atau berjalan.Mereka mungkin juga mulai latihan pada berbagai jenis permukaan atau
mungkin baru saja mmengubah alas kaki, (misalnya, mulai gaya bertelanjang kaki menjalankan
program). Mereka mungkin telah menderita trauma sebelumnya untuk kaki (misalnya, jatuh,
kecelakaan kendaraan bermotor, yang terkait dengan pekerjaan). Setiap faktor pencetus harus
diidentifikasi jika memungkinkan. Tanyakan pasien apa yang membuat rasa sakit lebih buruk
dan apa yang membuatnya lebih baik.
Jika kondisi ini terjadi dalam perjalanan kerja pasien, maka dapat dianggap masalah
kompensasi pekerja. Dokter harus memperoleh riwayat menyeluruh dari timbulnya rasa sakit,
setiap penilaian diagnostik sebelumnya dan / atau perawatan , dan kapasitas fungsional saat
ini.Sejarah ini penting utntuk tujuann medikolegal potensila, seperti penurunan peringkat.
DIAGNOSIS
Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan pada pagi hari sering merasakan nyeri dibagian tumit
setelah melangkah beberapa kali. Tetapi pada siang hari keluhan ini dirasakan agak berkurang
bahkan pada waktu malam hari keluhan ini tidak dirasakan lagi. Tetapi keluhan ini terkadang
kembali dirasakan apabila terlalu banyak melakukan aktivitas berjalan atau berdiri.
Pemanasan atau peregangan otot terlebih dahulu sangat penting dilakukan oleh para
olahragawan atau pekerja berat, karena kurangnya pemanasan atau peregangan otot bisa memicu
timbulnya keluhan ini.
Bila pada pemeriksaan tidak ditemukan gejala-gejala seperti diatas, pasien harus dicek
lebih cermat lagi. Nyeri ini biasanya bisa timbul didepan atau dibawah tumit. Tetapi bisa juga
terdapat dibawah kaki dimana letak fascia tersebut berada. Rasa nyeri ini bisa berlangsung
beberapa bulan atau bisa menjadi permanen. Terkadang gejala ini bisa timbul dan hilang setelah
beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian.
Pemeriksaan palpasi
Penderita biasanya dapat menunjukkan letak rasa nyeri tersebut dirasakan (seperti pada gambar
diatas).
Pasien dengan posisi tidur dan rileks dengan kaki terlentang kemudian tangan kiri kita
menyanggah kaki penderita dan tangan kanan melakukan palpasi dengan ibu jari menekan pada
plantar fascianya. Jika penderita mengalami sakit maka kemungkinan pasien ini menderita .
Pemeriksaan inspeksi
Apabila ini telah lanjut maka penderita cara berjalannya berubah karena telapak kaki
terjadi nyeri yang hebat, sehingga beban tubuh hanya ditumpu pada ujung telapak kaki (jinjit).
Pada umumnya pasien mulai berjalan jinjit karena nyeri tumit namun dengan berjalan
(jinjit) atau dengan kaki bagian depan menyebabkan ketegangan pada plantar fascia yang lebih
menarik tumit dan bisa membuat kondisi ini semakin memburuk (lihat pada gambar diatas).
Diagnosa plantar fasciitis didasarkan pada riwayat keluhan pasien dan hasil dari
pemeriksaan fisik. Pasien biasanya dikenali dengan adanya nyeri tumit inferior yang menumpu
berat badan dan nyeri terjadi persisten dalam beberapa bulan atau tahun.
c. Peregangan soleus
Soleus adalah salah satu dari kelompok otot utama pada betis. Untuk
meregangkannya posisikan diri seperti pada contoh peregangan pertama tetapi dengan
kedua tungkai menekuk dan pantat turun. Yakinkan bahwa kaki anda lurus ke depan dan
tidak berubah. Dorong dinding dengan tumit tetap di lantai. Saat menekuk lutut,
bebankan berat badan pada belakang kaki. Lanjutkan sampai merasa betis teregang.
Lakukan selama 30 detik dan ulangi 2-3 kali pada masing-masing sisi.
d. Peregangan hamstring
Hamstring adalah utama otot paha yang berjalan tepat di bawah lutut ke pantat
dan mengankat kaki bagian bawah dan menekuk lutut. Jika hamstring terlalu menegang,
tekukan lutut selama berjalan dan berlari sangat berlebihan yang pada gilirannya dapat
menghasilkan peningkatan tarikan pada tulang tumit dan terlalu banyak ketegangan
diplantar fascia.
Untuk meregangakan hamstring, berbaring dengan punggung rata kelantai dengan
mata fokus ke atas. Pegang belakang paha dengan kedua tangan dan,
dengan kaki membungkuk,tarik pahasampai tegak lurus terhadap lantai dan kemudian
perlahan-lahan meluruskan lutut. Ulangi latihan dengan kaki lainnya.
e. Peregangan fascia plantaris sambil duduk
Selama berjalan normal, fascia plantar memanjang dan kemudian memendek
ketika kaki menyentuh tanah. Jika fascia plantaris kurang elastis bisa mengakibatkan
kerusakan serat pada fascia dan terjadi peradangan. Latihan yang meregangkan fasia
plantar dapat meningkatkan fleksibilitas dan membantu menahan tekanan yang
ditempatkan di atasnya tanpa mengalami kerusakan. Fasia plantar dapat dengan mudah
diregangkan sambil duduk. Duduk di kursi atau di tepi tempat tidur dengan satu kaki
disilangkan di atas yang lain. Tempatkan jari dari tangan sisi yang sama dengan silang
kaki di pangkal jari kaki dan tarik jari-jari kaki kembali ke arah tulang kering sementara
menjaga kaki tetap sampai peregangan dirasakan pada bagian bawah kaki. Ulangi latihan
lima kali untuk setiap kaki. Latihan ini sangat efektif bila dilakukan sebelum mengambil
langkah pertama hari dan setelah lama duduk atau tidak aktif.
Posisi tubuh menghadap dinding, berdiri sekitar dua tiga kaki dari tembok,
lakukan dorongan dengan tangan anda pada tembok. Dengan kaki yang sakit di belakang
dan kaki lainnya dibelakang. Dorong tembok, jadikan kaki yang depan sebagai tumpuan,
sementara meregangkan kaki yang belakang, biarkan tumit kaki yang belakang menempel
di lantai. Posisi ini akan meregangkan tumit. Tahan posisi ini selama 10 detik. Ulangi
setidaknya 10 kali dan lakukan selama 3 kali sehari.
g. Latihan Peregangan dengan Counter Top.
Pasien menghadap depan dengan memegang counter top, letakkan kaki terpisah
dengan satu kaki didepan kaki yang lain. Kemudian tekuk lutut sampai dalam posisi
jongkok tahan. Posisi tumit tahan dilantai selama mungkin. Tumit dan busur kaki akan
meregang dan tahan posisi ini selama 10 detik. Rileks kemudian luruskan kembali, ulangi
sampai 20 kali.
Latihan ini dilakukan sebelum turun dari tempat tidur, jadi saat bangun tidur atau
setelah istirahat lama. Hal ini dilakukan karena saat kita tidur plantar fascia semakin
mengencang.
i. Latihan-latihan tambahan.
Latihan-latihan ini dapat dilakukan saat pasien sedang beraktivitas dengan berdiri
dalam jangka waktu lama (contohnya tempat kerja, dapur, dll).
2. Alat Bantu
Night splints dirancang untuk menjaga mata kaki seseorang dalam posisi netral sepanjang
malam. Kebanyakan individu biasanya tidur dengan telapak kaki dalam posisi flexi,
sebuah posisi yang menyebabkan plantar fascia dalam posisi yang memendek. A Night
dorsiflexion splint (bidai dorsoflixi malam) memungkinkan peregangan pasif dari betis
dan plantar fascia selama tidur. Peregangan yang terjadi dapat memungkinkan untuk
penyembuhan karena saat itu plantar fascia dalam posisi dipanjangkan, sehingga terjadi
pengurangan tegangan saat melangkah pertama di pagi hari.
Silicon heel cushions
Alat bantu berupa bantalan untuk tumit sepatu yang bentuknya mirip donat dengan lubang
ditengahnya. Fungsinya untuk mengurangi tekanan pada tumit kaki.
ProStretch dan Foot Flex
Alat ini berfungsi untuk mengurangi tekanan yang berlebihan pada plantar fascia dan
tendon achilles ketika berjalan atau berlari.
3. Ortosis.
Koreksi sepatu atau sandal membantu mengurangi rasa nyeri pada tumit sewaktu menapak
atau berjalan. Penyangga lengkungan kaki (Arch Support), yang bisa dipakai/ diletakkan dalam
sepatu, ataupun bidai yang digunakan pada malam hari yang disebut Night Splint, karena di
gunakan saat tidur malam hari.
4. Obat-obatan
Apabila nyeri tidak berkurang dapat diberikan obat-obatan jenis NSAID seperti Ibuprofen,
Naproxen, Na Diclofenac,dll. Obat ini berfungsi untuk menghilangkan nyeri dan pembengkakan.
Obat ini di gunakan selama satu bulan dan setelah itu harus di konsultasikan ulang ke dokter
yang menanganinya. Selain menggunakan obat-obatan oral, apabila diperlukan dapat dilakukan
penyuntikan dengan
7. Operatif.
Pembedahan untuk mengatasi masalah ini sangat jarang dilakukan, tindakan operasi pada
kasus ini biasanya dilakukan setelah 12 bulan dilakukan pengobatan non operatif dengan
maksimal tidak didapatkan hasil yang diharapkan. Penanganan dengan cara operasi mempunyai
keberhasilan 50%.
Jenis Operasi yang biasa dilakukan untuk mengatasi Plantar Fasciitis adalah dengan
melakukan Gastrocnemius recession atau Plantar fascia release. Tindakan operatif pada kasus
ini bukan tanpa resiko, terkadang rasa sakit masih tetap dirasakan atau bahkan bertambah buruk.
Komplikasi lainnya adalah terjadinya kerusakan pada syaraf dan terjadinya infeksi. Memang
secara statistik hasil yang memuaskan setelah dilaksanakannya operasi juga cukup banyak, oleh
sebab itu tindakan operatif ini hanya disarankan apabila tindakan tindakan non operatif tidak
memberikan hasil yang memuaskan.
LARANGAN
1. Penggunaan sepatu yang kurang tepat misalnya sepatu dengan sol tipis yang kurang bisa
mendukung bagian tengah telapak dan terlalu besar di bagian tumit atau sudah tua.
2. Memakai sepatu bertumit tinggi (lebih dari 5cm) secara rutin dapat memperpendek otot
achilles dan mengencangkan otot betis. Namun Saat ini kita menggantinya dengan sepatu
tumit datar justru akan menambah ketegangan pada tumit jadi sepatu yang paling tepat
adalah sepatu bertumit rendah.
3. Aktivitas yang berlebihan pada orang-orang yang sudah berusia lanjut.
4. Pada ibu yang hamil atau sedang menggendong bayinya dengan berdiri lebih dari 20 jam
sehari
5. Melakukan pronation yang berlebihan, dimana pronation adalah fase berjalan dan
berlari. Pronation dan peregangan yang berlebihan membuat jaringan lunak meradang. Ini
bisa membangun cairan dan sel-sel berakumulasi disebuah area yang cedera. Ini
menciptakan lingkunagn yang buruk untuk penyembuhan.
6. Terlalu banyak melakukan aktivitas atau olah raga yang terlalu besar memberikan beban
pada tumit contohnya seperti berjalan, jogging, berlari atau melompat.
DAFTAR PUSTAKA
4. http://www.emedicine.com/
5. http://www. ortoinfo.com/
6. http://www. footcaredirect.com/
7. http://www.heelspurs.com/
8. http://www.newpodiatry.com/
9. Ahira, Anne. 2012. Sejarah Sepatu: Dari sepatu kets sampai sepatu high heels.
Diakses: April 2012. http://www.anneahira.com/sepatu.htm
10. Priatna, Heri; Gerhaniawati, Liza. 2006. Perbedaan Pengaruh Pemberian Intervensi Micro
Wave Diathermy (MWD) dan Ultrasound Undrewater dengan Intervensi Micro Wave
Diathermy (MWD)dengan Ultrasound Gel
11. Sinta, C.R. Rumampuk, J.F. and Lintong, F. 2014. Analisis Pengaruh Tinggi Hak Sepatu
Terhadap Nyeri Kaki Pada Pramuniaga Kosmetik Di Manado. Manado:
Jurnal eBiomedik (eBM).
12. Suwarni, W. 2014. Lebih Mengenal Stiletto High Heels. Indonesia: [online] Available at :
http://www.tips-sepatu-wanita.com[Accessed 7 Febuari 2015].
13. Herlina, I. 2012. Hubungan Pemakaian High Heel Dengan Resiko Fasciitis Plantaris Pada
Sales Promotion Girl (SPG) PT. SRI RATU MADIUN.Surakarta: Universitas
Muhammadyah Surakarta.
14. Aliwarga, J. 2013. Kenali Plantar Fasciitis Nyeri Pada Telapak Kaki. Vol. 21. Jakarta: PT
Mesa Publishing.
15. Kurniawan, A.A. 2013. Plantar Fasciitis. Indonesia: [online] Available at :
http://www.ismc.co.id/component/k2/item/3-plantar-fasciitis[accessed 9 Febuari 2015