SYOK OBSTRUKTIF - Pathway Beda Warna HASIL REVISI
SYOK OBSTRUKTIF - Pathway Beda Warna HASIL REVISI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis
Dosen pembimbing :
Kelompok 6 :
A.15.1
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
Kasus 6
Seorang laki-laki usia 33 tahun dibawa ke unit gawat darurat setelah mengalami kecelakaan
lalu lintas. hasil pemeriksaan menunjukkan klien tidak responsif terhadap ransangan, tekanan
darah 60 mmHg/palpasi, frekuensi nadi 136x/menit, frekuensi pernapasan 40x/menit, kulit
pucat dan dingin, capilary refill >3 detik, nadi lemah dan hampir tidak teraba, ekspansi dada
tidak seimbang antara kanan dan kiri, bunyi nafas hilang dari paru sebelah kanan. hasil
rontgen menunjukkan adanya hemopneumotoraks disebelah kanan.
Syok Obstruktif
Syok adalah suatu kondisi gangguan hemodinamik dan metabolik yang terjadi ketika perfusi
jaringan tidak adekuat sehingga terjadi ketidakadekuatan aliran darah dan pengiriman
oksigen pada kapiler jaringan tubuh (Tambayong, 2000). Beberapa gejala yang muncul
akibat dari syok antara lain; hipotensi, takikardia, oliguria, kulit lembab, gelisah, dan
penurunan kesadaran. Syok biasanya muncul sebagai masalah dari suatu keadaan tertentu
seperti gagal jantung, hemoragi, dan gangguan neurologis.
Pada kasus nomor 6, gejala dan penyebab syok menunjukan bahwa syok yang terjadi adalah
syok obstruktif. Syok obstruktif timbul sebagai akibat obstruksi mekanis dari aliran balik
vena ke jantung akibat dari tamponade jantung atau tenakan pneumotoraks. Hal ini
menyebabkan aliran darah ke jantung tersumbat akibat dari diseksi aorta (Eliastam, dkk. 1998
).
Etiologi :
1. Tekanan pneumotoraks
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara bebas di dalam ruang pleura.
Sedangkan hematopneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya akumulasi darah
didalam ruang pleura. Menurut etiologinya pneumotoraks dapat terjadi spontan,
karena trauma, dan akibat tindakan medis (Cahyono & Rahmi, 2011).
Tekanan pneumotoraks dapat mengakibatkan syok karena aliran darah ke jantung
tersumbat oleh adanya darah atau udara bebas yang terakumulasi di rongga pleura
yang membuat tenanan cavum pleura semakin tinggi, hal ini akan mendorong jantung
sehingga vena cava akan tergencet. Vena cava yang tergencet dapat menyebabkan
syok karena menghambat darah yang masuk ke jantung.
2. Tamponade jantung
Tamponade jantung adalah kompresi akut pada jantung yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah dari atau cairan
dalam pericardium dari rupture jantung, trauma tembus, atau efusi yang progresif
(Ayu, 2011).
3. Emboli paru
Emboli paru (EP) merupakan kondisi tersumbatnya arteri paru. Material yang
menyumbat bisa saja sedangkan bekuan darah yang lepas dan berpindah ke bagian
tubuh yang lain, tumor, lemak, dan udara (Lesmana, 2010).
Tanda Gejala :
Selain menyebabkan sianosis dan dingin, berkurangnya aliran darah ke perifer juga
menyebabkan meningkatnya capilary refill time (Khoiriyah, 2014).
7. Dada tidak seimbang antara kanan dan kiri menandakan adanya cairan
abnormal yang menumpuk pada cavum pleura dan menekan paru kanan,
sehingga tekanan negatif yang berfungsi untuk mengembangkan dada
sebelah kanan berkurang (Masyhudi, 2014).
8. Bunyi nafas hilang dari paru sebelah kanan merupakan tanda dan gejala
efusi pleura (Masyhudi, 2014).
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Tgl dan jam Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
. hasil
1. 16 Ketidakefekti Setelah dilakukan Perawatan Selang Dada ( 1872) Perawatan Selang Dada ( 1872)
September fan pola intervensi selama 2x24
1. Tentukan indikasi 1. Karena adanya udara atau cairan
2017 pukul napas jam diharapkan pola
dilakukannya pemasangan dirongga pleura
15.05 berhubungan napas klien menjadi
selang dada. 2. Mencegah terjadinya infeksi dan
dengan efektif
2. Pertahankan cuci tangan yang tetap menjaga kesterilan selama
deformitas
Kriteria hasil: benar sebelum, selama, dan melakukan tindakan pemasangan
dinding dada
setelah pemasangan ataupun WSD
1. Kesadaran
manipulasi selang. 3. Untuk mengetahui apakah
meningkat 3. Monitor terhadap adanya pemasangan selang WSD sudah
2. Frekuensi kebocoran udara yang tepat
pernapasan normal terdengar setelah pemasangan 4. Mengetahui apakah paru-paru
3. Irama pernapasan wsd. sudah reekpansi
normal 4. Catat timbulnya gelembung 5. Agar tidak terjadi kebocoran
yang terus menerus selama selang
inspirasi dan ekspirasi, 6. Untuk mengetahui ketepatan
mengindikasikan perburukan pemasangan selang
kondisi pasien atau adanya 7. Untuk mengetahui apakah ada
kesalahan pada sistem drainase luka disekitar area pemasangan
tertutup. selang
5. Pastikan bahwa semua selang 8. Untuk mengetahui apakah adanya
penghubung terpasang dengan penumpukan cairan di intrapelura
kencang dan terbungkus. 9. Untuk memantau jumlah cairan
6. Monitor hasil x-ray untuk yang dikeluarkan
posisi selang. 10. Untuk mengetahui adanya infeksi
7. Monitor terhadap adanya 11. Untuk menjaga kestrerilan dan
krepitus disekitar area mengetahui adanya infeksi
pemasangan selang dada. 12. Untuk menjaga kestrerilan dan
8. Observasi terhadap adanya mengetahui adanya infeksi
gejala akumulasi cairan 13. Supaya cairannya tetap mengalir
intrapleura. kebawah
9. Observasi volume, kekeruhan, 14. Supaya keluarga mengetahui cara
warna dan konsistensi drainase merawat tabung yang bener
paru-paru dan catat dengan
benar.
10. Observasi terhadap gejala
timbulnya infeksi.
11. Bersihkan area sekitar
pemasangan selang, sesuai
protokol institusi.
12. Ganti balutan sekitar selang
dada setiap 48-72 jam atau jika
diperlukan sesuai protokol
institusi.
13. Pastikan bahwa peralatan
Monitor Tanda-Tanda Vital (6680)
drainase selang dada tetap
berada pada posisi berdiri. 1. Untuk mengetahui tekanan darah,
14. Anjurkan pasien dan keluarga nadi, suhu, dan status pernapasan.
mengenai perawatan tabung 2. Untuk mengetahui irama dan
yang tepat. tekanan jantung
3. Untuk mengetahui adanya
kelainan pada jantung
Monitor Tanda-Tanda Vital
4. Untuk mengetahui irama dan laju
(6680) pernapasan
5. Untuk mengetahui adanya
1. Monitor tekanan darah, nadi,
kelainan pada paru-paru
suhu, dan status pernapasan.
6. Untuk mengetahui adanya
2. Monitor irama dan tekanan
kelainan pada paru-paru
jantung.
7. Untuk mengetahui apakah ada
3. Monitor nada jantung.
perubahan TTV
4. Monitor irama dan laju
pernapasan.
5. Monitor suara paru-paru.
6. Monitor pola pernapasan
abnormal.
7. Identifikasi penyebab
perubahan tanda-tanda vital.
2. 16 Penurunan Setelah dilakukan Manajemen Syok Jantung (4254) Manajemen Syok Jantung (4254)
September curah jantung intervensi selama 3x24
1. Monitor tanda-tanda penurunan 1. Untuk mengetahui
2017 pukul berhubungan jam diharapkan
curah jantung ketidakseimbangan perfusi
15.05 dengan
pompa jantung klien 2. Catat tanda dan gejala jaringan perifer
perubahan
efektif dengan kriteria penururnan curah jantung 2. Untuk mengetahui
preload
hasil : 3. Monitor ketidakadekuatan ketidakseimbangan perfusi
perfusi arteri koroner jaringan perifer
1. Tekanan darah
4. Berikan cairan IV 3. Untuk mempertahankan
sistol kembali 5. Berikan tambahan O2 keadekuatan perfusi jaringan
normal 4. Untuk menjaga agar tidak
terjadinya perubahan preload
(preload optimal)
5. Untuk memperbaiki status
oksigenasi klien dan memenuhi
kekurangan oksigen dan
menurunkan kerja jantung
3. 16 Ketidakefekti Setelah dilakukan Manajemen Syok (4250) Manajemen Syok (4250)
September fan perfusi intervensi selama 2x24
1. Memonitor TTV 1. Untuk mengetahui tekanan darah,
2017 pukul jaringan jam diharapkan pasien
2. Pertahankan kepatenan jalan nadi, suhu, dan status pernapasan.
15.05 perifer idak mengalami perfusi
napas sesuai kebutuhan 2. Untuk mempertahankan dan
berhubungan jaringan perifer
3. Memposisikan pasien supaya memelihara kepatenan jalan napas
dengan
Kriteria hasil: mendapatkan perfusi yang 3. Supaya aliran darah dapat
kurang
optimal dipompa keparu-paru oleh
pengetahuan 1. CRT normal ( < 2
ventrikel kanan melalui arteri
tentang faktor detik)
pulmonal
pemberat 2. Tekanan darah
(trauma) sistolik kembali
normal
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Anggia Cinta. (2011). Tamponade Jantung. Diakses dari :
https://www.scribd.com/doc/76445920/Tamponade-jantung . Pada : 17 September
2017
Eliastam, dkk. (1998). Buku Saku Penuntun Kedaruratan Medis. Jakarta : ECG
Khoiriyah, Ani. (2014). Patofisiologi Hemopneumotoraks. Diakses dari :
https://www.scribd.com/doc/222477894/patofisiologi-pneumotoraks . Pada : 17
September 2017
Lab Keterampilan Medik Unsoed. (2017). Pemeriksaan Fisik Kardiovaskuler. Diakses
dari : https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjy8
pjMzazWAhUHQI8KHbvqCLkQFggmMAA&url=http%3A%2F
%2Ffk.unsoed.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2Fimg%2Fmodul%2520labskill
%2Fmodul%2520ganjil%2520I%2FGanjil%2520I%2520-%2520pemeriksaan
%2520fisik%2520sistem
%2520kardiovaskuler.pdf&usg=AFQjCNGboS3aog0uHiP-vmlL9ld9SjOC6Q .
Pada : 17 September 2017
Lesmana, Vivi P. (2010). Emboli Paru. Laporan Kasus. Bagian Penyakit Dalam RS
Mitra Kemayoran, Jakarta
Masyhudi, ANF. (2014). Hubungan Jumlah Volume Drainase Water Sealed Drainage
dengan Kejadian Udema Pulmonum Re-ekspansi pada Pasien Efusi Pleura Masif.
Diakses pada 16 September 2017, dari:
http://eprints.undip.ac.id/44432/3/Akmal_Niam_Firdausi_M_22010110120139_Bab
2KTI.pdf
Muhlisin, Ahmad. (2017). TTV : Pemeriksaan dan Nilai. Diakses dari :
https://mediskus.com/dasar/tanda-tanda-vital-ttv-pemeriksaan-nilai-normal . Pada :
17 September 2017
Tambayong, Jan. (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : ECG
Tim Pelaksana Skill Labs. (2010). Penunrun Skill Labs : Kardiorespirasi. Padang :
Universitas Andalas
Unsoed. (2005). Modul SkillabA_Jilid 1 LAB Keterampilan Medik PPD Unsoed. Diakses
pada 16 September 2017, dari: FK.Unsoed.ac.id