STIMULASI SENSORI
PADA PENDERITA RETARDASI MENTAL
DI DESA SRIGONCO KECAMATAN BANTUR
Oleh:
Ifatul Khoiriah
NIM. 0910723003
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI SENSORI PADA PENDERITA RETARDASI MENTAL
DI DESA SRIGONCO KECAMATAN BANTUR
Oleh :
Ifatul Khoiriah
NIM. 0910723003
1.2 Tujuan
Tujuan umum TAK Stimulasi Sensori yaitu peserta dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi verbal dalam kelompok secara
bertahap. Sementara, tujuan khususnya adalah:
1. Peserta mampu mensensorikan stimulus yang dipaparkan
dengan tepat
2. Peserta mampu menyelesaikan masalah dari stimulus yang
dialami
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Klien
Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien
retardasi mental dan konsumen jiwa sehat yang mengalami
isolasi sosial untuk berkomunikasi secara verbal dengan
orang lain dalam kelompok secara bertahap
1.3.2 Manfaat Bagi Terapis
Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa
secara holistik
Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk
mengoptimalkan Strategi Pelaksanaan dalam implementasi
rencana tindakan keperawatan klien
1.3.3 Manfaat Bagi Puskesmas Srigonco
Sebagai masukkan dalam implementasi asuhan
keperawatan yang holistik pada pasien dengan Retardasi
Mental pada khususnya, sehingga diharapkan
keberhasilan terapi lebih optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Klasifikasi
Menurut nilai IQ-nya, maka intelegensi seseorang dapat
digolongkan sebagai berikut (Swaiman dikutip oleh Soetjiningsih, 1995:
1992):
a. Sangat superior (130 atau lebih).
b. Superior (120-129).
c. Diatas rata-rata (110-119).
d. Rata-rata (90-110).
e. Dibawah rata-rata (80-89).
f. Retardasi mental borderline (70-79).
g. Retardasi mental ringan (mampu didik) (52-69).
h. Retardasi mental sedang (mampu latih) (36-51).
i. Retardasi mental berat (20-35).
j. Retardasi mental sangat berat (dibawah 20).
Sedangkan menurut Asosiasi Retardasi Mental Amerika (The
American Association on Mental Retardation [AAMR]) dan PPDGJ-III
klasifikasi retardasi mental berdasarkan tingkat IQ adalah sebagai berikut:
retardasi mental ringan (50-69), retardasi mental sedang (35-49),
retardasi mental berat (20-34), retardasi mental sangat berat (di bawah
20).
Menurut Semiun (2006), anak-anak dengan IQ 51-69 dan usia
mental berkisar 6 atau 7 sampai 11 tahun disebut moron, anak-anak
dalam rentang IQ 25-50 dan rentang usia mental 3-6 atau 7 tahun disebut
imbisil, anak-anak dalam rentang IQ di bawah 25 dan usia mental 0-3
tahun disebut idiot.
Dari berbagai klasifikasi yang ditampilkan dapat disimpulkan bahwa
anak-anak dengan IQ kurang dari 70 disebut retardasi mental.
2.1.5 Terapi
Memberi layanan pembelajaran pada anak dengan retardasi
mental tentunya banyak menemui hambatan. Namun, ada banyak cara
yang bisa dicoba untuk memdudahkan hal tersebut, yaitu dengan
menggunakan terapi permainan. Ada beberapa peran terapi permainan
dalam pembelajaran, yaitu (Mulya, 2011):
a. Terapi permainan sebagai saranan pencegahan. Mencegah
kesulitan, menambah masalah, dan mencegah terhambatnya
proses pembelajaran.
b. Terapi permainan sebagai sarana penyembuhan. Dalam hal ini
terapi permainan dapat mengembalikan fungsi, psiko-terapi, fungsi
sosial, melatih komunikasi, dan lain-lain.
c. Terapi permainan sebagai saranan untuk mempertajam
penginderaan. Misalinya permainan sebagai sarana untuk
mengembangkan kepribadian.
d. Terapi permainan sebagai saran untuk melatih aktivitas dalam
kehidupan sehari-hari. Khususnya anak perempuan.
perilaku anak yang sulit, informasikan sarana pendidikan yang ada.
Respon maladaptive
Adalah respons yang diberikan individu yang menyimpang dari norma
social.
Manipulasi
Gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek.individu tersebut terdapat
membina hubungan sosial secara mendalam.
Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, penilaian yang buruk dan individu ini tidak dapat
diandalkan.
Narcisisme
Harga dirinya rapuh, secara terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian yang egosentris dan
pencemburu
A. Tujuan
Klien dapat menggunting gambar sesuai dengan bentuk gambar.
Klien dapat menempel hasil guntingan pada pola yang tersedia.
Klien dapat menyebutkan benda yang dimaksud.
Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain.
B. Sasaran
Kooperatif
C. Nama Klien
1. Obet
2. Umriyeh
3. Joko
4. Santo
5. Putri
6. Danang
7. Bagus
D. Setting
Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran
Ruangan nyaman dan tenang
E. MAP
K K
K
L
K K
K F
K K
K O
K
Keterangan :
L : Leader
O : Observer
F : Fasilitator
K : Klien
F. Alat
Gunting
Gambar
Lem
G. Metode
Dinamika kelompok
Diskusi dan tanya jawab
H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan masalah yang dirasakan.
3) Menanyakan penerapan TAK yang lalu.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu membaca cerita dan
menentukan isi cerita.
2) Menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
- Lama kegiatan 45 ment.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Bagikan kertas bergambar, gunting, lem, dan kertas untuk menempel
pada klien.
b. Klien menggunting gambar sesuai bentuk gambar.
c. Klien mencocokkan gambar yang digunting dengan pola di kertas
untuk menempel.
d. Klien menempelkan gambar.
e. Klien menyebutkan makna dari gambar.
f. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya.
g. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien memberi
pendapat.
h. Ulangi sampai semua klien mendapat kesempatan.
i. Beri kesimpulan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan menggunting dan
menempel dan mendiskusikannya pada orang lain.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi Sensori umum sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah
memberi pendapat tentang bacaan, memberi tanggapan terhadap pendapat
klien lain dan mengikuti kegiatan sampai selesai. Formulir evaluasi sebagai
berikut:
Sesi 1: TAK
1. Ketepatan menggunting
2. Ketepatan menempel
3. Menyebutkan makna gambar
3. Mengikuti kegiatan sampai selesai
Petunjuk:
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (+) jika
ditemukan pada klien atau (-) jika tidak ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada
Anak dan Remaja, Widya Medika, Jakarta.
Hendriani, Wiwin, Hadariyati, Ratih dan Sakti, Tirta Malia. Penerimaan Keluarga
terhadap Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental. Insan Vol.8
No.2, 2006.
Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang
Rentang Kehidupan, Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Hyun Sung Lim and Jae Won Lee. Parenting Stress and Depression among
Mothers of Children with Mental Retardation in South Korea: An
Examination of Moderating and Mediating Effects of Social Support.
Pacific Science Review, 2007; 9 (2): 150-159.
Mulya, Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Klasifikasi Anak
Tunagrahita, (Online), s(http://tunagrahita.com/2011/04/klasifikasi-anak-
tunagrahita/, diakses 10 Agustus 2011).