Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian integral dari

pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan nasional, yang dilakukan dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya anak. Upaya promotif

dan preventif dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan anak adalah

dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat agar terhindar dari

berbagai penyakit menular maupun tidak menular (Purwandari, 2016).

Sampai saat ini permasalahan kesehatan semakin kompleks terutama

penyakit berbasis lingkungan yakni salah satunya penyakit kulit yang banyak

menyerang anak-anak dan orang dewasa penyakit dermatitis banyak

ditemukan terutama yang kebersihan tidak baik. Penyakit infeksi dermatitis

merupakan penyakit kulit yang umumnya dapat terjadi secara berulang-ulang

terhadap seseorang dalam bentuk peradangan kulit (epidermis dan dermis)

sebagai respon pengaruh faktor eksogen dan faktor endogen yang

menimbulkan kelainan klinis berupa eflo-resesi polimorfik (eritema, edema,

paul, skuama, likemifiksasi) dan keluhan gatal (Alini, 2018).

Dematitis kontak alergi meliputi kelainan kulit yang terjadi pada

seseorang yang mengalami sensitifitas terhadap bahan-bahan yang memiliki

sifat alergan. Banyak faktor penyebab timbulnya penyakit dermatitis,

diantaranya ada yang berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia, fisik
2

(sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri dan jamur) dan ada pula yang berasal

dari dalam (endogen), umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan,

sumber air, tempat tinggal dan waktu kejadian merupakan bagian faktor

risiko/penyebab yang dapat menjadi faktor pendukung seseorang muda untuk

terinfeksi penyakit kulit dermatitis. Selain itu faktor lain yang dapat

menyebabkan terjadinya dermatitis adalah Direct Causes (faktor langsung),

yaitu berupa bahan kimia Indirect Causes (faktor tidak langsung) yaitu

meliputi penyakit yang telah ada sebelumnya, usia, lingkungan dan personal

hygiene (Kristanti dkk, 2019).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jesika dkk (2016), mengenai

hubungan jenis sumber air dan personal hygiene dengan kejadian penyakit

dermatitis di Desa Kedungrangu Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas

yang menyimpulkan bahwa jenis sumber air dapat menjadi salah satu faktor

penyebab dermatitis.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Kristanti dkk (2019),

mengenai hubungan kualitas fisik air dan personal hygiene dengan kejadian

dermatitis kontak alergi yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan

kualitas fisik air (warna, bau, kekeruhan) dengan kejadian dermatitis kontak

alergi dan ada hubungan personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak

alergi.

Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013

serta surveilans di Amerika menyebutkan bahwa 80% penyakit kulit akibat

kerja adalah dermatitis kontak. Di antara dermatitis kontak, dermatitis kontak


3

iritan menduduki urutan pertama dengan 80% dan dermatitis kontak alergi

menduduki urutan kedua dengan 14%-20% (Sarfiah dkk, 2016).

Prevelensi dermatitis pada Negara berkembang dapat berkisar antara

20-80% kejadian penyakit di Indonesia masih tergolong tinggi dan menjadi

permasalahan kesehatan yang cukup berarti. Berdasarkan data gambaran

kasus penyakit kulit dan sub kutan lainnya merupakan peringkat ketiga dari

10 penyakit dengan 86% dari kasus penyakit kulit dibeberapa Rumah Sakit

Umum di Indonesia tahun 2017 (Kemenkes, 2017) (dalam Nuradilah Syarif,

dkk 2017).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 prevelensi nasional

dermatitis adalah 6,8% (berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 13

provinsi mempunyai prevelensi dermatitis di atas prevalensi nasional yaitu,

Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan,

Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, Di Yogyakarta, Jawa Tengah,

Jawa Barat, Jakarta, Bangka Belitung, Nanggroe Aceh Darussalam, dan

termasuk Sumatera Barat (Riskesdas, 2018).

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, ada

sebanyak 8.076 kasus dermatitis pada tahun 2016, dibandingkan dengan

7.487 pada tahun 2015. Selain itu, banyak kasus dermatitis dialami oleh

petani yang bekerja di ladang dan perkebunan. Berdasarkan data dari Pusat

Kesehatan Meureubo, jumlah kasus dermatitis pada petani pada 2014 adalah

364, yang meningkat menjadi 1.854 kasus pada 2015 dan 2.794 kasus pada

2016 (Dinkeskab Aceh Barat, 2017).


4

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Aceh Timur pada tahun 2019

Dermatitis Alergi termasuk nomor 4 penyakit terbesar rawat jalan dengan

jumlah kasus 30,899 orang di FKTP(Puskesmas) seluruh Kabupaten Aceh

Timur.(Dinkeskab. Aceh Timur, 2019).

Adapun berdasarkan data awal yang diperoleh peneliti dari Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Peureulak Barat pada tahun 2018 penyakit dermatitis

alergi termasuk nomor 1 terbesar dengan jumlah kasus 3483 orang, dan pada

Tahun 2019 terjadi peningkatan pada penyakit dermatitis alergi sebanyak

3492 kasus. Adapun jumlah penyakit dermatitis alergi perdesa di wilayah

kerja UPTD Puskesmas Peureulak Barat yang tertinggi adalah desa Beusa

Seberang pada tahun 2019 sebanyak 638 orang dan pada tahun 2020 bulan

januari sampai dengan maret sebanyak 42 kasus. (UPTD Puskesmas

Peureulak Barat).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan personal hygiene dan sumber air

dengan kejadian dermatitis kontak alergi di Desa Beusa Seberang Kecamatan

Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur 2020.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah

Hubungan Personal Hygiene Dan Sumber Air Dengan Kejadian

Dermatitis Kontak Alergi di Desa Beusa Seberang Kecamatan Peureulak

Barat Kabupaten Aceh Timur 2020?”


5

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan personal

hygiene dan sumber air dengan kejadian dermatitis kontak alergi di Desa

Beusa Seberang Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur 2020.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi hubungan personal hygiene dengan kejadian

dermatitis kontak alergi di Desa Beusa Seberang Kecamatan Peureulak

Barat Kabupaten Aceh Timur 2020.

b. Mengidentifikasi hubungan sumber air dengan kejadian dermatitis

kontak alergi di Desa Beusa Seberang Kecamatan Peureulak Barat

Kabupaten Aceh Timur 2020.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Institusi Pendidikan

Menambah sumber perpustakaan di STIKes Bustanul Ulum Langsa

mengenai hubungan personal hygiene dan sumber air dengan kejadian

dermatitis kontak alergi yang dapat digunakan bagi penelitian selanjutnya

dan dijadikan bahan masukan untuk proses penerapan berpikir alamiah

dalam memahami dan menganalisis suatu masalah yang terjadi di lapangan

serta untuk meningkatkan mutu pendidikan.

1.4.2. Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi pemberi pelayanan kesehatan

khususnya petugas kesehatan lingkungan agar meningkatkan penyuluhan


6

kesehatan dengan meningkatkan kerja sama dengan pemerintah desa

Beusa Seberang dalam hal kesehatan, yang dibantu oleh kader desa

mengenai kesehatan sanitasi lingkungan untuk mengatasi dan mencegah

penyakit berbasis lingkungan.

1.4.3. Penelitian Keperawan

Sebagai bahan masukan masukan yang berguna bagi peneliti lain

yang ingin melakukan penelitian mengenai hubungan personal hygiene

dan sumber air dengan kejadian dermatitis kontak alergi dengan analisa

data yang berbeda untuk meningkatkan kontribusi dalam bidang

pendidikan tentang program keperawatan kesehatan berbasis lingkungan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari luasnya permasalahan dan mengingat

terbatasnya biaya, penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu hanya

membahas tentang Hubungan Personal Hygiene dan Sumber Air dengan

Kejadian Dermatitis Kontak Alergi di Desa Beusa Seberang Kecamatan

Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur 2020.

1.6. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian terkait mengenai yang berhubungan dengan

Hubungan Personal Hygiene dan Sumber Air dengan Kejadian Dermatitis

Kontak Alergi, diantaranya adalah :

1. Niken (2018). Hubungan Kebersihan Perorangan, Alergi, Sanitasi Air

Bersih Dengan Kejadian Dermatitis Pada Nelayan Di Desa Pamandati


7

Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan. Metode Penelitian

yang digunakan adalah penelitian analitik observasional dengan design

Cross Sectional Study. Dimana hasil penelitian menyimpulkan bahwa

variable kebersihan perorangan, alergi dan sanitasi air bersih

berhubungan dengan kerjadian dermatitis pada nelayan.

2. Samuel (2019), Hubungan Pemanfaatan Air Sungai Dengan Kejadian

Gejala Dermatitis. Metode Penelitian yang digunakan adalah Analitik

dengan design Cross Sectional. Dimana hasil penelitian menyimpulkan

bahwa ada hubungan antara pemanfaatan air sungai dengan kejadian

gejala dermatitis.

3. Risky (2019), Hubungan Kualitas Air (pH) dan Personal Hygiene

dengan keluhan Penyakit Kulit di Desa Sumberrahayu Kecamatan

Moyudan Kabupaten Sleman Yogyakarta. Metode Penelitian yang

digunakan adalah Survei analitik dengan design penelitian cross

sectional. Dimana hasil penelitian menyimpulkan tidak ada hubungan

antara kualitas air (pH) dengan keluhan penyakit kulit dan ada

hubungan antara personal hygiene dengan keluhan penyakit kulit.

Anda mungkin juga menyukai