ke-21 dan prevalensi obesitas dari tahun ke tahun semakin meningkat (WHO, 2016). Masalah
obesitas pada anak secara global, sebagian besar terjadi pada keluarga yang berpenghasilan
rendah atau menengah, khususnya diperkotaan (Centers for Disease Control and Prevention,
2017).
Kebiasaan makan yang tidak baik seperti kelebihan makan makanan jajanan yang tinggi lemak,
tinggi gula, dan tinggi kalori serta kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan overweight atau
obesitas pada anak (Wansink, et al., 2013). Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara
kebiasaan jajan dengan berat badan anak pra sekolah (Habsiyah, 2015). Anak yang memiliki
kebiasaan jajan beresiko 7,012 kali lebih besar mengalami overweight/obesitas dibandingkan
anak yang tidak memiliki kebiasaan jajan (Mariza dan Aryu, 2012). Penelitian lain menunjukkan
bahwa ada hubungan antara frekuensi makan jajanan dengan kejadian overweight/obesitas pada
anak remaja usia 11 sampai 13 tahun (S. Bo, et al., 2014). Pola konsumsi makanan jajanan
menunjukkan prevalensi overweight/obesitas lebih tinggi pada anak yang mengkonsumsi 20%
kalori dari makanan jajanan dan anak yang konsumsi makanan jajanan >3 kali per hari (Simona,
et al., 2014).
Makanan jajanan yang mengandung lemak tinggi, tinggi gula, dan tinggi garam seperti cokelat,
keripik, kue, dan pastry dapat berkontribusi terjadinya overweight atau obesitas pada anak. Hal
ini akan berisiko terhadap kejadian penyakit degeneratif seperti hipertensi, hiperkolesterol,