kedalaman atau ketinggian air (Meter) Penelitian ini diawali dengan perumusan
(Suardika 2005, Sugiarto 2009). Dari teori pembatasan lingkup, definisi secara
penjelasan diatas, disimpulkan bahwa bahaya teoritik dan empirik yang berkaitan dengan
dari banjir rob merupakan peristiwa akibat manajemen resiko bencana dan kerentanan
fenomena alam yang berpotensi merugikan terhadap kawasan rawan banjir rob.
kehidupan serta aktivitas sehari-hari Selanjutnya, teori tersebut dirumuskan menjadi
masyarakat di area pesisir bila bencananya sebuah konseptualisasi teoritik yang
meningkat. Variabel karakteristik dalam menghasilkan indikator dan variabel penelitian.
penelitian ini, yaitu : Durasi dan ketinggian Tahap terakhir adalah tahap generalisasi hasil,
genangan (BMKG Maritim Tanjung Perak, yang bertujuan menarik kesimpulan yaitu
2016). arahan adaptasi kawasan rawan banjir rob
berdasarkan hasil analisis terhadap fakta empiri
Oleh karena itu, dengan adanya situasi dan landasan teori terkait faktor kerentanan
ini, sebagai upaya meningkatkan keselamatan banjir rob dan adaptasi yang telah dilakukan.
dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
masyarakat pesisir akan bahaya banjir rob di artinya dari penentuan sampling, perekaman
Kota Surabaya, maka perlu diketahui sehingga data hingga proses analisis
dapat memposisikan masyarakat dan daerah
penelitian ini menggunakan pendekatan
yang bersangkutan pada tingkatan risiko yang
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu
berbeda, serta menyiapkan penyuluhan ataupun
© 2020 Universitas Muhammadiyah Surabaya
Alamat Korespondensi :
Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, 60113
Universitas Muhammadiyah Surabaya
Jurnal Mini Riset [Kelompok 2]
aplikasi adaptasi terhadap bencana banjir rob sekunder yang digunakan pada tahap
dari seluruh stakeholder terkait, Dalam pralapangan, seperti peta dan lokasi penelitian.
pemenuhan sasaran ketiga, dilakukan in-depth Dalam hal ini, lokasi penelitian telah berubah
interview melalui hasil output sasaran dua karena lokasi penelitian sebelumnya tidak
sehingga dapat mengetahui arahan adaptasi banjir lagi (Aprilia, 2015).
kawasan rawan banjir rob di Kawasan Pantai
Sebuah survei pada dampak banjir dan
Utara Surabaya (Bungin, 2007).
pengetahuan masyarakat dilakukan selama kerja
Hal ini didasarkan pada tujuan utama lapangan. Seratus dua puluh delapan rumah
penelitian ini, yaitu menentukan adaptasi tangga di daerah rawan banjir,baik untuk daerah
kawasan rawan banjir yang efektif dalam pemukiman pesisir maupun banjir sungai,
mengurangi resiko bencana banjir rob. diidentifikasi dan dirinci kerusakan perumahan
Penelitian berbasis masyarakat difokuskan pada dan dimasukkan ke dalam database. Seratus dua
identifikasi tingkat pengetahuan masyarakat, puluh delapan rumah tangga responden di tiga
kesiapsiagaan, dan tindakan masyarakat dalam kecamatan Kecamatan Pakal (Kelurahan Babat
menghadapi banjir. Dalam rangka mencapai Jerawat, Benowo, Sumberejo, dan
tujuan tersebut, metodologi yang digunakan Tambakdono), Kecamatan Benowo (Kelurahan
dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap Sememi, Kandangan, dan Romokalisari), dan
utama: (1) Persiapan, (2) Kerja Lapangan dan Kecamatan Sukolilo (Kelurahan Medokan
(3) Tahap Akhir. Pada fase persiapan, tinjauan Semampir dan Keputih). Metodologi ini
pustaka dilakukan untuk memperkuat konsep memungkinkan setiap rumah tangga di daerah
penelitian. Kegiatan literatur terdiri dari definisi penelitian memiliki perubahan yang sama untuk
masalah, tujuan penelitian dan pertanyaan dipilih. Rumah tangga-dasar wawancara
penelitian, daerah penelitian, serta identifikasi dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
ketersediaan data yang diperlukan (Aprilia, tentang pengetahuan masyarakat tentang banjir
2015). di daerah mereka (BMKG Maritim Tanjung
Perak, 2016).
Pada fase kerja lapangan dilakukan dua
kegiatan utama, yaitu pengumpulan data data Tahap berikutnya adalah tahap akhir
primer dan data sekunder tambahan. Kegiatan penelitian. Data yang dikumpulkan selama
lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data persiapan dan kerja lapangan dianalisis sesuai
primer dengan melakukan wawancara dengan dengan tujuan penelitian ini. Kuesioner dua kali
masyarakat dan untuk memverifikasi data diperiksa untuk perbedaan dan dikoreksi.
Variabel utama yang dikumpulkan dari akan dilakukan analisa dengan menggunakan
wawancara rumah tangga meliputi: ketinggian metode AHP. Hirarki keputusan dijelaskan
muka air saat banjir, durasi banjir, sejarah bahwa tujuannya adalah menentukan alternative
banjir, mekanisme mengatasi banjir, dan terbaik dari pola tampungan air, sumur resapan
kondisi sosial ekonomi dianalisis (Aprilia, dan long storage yang digunakan untuk
2015). mengatasi genangan akibat perubahan tataguna
lahan di wilayah Surabaya Utara, Barat, Pusat,
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Timur, dan Selatan dengan mempertimbangkan
Penelitian ini mengamati jenis banjir di
aspek-aspek yang berpengaruh pada pemilihan
Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur,
kolam tampungan air, sumur resapan, dan long
kesiapsiagaan dan tanggapan terhadap banjir
storage yaitu aspek teknis, aspek pelaksanaan
masyarakat. Ada 3 kecamatan dengan luas total
pembangunan, dan aspek operasi dan
terendam dari 1.970 hektar yang telah
pemeliharaan (Aprilia, 2015).
menderita banjir selama bertahun-tahun.
3.1 Pengetahuan Masyarakat Tentang
Surabaya menghadapi dua jenis banjir, yaitu
Banjir
banjir sungai dan banjir pasang. Semua banjir
terjadi di dataran rendah dan daerah pantai. Berdasarkan kuesioner (Aprilia 2015),
Banjir pasang terjadi ketika permukaan laut kita dapat melihat bahwa 66% dari responden
naik ke ketinggian kritis atas tanah pesisir, memiliki persepsi yang tinggi tentang bencana
karena elevasi pasang surut. Banjir pasang banjir diikuti oleh media 18% dan rendah 16%
terjadi hampir setiap hari, tergantung pada (angka 4,25).
osilasi pasang surut. Hal ini diperparah dengan
penurunan tanah dan kenaikan muka air laut
akibat perubahan iklim (BMKG Maritim
Tanjung Perak, 2016).
s
tinggi karena mereka sudah tinggal di daerah Upaya kesiapsiagaan ini sebagian besar terkait
rawan banjir selama lebih dari 10 tahun, dengan tingkat ekonomi responden karena
sehingga mereka memiliki lebih banyak untuk melakukan kesiapan misalnya untuk
pengalaman tentang banjir. Selain itu, beberapa meningkatkan tingkat lantai mereka harus
orang pribumi juga mengamati beberapa menyediakan sejumlah uang dari pendapatan
Pengetahuan Adat yang terkait dengan banjir. mereka sedangkan sebagian besar responden
Misalnya banjir pasang akan berlangsung berada di tingkat pendapatan rendah (Aprilia,
selama bulan purnama di setiap bulan. Di sisi 2015)
lain, orang-orang di Surabaya, mereka tidak
3.3 Tindakan Masyarakat dalam
memiliki pengetahuan yang cukup tentang
Menghadapi Bencana Banjir
banjir sejak banjir mulai terjadi di daerah
Berdasarkan analisis kuesioner (Aprilia,
mereka sejak lima tahun terakhir. Ini berarti
2015), 71% responden memiliki tindakan
bahwa orang tidak memiliki banyak
tingkat tinggi terhadap banjir. Ini berarti bahwa
pengalaman banjir. Faktor lain adalah bahwa
orang dapat bertindak cepat dan baik dengan
orang-orang lokal tidak bisa memprediksi
banjir. Tindakan yang baik untuk banjir
kapan banjir terjadi (Aprilia, 2015).
menunjukkan bahwa mereka memiliki kesiapan
3.2 Kesiapsiagaan Masyarakat dalam
yang baik sehingga mereka dapat
Menghadapi Bencana Banjir
meminimalkan dampak dari banjir.
Pakal
Benowo
Sukolilo
Gambar 3.2 Kesiapsiagaan Masyarakat dalam
Menghadapi Bencana Banjir (Aprilia, 2015)
dari kesiapan banjir diikuti oleh tingkat Menghadapi Bencana Banjir (Aprilia, 2015)
masa mendatang. Dalam kasus aksi, dua keluarga, mempersiapkan tempat sementara,
komunitas ini memiliki tingkat tindakan yang mempersiapkan tempat untuk penyimpanan di
relatif tinggi. Untuk masyarakat pesisir, tempat yang lebih tinggi, dan membersihkan
kombinasi antara pengetahuan dan pengalaman saluran di sekitar rumah. Berdasarkan
panjang menjadi korban banjir membuat pengamatan selama kerja lapangan dan analisis
mereka memiliki tindakan tingkat tinggi. Di sisi data, menyiratkan bagaimana orang-orang
lain, masyarakat pedalaman memiliki tindakan memiliki persepsi terhadap dampak banjir
tingkat tinggi karena mereka memiliki lebih berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan
banyak akses ke informasi (Aprilia, 2015). persepsi ini mempengaruhi perilaku dan
keputusan yang mereka tentukan untuk
3.5 Praktik yang Baik Berbasis Masyarakat
menangani dampak banjir negatif. Hasil
untuk Menanggulangi Banjir
penelitian ini mengungkapkan bahwa jenis
Hasil kuesioner, wawancara serta diskusi
praktek-praktek terbaik yang diterapkan oleh
kelompok terfokus menunjukkan bahwa
rumah tangga dipengaruhi oleh tingkat
masyarakat di daerah penelitian menerapkan
ekonomi. tingkat ekonomi responden
kombinasi mekanisme terkait ekonomi,
mempengaruhi tingkat kesiapan mereka untuk
teknologi / struktural dan sosial dalam rangka
menghadapi banjir. Untuk mengatasi masalah
untuk meminimalkan dampak negatif dari
ekonomi, orang menggunakan beberapa bahan
banjir. Dalam kombinasi dari tiga jenis strategi,
daur ulang untuk membangun rumah mereka.
mereka membangun rumah mereka
Pada beberapa waktu, beberapa wanita juga
menggunakan bahan yang diperkuat, seperti
mencoba untuk melakukan beberapa kegiatan
batu bata untuk dinding dan ubin / keramik
ekonomi untuk mendapatkan penghasilan
untuk lantainya. Untuk masyarakat setempat
tambahan dengan membuat beberapa barang
ini, mekanisme sosial memiliki peran penting,
dari sampah dan hasil laut. Mereka telah
misalnya, mereka saling membantu selama
menyiapkan cara mengatasi untuk
pembangunan rumah (Aprilia, 2015).
meminimalkan dampak negatif dari banjir
Praktik sosial yang baik digunakan oleh (Aprilia, 2015).
masyarakat setempat termasuk membersihkan
Peran masyarakat dalam
rumah dan lingkungan, mencari tempat
penanggulangan bencana banjir Mengikut
alternatif untuk bergerak, terus berpatroli di
sertakan anggota masyarakat dalam proses
lingkungan (ronda), membantu anggota
penanggulangan bencana banjir dan
masyarakat lain (gotong royong), mengevakuasi
© 2020 Universitas Muhammadiyah Surabaya
Alamat Korespondensi :
Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, 60113
Universitas Muhammadiyah Surabaya
Jurnal Mini Riset [Kelompok 2]
dampaknya. Sementara itu, peran yang dapat Menyiapkan sarana komunikasi Untuk
dilakukan masyarakat antara lain: Sebelum mempercepat penyampaian informasi
banjir: 1. Kerja bakti membersihkan saluran air diperlukan sarana yang memadai dan dapat
2. Menutup dan menimbun benda-benda yang dioperasionalkan dalam situasi banjir. l
dapat menjadi sarang nyamuk. 3. Membuang Menyiapkan perlengkapan lapangan Untuk
sampah pada tempatnya, dll. Saat mendukung pelayanan kesehatan diperlukan
banjir:1.Terlibat dalam pendistribusian peralatan yang setiap saat dapat dipindahkan
bantuan. 2.Membantu proses evakuasi korban. dan digunakan. Peralatan tersebut meliputi
3.Ikut mendirikan tenda pengungsian, tenda, velbet, genset, tandu, petromak, tali, dll.
pembuatan dapur umum, dll. Sesudah banjir: l Menyiapkan obat, alat kesehatan dan bahan
1.Membersihkan tempat tinggal dan habis pakai Tiap puskesmas harus
lingkungan rumah. 2.Terlibat dalam kaporisasi menyediakan obat, alat kesehatan dan bahan
sumur gali. 3.Terlibat dalam perbaikan jamban habis pakai yang terkait dengan masalah
dan saluran pembuangan air limbah (SPAL), kesehatan akibat banjir. Pendistribusian obat
dll. (Sjafii Ahmad,2006). dilakukan sebelum musim hujan dan
menempatkan obat di lokasi yang tidak banjir. l
Dalam kegiatan tersebut peran petugas
Menyiapkan identitas untuk pos kesehatan dan
kesehatan adalah sebagai fasilitator. Upaya
petugas Identitas diperlukan untuk
tersebut merupakan penjabaran dari konsep
memudahkan masyarakat mengetahui tempat
safe community yang didefinisikan sebagai
pelayanan kesehatan dan mengenali petugas
berikut:”safe community adalah keadaan aman
kesehatan. Identitas pos kesehatan dapat
dan sehat di masyarakat dalam seluruh siklus
berupa spanduk, poster dll. Sementara itu
kehidupan sejak dalam kandungan sampai
identitas petugas kesehatan dapat berupa baju
dengan lanjut usia yang diwujudkan oleh
seragam, rompi, topi. (Sjafii Ahmad,2006).
masyarakat, dari masyarakat untuk masyarakat
dengan fasilitasi pemerintah”. l Menyiapkan
sarana transportasi pelayanan kesehatan 4. KESIMPULAN DAN SARAN
(perahu karet, ambulans, dll) Sarana Masyarakat adalah pelaku utama dalam
transportasi harus disesuaikan dengan keadaan pengurangan risiko bencana (PRB). Dalam
wilayah yang terkena banjir. Terkait dengan rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat
sarana diperlukan juga tenaga yang terlatih tentang banjir, ada beberapa faktor perlu
untuk menggunakan sarana tersebut. l diubah. Salah satunya adalah sektor pendidikan.