A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever (DHF)
adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4
serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus
(arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3
merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa
serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan
adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2. Setelah oleh
nyamuk yang membawa virus, maka inkubasi akan berlangsung antara 3-15 hari
sampai gejala demam Dengue muncul. (Meilany, 2010.
Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes aegypti yang menyebarkan
penyakit demam berdarah antara lain :
1. Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.
2. Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk seperti: hinggap di
pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada airnya atau ditempat kaleng bekas yang
menampung air hujan.
3. Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia adalah betina,
sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis pada tumbu-tumbuhan.
4. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan peningkatan
aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam setelah
mataharit terbenam, sedangkan malamnya digunakan untuk bertelur.
C. MANIFESTASI KLINIS
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan
bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak
berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak
besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa
demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai 40C atau lebih dan terkadang
disertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting),
epigastrik discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan,
terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu,
perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai
dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6
hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi,
sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi
pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali ditemukan
eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri tekan sering kali
ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.
Patokan World Health Organization (WHO, 1975) untuk menegaskan diagnosa
Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan bentuk lain
perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan
gusi) dan hematemesis melena.
Rumpel leed test dengan tekhnik :
a. Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
b. Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
c. Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa tensimeter.
d. Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahankan sampai 5
menit.
e. Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
f. Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan bawah. Kriteria
normal Rumple leede yaitu <10 dalam 1 lingkaran 5 cm.
3. Pembesaran hati.
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang
menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun (tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab,
terutama pada ujung hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul sianosis
disekitar mulut.
5.
D. KLASIFIKASI DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi
menjadi 4 Derajat (Menurut WHO, 1986) yaitu :
1. Derajat I (ringan): Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain dan manifestasi
perdarahan ringan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. tourniquet positif.
2. Derajat II (sedang): Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain.
3. Derajat III: Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah
rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini
renjatan).
4. Derajat IV: Ditemukan dengue shock syndrome dengan tensi dan nadi yang tak
terukur.
E. PATOFISIOLOGI
Demam Berdarah tidak tertular langsung dari satu orang ke orang lainnya,
namun melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penderita menjadi infektif bagi
nyamuk pada saat viremia, yaitu sejak beberapa saat sebelum panas sampai masa
demam berakhir, biasanya berlangsung 3-5 hari, nyamuk menjadi infektif 8-12 hari
setelah menghisap darah orang yang infektif dan penderita akan tetap infektif selama
hidupnya. Adapun masa inkubasi dari 3-14 hari, biasanya 4-7 hari.
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus
antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan
C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin
dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan untuk menskrining penderita demam dengue adalah melalui uji rumpel
leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan hapus darah tepi untuk
melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru. Pada DD
terdapat Leukopenia padahari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD terjadi leukopenia dan
Hemokonsentrasi. Trombositopenia : Trombosit < 150.000/mm3, penurunan progresif
pada pemeriksaan periodik dan waktu perdarahan memanjang. Hemokonsentrasi :
Hematokrit saat MRS>20% atau meningkat progresif pada pemeriksaan periodik.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell culture) atau
pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptosi
Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat
ini adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM maupun
IgG) (Warsidi, E, 2009).
G. PENATALAKSANAAN UMUM
Menurut (Meilany, 2010) penatalaksanaan untuk DBD sebagai berikut :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam
(susu, air dengan gula) atau air tawar yang ditambah garam.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis, seperti hiepertermia diberikan asetamiofen,
jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan.
Sedangkan pada pasien tanda renjatan dilakukan :
a. Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta
Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam
c. Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti
NaCl, ringer laktat, yang dipertahankan selama 12-24 jam setelah renjatan teratasi. Bila
tidak nampak perbaikan dapat diberikan plasma sejumlah 15-29 ml/kg BB dan
dipertahankan selama 12-24 jam. Setelah renjatan teratasi bila kadar Hb dan Ht
mengalami penurunan maka diberi transfusi darah.
H. KOMPLIKASI
Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1. Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau tanpa kejang
2. Disorientasi dan penurunan kesadaran
3. Perdarahan luas
4. Shock atau renjatan dan dapat terjadi anoksia jaringan
I. PENCEGAHAN
Menurut (Warsidi, E, 2009) upaya pencegahan harus dilakukan dengan cara yang
terbaik, murah, mudah dan dapat pula dilakukan oleh masyarakat umum. Upaya
pencegahan tersebut meliputi :
1. Pencegahan dengan prinsip 3 M :
a. Menguras: tempat penyimpanan air seperti bak mandi, sekurang-kurangnya seminggu
sekali.
b. Menutup: tempat penyimpanan air agar nyamuk tidak masuk dan berkembang.
c. Mengubur: barang-barang bekas, seperti kaleng bekas yang dapat menampung air
hujan, agartiak menjadi tempat perkembang biakan nyamuk.
2. Lipatlah pakaian / kain yang tergantung agar nyamuk tidak himggap.
3. Untuk tempat-tempat air yang sulit untuk dikuras, taaburkan bubuk abate kedalam
genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi 2-3 bulan sekali.
4. Memberantas nyamuk Aedes aegepti, dengan cara: penyemprotan dengan bahan
kimia, pengasapan dengan bahan insektisida (fogging).
5. Memberantas jentik nyamuk dengan menggunakan serbuk abate, dengan cara :