Makalah Kepabeanan THN 2020
Makalah Kepabeanan THN 2020
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepabeanan dan Bea
Cukai dari Dosen :
Disusun Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada kami dan kami ucapkan
terimakasih kepada Dosen, Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah tentang “Keberatan,
banding dan ketentuan pidana dalam Kepabeanan dan Bea Cukai”. Kami
menyusun Makalah ini dengan sedemikian rupa tersusun secara sistematis dan
dengan sebaik-baiknya, bermaksud untuk memberikan pengetahuan dan
membantu pembaca untuk mengetahui tentang permasalahan seperti pengajuan
keberatan, banding dan bagaimana ketentuan pidana atau sanksi yang berlaku bagi
para pelanggar hukum dalam konteks Kepabeanan dan Bea Cukai. Kami
menyadari bahwa banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan Makalah ini,
sehingga kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun untuk meningkatkan kualitas Makalah ini. kami juga berharap agar
penulisan Makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Tim Penyusun
ii |
DAFTAR ISI
Kata pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2
1.5 Batasan Masalah 3
1.6 Metode Penulisan 3
1.7 Metode Pengumpulan Data 3
1.8 Sistematika Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Ketentuan Keberatan dalam Kepabeanan dan Bea Cukai 5
2.1.1. Objek Keberatan 5
2.1.2. Pejabat Pemutus Keberatan 6
2.1.3. Subjek yang dapat mengajukan keberatan 6
2.1.4. Permintaan penjelasan secara tertulis 6
2.1.5. Persyaratan pengajuan keberatan 7
2.1.6. Proses penyelesaian keberatan 8
2.1.7. Jenis keputusan keberatan 9
2.2 Ketentuan banding dalam Kepabeanan dan Bea Cukai 9
2.2.1. Tugas dan wewenang pengadilan pajak 10
2.2.2. Ketentuan banding Kepabeanan 10
2.2.3. Persyaratan banding 10
2.2.4. Putusan banding 11
2.3 Ketentuan sanksi yang berlaku dalam Kepabeanan dan Bea Cukai
11
2.3.1. Sanksi administrasi 12
2.3.1.1. Objek sanksi administrasi 12
2.3.1.2. Subjek pengenaan sanksi administrasi 12
2.3.1.3. Bentuk pengenaan sanksi administrasi 12
2.3.2. Sanksi Pidana 13
iii |
2.3.2.1. Tindak pidana penyelundupan impor 13
2.3.2.2. Tindak pidana penyelundupan ekspor 13
2.3.2.3. Tindak pidana Kepabeanan lainnya 14
2.3.2.4. Sanksi pidana terhadap PPJK 15
BAB III PENUTUP 16
3.1. Kesimpulan 16
3.2. Saran 16
3.2.1. Saran untuk penulis 16
3.2.2. Saran untuk pelaku usaha 16
3.2.3. Saran untuk pihak Instansi Pemerintah yang berkaitan di
bidang Kepabeanan 16
DAFTAR PUSTAKA 18
iv |
v|
BAB I
PENDAHULUAN
1|
asas keadilan. Hak keberatan dan banding diatur dalam konvensi pabean
internasional untuk memberi kesempatan kepada pengguna jasa
menunjukkan bukti-bukti bahwa yang mereka lakukan adalah benar dan
telah sesuai dengan ketentuan. Pada BAB selanjutnya akan kami bahas
secara rinci satu per satu tentang ketentuan keberatan, banding dan jenis
sanksi yang berlaku dalam Kepabeanan dan Bea Cukai.
a. Bagi Penulis
Makalah yang kami buat untuk memenuhi salah satu tugas Mata
kuliah Kepabeanan dan Bea Cukai, terlebih lagi dari kami sangat berharap
dengan dipublikasikannya makalah ini kami dapat mengembangkan
kemampuan menulis secara verbal dan dapat menambah pengetahuan serta
membangun rasa tanggung jawab terhadap tugas kami.
b. Bagi Pembaca
Kami sangat berharap nantinya karya tulis ilmiah kami ini dapat
dijadikan referensi dan rujukan untuk penggunaannya dalam kebutuhan
pendidikan atau hal-hal lain yang berkaitan. Selain itu, kami sangat
berharap tulisan ini dapat dijadikan bahan bacaan atau informasi yang
sifatnya mengedukasi.
2|
1.5. Batasan Masalah
Kami membuat Makalah ini bersumber atau berasal dari data yang
sifatnya sekunder ( studi literatur) yaitu segala informasi yang kami dapat
dari buku dan berbagai sumber dari internet.
a. Studi Kepustakaan
Kami telah mencari dan mempelajari publikasi Hasil Observasi
dan eksperimen pihak lain yang bentuknya berupa e-journal
guna memahami sejauh mana permasalahan ini berkembang
dan bagaimana kami dapat menyimpulkan masalah serta
menyelesaikan masalah lewat solusi dan saran, selain itu kami
menjadikan buku sebagai referensi tulisan kami untuk
penunjang.
BAB I Pendahuluan
3|
BAB II Pembahasan
4|
BAB II
PEMBAHASAN
5|
2. Selain tariff dan/atau nilai pabean untuk penghitungan bea masuk
6|
penetapan. Atas permintaan penjelasan secara tertulis tersebut, Kepala
Kantor Bea dan Cukai atau pejabat yang ditunjuk memberikan penjelasan
secara tertulis mengenai dasar penetapan, dalam jangka waktu :
1. Untuk kasus keberatan di bidang kepabeanan, paling lambat 20 (dua
puluh) hari terhitung sejak tanggal diterimanya surat permintaan
penjelasan.
2. Untuk kasus keberatan di bidang cukai, paling lambat 10 (sepuluh) hari
terhitung sejak tanggal diterimanya surat permintaan penjelasan.
7|
2.1.6. Proses Penyelesaian Keberatan
8|
fotokopi salinan Keputusan Direktur Jenderal serta bukti
pengirimannya.
1. Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh wajib pajak atau
penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding
berdasarkan peraturan perundang undangan pajak yang berlaku
2. Keputusan pejabat yang dapat disbanding adalah sengketa pajak yang
timbul dalam bidang perpajakan, yaitu sengketa antara wajib pajak atau
penanggung pajak dengan pejabat pajak yang berwenang.
Dalam pengertiannya, pajak terdiri dari pajak langsung dan pajak tidak
langsung. Pajak langsung antara lain berupa pajak penghasilan. Sedangkan pajak
tidak langsung antara lain berupa Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bea Masuk dan
Cukai. Dengan demikian pengajuan banding atas penetapan bea masuk dan cukai
juga diajukan kepada pengadilan pajak.
9|
2.2.1. Tugas dan Wewenang Pengadilan Pajak
10 |
1. Pengajuan permohonan banding ke Pengadilan Pajak selambat-
lambatnya diajukan dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak
tanggal diterimanya surat keputusan atas keberatan.
2. Menurut UU nomor 14 tahun 2002, banding hanya dapat diajukan
apabila jumlah yang terutang telah dibayar 50% (lima puluh
persen) dari tagihan pajak yang terutang. Namun menurut pasal 95
UU Kepabeanan mensyaratkan bahwa banding dapat diajukan
apabila pungutan yang terutang telah dilunasi.
1. Menolak
2. Mengabulkan sebagian
3. Mengabulkan Seluruhnya
4. Menambah pajak yag harus dibayar
5. Tidak dapat diterima
6. Membetulkan salah tulis atau salah hitung
7. Membatalkan
2.3. Ketentuan Sanksi yang berlaku dalam Kepabeanan dan Bea Cukai
Dalam terminologi kepabeanan dan cukai, sanksi dibagi menjadi dua jenis
yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi pidana ini juga masih terbagi
menjadi dua, yaitu sanksi pidana pabean dan sanksi pidana cukai. Sanksi pidana
pabean diatur dalam undang-undang kepabeanan yaitu Undang-undang Nomor 10
Tahun 1995 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun
2006. Ketentuan tentang pidana kepabeanan lebih tepatnya terletak pada Bab XIV
pada pasal 102 sampai dengan pasal 111. Sedangkan sanksi pidana cukai diatur
dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai yang telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007. Ketentuan tentang tindak pidana
di bidang cukai ini diatur dalam Bab XII pasal 50 sampai dengan pasal 62. Kedua
sanksi pidana, baik pabean maupun cukai, sudah secara jelas tersurat pada kedua
undang-undang berikut perubahan dan penjelasannya, oleh karenanya tidak ada
peraturan yang lebih spesifik mengaturnya lagi.
11 |
administrasi diterapkan untuk menjamin ditaatinya aturan yang telah
ditetapkan pemerintah. Oleh karena itu sanksi administrasi menggunakan
pendekatan fiscal yang mengutamakan penyelesaian pelanggaran
dilakukan dengan pengenaan denda. Sebagaimana yang telah ditetapkan
oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 39 tahun 2019
tentang sanksi administrasi berupa denda di bidang kepabeanan. Selain itu
pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengeluarkan Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 99 tahun 2019 tentang Tata Cara
Penghitungan Sanksi Administrasi Berupa Denda di Bidang Kepabeanan.
1. Pengangkut
2. Importir
3. Eksportir
4. Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara (TPS)
5. Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat (TPB)
6. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK)
12 |
4. Presentase minimum sampai dengan maksimum dari
kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar
5. Atau presentase tertentu minimum sampai dengan maksimum
dari bea masuk yang seharusnya dibayar.
13 |
dengan pidana penjara sekurang-kurangnya selama 1 (satu) tahun,
setinggi-tingginya 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda sekurang-
kurangnya Rp. 50 Juta, setinggi-tingginya Rp 5 Milyar. Dalam UU
Kepabeanan dinyatakan bahwa tindakan penyelundupan impor dan
ekspor yang mengakibatkan terganggunya perekonomian negara,
ancamannya lebih besar yaitu pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 5 Milyar dan paling banyak Rp
10 Milyar.
14 |
Dengan sengaja dan tanpa hak atau melepas segel tanpa izin
dari aparat pabean.
BAB III
15 |
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap pelaku usaha memiliki hak yang sama untuk melakukan pengajuan
keberatan kepada pihak instansi kepabeanan dan pengajuan banding kepada
pengadilan pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal
ini diberikan untuk menjamin adanya kepastian hukum dan sebagai implementasi
dari asas keadilan. Namun, perlu disadari bahwa Negara Indonesia adalah sebuah
negara hukum, dimana terdapat aturan-aturan yang dibuat untuk menjamin
kelangsungan kegiatan ekonomi. Khususnya dalam bidang kepabeanan juga
terdapat aturan dan sanksi baik dalam bentuk pidana penjara maupun pidana
denda yang telah diatur didalam UU Kepabeanan. Sehingga para pelaku usaha
harus lebih berhati-hati dalam melakukan kegiatannya dan mematuhi peraturan
yang berlaku sehingga tidak merugikan para pelaku usaha itu sendiri maupun
pihak lain.
3.2 Saran
a. Lebih banyak membuat karya tulis dengan berbagai jenis disiplin ilmu
dan mempublikasikannya secara umum dan luas.
16 |
a. Lebih memperketat dalam pembuatan peraturan demi terlindunginya
industri dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA
17 |
Surono & Jafar, Mohamad (2019). Sistem Nilai Pabean. Bekasi: PT. Pro Insani
Cendekia.
Jafar, Mohamad (2019). Kepabeanan Ekspor Impor. Bekasi: PT. Pro Insani
Cendekia.
https://peraturan.beacukai.go.id/index.html?page=detail/tag/178/3/peraturan-
menteri-keuangan/per-217-pmk-04-2010/keberatan-di-bidang-kepabeanan.html
Peraturan :
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 99 tahun 2019 tentang Tata Cara
Penghitungan Sanksi Administrasi Berupa Denda di Bidang Kepabeanan.
18 |