Anda di halaman 1dari 18

SYOK OBSTRUKTIF

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis

Dosen pembimbing :

Ns. Ahmat Pujianto, S. Kep., M. Kep

Kelompok 6 :

Ayu Karunia Utami 22020115140086


Cici Melati Nur K 22020115140065
Eriani Septia 22020115120017
Ika Rahmawati 22020115120005
Juro Haeni 22020115140096
Muliawati Nugrahaningtyas 22020115120047
Quthni Arviadi Sistama 22020115130106
Tiffani Erlita Sari 22020115130091
Yuni Purnama Sari 22020115130072

A.15.1
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

2017
Kasus 6
Seorang laki-laki usia 33 tahun dibawa ke unit gawat darurat setelah mengalami kecelakaan
lalu lintas. hasil pemeriksaan menunjukkan klien tidak responsif terhadap ransangan, tekanan
darah 60 mmHg/palpasi, frekuensi nadi 136x/menit, frekuensi pernapasan 40x/menit, kulit
pucat dan dingin, capilary refill >3 detik, nadi lemah dan hampir tidak teraba, ekspansi dada
tidak seimbang antara kanan dan kiri, bunyi nafas hilang dari paru sebelah kanan. hasil
rontgen menunjukkan adanya hemopneumotoraks disebelah kanan.

DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI

Syok Obstruktif

Syok adalah suatu kondisi gangguan hemodinamik dan metabolik yang terjadi ketika perfusi
jaringan tidak adekuat sehingga terjadi ketidakadekuatan aliran darah dan pengiriman
oksigen pada kapiler jaringan tubuh (Tambayong, 2000). Beberapa gejala yang muncul
akibat dari syok antara lain; hipotensi, takikardia, oliguria, kulit lembab, gelisah, dan
penurunan kesadaran. Syok biasanya muncul sebagai masalah dari suatu keadaan tertentu
seperti gagal jantung, hemoragi, dan gangguan neurologis.

Pada kasus nomor 6, gejala dan penyebab syok menunjukan bahwa syok yang terjadi adalah
syok obstruktif. Syok obstruktif timbul sebagai akibat obstruksi mekanis dari aliran balik
vena ke jantung akibat dari tamponade jantung atau tenakan pneumotoraks. Hal ini
menyebabkan aliran darah ke jantung tersumbat akibat dari diseksi aorta (Eliastam, dkk. 1998
).

Etiologi :

1. Tekanan pneumotoraks
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara bebas di dalam ruang pleura.
Sedangkan hematopneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya akumulasi darah
didalam ruang pleura. Menurut etiologinya pneumotoraks dapat terjadi spontan,
karena trauma, dan akibat tindakan medis (Cahyono & Rahmi, 2011).
Tekanan pneumotoraks dapat mengakibatkan syok karena aliran darah ke jantung
tersumbat oleh adanya darah atau udara bebas yang terakumulasi di rongga pleura
yang membuat tenanan cavum pleura semakin tinggi, hal ini akan mendorong jantung
sehingga vena cava akan tergencet. Vena cava yang tergencet dapat menyebabkan
syok karena menghambat darah yang masuk ke jantung.
2. Tamponade jantung
Tamponade jantung adalah kompresi akut pada jantung yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah dari atau cairan
dalam pericardium dari rupture jantung, trauma tembus, atau efusi yang progresif
(Ayu, 2011).
3. Emboli paru
Emboli paru (EP) merupakan kondisi tersumbatnya arteri paru. Material yang
menyumbat bisa saja sedangkan bekuan darah yang lepas dan berpindah ke bagian
tubuh yang lain, tumor, lemak, dan udara (Lesmana, 2010).

Tanda Gejala :

Menurut Eliastam, dkk. (1998) tanda gejala syok obstruktif meliputi :

1. Kulit dingin, lembab, dan pucat atau sianotik


Kulit yang dingin dan sianotik disebabkan oleh ketidakefektifan aliran darah ke
perifer, yang menyebabkan berkurangnya suplai darah sehingga menyebabkan
sianosis, dingin, dan lembab (Khoiriyah, 2014).
2. Bunyi jantung terdengar jauh , hilangnya bunyi napas unilateral, pergesekan trakea
dan mediastrinum dada
Meskipun pasien mengalami takikardi, namun nadi melemah sehingga bunyi jantung
terdengar jauh. Hilangnya bunyi napas unilateral terjadi karena tekanan negatif paru
tidak mampu untuk menggerakan dada sehingga tidak ada pergerakan pernapasan,
akibatnya bunyi napas hilang. Pergesekan mediastrinum dada dengan trakea terjadi
karena aliran darah ke jantung tersumbat karena adanya darah yang terakumulasi di
rongga pleura yang membuat tekanan cavum pleura semakin tinggi, sehingga
mediastrinum mendesak paru yang normal (bergesekan dengan trakea) (Khoiriyah,
2014).
3. Terdapat bendungan pada leher
Bendungan pada leher menunjukan adanya peningkatan JVP. Peningkatan JVP
merupakan tanda dari gagal jantung kanan (Tim Pelaksana Skill Labs, 2010) .
4. Takipnea, takikardi, hipotensi
Takipnea atau sesak napas disebabkan karena adanya darah yang terakumulasi pada
cavum pleura yang menyebabkan tekanan negatif pada cavum pleura berkurang, paru
akan sulit mengembang sehingga terjadi sesak napas. Frekuensi pernapasan noemal
pada orang dewasa adalah 12-20 x per menit (Muhlisin, 2017).
Takikardi atau denyut nadi yang meningkat disebabkan oleh cardiac output yang
menurun sehingga mengakibatkan meningkatnya denyut nadi.
Hipotensi terjadi akibat dari aliran darah ke jantung tersumbat karena adanya darah
yang terakumulasi di rongga pleura yang membuat tenanan cavum pleura semakin
tinggi, hal ini akan mendorong jantung sehingga vena cava akan tergencet. Akibat
dari vena cava yang tergencet, suplai darah ke jantung menurun, sehingga cardiac
output dalam tubuh akan turun juga. penurunan cardiac output mengakibatkan
menurunnya tekanan darah (Khoiriyah, 2014).
5. Meningkatnya pulsus paradoksus
Pulsus paradoksus yaitu denyut nadi yang menjadi semakin lemah selama inspirasi
bahkan menghilang sama sekali pada bagian akhir inspirasi untuk timbul kembali
pada saat ekspirasi. Nadi semacam ini menunjukkan adanya pericarditis konstriktiva
dan efusi perikardium (Lab Keterampilan Medik Unsoed, 2017).
Patofisiologi
INTEPRETASI TANDA DAN GEJALA PADA KASUS
1. Klien tidak responsif terhadap rangsang
Tidak respon terhadap rangsang bisa dikatakan sebagai penurunan kesadaran yang
terjadi pada klien. Penurunan kesadaran terjadi karena berkurangnya pasokan oksigen
ke otak. Pada syok obstruktif, terjadi penurunan tekanan darah sehingga pasokan
darah ke seluruh tubuh berkurang, termasuk ke otak.
2. Tekanan darah 60 mmHg/palpasi
Syok obstruktif menunjukan gejala hipotensi pada klien. Tekanan darah 60
mmHg/palpasi menunjukan hipotensi (normalnya 90/60 mmHg– 140/90 mmHg)
(Muhlisin, 2017). Hipotensi pada klien syok terjadi akibat dari aliran darah ke jantung
tersumbat karena adanya darah yang terakumulasi di rongga pleura yang membuat
tekanan cavum pleura semakin tinggi, hal ini akan mendorong jantung sehingga vena
cava akan tergencet. Akibat dari vena cava yang tergencet, suplai darah ke jantung
menurun, sehingga cardiac output dalam tubuh akan turun juga. penurunan cardiac
output mengakibatkan menurunnya tekanan darah (Khoiriyah, 2014).
3. Frekuensi pernapasan 40x/menit
Karena adanya darah yang terakumulasi pada cavum pleura yang menyebabkan
tekanan negatif pada cavum pleura berkurang, paru akan sulit mengembang sehingga
terjadi sesak napas (Muhlisin, 2017).
4. Kulit pucat dan dingin
Akibat dari menurunnya tekanan darah, pasokan darah ke perifer menjadi berkurang.
Hal ini menyebabkan kulit pucat dan dingin (Khoiriyah, 2014).
5. Capilary refill time >3 detik

Selain menyebabkan sianosis dan dingin, berkurangnya aliran darah ke perifer juga
menyebabkan meningkatnya capilary refill time (Khoiriyah, 2014).

6. Nadi lemah dan hampir tidak teraba


Penurunan tekanan darah juga mengakibatkan nadi melemah, bahkan sampai hilang.

7. Dada tidak seimbang antara kanan dan kiri menandakan adanya cairan
abnormal yang menumpuk pada cavum pleura dan menekan paru kanan,
sehingga tekanan negatif yang berfungsi untuk mengembangkan dada
sebelah kanan berkurang (Masyhudi, 2014).
8. Bunyi nafas hilang dari paru sebelah kanan merupakan tanda dan gejala
efusi pleura (Masyhudi, 2014).

9. Hasil rontgen menunjukkan adanya hemopneumotoraks disebelah kanan.


(Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis efusi pleura yakni dengan
melakukan x foto thorax posisi PA. Pada pasien denganabnormalitas isi cavum pleura
akan menunjukkan gambaran-gambaran abnormal. Pada penderita hemopneumotorak
terdapat abnormalitas isi cavum pleura berupa kombinasi darah dan gas) (Masyhudi,
2014).

Menurut Unsoed, 2005, hasil pemeriksaan fisik pada toraks dengan


hemopneumotoraks yaitu:
a. Inspeksi: terlihat ekspansi dada asimetris, tampak sesak napas, takipnea.
b. Palpasi: gerakan tangan pemeriksa yang diletakkan di bagian dada pasien naik
turun asimetris.
c. Perkusi: redup (dull), ada cairan di pleura
d. Auskultasi: bunyi napas hilang pada paru sebelah kanan.
Kasus 6
Seorang laki-laki usia 33 tahun dibawa ke unit gawat darurat setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. hasil pemeriksaan menunjukkan klien
tidak responsif terhadap ransangan, tekanan darah 60 mmHg/palpasi, frekuensi nadi 136x/menit, frekuensi pernapasan 40x/menit, kulit pucat dan
dingin, capilary refill >3 detik, nadi lemah dan hampir tidak teraba, ekspansi dada tidak seimbang antara kanan dan kiri, bunyi nafas hilang dari
paru sebelah kanan. hasil rontgen menunjukkan adanya hemopneumotoraks disebelah kanan.

A (airway) : bunyi nafas hilang dari paru sebelah kanan.


B (breathing) : frekuensi pernapasan 40x/menit,
C (circulation0 : frekuensi nadi 136x/menit, nadi lemah dan hampir tidak teraba, TD 60 mmHg, kulit pucat dan dingin, capilary refill >3
detik
D (disability) : klien tidak responsif terhadap ransangan
E (exposure) : ekspansi dada tidak seimbang antara kanan dan kiri
Pengkajian sekunder : hasil rontgen menunjukkan adanya hemopneumotoraks disebelah kanan
ANALISIS DATA
No. Tanggal Data fokus Masalah Etiologi Dx
dan jam

1 16 DO : Ketidakefektifan Hiperventilasi Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan


September pola napas hiperventilasi
2017
pukul 09. 1. frekuensi
30 pernapasan
40x/menit
2. bunyi nafas
hilang dari
paru sebelah
kanan.
3. ekspansi dada
tidak seimbang
antara kanan
dan kiri,

2. 16 DO : Penurunan Perubahan Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan


September curah jantung preload preload
2017
1. frekuensi nadi
pukul 09.
136x/menit
30
2. TD 60 mmHg
3. capilary refill
>3 detik,

3. 16 DO : Ketidakefektifan Kurang Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


September perfusi jaringan pengetahuan kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (trauma)
2017 perifer tentang faktor
pukul 09. 1. kulit pucat pemberat
30 dan dingin, (trauma)
2. capilary
refill >3 detik,

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan deformitas dinding dada
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (trauma)

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Tgl dan jam Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
. hasil

1. 16 Ketidakefekti Setelah dilakukan Perawatan Selang Dada ( 1872) Perawatan Selang Dada ( 1872)
September fan pola intervensi selama 2x24
1. Tentukan indikasi 1. Karena adanya udara atau cairan
2017 pukul napas jam diharapkan pola
dilakukannya pemasangan dirongga pleura
15.05 berhubungan napas klien menjadi
selang dada. 2. Mencegah terjadinya infeksi dan
dengan efektif
2. Pertahankan cuci tangan yang tetap menjaga kesterilan selama
deformitas
Kriteria hasil: benar sebelum, selama, dan melakukan tindakan pemasangan
dinding dada
setelah pemasangan ataupun WSD
1. Kesadaran
manipulasi selang. 3. Untuk mengetahui apakah
meningkat 3. Monitor terhadap adanya pemasangan selang WSD sudah
2. Frekuensi kebocoran udara yang tepat
pernapasan normal terdengar setelah pemasangan 4. Mengetahui apakah paru-paru
3. Irama pernapasan wsd. sudah reekpansi
normal 4. Catat timbulnya gelembung 5. Agar tidak terjadi kebocoran
yang terus menerus selama selang
inspirasi dan ekspirasi, 6. Untuk mengetahui ketepatan
mengindikasikan perburukan pemasangan selang
kondisi pasien atau adanya 7. Untuk mengetahui apakah ada
kesalahan pada sistem drainase luka disekitar area pemasangan
tertutup. selang
5. Pastikan bahwa semua selang 8. Untuk mengetahui apakah adanya
penghubung terpasang dengan penumpukan cairan di intrapelura
kencang dan terbungkus. 9. Untuk memantau jumlah cairan
6. Monitor hasil x-ray untuk yang dikeluarkan
posisi selang. 10. Untuk mengetahui adanya infeksi
7. Monitor terhadap adanya 11. Untuk menjaga kestrerilan dan
krepitus disekitar area mengetahui adanya infeksi
pemasangan selang dada. 12. Untuk menjaga kestrerilan dan
8. Observasi terhadap adanya mengetahui adanya infeksi
gejala akumulasi cairan 13. Supaya cairannya tetap mengalir
intrapleura. kebawah
9. Observasi volume, kekeruhan, 14. Supaya keluarga mengetahui cara
warna dan konsistensi drainase merawat tabung yang bener
paru-paru dan catat dengan
benar.
10. Observasi terhadap gejala
timbulnya infeksi.
11. Bersihkan area sekitar
pemasangan selang, sesuai
protokol institusi.
12. Ganti balutan sekitar selang
dada setiap 48-72 jam atau jika
diperlukan sesuai protokol
institusi.
13. Pastikan bahwa peralatan
Monitor Tanda-Tanda Vital (6680)
drainase selang dada tetap
berada pada posisi berdiri. 1. Untuk mengetahui tekanan darah,
14. Anjurkan pasien dan keluarga nadi, suhu, dan status pernapasan.
mengenai perawatan tabung 2. Untuk mengetahui irama dan
yang tepat. tekanan jantung
3. Untuk mengetahui adanya
kelainan pada jantung
Monitor Tanda-Tanda Vital
4. Untuk mengetahui irama dan laju
(6680) pernapasan
5. Untuk mengetahui adanya
1. Monitor tekanan darah, nadi,
kelainan pada paru-paru
suhu, dan status pernapasan.
6. Untuk mengetahui adanya
2. Monitor irama dan tekanan
kelainan pada paru-paru
jantung.
7. Untuk mengetahui apakah ada
3. Monitor nada jantung.
perubahan TTV
4. Monitor irama dan laju
pernapasan.
5. Monitor suara paru-paru.
6. Monitor pola pernapasan
abnormal.
7. Identifikasi penyebab
perubahan tanda-tanda vital.
2. 16 Penurunan Setelah dilakukan Manajemen Syok Jantung (4254) Manajemen Syok Jantung (4254)
September curah jantung intervensi selama 3x24
1. Monitor tanda-tanda penurunan 1. Untuk mengetahui
2017 pukul berhubungan jam diharapkan
curah jantung ketidakseimbangan perfusi
15.05 dengan
pompa jantung klien 2. Catat tanda dan gejala jaringan perifer
perubahan
efektif dengan kriteria penururnan curah jantung 2. Untuk mengetahui
preload
hasil : 3. Monitor ketidakadekuatan ketidakseimbangan perfusi
perfusi arteri koroner jaringan perifer
1. Tekanan darah
4. Berikan cairan IV 3. Untuk mempertahankan
sistol kembali 5. Berikan tambahan O2 keadekuatan perfusi jaringan
normal 4. Untuk menjaga agar tidak
terjadinya perubahan preload
(preload optimal)
5. Untuk memperbaiki status
oksigenasi klien dan memenuhi
kekurangan oksigen dan
menurunkan kerja jantung
3. 16 Ketidakefekti Setelah dilakukan Manajemen Syok (4250) Manajemen Syok (4250)
September fan perfusi intervensi selama 2x24
1. Memonitor TTV 1. Untuk mengetahui tekanan darah,
2017 pukul jaringan jam diharapkan pasien
2. Pertahankan kepatenan jalan nadi, suhu, dan status pernapasan.
15.05 perifer idak mengalami perfusi
napas sesuai kebutuhan 2. Untuk mempertahankan dan
berhubungan jaringan perifer
3. Memposisikan pasien supaya memelihara kepatenan jalan napas
dengan
Kriteria hasil: mendapatkan perfusi yang 3. Supaya aliran darah dapat
kurang
optimal dipompa keparu-paru oleh
pengetahuan 1. CRT normal ( < 2
ventrikel kanan melalui arteri
tentang faktor detik)
pulmonal
pemberat 2. Tekanan darah
(trauma) sistolik kembali
normal
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Anggia Cinta. (2011). Tamponade Jantung. Diakses dari :
https://www.scribd.com/doc/76445920/Tamponade-jantung . Pada : 17 September
2017
Eliastam, dkk. (1998). Buku Saku Penuntun Kedaruratan Medis. Jakarta : ECG
Khoiriyah, Ani. (2014). Patofisiologi Hemopneumotoraks. Diakses dari :
https://www.scribd.com/doc/222477894/patofisiologi-pneumotoraks . Pada : 17
September 2017
Lab Keterampilan Medik Unsoed. (2017). Pemeriksaan Fisik Kardiovaskuler. Diakses
dari : https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjy8
pjMzazWAhUHQI8KHbvqCLkQFggmMAA&url=http%3A%2F
%2Ffk.unsoed.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2Fimg%2Fmodul%2520labskill
%2Fmodul%2520ganjil%2520I%2FGanjil%2520I%2520-%2520pemeriksaan
%2520fisik%2520sistem
%2520kardiovaskuler.pdf&usg=AFQjCNGboS3aog0uHiP-vmlL9ld9SjOC6Q .
Pada : 17 September 2017
Lesmana, Vivi P. (2010). Emboli Paru. Laporan Kasus. Bagian Penyakit Dalam RS
Mitra Kemayoran, Jakarta
Masyhudi, ANF. (2014). Hubungan Jumlah Volume Drainase Water Sealed Drainage
dengan Kejadian Udema Pulmonum Re-ekspansi pada Pasien Efusi Pleura Masif.
Diakses pada 16 September 2017, dari:
http://eprints.undip.ac.id/44432/3/Akmal_Niam_Firdausi_M_22010110120139_Bab
2KTI.pdf
Muhlisin, Ahmad. (2017). TTV : Pemeriksaan dan Nilai. Diakses dari :
https://mediskus.com/dasar/tanda-tanda-vital-ttv-pemeriksaan-nilai-normal . Pada :
17 September 2017
Tambayong, Jan. (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : ECG
Tim Pelaksana Skill Labs. (2010). Penunrun Skill Labs : Kardiorespirasi. Padang :
Universitas Andalas
Unsoed. (2005). Modul SkillabA_Jilid 1 LAB Keterampilan Medik PPD Unsoed. Diakses
pada 16 September 2017, dari: FK.Unsoed.ac.id

Anda mungkin juga menyukai