Anda di halaman 1dari 42

TUGAS MANAGEMENT KEPERAWATAN

“CRITICAL APPRAISAL JOURNAL”

Disusun Oleh :

(KELOMPOK M5)
1. Hanifah Allyah Fatinah 20151660086
2. Rani Oktaviani Pratiwi 20161660013
3. Ummi Asslama 20161660026
4. Haris Rizky Maulana 20161660041
5. Alifa Firdaus 20161660054
6. M. Nur Sugianto 20161660079
7. Chusnul Setyawan 20161660104
8. Arlisa 20161660149

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


S1 KEPERAWATAN B
2019
ANALISIS JURNAL METODE PICO DAN PICOT

I. Judul :
 “PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL, BEBAN KERJA DAN
LINGKUNGAN KERJA TERHADAP STRES KERJA
PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT”
Populasi dan Sampel :
o Jumlah anggota populasi sebanyak 132 orang.
Sampel ditentukan dengan metode random sampling.
Jumlah sampel yang dijadikan sebagai subyek
penelitian ini adalah sebanyak 99 orang perawat.
Intervention :
o Dalam penelitian ini menggunakan Analisis regresi
linier berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh dukungan sosial, beban kerja dan
lingkungan kerja terhadap stres kerja Perawat Rumah
Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB.
Comparison :
o Dalam penelitian ini menggunakan pembanding
variabel utama valid dan dapat diandalkan adalah
Stres Kerja, Dukungan Sosial, Beban Kerja,
Lingkungan Kerja.
Outcome :
o Hasil Penelitian menunjukkan ada hubungan negatif
antara peraturan emosi kognitif dan stres kerja. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa hubungan kerja
dengan dukungan sosial yang positif mempengaruhi
hubungan antara peraturan emosi kognitif dan stres
kerja.
Time :
o Dalam penelitian ini tidak dituliskan kapan waktu
penelitian ini dilaksanakan.
ANALISIS JURNAL METODE PICO DAN PICOT

II. Judul :
 ” HUBUNGAN KOMPETENSI, MOTIVASI DAN BEBAN
KERJA PERAWAT PELAKSANA DENGAN KINERJA
PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA
PROPINSI BALI”
Populasi dan Sampel :
o Sampel berjumlah 111 Data dikumpulkan dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang diisi sendiri
oleh responden dan lembar observasi diisi oleh 10
orang kepala masing-masing ruangan rawat inap.
Intervention :
o Data dianalisis secara univariat, bivariat dengan uji
chi square dan analisis multivariat dengan metode
regresi logistik menggunakan software Stata SE 12.1.
Comparison :
o Variabel:
 Kompentensi : kompentensi merupakan
kemampuan intelektual, fisik dan hubungan
antar manusia yang mendasar perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.
Kompetensi diukur dengan sub variabel
intelektual, fisik, dan human relation.
 Motivasi
 Beban kerja
Outcome :
o Kinerja perawat pelaksana secara bermakna
berhubungan dengan kompetensi dan motivasi
kerjanya, akan tetapi tidak berhubungan dengan
beban kerja.
Time :
o Dalam penelitian ini tidak dituliskan kapan waktu
penelitian ini dilaksanakan.
ANALISIS JURNAL METODE PICO DAN PICOT

III. Judul :
 “HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN STRES KERJA
PADA PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. V.L
RATUMBUYSANG”
Populasi dan Sampel :
o Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh perawat
di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
yang merawat pasien rawat inap di 10 ruangan
dengan jumlah 92 perawat. Berdasarkan berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi maka diperoleh 35
perawat sebagai sampel dalam penelitian ini.
Intervention :
o Analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
analisis Unvariat dan Bivariat. Analisis bivariat ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara beban
kerja dengan stress kerja perawat di rumah sakit jiwa
Prof Dr. V. L. Ratumbuysang.
Comparison :
o Variable dalam penelitian ini yaitu stres kerja sebagai
variabel terikat dan beban kerja sebagai variabel
bebas.
Outcome :
o Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu:
 Berdasarkan pengujian yang dilakukan
terhadap perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. V. L. Ratumbuysang dapat diketahui ada
60% yang memiliki beban kerja ringan.
 Berdasarkan pengujian yang dilakukan
terhadap perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. V. L. Ratumbuysang dapat diketahui ada
ANALISIS JURNAL METODE PICO DAN PICOT

68,6 % yang memiliki tingkat stres kerja


tinggi.
 Tidak terdapat hubungan antara beban kerja
dan stress kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang.
Time :
o Penelitian dilaksanakan pada September – Oktober
2018 di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V.L.
Ratumbuysang
CRITICAL APPRAISAL JOURNAL

No. Critical Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3 Kesimpulan


Apprasial
Judul PENGARUH HUBUNGAN HUBUNGAN Tema yang
Jurnal DUKUNGAN KOMPETENSI, ANTARA BEBAN diusung dari
SOSIAL, MOTIVASI DAN KERJA DAN ketiga jurnal
BEBAN KERJA BEBAN KERJA STRES KERJA sama-sama
DAN PERAWAT PADA PERAWAT
membahas
LINGKUNGAN PELAKSANA RUMAH SAKIT
KERJA DENGAN KINERJA JIWA PROF. Dr. tentang beban
TERHADAP PERAWAT DI RUANG V.L kerja perawat
STRES KERJA RAWAT INAP RATUMBUYSANG di rumah sakit
PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA jiwa.
RUMAH PROPINSI BALI
SAKIT JIWA
MUTIARA
SUKMA
PROVINSI
NUSA
TENGGARA
BARAT
1 Question 1: Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini Studi dari
why was bertujuan bertujuan untuk bertujuan untuk ketiga jurnal
this study untuk mengetahui hubungan mengetahui beban sama-sama
done? mengetahui antara kompetensi, kerja dan stres bertujuan
pengaruh motivasi, beban kerja kerja perawat di untuk
dengan kinerja Rumah Sakit Jiwa mengetahui
dukungan
perawat pelaksana di Prof. Dr. V.L. hubungan
sosial dan ruang rawat inap RSJ Ratumbuysang antara beban
pemahaman Provinsi Bali. kerja dan
terhadap stress kerja
tekanan yang dialami
perawat di perawat di
rumah sakit ruangan jiwa.
jiwa mutiara
sukma nusa
tenggara
barat.
2 Question 2 : Dalam Sampel berjumlah 111 Populasi dalam Sampel yang
what is penelitian ini Data dikumpulkan penelitian ini yaitu digunakan
sample menggunakan dengan menggunakan seluruh perawat di dalam ketiga
size ? sampel daftar pertanyaan yang Rumah Sakit Jiwa jurnal sama-
survey, diisi sendiri oleh Prof. Dr. V. L. sama
responden dan lembar Ratumbuysang ditujukan
melalui observasi diisi oleh 10 yang merawat kepada
pertanyaan- orang kepala pasien rawat inap perawat yang
pertanyaan. masingmasing di 10 ruangan bertugas di
Populasi ruangan rawat inap dengan jumlah 92 ruang jiwa.
dalam perawat.
penelitian ini Berdasarkan
seluruh berdasarkan
Perawat di kriteria inklusi dan
Rumah Sakit eksklusi maka
Jiwa Mutiara diperoleh 35
Sukma. perawat sebagai
Jumlah
CRITICAL APPRAISAL JOURNAL

anggota sampel dalam


populasi penelitian ini.
sebanyak 132
orang.
Sampel
ditentukan
dengan
metode
random
sampling.
Jumlah
sampel yang
dijadikan
sebagai
subyek
penelitian ini
adalah
sebanyak 99
orang
perawat.
3 Question 3 : Dalam Variabel: Variable dalam Variable yang
are the penelitian ini 1. Kompentensi : penelitian ini yaitu digunakan
measements variabel kompentensi stres kerja sebagai pada ketiga
of major utama valid merupakan variabel terikat dan jurnal adalah
variables dan dapat kemampuan beban kerja stress kerja,
valid and intelektual, sebagai variabel dukungan
diandalkan
reliable ? fisik dan bebas. social, beban
adalah Stres hubungan kerja,
Kerja, antar manusia lingkungan
Dukungan yang kerja,
Sosial, Beban mendasar kompetensi
Kerja, perawat dalam kerja, dan
Lingkungan melaksanakan motivasi
Kerja asuhan kerja.
keperawatan.
Kompetensi
diukur dengan
sub variabel
intelektual,
fisik, dan
human
relation.
2. Motivasi
3. Beban kerja
4 Question 4 : Dalam Data dianalisis secara Analisis yang di Analisis data
how were penelitian ini univariat, bivariat gunakan dalam yang
the data menggunakan dengan uji chi square penelitian ini digunakan
analyzed ? Analisis dan analisis adalah analisis dalam
regresi linier multivariat dengan Unvariat dan menganalisis
metode regresi logistik Bivariat. Analisis ketiga jurnal
berganda menggunakan bivariat ini berbeda-beda.
digunakan dilakukan untuk Jurnal
untuk
CRITICAL APPRAISAL JOURNAL

mengetahui software Stata SE mengetahui pertama


pengaruh 12.1. hubungan antara menggunakan
dukungan beban kerja dengan analisis linier
sosial, beban stress kerja ganda, jurnal
kerja dan perawat di rumah kedua
sakit jiwa Prof Dr. menggunakan
lingkungan
V. L. analisis
kerja Ratumbuysang. univariat, dan
terhadap stres jurnal ketiga
kerja Perawat menggunakan
Rumah Sakit analisis
Jiwa Mutiara univariat dan
Sukma bivariate.
Provinsi NTB
5 Question 5 : Dalam Dalam penelitian ini Dalam penelitian Dalam ketiga
where there penelitian ini tidak ada kejadian yng ini Tidak ada jurnal sama-
any Tidak ada diinginkan. kejadian yang sama tidak
autoward kejadian yang tidak diinginkan. terjadi
event tidak keadaan yang
during the tidak
diinginkan.
conduct of diinginkan
the study ? selama
penelitian,
6 Question 6 : Dalam Hasil penelitian sesuai Menurut Losyk Pada hasil
how do the penelitian ini dengan penelitian dalam Jojang penelitian
results fit tidak Siwantara (2009) yang (2015) bahwa sebelumnya
with dituliskan menemukan ada Northwestern di jurnal
previous penelitian pengaruh positif dan National Life pertama, tidak
research in signifikan antara Insurance pernah dicantumkan.
sebelumnya.
the area ? kompetensi melakukan Sedangkan
profesional dengan penelitian tentang pada jurnal ke
kinerja dosen dampak stres dua dan ke
Politeknik Negeri Bali ditempat kerja. tiga
yang ditunjukkan oleh -Hasil penelitian dicantumkan
nilai standardized yang dilakukan hasil
regression weight oleh Supardi penelitian
sebesar 0,21. Selain itu (2007) didapatkan sebelumnya.
juga sesuai dengan bahwa kondisi
penelitian Ardiana kerja
(2010) yang memperlihatkan
menemukan kontribusi paling
kompetensi besar terhadap
(pengetahu- an, terjadinya stres
keterampilan dan kerja kemudian
kemampuan) hasilnya tipe kepribadian
secara bersama-sama dan beban kerja.
berpengaruh terhadap -Dalam penelitian
kinerja UKM di tentang beban
Surabaya. kerja dan stres
kerja dari
Rahmatia Sari
(2016) Stres kerja
adalah pola reaksi
psikologis,
CRITICAL APPRAISAL JOURNAL

emosional,
kognitif dan
perilaku terhadap
beberapa aspek
kerja, organisasi
kerja, dan
lingkungan kerja
7 Question 7 : Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini Dalam ketiga
what does bertujuan bertujuan untuk bertujuan Untuk jurnal sama-
this untuk memberi pengetahuan mengetahui : sama
research memberi bahwa : 1. Terdapat 60% bertujuan
mean for pengetahuan Kinerja perawat yang memiliki untuk
clinical pelaksana di Rumah beban kerja ringan. memberi
bahwa :
practice? Sakit Jiwa Provinsi 2. Terdapat 68,6 % pengetahuan
1. Terdapat Bali dijumpai dalam yang memiliki mengenai
pengaruh kategori baik. Kinerja tingkat stres kerja hubungan
beban kerja perawat pelaksana tinggi. antar beban
terhadap berhubungan dengan 3. Tidak terdapat kerja dan
stress kerja kompetensi dan hubungan antara kinerja
Perawat motivasi, tetapi tidak beban kerja dan perawat
Rumah Sakit berhubungan dengan stress kerja dalam ruang
Jiwa Mutiara beban kerja perawat. jiwa.
Sukma
Provinsi NTB
2. Terdapat
pengaruh
lingkungan
kerja
terhadap
stress kerja
Perawat
Rumah Sakit
Jiwa Mutiara
Sukma
Provinsi
NTB.
3. Beban
Kerja
memiliki
pengaruh
paling
dominan
terhadap
stress kerja
Perawat
Rumah Sakit
Jiwa Mutiara
Sukma
Provinsi NTB
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL, BEBAN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA


TERHADAP STRES KERJA PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lalu Erwin Musyaddat1


Surati 2
Akmad Saufi 3
lerwinmusyaddat@yahoo.com

Abstract

This research is aimed to analyze the influenced of social support, work demand and work
environment toward the stressed of Nurses at Mutiara Sukma Psychiatric Hospital in West Nusa
Tenggara. To collect the data by random sampling method. The population of this research is 99
nurses. Those data analyze through double regresi linier. The result showed that social support,
work demand and work environment have influenced toward job stressed of Nurses at Mutiara
Sukma Psychiatric Hospital in West Nusa Tenggara. Work demand has been the most influenced
towards job stress of Nurses at Mutiara Sukma Psychiatric Hospital in West Nusa Tenggara. From
the result of these study it is recommended to the management of Mutiara Sukma Psychiatric
Hospital in West Nusa Tenggara to facilitate and address the needs of all nurses at Mutiara Sukma
Psychiatric Hospital in West Nusa Tenggara.

Keywords: job stress, Social Supports, Work Demand, Work Environment

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah sakit sebagai salah satu sarana dan tempat penyelenggaraanpelayanan
kesehatan berusaha untuk meningkatkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Upaya pelayanan kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan, kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kreatif), dan pemeliharaan kesehatan (rehabilitative), yang dilaksanakn secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pada Rumah Sakit Jiwa pelayanan keperawatan dilakukan oleh perawat
kesehatan jiwa. Perawat kesehatan jiwa adalah bagian dari perawat umum, tetapi khusus
menangani pasien gangguan jiwa dan umumnya bekerja di rumah sakit jiwa. Namun
demikian ada sedikit perbedaan antara perawat umum dengan perawat kesehatan jiwa
di mana perawat umum lebih menitik beratkan pada kesehatan jasmani pasien meskipun
kesehatan rohaninya tidak dilupakan, sedang perawat kesehatan jiwa lebih menitik
beratkan pada kesehatan rohani pasien tanpa mengesampingkan kesehatan jasmaninya.
Selain itu kondisi mental pasien yang labil mengharuskan perawat untuk bersikap sabar

1
Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB
2
Program Studi Magister Manajemen Unram
3
Program Studi Magister Manajemen Unram
1
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017

dalam melakukan berbagai macam peranan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan
pasien. Perilaku pasien gangguan jiwa yang sulit diperediksikan dan berbahaya juga
menuntut perawat untuk lebih berhati-hati dan waspada dalam memberikan perawatan
(Fransiska Niken, 2008).Perawat Rumah Sakit Jiwa memiliki beban kerja, tanggung jawab
dan resiko yang relative besar, bahkan cenderung membuat lingkungan kerja yang
kurang aman, hal tersebut menimbulkan stress kerja pada perawat.
Stress kerja adalah suatu respon adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan
atau proses psikologi individu yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan
eksternal, situasi atau peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik
khusus pada seseorang (Suwanto, 2011). stress biasanya dianggap sebagai istilah negatif,
stress dianggap terjadi karena disebabakan oleh suatu yang buruk namun tidak selalu
berarti demikian karena stress yang dimaksud adalah stress kerja yang artinya suatu
bentuk interaksi individu terhadap lingkungannya. Stress mempunyai dampak positif
atau negatif. Dampak positif stress pada tingkat rendah sampai pada tingkat moderat
bersifat fungsional dalam arti berperan sebagai pendorong peningkatan kinerja pegawai
sedangkan pada dampak negatif stress pada tingkat yang tinggi adalah penurunan pada
kinerja karyawan yang drastic (Nasir dan Muhith, 2011).
Stres kerja yang tinggi mempunyai dampak yang negatif bagi perawat. Stres yang
berlangsung lama dan terjadi terus – menerus dalam intensitas yang tinggi
mengakibatkan kelelahan fisik dan mental yang disebut burnout. Burnout merupakan
salah satu bentuk stres yang sering dialami oleh pekerja yang berhubungan dengan
pelayanan jasa masyarakat atau public service (Maslach, 1991 dalam Isnoviyanti, 2002).
Selain itu stres dapat diartikan sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang
dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari
tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan
psikologis dan fisik seseorang (Luthans dalam Rivai,2009:307). Mehmet & Karbel (2015),
melakukan penelitian dengan hasil penelitian bahwa stres dapat menyebabkan efek
negatif pada kinerja dan efisiensi; ada penurunan kinerja dan efisiensi peserta dan
kehilangan motivasi karena stres. Penelitian ini juga telah menyimpulkan bahwa variabel
yang utama dalam stress terdiri dari umur, jenis kelamin, budaya, pendidikan, posisi dan
gaya manajemen. Demirthas dkk (2015), melakukan penelitian dengan Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa Ada hubungan negatif antara peraturan emosi
kognitif dan stres kerja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hubungan kerja
dengan dukungan sosial yang positif mempengaruhi hubungan antara peraturan emosi
kognitif dan stres kerja. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Anafarta
(2011) pada staf pelayanan kesehatan di Turkey tidak menunjukkan hasil yang positif dan
signifikan antara konflik pekerjaan-keluarga terhadap stres kerja
Untuk menangani tugas yang memiliki beban kerja agak berat diperlukan duku
ngan dari berbagai unsur. Dukungan sosial merupakan suatu kebersamaan sosial, di
mana individu berada di dalamnya, yang memberikan beberapa dukungan seperti
bantuan nyata, dukungan informasi, dan dukungan emosional sehingga individu merasa
nyaman (Lazarus, 2007).Adapun sumber-sumber dukungan sosial dapat diperoleh dari
keluarga, rekan kerja, atasan, maupun pasangan hidup (Isnovijanti, 2002). Dukungan
sosial dari keluarga dapat berupa dukungan emosi yang berbentuk dorongan
membesarkan hati, memberikan ungkapan penghargaan, dukungan material serta
memberikan informasi yang dapat memberikan sebuah solusi atas masalah yang
dihadapi. Sedangkan dukungan sosial dari rekan kerja dapat berupa persahabatan,
2
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017

menciptakan situasi tolong-menolong, dan kerja sama yang menyenangkan. Menurut


Sunyoto (2012: 217) Demirtas, O. & Ozdevecioglu, ., 2015. Hasil Penelitian menunjukkan
ada hubungan negatif antara peraturan emosi kognitif dan stres kerja. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa hubungan kerja dengan dukungan sosial yang positif
mempengaruhi hubungan antara peraturan emosi kognitif dan stres kerja.
Dukungan sosial dibentuk oleh tiga indikator (Murtiningrum, 2005), yaitu,
pasangan hidup (suami atau istri) dan keluarga, atasan, dan rekan kerja/teman. Keluarga
dan pasangan hidup berpotensi sebagai sumber dukungan dan senantiasa bersedia untuk
memberikan bantuan dan dukungannya ketika individu membutuhkan. Atasan, yaitu
pimpinan atau seseorang dengan kemampuannya berusaha mendorong sejumlah orang
agar bekerja sama dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan
bersama (Hasibuan, 2009). Hasibuan (2009) mengemukakan bahwa dampak dukungan
sosial yang negatif adalah 1. Emotional exhausting atau kelelahan emosional merupakan
inti dari dampak negatif yang ditandai dengan terkurasnya sumber-sumber emosional di
dalam diri seperti rasa kasih, empati dan perhatian, yang pada akhirnya memunculkan
perasaan tidak mampu lagi memberikan pelayanan pada orang lain. Cara yang biasa
dilakukan untuk mengatasi sindrom ini adalah mengurangi keterlibatan secara emosional
dengan penerima pelayanan. 2. Depersonalization atau depersonalisasi merupakan sikap
kurang menghargai atau kurang memiliki pandangan yang positif terhadap orang lain
yang ditandai dengan menjauhnya individu dari lingkungan sosial, apatis, tidak peduli
terhadap lingkungan atau orang-orang di sekitarnya. Reaksi negatif ini muncul dalam
tingkah laku seperti memandang rendah dan meremehkan klien, bersikap sinis terhadap
klien, kasar dan tidak manusiawi dalam hubungan dengan klien, serta mengabaikan
kebutuhan dan tuntutan klien. Sindrom ini merupakan akibat lebih lanjut dari adanya
upaya penarikan diri dari keterlibatan secara emosional dengan orang lain. 3. Low personal
accomplishment atau rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri ditandai dengan
kecenderungan memberi evaluasi negative terhadap diri sendiri, terutama berkaitan
dengan pekerjaan. Pekerja merasa dirinya tidak kompeten, tidak efektif dan tidak kuat,
kurang puas dengan apa yang telah dicapai dalam pekerjaan, bahkan perasaan kegagalan
dalam bekerja.
Beban kerja yang terlalu banyak dapat menyebebkan ketegangan dalam diri
seseorang sehingga menimbulkan stress.Hal ini disebabkan oleh tingkat keahlian yang
dituntut terlalu tinggi, kecepatan kerja yang terlalu, volume kerja yang terlalu banyak,
dan sebagianya. Menurut Tarwaka (2011:131) indikator Beban Kerja yaitu Beban waktu
(time load) menunjukan jumlah waktu yang tersedia dalam perencanaan, pelaksanaan dan
monitoring tugas atau kerja.Kedua, beban usaha mental (mental effort load) yaitu berarti
banyaknya usaha mental dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Ketiga, beban tekanan
Psikologis (psychological stress load) yang menunjukan tingkat resiko pekerjaan,
kebingungan, dan frustasi. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kusuma (2014)
Pengaruh beban kerja terhadap stres kerja di PT. Apie Indo Karunia dan diperoleh hasil
bahwa beban kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Buckingham (2004) terhadap kepala sekolah di
Maine, dimana hasilnya tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan beban
kerja terhadap stres kerja. Ambarwati (2014), melakukan penelitian dengan hasil
penelitian bahwa variabel beban kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap stress
kerja perawat dan variabel selisih nilai mutlak beban kerja dengan dukungan sosial
berpengaruh negatif dan signifikan yang artinya dukungan sosial dapat memoderasi
3
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017

pengaruh beban kerja terhadap stres kerja perawat. hasil analisis menggunakan uji t
dapat diketahui beban kerja dan nilai selisih mutlak antara beban kerja dengan dukungan
sosial berpengaruh signifikan terhadap stres kerja.
Salah satu penyebab munculnya stres kerja adalah lingkungan kerja. Lingkungan
kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam mejalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya
kebersihan, musik dan sebagainya (Sunyoto, 2012). Lingkungan kerja fisik dalam suatu
perusahaan merupakan suatu kondisi pekerjaan untuk memberikan suasana dan situasi
kerja karyawan yang nyaman dalam pencapaian tujuan yang diinginkan oleh suatu
perusahaan. Dalam mencapai kenyamanan tempat kerja antara lain dapat dilakukan
dengan jalan memelihara prasarana fisik seperti seperti kebersihan yang selalu terjaga,
penerangan cahaya yang cukup, ventilasi udara, suara musik dan tata ruang kantor yang
nyaman. Karena lingkungan kerja dapat menciptakan hubungan kerja yang mengikat
antara orang- orang yang ada di dalam lingkungannya (Sunyoto, 2012) Pengaruh
lingkungan kerja terhadap stres kerja di teliti oleh Noordiansah (2012) pada Perawat
Rumah sakit Muhammadiyah Jombang. Diperoleh hasil bahwa berdasarkan hasil analisis
data dapat diketahui bahwa lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap stres kerja.
Dari beberapa hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa Dukungan Sosial,
Beban kerja dan Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap stres kerja. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Yeboah dkk (2014) menunjukan bahwa faktor
permintaan, faktor kontrol, faktor dukungan, faktor hubungan, faktor perubahan dan
faktor peran berpengaruh secara signifikan terhadap stress kerja. Penelitian tersebut
didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kaur dkk (2013) bahwa lima
faktor (Gaji, Lingkungan Kerja, Hubungan dengan rekan kerja, Keamanan kerja, dan
Beban Kerja) berpengaruh terhadap stress kerja pada dosen di Universitas Terbuka
Jakarta. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Jelastopulu, dkk (2013), bahwa sebanyak 43,44 persen kurangnya dukungan dan
kurangnya komunikasi serta kolaborasi antara dokter dan rekan berpengaruh negatif
terhadap kualitas perawatan yang diberikan dan penelitian yang dilakukan oleh. Yada
(2015) Menunjukkan bahwa tidak jelas apakah stres yang berhubungan dengan
pekerjaan yang mempengaruhi perawat psikiatri, atau apakah perawat di departemen
lain menghadapi stres terkait pekerjaan sejenis. Hal ini merupakan kesenjangan dalam
penelitian ini. Adanya perbedaan temuan ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian.

1.2 Pengembangan Hipotesis dan Kerangka Konseptual

dukungan sosial
(X1)
beban kerja (X2)
stres kerja (Y)
lingkungan kerja
(x3)
Gambar
2.1 Kerangka Konseptual

4
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017

Dari uraian di atas dan hubungan antar variabel, hipotesis dalam penelitian ini
dapat dibuat sebagai berikut :
1. H1 : Diduga Dukungan sosial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Stres
Kerja Perawat Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB
2. H2 : Diduga Beban Kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Stres Kerja
Perawat Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB
3. H3 : Diduga Lingkungan Kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Stres
Kerja Perawat Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB
4. H4 : Diduga Beban Kerja mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Stres Kerja
Perawat Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB.
Berdasarkan hubungan antar variabel dan hipotesis sebagaimana yang telah
diuraikan di atas, maka dapat dibentuk kerangka konseptual penelitian ini sebagai
berikutdi

2. METODE PENELITIAN

2.1. Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan
analisis kuantitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sampel survey, melalui pertanyaan-pertanyaan. Populasi dalam penelitian ini
seluruh Perawat di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma. Jumlah anggota populasi sebanyak
132 orang. Sampel ditentukan dengan metode random sampling. Jumlah sampel yang
dijadikan sebagai subyek penelitian ini adalah sebanyak 99 orang perawat.
2.2. Variabel dan Definisi Operasional
1. Dukungan Sosial (X1) :
Dukungan sosial adalah bantuan yang diperoleh individu (perawat) melalui
hubungan interpersonal dengan orang-orang di sekitar individu yang memiliki arti
bagi individu tersebut dalam menghadapi masalahnya, diantaranya melalui bantuan
emosional, bantuan penghargaan, bantuan instrumental dan bantuan informasi
(Kumolohadi, 2007) Indikatornya Dukungan dari keluarga dan Dukungan dari rekan
kerja
2. Beban Kerja (X2)
Beban kerja adalah keadaan di mana perawat dihadapkan pada tugas yang harus
diselesaikan pada waktu tertentu sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.
Indikator yang digunakan adalah Beban kerja fisik dan Beban kerja mental
3. Lingkungan Kerja (X3)
Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar para perawat dan
yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan
oleh pimpinan. Adapun indikator dari lingkungan kerja adalah Penerangan cahaya,
Suhu udara, Suara bising, Keamanan kerja dan Hubungan antar karyawan.
4. Stres Kerja (Y)
Stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan perawat, baik fisik maupun mental
terhadap suatu perubahan di lingkungan kerja perawat di Rumah Sakit yang
dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Adapun indikator stres
kerja adalah kelelahan mental dan fisik, kelelahan yang amat sangat dalam bekerja,
meningkatnya kesensitivan dan ketegangan, Meningkatnya kecemasan dan

5
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017

ketegangan, Menurunnya prestasi kerja, Meningkatnya tekanan darah dan


Ketidakpuasan kerja.
2.3 Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linear berganda yaitu metode analisis yang tepat ketika
penelitian melibatkan satu variabel terikat yang diperkirakan berhubungan dengan satu
atau lebih variabel bebas. Uji regresi linier berganda, yaitu untuk mengetahui seberapa
besar variabel-variabel bebas yang diuji dapat mempengaruhi pergeseran nilai pada
variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebas adalah Dukungan Sosial, Beban Kerja
dan Lingkungan Kerja sedangkan variabel terikat adalah StresKerja Perawat RSJ Mutiara
Sukma
Y= a+b1x1+b2x2+b3x3+e

3. PEMBAHASAN
3.1 Analisis Deskripsi Variabel
3.1.1 Stres Kerja
Stres adalah reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa disebabkan oleh
berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi tantangan-tantangan (callenge)
yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman (threat), atau ketika harus berusaha
menghadapi harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungannya. Namun stres bagi
seseorang belum tentu menjadi stres bagi orang lain karena setiap individu memiliki
persepsi yang berbeda-beda mengenai hal-hal yang dianggapnya menjadi hambatan atau
ancaman. Stres kerja dalam konteks lain juga menyebutkan bahwa stres kerja adalah
suatu bentuk tanggapan baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di
lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
Berdasarkan tanggapan responden maka stress kerja yang dialami oleh para
perawat banyak disebabkan oleh adanya beban kerja yang berlebihan. Hal ini terutama
berkaitan dengan banyaknya pasien yang datang ke rumah sakit jika dibandingkan
dengan jumlah perawat yang ada.

3.1.2 Dukungan Sosial


Dukungan sosial adalah suatu dorongan yang dirasakan, penghargaan, dan
kepedulian yang diberikan oleh orang-orang yang berada di sekeliling individu
sehingga dukungan yang dirasakan akan sangat penting. Dukungan sosial adalah
pemberian informasi baik secara verbal maupun non verbal, pemberian bantuan tingkah
laku atau pemberian materi yang menuntut seseorang meyakini bahwa dirinya diurus
dan disayang. Pernyataan yang diajukan untuk variabel ini sebanyak 15 item
pernyataan.
Berdasarkan tanggapan responden dukungan kerja yang paling mempengaruhi
stress kerja adalah ketika dukungan kerja dari keluarga dan teman dekat terutama yang
ada di lingkungan kerja. Adanya dukungan yang kuat dari keluarga dan lingkungan
kerja akan mampu menyebabkan stress para perawat berkurang.

3.1.3 Beban Kerja


Beban kerja mempengaruhi stres kerja. Beban kerja yang diberikan kepada
perawat harus disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki. Jika jumlah beban kerja
yang diberikan melampaui kapasitas perawat, tentu saja hal itu akan mengurangi
produktivitas kerja perawat, karena dalam melaksanakan tugasnya, perawat akan
6
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017
merasa kelelahan. Jika jumlah beban kerja terlalu sedikit jug a dapat mempengaruhi
kesejahteraan psikologis seseorang. Pada pekerjaan sederhana, dimana banyak terjadi
pengulangan akan timbul rasa bosan dan monoton. Beban kerja baik secara kuantitas
dimana tugas - tugas yang harus dikerjakan terlalu banyak/sedikit maupun secara
kualitas dimana tugas yang harus dikerjakan membutuhkan keahlian. Bila banyaknya
tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang
tersedia maka akan menjadi sumber stress.
Berdasarkan tanggapan responden maka dapat dilihat bahwa beban kerja yang
dialami oleh perawat yang ada di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB, lebih
banyak yang mengalami tekanan ketika menangani pasien yang mengalami penyakit
Waham. Tekanan sebagai beban kerja tersebut disebabkan oleh adanya keharusan dari
pihak perawat untuk menangani setiap pasien secara professional.

3.1.4 Lingkungan Kerja


lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan dan yang
dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas – tugas yang
dibebankannya.Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan dan
yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas – tugas yang
dibebankannya. Para perawat secara umum sudah menganggap lingkungan kerja yang
ada di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma, sudah menunjukkan pola dalam lingkungan

kerja yang produktif. Namun harus tetap ditingkatkan melalui perbaikan tempat rawat
jalan dan rawat inap pasien. Hal ini disebabkan oleh para pasien masih ada yang suka
rebut akibat penyakit yang dideritanya.
Berdasarkan tanggapan responden maka lingkungan kerja yang diharapkan oleh
para perawat adalah adanya sinergi positif dari semua elemen perawat yang ada
sehingga lingkungan kerja yang akan muncul dalam kegiatan kerja para perawat adalah
lingkungan kerja yang harmonis. Hal ini memilki makna bahwa jika lingkungan kerja di
lokasi kerja tidak mendukung maka stress kerja akan mengalami peningkatan di
kalangan para perawat.

3.2. Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda


Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dukungan

sosial, beban kerja dan lingkungan kerja terhadap stres kerja Perawat Rumah Sakit Jiwa
Mutiara Sukma Provinsi NTB

Tabel 4.18 Koefisien regresi dan uji signifikan (t tesh)


Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients S
Model B Std. Error Beta T
4. (Constant) 2.758 8.711 1.910 .059
Dukungan.Sosial .281 .136 .177 -1.542 .029
Beban.Kerja .630 .148 .373 4.146 .020
Lingkungan.Kerja .464 .149 .272 -1.055 .030

7
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017
Dari tabel 4.18 di atas dapat dilihat bahwa pada kolom Coefficients model 1
terdapat nilai sig 0,029. Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 maka H1
diterima dan Ho ditolak.. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% dimana
α= 5%, df (degree freedom), n-k= 99-3= 96, sehingga t tabel sebesar 1, 985, sehingga
karena t hitung dukungan sosial > t tabel (-1.542> -1, 985), atau α < 0,05. Nilai t hitung
negatif untuk variabel dukungan sosial sebesar -1.542 memiliki makna bahwa
semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan maka stress kerja akan mengalami
penurunan, nilai sig 0, 020 untuk variabel beban kerja. Nilai sig lebih kecil dari
nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,020<0,05, maka H2 diterima dan Ho ditolak.
Nilai t hitung beban kerja > t tabel (4, 146> 1,980) atau α < 0,05. Nilai positif untuk
variabel beban kerja, memiliki makna bahwa semakin tinggi beban kerja maka
stress kerja mengalami peningkatan, dan nilai sig untuk variabel lingkungan kerja
yaitu 0,030. Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,030<0,05,
maka H3 diterima dan Ho ditolak. Nilai t hitung beban kerja > t tabel (4, 146> 1,980)
atau α < 0,05. Nilai positif untuk variabel beban kerja memiliki makna bahwa
semakin tinggi beban kerja maka stress kerja mengalami peningkatan t hitung
lingkungan kerja > t tabel (-1.065>-1, 985) atau α < 0,05. Nilai negatif pada t hitung
lingkungan kerja memiliki makna bahwa semakin baik lingkungan kerja maka
stress kerja mengalami penurunan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan secara parsial dari dukungan sosial, beban kerja, dan
lingkungan kerja terhadap stress kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Mutiara
Sukma Provinsi NTB.

3.3 Hasil Pembuktian Hipotesis


Berdasarkan kajian hasil analisis data di atas, maka dapat dirumuskan hasil
pengujian hipotesis yang telah diajukan berikut ini

3.3.1 Hasil Pengujian Hipotesis 1


Hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini menyatakan “ diduga dukungan
sosial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Stres Kerja Perawat Rumah Sakit
Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB”. Pembuktian hipotesis ini dilakukan dengan analisis
uji t. yang menunjukkan bahwa t hitung Dukungan Sosial > t tabel (-1.542> -1, 985), maka
dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap Stres Kerja Perawat Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB.
3.3.2 Hasil Pengujian Hipotesis 2

Hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini menyatakan “diduga beban kerja
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Stres Kerja Perawat Rumh Sakit Jiwa
Mutiara Sukma Provinsi NTB”. Pembuktian hipotesis ini dilakukan dengan analisis uji t.
yang menunjukkan bahwa t hitung beban kerja > t tabel (4 .146> 1,980), maka dapat
disimpulkan bahwa beban kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Stres Kerja
Perawat Rumh Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB.
3.3.3 Hasil Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini menyatakan “Diduga lingkungan kerja
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Stres Kerja Perawat Rumh Sakit Jiwa
Mutiara Sukma Provinsi NTB”. Pembuktian hipotesis ini dilakukan dengan analisis uji t.
yang menunjukkan bahwa t hitung lingkungan kerja > t tabel (-1.065>-1, 985), maka dapat

8
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017

disimpulkan bahwa lingkungan kerja memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
Stres Kerja Perawat Rumh Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB.
3.3.4 Hasil Pengujian Hipotesis 4
Hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini menyatakan “Diduga Beban Kerja
mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Stres Kerja Perawat Rumah Sakit Jiwa
Mutiara Sukma Provinsi NTB”. Pembuktian hipotesis ini dilakukan dengan analisis uji t
dengan melihat standar coeffesien beta. yang menunjukkan bahwa nilai standar coeffesien beta
untuk beban kerja beban kerja adalah sebesar 0, 761 sementara nilai standar coeffesien beta
untuk dukungan sosial sebesar 0, 041, dan nilai standar coeffesien beta lingkungan kerja
sebesar -1, 113. Hal ini menunjukkan bahwa variabel beban kerja memiliki pengaruh yang
lebih dominan daripada variabel dukungan sosial dan linkungan kerja terhadap stress
kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB maka dapat
disimpulkan bahwa Beban Kerja mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Stres
Kerja Perawat Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB.

3.4 Diskusi dan Pembahasan


3.4.1 Pengaruh Dukungan Sosial terhadap stress kerja Perawat Rumah Sakit Jiwa
Mutiara Sukma Provinsi NTB
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefesien regresi variabel dukungan
sosial (X1) menunjukkan bahwa t hitung Dukungan Sosial > t tabel (-1.542> -1, 985), maka
dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap Stres Kerja Perawat Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB. Artinya jika
dukungan sosial makin tinggi, maka dapat dipastikan bahwa stress kerja mengalami
penurunan. Hal ini sejalan dengan teori Hodson (1997) mengatakan bahwa dukungan
sosial dari keluarga dan teman dekat dapat memberikan kontribusi, dalam mengurangi
tingkat stres pada perawat.Dukungan sosial yang diterima oleh seseorang diharapkan
dapat meringankan beban yang dihadapi. Seseorang yang mendapat dukungan sosial
akan merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Dukungan sosial dapat memberikan
kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu dilihat dari bagaimana dukungan
sosial mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan kecemasan. Menurut Lieberman,
(1992) secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan munculnya kejadian yang dapat
mengakibatkan kecemasan.
Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh Sulistyantini,
(2007), stres dapat dihilangkan dengan cara mengaktifkan dukungan sosial. Suasana kerja
yang baik tercipta antara lain karena adanya dukungan sosial di lingkungan individu,
sehingga dapat meningkatkan semangat kerja dan mencegah stresor dari lingkungan kerja

berkembang menjadi stres.Kategori pembangkit stres potensial ini mencakup segala


unsur kehidupan seseorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa kehidupan dan
kejadian dalam satu organisasi, dan dapat memberi tekanan pada individu. Isu-isu
tentang, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan
organisasi yang bertentangan konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan,
semuanya dapat merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya sebagaimana
halnya stres dalam pekerjaan mempunyai dampak yang negatif pada kehidupan keluarga
dan pribadi. Penelitian ini memperkuat hasil penelitian Demirtas, O. & Ozdevecioglu, M.,
2015.

9
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017

3.4.2 Pengaruh beban kerja terhadap stress kerja Perawat Rumah Sakit Jiwa Mutiara
Sukma Provinsi NTB
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh beban kerja yang
signifikan terhadap Stres Kerja Perawat Rumh Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB.
Hal ini terbukti daei hasil regresi . yang menunjukkan bahwa t hitung beban kerja > t
tabel (4 .146> 1,980), maka dapat disimpulkan bahwa beban kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Stres Kerja Perawat Rumh Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi
NTB. Hal ini memiliki arti bahwa semakin tinggi beban kerja perawat maka stress kerja
juga mengalami peningkatan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Manuaba (2000) yang
mengatakan bahwa, beban kerja dapat berupa tuntutan tugas atau pekerjaan, organisasi
dan lingkungan kerja. Beban kerja perawat di rumah sakit meliputi beban kerja fisik dan
mental. Beban kerja fisik seperti mendampingi pasien memenuhi kebutuhan dasarnya,
meberikan penyadaran kepada psien pecandu narkoba, dll. Beban kerja mental dapat
berupa bekerja dengan sistem shift, menjaga komunikasi yang baik dengan perawat lain,
atasan, pasien dan juga keluarga pasien, dan tanggung jawab terhadap kesembuhan
pasien. Beban kerja di setiap bangsal bervariasi, berat ringannya beban kerja tergantung
pada tipe dan jenis ruang.Perawat sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan,
tidak hanya dituntut untuk menunjukkan kemampuan dan profesionalitasnya semata
dalam melaksanakan semua tindakan medis keperawatan. Seorang perawat juga
diharapkan memiliki sensitivitas emosional dalam menghadapi semua pasien yang
ditanganinya dengan berbagai situasi dan kondisi psikologis (Pieter & Lubis, 2010).
Penelitian ini juga memperkuat hasil penelitian Ambarwati, D (2014)

3.4.3 Pengaruh lingkungan kerja terhadap stress kerja Perawat Rumah Sakit Jiwa
Mutiara Sukma Provinsi NTB
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh lingkungan kerja yang
signifikan terhadap Stres Kerja Perawat Rumh Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB.
Hal ini terbukti dari hasil regresi yang menunjukkan bahwa t hitung lingkungan kerja > t
tabel (-1.065>-1, 985), maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap Stres Kerja Perawat Rumh Sakit Jiwa Mutiara
Sukma Provinsi NTB. Hal ini memiliki makna bahwa semakin baik lingkungan kerja,
maka stress kerja semakin menurun. Hal ini sejalan dengan pendapat Bambang (1991),
lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seorang
pegawai. Seorang pegawai yang bekerja di lingkungan kerja yang mendukung dia untuk
bekerja secara optimal akan menghasilkan kinerja yang baik, sebaliknya jika seorang
pegawai bekerja dalam lingkungan kerja yang tidak memadai dan tidak mendukung
untuk bekerja secara optimal akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi malas,

cepat lelah sehingga kinerja pegawai tersebut akan rendah. Hal ini sejalan dengan
pendapat Moekijat (2002), yang mengatakan bahwa instansi yang mempunyai
lingkungan kerja yang baik dan nyaman akan memberikan motivasi bagi pegawainya
untuk meningkatkan kinerjanya Selain itu kondisi kerja yang baik akan membantu
mengurangi kejenuhan dan kelelahan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja
pegawai. Namun demikian jika lingkungan kerja buruk maka stress kerja akan
mengalami peningkatan. Penelitian ini juga memperkuat hasil penelitian Mehmet.N, &
Karabel,C, M., 2015

10
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017

4.KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap stress kerja Perawat Rumah Sakit Jiwa
Mutiara Sukma Provinsi NTB. Hal ini. Hal ini berarti bahwa semakin baik dukungan
sosial maka stress kerja juga akan mengalami penurunan. Demikian pula sebaliknya jika
dukungan sosial kurang maka akan berpengaruh signifikan terhadap stress kerja Perawat
Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB.
1. Terdapat pengaruh beban kerja terhadap stress kerja Perawat Rumah Sakit Jiwa
Mutiara Sukma Provinsi NTB. Hal ini berarti bahwa semakin banyak beban kerja
yang diberikan maka stress kerja juga akan mengalami peningkatan. Demikian pula
sebaliknya jika beban kerja yang diberikan tidak besar maka stress kerja juga akan
mengalami penurunan pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi
NTB.
2. Terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap stress kerja Perawat Rumah Sakit Jiwa
Mutiara Sukma Provinsi NTB. Hal ini berarti bahwa lingkungan kerja yang baik akan
menyebabkan stress kerja mengalami penurunan. Demikian pula sebaliknya jika
lingkungan kerja kurang baik menyebabkan stress kerja mengalami peningkatan pada
perawat Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB.
3. Beban Kerja memiliki pengaruh paling dominan terhadap stress kerja Perawat Rumah
Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB.

4.2. Saran

Dari kesimpulan penelitian, maka dapat diberikan saran-saran yang bisa


menjadi skala prioritas penyelesaian temuan hasil penelitian sebagai berikut
1. Dukungan Sosial
Hubungan yang harmonis sebagai bagian dari dukungan sosial harus ditanamkan
oleh pihak pimpinan kepada para perawat di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi
NTB. Hubungan harmonis yang paling perlu ditumbuhkan adalah bagi perawat yang
memiliki tugas dan jadwal yang sama dengan perawat lainnya. Pihak manajemen Rumah
Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB, harus menjadikan hubungan harmonis di
kalangan perawat menjadi bagian dari prestasi yang harus menjadi penilaian dari pihak
manajemen.
Dukungan sosial mempengaruhi stres kerja, dukungan sosial yang tinggi akan
mengurangi tingkat stres kerja pada perawat. Perawat yang mendapatkan dukungan
sosial dari orang-orang sekitar, akan lebih merasa tenang dan merasa diperhatikan,
daripada perawat yang tidak mendapatkan dukungan sosial. Sehingga perawat yang

memiliki dukungan sosial tinggi akan lebih mampu mengontrol stres kerja yang
dihadapinya. Seperti yang diungkapkan Safarino (2006), dalam penelitiannya
menunjukkan hasil bahwa pekerja mendapatkan dukungan emosi dan dukungan
instrumental dari supervisor, rekan kerja, keluarga memiliki ketegangan psikologis yang
lebih rentan daripada pekerja yang tidak mendapatkan dukungan sosial.
2. Beban Kerja
Secara manajerial beban kerja yang diberikan harus mengacu pada tugas dan
kewajiban yang dimiliki. Beban kerja mempengaruhi stres kerja. Beban kerja yang
11
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017

diberikan kepada perawat harus disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki. Jika jumlah
beban kerja yang diberikan melampaui kapasitas perawat, tentu saja hal itu akan
mengurangi produktivitas kerja perawat, karena dalam melaksanakan tugasnya, perawat
akan merasa kelelahan. Jika jumlah beban kerja terlalu sedikit juga dapat mempengaruhi
kesejahteraan psikologis seseorang.
Pada pekerjaan sederhana, dimana banyak terjadi pengulangan akan timbul rasa
bosan dan monoton. Beban kerja baik secara kuantitas dimana tugas - tugas yang harus
dikerjakan terlalu banyak/sedikit maupun secara kualitas dimana tugas yang harus
dikerjakan membutuhkan keahlian. Bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan
kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia maka akan menjadi
sumber stres (Davis & Newstron dalam Supardi, 2007). Kecepatan dalam bekerja juga
dapat mempengaruhi stres kerja perawat. Perawat dituntut untuk bekerja dengan cepat
dan sigap, terutama dalam menangani pasien yang sedang kritis. Jika waktu yang
tersedia tidak dapat mengimbangi kecepatan dalam bekerja, maka akan menjadi sumber
stres.
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Nitisemito,
1992). Selanjutnya menurut Sedarmayati (2001) lingkungan kerja merupakan keseluruhan
alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja,
metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai
kelompok. Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Kesesuaian lingkungan
kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih jauh lagi lingkungan-
lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih
banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien sehingga
manajemen RSJ Mutiara Sukma harus memperhatikan hal tersebut.

12
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017

DAFTAR PUSTAKA
______ (2016), Data Kepegawaian RSJ Mutiara Sukma Tahun 2016, Subbag Kepegawaian
RSJ Mutiara Sukma Provinsi NTB.

Almasitoh, U. H. 2011. “Stres Kerja Ditinjau Dari Konflik Peran Ganda Dan Dukungan
Sosial Pada Perawat. Psikoislamika” - Jurnal Psikologi Islam. No. 8 Vol.1, 63-82.
Klaten : Universitas Widya Dharma.

Ambarwati,D.,(2014), ”Pengaruh pengaruh beban kerja terhadap stres perawat igd


dengan dukungan sosial sebagai variabel moderating (Studi Pada RSUP Dr.
Kariadi Semarang)”. Universitas Diponegoro.

Anies, 2014, Kedokteran Okupasi: Berbagai Penyakit Akibat Kerja dan Upaya
Penanggulangan dari Aspek Kedokteran, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.
Anoraga Pandji. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta : Adi Mahasatya

Assauri, Sofjan, (1993), Manajemen Produksi. Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi,
PT, Rineka Cipta, Jakarta.

Bambang Kusriyanto. 1991. Meningkatkan Produktivitas Karyawan. Jakarta: PT. Pustaka


Binaman Pressindo.

Baron, R.A. & Greenberg, J. (1995). Behavior in Organization Understanding and Managing The
Human Side of Work. 5th Edition. USA: Prentice Hall.

Baumann, A. (2007), “Positive Practice Enviroment: Quality Workplaces-Quality Patient


Care”, International Council of Nurses, diakses 26 Mei 2015 dari
http://www.icn.ch/matters_ppe.htm.

B. Batticaca, Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Metabolisme. Jakarta : Salemba Medika.

Djojodibroto, D., 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta : Hipokrates.

Fadillah, M. Luthfi. 2010. “Pengaruh Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja dengan
Dukungan Sosial sebagai Variabel Moderating ( Studi Kasus pada PT. Coca
cola Amatil Indonesia, Central Java)”. UNDIP. Semarang.

Irwandy, 2007. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Beban Kerja di Unit Rawat
Inap RS Jiwa Makassar Tahun 2006”. Makasar.

Gelsema, T. I., Van Der Doef, M., Maes, S., Janssen, M., & Akerboom, S. (2006). “A
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017
Longitudinal study of Job stres in the nursing profession: Causes and
consequences”. Journal of Nursing Management. 14.

Hadari Nawawi, (2005), Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif,
Cetakan Ke-4, Gajah Mada Univercity Press, Yogyakarta

Halida Savira, dkk, 2014, Pengaruh Stres Kerja dan Locus of Control Kepuasan Kerja
dan Kinerja Pegawai Bagian Layanan PT Bank Negara Indonesi (Persero), Vol.
12 No. 1 : 55, Malang: Jurnal Aplikasi Manajemen.

Hameed, Abdul and Aamer Waheed. (2011). “Employee Development and Its Affect on
Employee Performance A Conceptual Framework”. International Journal of
Business and Social Science. 2, (13), 224-229.

Hanik, E.N, Ah., Yusuf, R.F., 2015, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Salemba
Medika, Jakarta.

Hasibuan, M.S.p., 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta : PT.
Bumi Aksara
Hodson, R. 1997. “Group relations at work solidarity, conflict and relations with
management work and occupation”. Journal of applied psychology. 24.

Hulaifah, G. 2012. Pengaruh StresKerja terhadap KinerjaKarywan pada PT Bank


Mandiri (Persero)Tbk.

Isnovijanti, 2002. “Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Stres Kerja dan Kepuasa
Kerja”. Thesis. Semarang : Universitas Diponegoro.

Jelastopulu, E., Tsouvaltzidou, T., Vangeli, E., Messolova, F., Detorakis, J. &
Alexopoulos, E.C. (2013). “Self-reported Sources of Stress, Job Satisfaction and
Quality of Care in Professional Hospital Nurses in West-Greece”. Nursing and
Health, vol 1 No.1 pp 1-9.

Kumolohadi, R. 2007. “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Tingkat Stres


Menjelang Ujian. Naskah Publikasi”. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Islam Indonesia.

Kusani, 2008. “Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan Komunikasi Organisasi
terhadap Kinerja Karyawan Pada PD. Bank Perkredit Rakyat Kabupaten Gresik”

Kusuma, A.A. & Soestyo,Y., (2014), “ Pengaruh Beban kerja dan Stres Kerja dan
dampaknya Terhadap kinerja karyawan”, Jurnal Ilmu Manajemen | Vol. (II)
Nomor 2 April 2014. Universitas Negeri Surabaya.

Kreiner dan Kinichi, (2005), Perilaku Organisasi Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba empat.
Lazarus, R. S, and Folkman, S. (1984). Stres, Appraisal, and Coping. New York: Springer
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017
Looker, T. dan Gregson, O. (2005). Managing Stress Mengatasi Stres Secara Mandiri. Alih
Bahasa: Haris Setiawati. Yogyakarta: BACA

Luthans, F. (2005), Organizational Behavior, New York: McGraw-hill.

Mangkunegara, A.A.P. (2002), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Manuaba, A. 2000. Ergonomi Kesehatan Keselamatan Kerja. Dalam Wygnyosoebroto s


& Wiranto, S.E:Eds. Processing Seminar Nasional Ergonomi PT. Guna
Widya Surabaya.

Moekijat, (2002), Manajemen Tenaga Kerja dan Hubungan Kerja. Bandung: Pionir Jaya.
Naila, A, 2013, Kiat Hidup Bahagia Tanpa Stres dan Depresi, Getar Hati, Yogyakarta

Nasir, Abdul dan, Abdul, Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan jiwa, Pengantar dan
Teori. Jakarta: Salemba Medika.

Nitisemito, A.S. (1996), Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya Manusia), Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Parlinda dan Wahyuddin. (2001). Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Pelatihan, dan


Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Surakarta. Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Patten, M. Dennis. (2005), “An Analysis of The Impact of Locus of Control on Internal
Auditor Job Performance and Satisfaction”, Managerial Auditing Journal, Vol. 20
No. 9, pp. 1016-1029.

Pieter, H.Z. & Lubis, N.L. 2010. Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan. Jakarta:
Kencana.

Reni Hidayati, dkk, 2008, Kecerdasan Emosi, Stres Kerja dan Kinerja Karyawan, Vol. 2
No. 1 : 92 . Surakarta: Jurnal Psikologi.

Rice, Phillip L, 1999. Stress and Health. London: Brooks Cole Publishing Company.

Robbins, S.P. (1996), Perilaku organisasi, Jakarta: PT. Indeks.

Saksono, A., 1991. Perlindungan Tenaga Kerja Wanita, Modul Kursus Tertulis Bagi
Dokter Hiperkes, Pusat Pelayanan Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Depnaker RI, Jakarta.

Sarafino, E. P. (2006). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition. USA:


John Wiley & Sons.

Sedarmayanti, 1996; “Tata Kerja dan Produktivitas Kerja”, cetakan pertama, Bandung:
CV. Mandar Maju.
JURNAL MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
Nopember 2017
Sentot Imam Wahjono, 2010, Perilaku Organisasi, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sondang P. Siagian, 2013, “ Manajemen Sumber Daya Manusia”, Jakarta: Bumi Aksara

Sucipto, C.D., 2004. Keselamatan dan Kesehatan Kera. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Sugiyono (2005), Statistik Untuk Penelitian, Bandung : CV. Alfabeta.

Suma’mur P.K., 2009, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, CV Haji


Masagung, Jakarta.

Sunyoto, D. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : CAPS

Suwanto, 2011, Azas-azas Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Suci Press.
Tarwaka, dkk. 2004, Ergonomi Untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Produktifitas.
Surakarta: UNIBA Press,.
Wignjosoebroto, S., 2009, “Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan”, Guna Widya,
Surabaya
Yada, H., Lu, X., Omori, H., Abe, H., Matsuo, H., Ishida, Y. & Katoh, T. (2015),
“Exploratory Study of Faktors Influencing Job-Related Stress in Japanese
Psychiatric Nurses”, Hindawi Publishing Corporation Nursing Research and
Practice, pp 1-7.
Laporan hasil penelitian
Hubungan Kompetensi, Motivasi dan Beban Kerja dengan
Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
I.N. Budiawan1,2, I.K. Suarjana2,3, I.P. Ganda Wijaya2,4
1 2
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana,
3 4
Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, Rumah Sakit Umum Bangli
Korespondensi penulis: budiawanngh@yahoo.co.id
Abstrak
Latar belakang dan tujuan: Rata-rata Bed Ocupation Rate (BOR) Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Bali pada Tahun
2014 sebesar 85,3% dengan rata-rata lama perawatan 50 hari. Studi pendahuluan menunjukkan bahwa kinerja perawat
pelaksana di RSJ Provinsi Bali masih kurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kompetensi,
motivasi, beban kerja dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSJ Provinsi Bali.
Metode: Rancangan penelitian adalah survei cross sectional. Subyek penelitian terdiri dari semua perawat pelaksana
di ruang rawat inap yang berjumlah 111 orang. Data dikumpulkan dengan daftar pertanyaan yang diisi sendiri oleh
perawat dan dengan lembar observasi yang diisi oleh kepala ruangan. Data dianalisis secara bivariat dengan uji chi-
square dan multivariat dengan metode regresi logistik.
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kinerja perawat dengan kompetensi
dan motivasi (p<0,001), tetapi tidak ada hubungan dengan beban kerja (p=0,94). Analisis multivariat menunjukkan
bahwa kinerja perawat berhubungan dengan kompetensi dengan nilai adjusted OR=65,38 (95%CI: 6,88-621,52) dan
dengan motivasi dengan nilai adjusted OR=61,71 (95%CI: 7,15-532,59), tetapi tidak berhubungan secara bermakna
dengan beban kerja dengan adjusted OR=1,012 (95%CI: 0,32-3,17).
Simpulan: Kinerja perawat pelaksana secara bermakna berhubungan dengan kompetensi dan motivasi kerjanya,
akan tetapi tidak berhubungan dengan beban kerja.
Kata kunci: kompetensi, motivasi, beban kerja, kinerja perawat

Association of Competence, Motivation and Nurse Workload with


Nurse Performance at Mental Hospital in Bali Province
I.N. Budiawan1,2, I.K. Suarjana2,3, I.P. Ganda Wijaya2,4
1 2 3
Psychiatric Hospital of Bali Province, Public Health Postgraduate Program of Udayana University, School of Public
4
Health Faculty of Medicine Udayana University, Bangli General Hospital
Corresponding author: budiawanngh@yahoo.co.id
Abstract
Background and purpose: Average Bed Ocupation Rate (BOR) of Mental Hospital in Bali Province in 2014
amounted to 85.3% with an average length of stay about 50 days. Preliminary study indicated inadequate performance
of nurses at Mental Hospital in Bali. The purpose of this study was to determine the association of competence,
motivation and nurses workload with the performance of nurses in ward of Mental Hospital in Bali Province.
Methods: This research was a cross sectional survey. The subjects of the study consisted of all nurses in the inpatient
unit, amounting to 111 people. Data were collected by self-administered questionnaires and observation sheet filled
out by the head of the room. Data were analyzed using bivariate with chi-square test, and multivariate with logistic
regression method.
Results: Bivariate analysis showed significant association between the performance of nurses with competence and
motivation (p<0.001), however no association with workload (p=0.94). Multivariate analysis showed that the
performance of nurses was associated with competence with (AOR=65.38; 95%CI: 6.88-621.52) and with motivation
(AOR=61.71; 95%CI: 7.15-532.59), however was not significantly associated with workload (AOR=1.012; 95%CI: 0.32-
3.17).
Conclusion: The performance of nurses were significantly associated with competence and motivation of its work,
however not related to workload.
Keywords: competency, motivation, workload, nurses performance

Public Health and Preventive Medicine Archive 179 │ Desember 2015 │ Volume 3 │ Nomor 2 │
Pendahuluan untuk mengetahui hubungan antara
kompetensi, motivasi dan beban kerja
RSJ Provinsi Bali adalah satu-satunya rumah dengan kinerja perawat pelaksana di
sakit jiwa yang dikelola oleh Pemerintah ruangan rawat inap RS Jiwa Provinsi Bali.
Provinsi Bali, yang berlokasi di Kabupaten
Bangli dengan kapasitas 340 tempat tidur
Metode
dengan jumlah pegawai 370 orang, yang
melayani sekitar 4 juta penduduk Bali.1 Pada Penelitian ini adalah penelitian survei cross
tahun 2014 rata-rata pemakaian tempat sectional yang dilaksanakan di ruangan
tidur/Bed Occupation Rate (BOR) sebesar rawat inap RSJ Provinsi Bali pada Bulan
85,3%, dengan jumlah pasien rawat jalan Februari-April Tahun 2015, dengan
sebanyak 19.942 orang, jumlah pasien rawat responden semua perawat pelaksana yang
inap sebanyak 5.073 orang dengan Turn berjumlah 111 orang. Data dikumpulkan
Over Interval (TOI) 15 hari.2 Rata-rata lama dengan menggunakan daftar pertanyaan
rawat inap atau Length of Stay (LOS) pada yang diisi sendiri oleh responden dan lembar
tahun 2014 adalah 50 hari. Berdasarkan observasi diisi oleh 10 orang kepala masing-
Petunjuk Teknis Kementerian Kesehatan masing ruangan rawat inap. Data dianalisis
Tahun 2011, BOR ideal RS Jiwa adalah antara secara univariat, bivariat dengan uji chi
60 sampai 80% dan LOS ideal adalah 14-21 square dan analisis multivariat dengan
hari.3 Bila dibandingkan dengan petunjuk metode regresi logistik menggunakan
teknis Kemenkes tersebut, maka data di atas software Stata SE 12.1. Penelitian ini telah
menunjukkan bahwa RSJ Provinsi Bali telah mendapatkan kelaikan etik dari Komisi Etik
dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
dalam layanan kesehatan jiwa.1 BOR dan LOS Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
yang relatif tinggi dibandingkan dengan Denpasar.
petunjuk teknis Kementerian Kesehatan
maka Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali Hasil
memerlukan kinerja petugas yang memadai.
Berdasarkan hasil penelitian Umur responden bervariasi antara 22
pendahuluan yang dilakukan oleh penulis sampai 56 tahun dengan rerata 34 tahun,
dengan metode observasi dan wawancara perempuan sebanyak 66 orang (59,5%),
pada 10 orang di ruangan rawat inap RSJ berstatus kawin 93 orang (83,8%), 71 orang
Provinsi Bali, ditemukan bahwa enam (64%) dengan jumlah anak 1-2, dan 56 orang
responden kompetensinya kurang, lima (50,5%) dengan pangkat kepegawaian
responden motivasinya kurang, enam golongan 3a dan 3b. Lama kerja responden
responden beban kerjanya tinggi dan enam bervariasi antara 1-36 tahun tetapi
responden kinerjanya kurang. Dari hasil kebanyakan dari mereka dengan masa kerja
observasi dan pengalaman penulis selama di bawah 10 tahun (57,7%). Dilihat dari
bekerja di rumah sakit ini, terlihat bahwa tingkat pendidikannya sebanyak 44 orang
masih banyak kegiatan yang belum (39,7%) berpendidikan D3, S1 26 orang
terlaksana dengan efektif di semua ruangan (23,4%), D4 25 orang (22,5%) dan SPK 16
rawat inap. Hal ini kemungkinan disebabkan orang (14,4%). Sebagian besar responden
oleh banyak faktor, dan untuk mengetahui bertempat tinggal dalam radius ≤5 kilometer
faktor-faktor tersebut diperlukan penelitian dari RS Jiwa Bangli.

Public Health and Preventive Medicine Archive 180 │ Desember 2015 │ Volume 3 │ Nomor 2 │
Pada Tabel 1 disajikan perbedaan (p=0,023), dan tidak berbeda berdasarkan
kinerja perawat pelaksana berdasarkan umur, jenis kelamin, lama kerja, status
karakteristik responden. Secara umum perkawinan, jumlah anak, pangkat
dijumpai bahwa 82,0% perawat pelaksana kepegawaian, jarak tinggal dan ruangan
berkinerja baik. Bila dilihat per karakteristik tempat bekerja (p>0,05). Perawat dengan
responden dijumpai bahwa kinerja perawat pendidikan lebih tinggi dijumpai bahwa
pelaksana secara statistik hanya berbeda kinerjanya lebih baik dari yang
secara bermakna berdasarkan pendidikan berpendidikan lebih rendah.

Tabel 1. Kinerja perawat pelaksana berdasarkan karakteristik perawat di ruang rawat inap RS Jiwa
Provinsi Bali Tahun 2015
Karakteristik Kinerja Nilai p
Kurang Baik
n (%) n (%)
Umur
<35 Tahun 7 (11,86) 52 (88,14) 0,072
≥35 Tahun 13 (25,00) 39 (75,00)
Jenis kelamin
Perempuan 9 (13,64) 57 (86,36) 0,146
Laki-laki 11 (24,44) 34 (75,56)
Pendidikan
SPK/SPR B 6 (37,50) 10 (62,50) 0,023
D3 Keperawatan 10 (22,73) 34 (77,27)
D4 Keperawatan 3 (12,00) 22 (88,00)
S1 Ners 1 (3,85) 25 (96,15)
Lama kerja
<10 tahun 9 (14,06) 55 (85,94) 0,206
≥10 tahun 11 (23,40) 36 (76,60)
Status perkawinan
Belum kawin 5 (27,78) 13 (72,22) 0,239
Kawin 15 (16,13) 78 (83,87)
Jumlah anak
Belum punya anak 5 (17,86) 23 (82,14) 0,110
Anak 1-2 10 (14,08) 63 (85,92)
Anak >2 5 (41,67) 7 (58,33)
Pangkat kepegawaian
Gol. II C – IID 5 (20,00) 20 (80,00) 0,560
Gol. III A – III B 8 (14,29) 48 (85,71)
Gol. III C – III D 7 (23,33) 23 (76,67)
Jarak tinggal
≤5 km 11 (20,37) 43 (79,63) 0,530
>5 km 9 (15,79) 48 (84,21)
Ruangan tempat kerja
RP Perempuan 3 (11,54) 23 (88,46) 0,467
RP Laki-laki 13 (18,57) 57 (81,43)
Campuran 4 (26,67) 11 (73,33)
Jumlah 20 (18,0) 91 (82,0)

Public Health and Preventive Medicine Archive 181 │ Desember 2015 │ Volume 3 │ Nomor 2 │
Tabel 2. Hubungan kompetensi, motivasi dan beban kerja dengan kinerja perawat pelaksana di ruang
rawat inap RSJ Provinsi Bali Tahun 2015
Variabel Kinerja
Total
Kurang Baik Nilai p
n (%)
n (%) n (%)
Kompetensi
Kurang 15(51,72) 14(48,28) 29 (100,00) < 0,001
Baik 5 (6,10) 77 (93,90) 82 (100,00)
Motivasi
Kurang 15(60,00) 10 (40,00) 25(100,00) < 0,001
Baik 5 (5,81) 81 (94,19) 86 (100,00)
Beban kerja
Tidak berat 7(18,42) 31 (81,58) 38(100,00) 0,936
Berat 13 (17,81) 60 (82,19) 73 (100,00)

Pada Tabel 2 disajikan perbedaan dan yang memiliki sikap profesional baik
kinerja perawat berdasarkan kompetensi, sebanyak 88,24% menunjukkan kinerja baik
motivasi dan beban kerja. Terlihat bahwa dan yang sikap profesionalnya kurang
perawat dengan kompetensi baik sebanyak sebanyak 22,22% berkinerja baik (p<0,001).
93,90% berkinerja baik, sedangkan yang Motivasi perawat dengan afiliasi baik
berkompetensi kurang sebanyak 48,28% sebanyak 90,20% berkinerja baik sedangkan
berkinerja baik (p<0,001). Perawat dengan perawat yang afiliasinya kurang sebanyak
motivasi baik sebanyak 94,19% berkinerja 0,00% berkinerja baik (p<0,001). Perawat
baik, sedangkan yang motivasinya kurang dengan reward baik sebanyak 96,34%
sebesar 40,00% berkinerja baik (p<0,001). berkinerja baik sedangkan perawat dengan
Perbedaan yang tidak bermakna dijumpai reward kurang sebanyak 44,84% berkinerja
berdasarkan beban kerja yaitu pada perawat baik (p<0,001). Perawat dengan punishment
yang menyatakan beban kerjanya berat baik sebanyak 93,26% menunjukkan kinerja
sebanyak 82,19% berkinerja baik, dan yang baik dan perawat dengan punishment
menyatakan beban kerjanya tidak berat kurang sebanyak 40,91% berkinerja baik
sebanyak 81,58% berkinerja baik (p=0,936). (p<0,001). Perawat dengan beban kerja pada
Pada Tabel 3 disajikan perbedaan aspek fisik berat sebanyak 83,33% berkinerja
kinerja perawat berdasarkan sub item baik sedangkan yang menyebutkan aspek
kompetensi (pengetahuan, keterampilan fisik tidak berat sebanyak 77,78% berkinerja
dan sikap profesional); motivasi (afiliasi, baik (p<0,671), yang menyebutkan aspek
reward dan punishment); dan beban kerja psikologis berat sebanyak 83,0% berkinerja
(aspek fisik, psikologis dan waktu kerja). baik sedangkan yang aspek psikologisnya
Terlihat bahwa perawat dengan tidak berat sebanyak 81,82% berkinerja baik
pengetahuan baik sebanyak 89,59% (p<0,921). Perawat yang menyebutkan
berkinerja baik sedangkan perawat yang aspek waktu kerja berat sebanyak 85,11%
pengetahuannya kurang sebanyak 40,00% menunjukkan kinerja baik dan aspek waktu
berkinerja baik (p<0,001), yang kerja tidak berat sebanyak 70,59% berkinerja
ketrampilannya baik 89,90% berkinerja baik baik (p<0,144).
sedangkan yang ketrampilannya kurang Pada Tabel 4 disajikan hasil analisis
sebanyak 25,00% berkinerja baik (p<0,001) multivariat dengan metode regresi logistik,

Public Health and Preventive Medicine Archive 182 │ Desember 2015 │ Volume 3 │ Nomor 2 │
variabel yang berhubungan dengan kinerja 7,15-532,59). Tidak dijumpai adanya
perawat adalah kompetensi dengan adjusted perbedaan bermakna antara beban kerja
OR=65.38 (95% CI: 6.88-621.52) dan dengan kinerja perawat, dengan adjusted
motivasi dengan adjusted OR=61,71 (95%CI: OR=1,04 (95%CI:0,32-3,17).

Tabel 3. Kinerja perawat pelaksana berdasarkan indikator variabel di ruang rawat inap RSJ Provpinsi Bali
Tahun 2015
Karakteristik Kinerja n Nilai p
Kurang Baik
n (%) n (%)
Kompetensi
Pengetahuan
Kurang 9 (60,00) 6 (40,00) 15
Baik 10 (10,42) 86 (89,58) 96 < 0,001
Ketrampilan
Kurang 9 (75,00) 3 (25,00) 12
Baik 10 (10,10) 89 (89,90) 99 < 0,001
Sikap profesional
Kurang 7 (77,78) 2 (22,22) 9
Baik 12 (11,76) 90 (88,24) 102 < 0,001

Motivasi
Afiliasi
Kurang 9 (100,00) 0 (0,00) 9
Baik 10 (9,80) 92 (90,20) 102 < 0,001
Reward
Kurang 16 (55,17) 13 (44,84) 29
Baik 3 (3,66) 79 (96,34) 82 < 0,001
Punishment
Kurang 13 (59,09) 9 (40,91) 22
Baik 6 (6,74) 83 (93,26) 89 < 0,001

Beban kerja
Aspek Fisik
Tidak berat 2 (22,22) 7 (77,78) 9
Berat 17 (16,67) 85 (83,33) 102 0,671
Aspek psikologis
Tidak berat 2 (18,18) 9 (81,82) 11
Berat 17 (17,00) 83 (83,00) 100 0,921
Waktu kerja
Tidak berat 5 (29,41) 12 (70,59) 17
Berat 14 (14,89) 80 (85,11) 94 0,144

Tabel 4. Hubungan kompetensi, motivasi dan beban kerja dengan kinerja perawat di ruang rawat inap
RSJ Provinsi Bali Tahun 2015
95% CI
Variabel Adjusted OR Nilai p
Batas bawah Batas atas
Kompetensi 65,38 6,88 621,52 <0,001
Motivasi 61,71 7,15 532,59 <0,001
Beban kerja 1,04 0,32 3,17 0,936

Public Health and Preventive Medicine Archive 183 │ Desember 2015 │ Volume 3 │ Nomor 2 │
Diskusi signifikan berhubungan dengan kinerja.
Demikian pula halnya dengan semua
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen motivasi (afiliasi, reward dan
perawat di Ruang Rawat Inap RSJ Provinsi punishment) secara signifikan berhubungan
Bali, sebagian besar (82,00%) memiliki dengan kinerja perawat. Sedangkan semua
kinerja yang baik. Kinerja perawat dalam komponen beban kerja (aspek fisik,
penelitian ini diukur dengan cara observasi psikologis dan waktu kerja) tidak
oleh kepala ruangan dalam beberapa aspek berhubungan dengan kinerja perawat.
yaitu: pelaksanaan asuhan keperawatan Kompetensi dengan kinerja perawat
(pengkajian, diagnosa, perencanaan, berhubungan secara signifikan yang
pelaksanaan dan evaluasi). Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi baik
menunjukkan bahwa perawat sudah berpotensi memberikan kinerja yang baik
mengkaji, mendiagnosa, merencanakan, dibandingkan yang kompetensinya kurang,
melaksanakan dan mengevaluasi sesuai dan berpengaruh secara parsial terhadap
dengan standar asuhan keperawatan (SAK) kinerja perawat diruangan rawat inap RSJ
di RSJ Provinsi Bali. Walaupun kinerjanya Provinsi Bali. Hal tersebut didukung
sudah cukup baik, tetapi masih dijumpai pengetahuan intelektual dalam melak-
beberapa aspek yang masih kurang yaitu sanakan asuhan keperawatan, ketersediaan
perawat tidak rutin melakukan pengkajian sarana fisik, memiliki human relation yang
ulang, sehingga diagnosis terbaru tidak baik, memiliki integritas pribadi dan
dapat dievaluasi. Tahap perencanaan sering sebagian besar responden berpendidikan
bersifat rutin sehingga pelaksanaan tindakan sarjana yaitu DIV Keperawatan dan S1 Ners.
tidak sesuai dengan kebutuhan pasien. Kompetensi adalah cerminan dari
Pelaksanaan asuhan keperawatan masih pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam
bersifat rutin sehingga tidak sesuai prioritas suatu profesi yang menjadi ciri dari seorang
masalah dan kebutuhan pasien. Pada profesional.5 Kompetensi merupakan
evaluasi hanya melakukan evaluasi formatif kemampuan intelektual, fisik dan hubungan
yaitu evaluasi yang dilakukan setelah antar manusia yang mendasari perawat
dilaksanakan intervensi keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
tertentu, namun jarang melakukan evaluasi Kompetensi diukur dengan sub variabel
sumatif sehingga perkembangan atau intelektual, fisik dan human relation.6
kemajuan masalah keperawatan tidak Hasil penelitian sesuai dengan
ditindaklanjuti. Hal ini sangat prinsip penelitian Siwantara (2009) yang
sehingga bila tidak dilakukan akan menemukan ada pengaruh positif dan
mempengaruhi kinerja perawat secara signifikan antara kompetensi profesional
keseluruhan dalam merawat pasien. dengan kinerja dosen Politeknik Negeri Bali
Hasil analisis multivariat menunjuk- yang ditunjukkan oleh nilai standardized
kan bahwa kinerja perawat secara signifikan regression weight sebesar 0,21.7 Selain itu
berhubungan dengan kompetensi dan juga sesuai dengan penelitian Ardiana (2010)
motivasi, tetapi tidak signifikan yang menemukan kompetensi (pengetahu-
berhubungan dengan beban kerja. Hasil an, keterampilan dan kemampuan) hasilnya
analisis bivariat menunjukkan bahwa semua secara bersama-sama berpengaruh terhadap
komponen kompetensi (pengetahuan, kinerja UKM di Surabaya.8
ketrampilan dan sikap profesional) secara

Public Health and Preventive Medicine Archive 184 │ Desember 2015 │ Volume 3 │ Nomor 2 │
Distribusi responden terbanyak sesuai tupoksinya, lingkungan psikologis
untuk variabel motivasi adalah dalam kurang nyaman, jarak tinggal sebagian besar
kategori baik, dan menunjukkan hubungan 57 orang (51,3%) lebih dari 5 km, sering
dengan kinerja perawat pelaksana bahwa melaksanakan tugas-tugas tambahan,
tingkat motivasi baik berpotensi jumlah pasien yang dirawat banyak dan
memberikan kinerja baik dibandingkan cenderung labil menambah beban kerja
dengan yang tingkat motivasinya kurang. perawat di ruangan. Ada juga beberapa hal
Motivasi berpengaruh secara parsial yang mengurangi beban kerja perawat,
terhadap kinerja perawat pelaksana di sehingga meskipun beban kerja berat tetapi
ruangan rawat inap RSJ Provinsi Bali. Hasil tidak berpengaruh terhadap kinerjanya, dan
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang masih dapat melaksanakan kinerja dengan
dilakukan oleh Jimat (2013) didapatkan hasil baik, seperti hubungan kerja antar perawat
bahwa motivasi, kompetensi serta terjalin dengan baik, waktu kerja yang tidak
lingkungan kerja berpengaruh terhadap memberatkan perawat, penjadwalan waktu
kinerja perawat di RSUD Bangli, yang jaga perawat dapat menyesuaikan dengan
ditunjukkan dengan hasil uji F hitung sebesar kegiatan informal dan keseharian perawat,
67,120 dengan signifikansi <0,001. 9 proses pertukaran jadwal antar perawat bisa
Hubungan beban kerja dengan dilakukan dan sebagian besar pasien yang
kinerja tenaga kesehatan dipengaruhi dirawat dalam kondisi tenang dan dapat
beberapa faktor. Menurut Kurniadi (2013) diarahkan. Beberapa kondisi tersebut
yang mem- pengaruhi beban kerja perawat menjadikan beban kerja perawat tidak
adalah kondisi pasien yang selalu berubah, berpengaruh secara signifikan dengan
jumlah rerata jam perawatan yang kinerja perawat. Hasil penelitian ini berbeda
dibutuhkan untuk pelayanan langsung dengan penelitian Nurnaningsih (2012)
pasien dan dokumentasi askep serta bahwa ada hubungan yang bermakna antara
banyaknya tugas tambahan yang harus beban kerja terhadap kinerja perawat
dikerjakan oleh perawat sehingga dapat pelaksana dalam pemberian pelayanan
mempengaruhi kinerja perawat tersebut.6 kesehatan di ruang rawat inap RS Islam
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Faisal Makassar.10 Penelitian Minarsih
bahwa sebagian besar responden (2011), dengan hasil sebanyak 62,7%
mengatakan beban kerja mereka berat. perawat menyatakan memiliki beban kerja
Secara statistik hasil penelitian didapatkan tinggi, dan ada hubungan antara beban kerja
31 orang (81,58%) memiliki beban kerja perawat dengan produktivitas kerja
11
tidak berat memiliki kinerja baik dan 60 perawat.
orang (82,19%) responden yang memiliki Hasil uji multivariat diketahui aspek
beban kerja berat memiliki kinerja baik. Hasil kompetensi merupakan variabel yang
analisis bivariate dengan chi-square didapat memiliki adjusted odds ratio terbesar yaitu
nilai p=0,94 ini menunjukkan tidak ada 65,38, menunjukkan bahwa kompetensi
hubungan bermakna antara beban kerja yang paling dominan mempengaruhi kinerja
dengan kinerja perawat di ruang Rawat Inap perawat pelaksana, yakni kompetensi baik
RSJ Provinsi Bali. Hal ini dipengaruhi adanya berpotensi memberikan kinerja baik sebesar
beberapa faktor yang menambah beban 65,38 kali dibandingkan dengan yang
kerja perawat, seperti jumlah perawat di kompetensinya kurang di ruang Rawat Inap
ruangan yang kurang memadai, tugas belum RSJ Provinsi Bali. Kompetensi kurang

Public Health and Preventive Medicine Archive 185 │ Desember 2015 │ Volume 3 │ Nomor 2 │
menunjukkan bahwa perawat kurang Keterbatasan lainnya adalah dalam hal
memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengumpulan data yang diisi sendiri oleh
sikap profesional dalam bekerja, sehingga responden dan peneliti adalah merupakan
kurang dalam menerapkan teori pada salah satu kepala ruangan di RS Jiwa Provinsi
pelaksanaan asuhan keperawatan dalam Bali, sehingga ada kemungkinan hal ini
keseharian serta dalam melaksanakan tugas menimbulkan adanya bias dalam hal
pokok dan fungsi, kurang pemahaman pengisian kuesioner oleh responden.
tentang ruang lingkup tugas yang harus
dilaksanakan, mengakibatkan terjadinya
Simpulan
stres kerja yang berdampak pada
menurunnya kinerja perawat dalam Kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit
memberikan asuhan keperawatan. Jiwa Provinsi Bali dijumpai dalam kategori
Kompetensi sangat dibutuhkan oleh baik. Kinerja perawat pelaksana
seorang perawat sebagai dorongan untuk berhubungan dengan kompetensi dan
meningkatkan gairah atau motivasi kerja. motivasi, tetapi tidak berhubungan dengan
Kinerja perawat timbul sebagai respon beban kerja.
efektif atau emosional terhadap tugas
pekerjaan yang dilakukan perawat.12 Jadi
Ucapan Terima Kasih
aspek kompetensi dan motivasi memegang
peranan sangat penting dalam hubungannya Penulis mengucapkan terima kasih kepada
untuk peningkatan kinerja perawat. 13 semua perawat pelaksana dan kepala
Kinerja perawat yang sudah baik dan ruangan yang telah berpartisipasi dalam
dijumpai tidak berhubungan dengan beban penelitian ini.
kerja maka hal-hal yang bisa disarankan
kepada pengelola rumah sakit adalah Daftar Pustaka
mempertahankan rasio perawat pelaksana
1. Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Dokumen RSJ
dengan jumlah pasien seperti saat penelitian
Provinsi Bali Tahun 2008. Bali: Rumah Sakit Jiwa
dilakukan, memperbaiki beberapa aspek Provinsi Bali; 2008.
asuhan keperawatan yang belum 2. Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Laporan Tahunan
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali Tahun 2014. Bali:
dilaksanakan sesuai SAK dan meningkatkan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali; 2014.
hubungan kolaborasi antara perawat dengan 3. Kementerian Kesehatan RI. Permenkes Nomor
1171 Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan
tenaga kesehatan lainnya, sehingga hal-hal
RI; 2011.
yang manghambat pelaksanaan kinerja 4. Wibowo. Manajemen Kinerja Edisi Ketiga. Jakarta:
perawat dapat diatasi. PT. Raja Grafindo Persada; 2012.
5. Kurniadi A. Manajemen Keperawatan Dan
Karena RSJ Provinsi Bali adalah satu- Prospektifnya. Teori, Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
satunya rumah sakit yang melayani Badan Penerbit FKUI; 2013.
6. Siwantara. Pengaruh Kompetensi Profesional dan
kesehatan jiwa di Bali, dan respondennya Motivasi Kerja serta Iklim Organisasi Terhadap
adalah semua perawat di RSJ Provinsi Bali Disiplin Kerja dan Kinerja Dosen Politeknik Negeri
maka hasil penelitian ini sudah Bali (tesis). Denpasar: Politeknik Negeri Bali; 2009.
7. Ardiana. Kompetensi UKM dan Pengaruhnya
mencerminkan keadaan di wilayah Bali, Terhadap Kinerja UKM di Surabaya (tesis).
tetapi tidak bisa digeneralisir ke wilayah lain Surabaya: Universitas Airlangga: 2010.
8. Jimat. Pengaruh Motivasi, Kompetensi dan
karena karakteristik responden dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di
lingkungan RSJ Provinsi Bali yang berbeda Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum
dengan rumah sakit jiwa di wilayah lainnya. Bangli (tesis). Denpasar: Universitas
Mahasaraswati; 2013.

Public Health and Preventive Medicine Archive 186 │ Desember 2015 │ Volume 3 │ Nomor 2 │
9. Nurnaningsih. Hubungan Beban Kerja Perawat
Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Dalam
Pemberian Pelayanan Kesehatan di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Islam Faisal Makassar (Tesis).
Makasar; 2012.
10. Minarsih. Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan
Produktivitas Kerja Perawat di IRNA Non Bedah
(Penyakit Dalam) RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2011 (tesis). Padang: Universitas Sumatera
Utara; 2011.
11. Nursalam. Manajemen Keperawatan Aplikasi
dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:
Salemba Medika; 2007.
12. Depkes RI. Rancangan Pedoman Pengembangan
Sistem Jenjang Karir Profesional Perawat. Jakarta:
Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik
Dirjen Yan Med Depkes RI; 2004.
13. Keliat, B.A. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta: EGC; 2009.
14. Mangkunegara. Evaluasi Kinerja Sumber Daya
Manusia, Cetakan Pertama. Bandung: PT.
Refikaditama; 2007.

Public Health and Preventive Medicine Archive 187 │ Desember 2015 │ Volume 3 │ Nomor 2 │
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PERAWAT RUMAH
SAKIT JIWA PROF. Dr. V.L RATUMBUYSANG
Inri Wungow*, Lery F.Suoth*, OksfrianiJ.Sumampow*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK
Stres kerja dan beban kerja merupakan masalah umum saat ini dalam dunia kerja. Observasi awal, perawat
dalam menangani pasien sakit mental dengan kepribadian psikis yang berbeda. Hal tersebut bisa
menyebabkanbeban kerja dan stres kerja perawat rumah sakit. Dalam penelitian ini menjadi tujuan untuk
mengetahui beban kerja dan stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang. Penelitian
ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional study. Dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang pada bulan September-Oktober 2018. Populasi dalam penelitian seluruh perawat
yang merawat pasien rawat inap di 10 ruangan. Teknik pengambilan sampel purposive sampling, diperoleh 35
perawat sebagai sampel dalam penelitian ini.Variabel penelitian stres kerja sebagai variabel terikat dan beban
kerja sebagai variabel bebas. Pengukuran stres kerja menggunakan kuesioner. Pengukuran beban kerja
menggunakan rumus beban kerja dari (BSN) (SNI, 2009). Berdasarkan hasil penelitian diketahui 60,0%
memiliki beban kerja yang ringan. Dan tingkat stres kerja yang tinggi 68,6%. Hasil uji spearman rank yaitup-
value=0,123 dan nilai r=-201 hasil dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan antara beban kerja dan stres
kerja. Sehingga perlu adanya manajemen rumah sakit di setiap ruangan mencegah terjadinya beban kerja dan
stres kerja pada perawat. perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui factor penyebab stres kerja
tinggi di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang.

Kata Kunci : bebankerja, streskerja

ABSTRACT
Work stress and workload are common problems nowadays in the world of work. Preliminary observations,
nurses are dealing with mentally ill patients with different psychic personalities. That can lead to workload and
work stress of nurses in the hospital. In this study, the aim is to find out the workload and work stress of nurses
at Psychiatric Hospital of Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang. This research is the observational study with cross-
sectional study design. It was implemented at Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Physiciatric Hospital on September-
October 2018. The population of the study was whole nurses who treated inpatients in 10 rooms. Purposive
sampling technique was taken, 35 nurses were obtained as samples in this study. Job stress variables as
dependent variables and workload as independent variables. Job stress measurement used questionnaire. The
measurement of workload used the workload formula (BSN) (SNI, 2009). Based on the results of the study it was
found that 60.0% had a low workload rate and a high job stress rate of 68.6%. The result of the Spearman Rank
test is p-value = 0.123 and the value of r = -201, the result showed there was no relation between workload and
work stress. So that, hospital management is needed in each room to prevent workload and work stress on
nurses. The further research is needed to find out the factors that cause high job stress at Prof. Dr. V.L.
Ratumbuysang Psychiatric Hospital.

Keywords : Workload, Work stress

PENDAHULUAN wajib menaati standar kesehatan kerja


Upaya kesehatan kerja ditunjukan untuk tersebut. Pengelolaan tempat kerja wajib
melindungi pekerja agar hidup sehat dan bertanggung jawab atas kecelakaan kerja yang
terbebas dari gangguan yang diakibatkan oleh terjadi dilingkungan kerja sesuai dengan
pekerja. Pemerintah sudah menetapkan standar ketentuan peraturan perundang-undangan (UU
kesehatan kerja. Pengelolaan tempat kerja

Hubungan Antara Beban Kerja Dan Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V.L Ratumbuysang
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supardi
164). (2007) didapatkan bahwa kondisi kerja
Stres merupakan masalah umum yang terjadi memperlihatkan kontribusi paling besar
pada kehidupan moderen saat ini, termasuk terhadap terjadinya stres kerja kemudian tipe
stres yang berhubungan dengan pekerjaan kepribadian dan beban kerja. (Supardi, 2007)
(ILO, 2016). Stres kerja dapat menjadi risiko Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun
bagi kesehatan dan keselamatan pekerja ketika psikis atau mental. Akibat beban kerja yang
pekerjaan yang dilakukan melebihi kapasitas, terlalu berat atau kemampuan fisik yang
sumber daya dan kemampuan pekerja terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang
dilakukan secara berkepanjangan (ILO, 2016). pekerja menderita gangguan atau penyakit
Menurut Losyk dalam Jojang (2015) bahwa akibat kerja. Beban kerja merupakan frekuensi
Northwestern National Life Insurance pernah kegiatan rata-rata dari masing-masing
melakukan penelitian tentang dampak stres pekerjaan dalam jangka waktu tertentu.
ditempat kerja, kesimpulannya yaitu satu juta (Irwandy, 2007)
absensi ditempat kerja berkaitan dengan Dalam penelitian tentang beban kerja dan stres
masalah stres, 27% mengatakan bahwa aspek kerja dari Rahmatia Sari (2016) Stres kerja
pekerjaan menimbulkan stres paling tinggi adalah pola reaksi psikologis, emosional,
dalam hidup para pekerja, 46% menganggap kognitif dan perilaku terhadap beberapa aspek
tingkat stres kerja sebagai tingkat stres yang kerja, organisasi kerja, dan lingkungan kerja.
sangat tinggi, satu pertiga pekerja berniat (Sari, 2016)
untuk langsung mengundurkan diri karena Hasil penelitian pada perawat disalah satu
stres dalam pekerjaan dan 70% berkata stres rumah sakit Taiwan bahwa dari 775 tenaga
kerja telah merusak kesehatan fisik dan kesehatan, terdapat 64,4% pekerja mengalami
Psychiatric pekerja. Sedangkan faktor yang kegelisahan, 33,7% mengalami mimpi buruk,
mempengaruhi beban kerja perawat dan bisa 44,1% mengalami gangguan iritabilitas, 40,8%
mengakibatkan terjadinya stres kerja adalah mengalami sakit kepala, 35% mengalami
kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah insomnia dan 41,4% mengalami gangguan
rata-rata jam perawatan yang di butuhkan gastrointestinal. (Tsai & Lu, 2012).
untuk memberikan pelayanan langsung pada
pasien melebihi dari kemampuan seseorang, METODE PENELITIAN
keinginan untuk berprestasi kerja, tuntutan Penelitian ini merupakan penelitian
pekerjaan tinggi serta dokumentasi asuhan observasional dengan menggunakan desain
keperawatan (Munandar, 2008). cross sectional study (studi potong lintang).
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa

Hubungan Antara Beban Kerja Dan Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V.L Ratumbuysang
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

Prof. dr. V. L. Ratumbuysang pada bulan HASIL DAN PEMBAHASAN


September-Oktober 2018. Karakteristik responden yang terdapat dalam
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh penelitian ini meliputi umur dan masa kerja.
perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Karakteristik responden tersebut dapat dilihat
Ratumbuysang yang merawat pasien rawat pada tabel distribusi frekuensi dibawah ini.
inap di 10 ruangan dengan jumlah 92 perawat.
Berdasarkan berdasarkan kriteria inklusi dan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
eksklusi maka diperoleh 35 perawat sebagai Berdasarkan Umur
sampel dalam penelitian ini. Variable dalam Umur n %
penelitian ini yaitu stres kerja sebagai variabel 30-40 tahun 19 54.3
terikat dan beban kerja sebagai variabel bebas. 41-50 tahun 14 40,0
Analisis yang di gunakan dalam penelitian ini >50 tahun 2 5,7
adalah analisis Unvariat dan Bivariat. Analisis Total 35 100
bivariat ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara beban kerja dengan stress Berdasarkan data pada Tabel diatas dapat
kerja perawat di rumah sakit jiwa Prof Dr. V. dilihat bahwa kelompok umur tertinggi berada
L. Ratumbuysang. Penelitian ini menggunakan pada kelompok umur 30-40 tahun yang
uji Spearman rank pada tingkat kepercayaan berjumlah 19 responden (54,3 %). Distribusi
95% (α = 0,05). Spearman rank merupakan uji karakteristik responden berdasarkan masa
non parametris yang digunakan untuk kerja dapat dilihat pada tabel 2.
mengetahui kesesuaian antara 2 subjek. Sifat
hubungan kedua variabel ini adalah simetris, Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden
bukan resiprocal. Dalam penelitian ini uji Menurut Masa Kerja
Spearman digunakan untuk mencari hubungan Masa Kerja n %
dan menguji signifikansi hipotesis asosiatif 5-10 tahun 18 51,4
antara beban kerja dengan stress kerja dengan 11-16 tahun 15 42,9
syarat data harus berskala ordinal. Karena >16 tahun 2 5,7
digunakan pada data beskala ordinal, maka Total 35 100
sebelum dilakukan pengelolahan data, data
kuantitatif yang akan dianalisis perlu disusun Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat masa
dalam bentuk ranking. kerja responden yang tertinggi adalah 5 tahun
sebanyak 18 responden atau sebesar (51,4 %)

Hubungan Antara Beban Kerja Dan Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V.L Ratumbuysang
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

ANALISIS UNIVARIAT stres kerja yang tinggi dengan persentase


Analisis univariat atau data satu variabel, 68,6%.
merupakan teknik menganalisa data yang
dilakukan pada setiap variabel penelitian. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Variabel Bebas
Dalam penelitian ini terdapat variabel terikat (Independent) Beban Kerja
yaitu stres kerja dengan variabel bebas beban Beban Kerja n %
kerja pada perawat RSJ. Prof. Dr. VL. Ringan 21 60,0
Ratumbuysang. Sedang 14 40,0
Total 35 100
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel Terikat
(Dependent) Stres Kerja Pada tabel diatas melalui pengukuran beban
Stres Kerja n % kerja dengan menggunakan penilaian beban
Sedang 11 31,4 kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori
Tinggi 24 68,6 menurut pengeluaran energi dapat dilihat
Total 35 100 sebanyak, 21 responden dengan persentase
60,0% memiliki beban kerja yang ringan.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan
sebanyak 24 responden mengalami tingkat

Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat stres kerja dan beban kerja pada perawat RSJ.
kemungkinan adanya hubungan antara Prof. Dr. VL. Ratumbuysang.
variabel bebas (independent) dengan variabel Hubungan Antara Beban Kerja dengan Stres
terikat (dependent). Dalam penelitian ini, yaitu Kerja pada perawat RSJ. Prof. Dr. VL.
untuk melihat ada tidaknya hubungan antara Ratumbuysang.

Hubungan Antara Beban Kerja Dan Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V.L Ratumbuysang
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

Tabel 5. Hubungan Antara Beban Kerja dengan Stres Kerja pada perawat RSJ. Prof. Dr. VL.
Ratumbuysang

Tabel 5. menunjukan bahwa dari 35 Diketahui bahwa sebanyak 40 % memiliki


responden yang mengalami beban kerja ringan beban kerja yang sedang dan 60 % memiliki
dan tingkat stres kerja sedang sebanyak 5 beban kerja yang ringan. Perawat dengan
responden (14,3%), dan sebanyak 16 beban kerja sedang rata rata berada pada umur
responden dengan persentase 45,7% 40 tahun kebawah dan memiliki tugas untuk
mengalami beban kerja ringan dan stres kerja melakukan pelayanan kesehatan pada pasien
yang berat, kemudian responden yang yang ada. Selain melakukan pelayanan
mengalami beban kerja sedang dan stres kerja kesehatan, perawat yang memiliki beban kerja
sedang sebanyak 6 responden (17,1%), serta 8 sedang juga membantu fungsi manajemen dan
responden (22,9%) mengalami beban kerja administrasi di rumah sakit Perawat yang
sedang dan tingkat stres kerja yang berat. memiliki beban kerja sedang juga bertugas
Berdasarkan hasil uji bivariat melalui uji untuk memberikan penyuluhan atau
spearman rank didapatkan p-value=0,123 dan penjelasan/informasi tentang kesehatan bagi
nilai r=-201 sehingga dapat dijelaskan bahwa pasien dan keluarga. Perawat yg mengalami
korelasi antara beban kerja dan stres kerja beban kerja ringan rata rata perawat yang
pada perawat RSJ. Prof. Dr. VL. berada pada umur diatas 40 tahun dan masa
Ratumbuysang tidak terdapat hubungan, dan kerja lebih dari 10 tahun. Perawat yang
nilai korelasi sebesar -,201 yang menunjukan memiliki beban kerja ringan hanya melakukan
bahwa arah korelasi adalah negatif dengan fungsi kontrol dan pengawasan pada pekerjaan
kekuatan korelasi yang rendah. pelayanan kesehatan. Perawat dengan beban

Hubungan Antara Beban Kerja Dan Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V.L Ratumbuysang
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

kerja ringan memiliki masa kerja yang lama Lokasi lingkungan rumah sakit yang dekat
sehingga sudah memiliki pengalaman dan dengan jalan raya mengakibatkan lingkungan
kemapuan dalam bertugas di rumah sakit. kerja di rumah sakit menjadi bising sehingga
Faktor yang mempengaruhi beban kerja pada dalam melakukan pekerjaan sering terganggu.
perawat antara lain kondisi pasien yang selalu lokasi tempat kerja yang kecil dan pengap
berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dan
dibutuhkan untuk memberikan pelayanan faktor-faktor lain sehinga memicu stres dari
langsung pada pasien melebihi dari lingkungan kerja itu sendiri. Pada perawat
kemampuan seseorang. Sesuai hasil yang mengalami stres kerja sedang disebabkan
pengukuran beban kerja pada perawat Rumah beberapa faktor yaitu kurangnya kerjasama
Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang. yang baik antar perawat juga dengan kepala
Dapat dilihat 60% memiliki beban kerja ruangan dalam melakukan tindakan medis,
ringan, pengukuran tersebut mengukur beban keterbatasan perlengkapan dan peralatan
kerja fisik pada perawat RSJ Prof. Dr. V. L. dalam melaksanakan tugas, tuntutan dari
Ratumbuysang. Berdasarkan hasil pengukuran keluarga pasien diluar kemampuan perawat
beban kerja maka dapat diketahui juga kesulitan dalam mengatur waktu istirahat
terpenuhinya tingkat kebutuhan kalori karena kurangnya tenaga.
terhadap pengeluaran energi. (Munandar, Beban kerja yang ringan pada perawat RSJ.
2008). Prof. Dr. VL. Ratumbuysang memberikan
Perawat yang memiliki stres kerja yang tinggi gambaran kemampuan tiap perawat dalam
mengalami masalah dalam komunikasi antar menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
perawat. Seringkali kepala ruangan kurang Namun dalam perhitungan stres kerja,
memberikan penghargaan atas hasil kerja dari mengalami stres kerja yang tinggi. Tidak
perawat yang ada. Sehingga perbedaan diketahui secara pasti apa yang menyebabkan
pendapat dalam melaksanakan tugas sering terjadinya stres kerja yang tinggi dengan
terjadi. Faktor lain juga yang berpengaruh beban kerja yang ringan .
dalam menyebabkan tingkat stres kerja yang Hasil ini sejalan dengan penelitian dari
tinggi ialah kurangnya kerjasama dari perawat Kurnia, 2012 pada Perawat di Instalasi Gawat
lain ketika mengalami kesulitan dalam Darurat (IGD) RSUD Cianjur dengan hasil
menghadapi pasien. Dalam situasi ini perawat dengan beban kerja fisik ringan
perbedaan pendapat dalam penanganan pasien 96,2%, beban kerja mental tinggi 70,1% dan
tidak bisa dihindari sehingga mengakibatkan tidak mengalami stres kerja 70,1%. Hasil
stres dalam kerja. analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada

Hubungan Antara Beban Kerja Dan Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V.L Ratumbuysang
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

hubungan beban kerja fisik (p=0,322). Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang dapat


(Kurnia, 2012) diketahui ada 60% yang memiliki beban
Berbeda dengan Hasil penelitian yang kerja ringan.
didapatkan Haryanti, 2013 pada perawat di 2. Berdasarkan pengujian yang dilakukan
instalasi gawat darurat RSUD Kabupaten terhadap perawat di Rumah Sakit Jiwa
Semarang yaitu beban kerja perawat sebagian Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang dapat
besar adalah tinggi yaitu sebanyak 27 diketahui ada 68,6 % yang memiliki
responden (93,1%). Stres kerja perawat tingkat stres kerja tinggi.
sebagian besar adalah stres sedang sebanyak 3. Tidak terdapat hubungan antara beban
24 responden (82,8%). Sehingga hubungan kerja dan stress kerja perawat di Rumah
antara beban kerja dengan stres kerja pada Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang.
perawat dengan p value 0,000 (α: 0,05).
(Haryanti, 2013) SARAN
Dalam Penelitian yang dilakukan oleh 1. Perlu perbaikan, pengaturan dan
Erdius, 2017 pada instalasi rawat inap dan penegasan kembali dalam pelaksanaan
instalasi gawat darurat rumah sakit dr. H. tugas pelayanan kesehatan perawat dan
Mohamad Rabain Muara Enim. Tidak manajemen serta pendekatan membangun
ditemukan hubungan antara beban kerja fisik kerja sama yang baik antar
dan mental terhadap stres kerja perawat rumah perawat,pimpinan dan pasien di Rumah
sakit dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim. Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang.
Menurut peneliti hal ini disebabkan oleh 2. Pihak pimpinan Rumah Sakit Jiwa Prof.
karena sebagian besar SDM perawat di rumah Dr. V. L. Ratumbuysang perlu melakukan
sakit Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim rotasi diruangan-ruangan yang ada untuk
sudah memiliki kompetensi yang baik. mencegah kejenuhan apabila terlalu lama
Semakin baik kompetensi seorang perawat, bekerja diruangan yang sama.
maka akan semakin baik pula perawat 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mempersepsikan beban kerja mental.(Erdius, untuk mengetahui faktor faktor penyebab
2017) stres kerja tinggi perawat di Rumah Sakit
Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat DAFTAR PUSTAKA
ditarik kesimpulan yaitu: ILO. 2016. Psychosicoal Risk and Work-
related Stress
1. Berdasarkan pengujian yang dilakukan
terhadap perawat di Rumah Sakit Jiwa

Hubungan Antara Beban Kerja Dan Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V.L Ratumbuysang
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

ILO. 2016. Workplace stress: a collective


challenge
Jojang H. 2015. Hubungan Antara Shift Kerja
Dan Kepuasan Kerja Dengan Stres.
Skripsi
Irwandy. 2007. Faktor-faktor yang
Berhubungan Dengan Beban Kerja di
Unit Rawat Inap RS Jiwa Makassar
Tahun 2006. Makasar
Munandar, A.S. 2008. Psikologi Industri dan
Organisasi. Jakarta: Universitas
Indonesia
Supardi, 2007. Analisa Stres Kerja Pada
Kondisi Dan Beban Kerja Perawat
Dalam Klasifikasi Pasien Di Ruang
Rawat Inap Rumkit TK II Putri Hijau
Kesdam I/BB Medan
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi.
Yogyakarta: Andi Offset
Tsai,Lu, 2012. Beban kerja mengakibatkan
stress kerja dan mengganggu
kesehatan pekerja.
Undang No.36 tahun 2009. Tentang krsehatan
pasal 164.

Hubungan Antara Beban Kerja Dan Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V.L Ratumbuysang

Anda mungkin juga menyukai