1386 Otitis Media
1386 Otitis Media
PENDAHULUAN
Otitis media merupakan salah satu penyebab utama gangguan pendengaran dan
ketulian, bahkan dapat menimbulkan penyulit yang mengancam jiwa. Namun demikian
oleh sebagian masyarakat masih dianggap hal biasa, sehingga tidak segera mencari
pertolongan saat menderita otitis media. Saat pendengarannya mulai berkurang, tidak
mampu mengikuti pelajaran di sekolah ataukah setelah terjadi komplikasi barulah mereka
mencari pertolongan medis.
Survei epidemiologi di 7 propinsi Indonesia (1994-1996), menemukan bahwa dari
19.375 responden yang diperiksa ternyata 18,5% mengalami gangguan kesehatan telinga
dan pendengaran. Penderita otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan 25% dari
penderita yang datang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia dengan
prevalensi adalah 3,8 %.
Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan
pada anak-anak terutama usia 3 bulan- 3 tahun. Sebagaimana halnya dengan kejadian
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit
langganan anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu
episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka
mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal
satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering
terjadi pada usia 3-6 tahun. OMA sering diderita oleh bayi dan anak-anak, penyebabnya
infeksi virus atau bakteri. Pada penyakit bawaan, seperti Down Syndrome dan anak
dengan alergi sering terjadi. Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering
dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun.
Pada anak-anak semakin seringnya terserang infeksi saluran pernafasan atas,
kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin sering. Bayi-bayi yang di bawah
umur 6 minggu cenderung mempunyai infeksi-infeksi dari keragaman bakteri-bakteri
yang berbeda dalam telinga tengah.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.
Otitis media akut ialah peradangan telinga tengah yang mengenai sebagian atau
seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.
Otitis Media Akut (OMA) dengan perforasi membran timpani dapat menjadi otitis
media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor yang
menyebabkan OMA menjadi OMSK, antara lain: terapi yang terlambat diberikan, terapi
yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh pasien yang rendah
(gizi kurang), dan higiene yang buruk.
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secaraterus
menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau berupa
nanah. Biasanya disertai gangguan pendengaran. (Arif Mansjoer, 2001 : 82). Otitis Media
Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek” adalah radang kronis telinga
tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan
riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus
menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous, atau purulen.
2.2 Etiologi
Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media.
Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan
invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan
salah satu faktor penyebab yang paling sering.
3
Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus
hemoliticus, Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus
Pneumoniae (38%), Pneumococcus.
2.3 Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat
bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut
sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya
sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri
dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam
telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius
menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang
gendang telinga Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu
karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan
organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran
yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih
banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran
pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat,
cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena
tekanannya.
Otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, yang
mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal
4
komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian
faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa.
Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan
transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap
infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh
pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.
2.4 Klasifikasi
5
Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi, dapat
terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke
telinga luar.
5. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali. Bila
terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering. Bila daya tahan tubuh
baik dan virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan.
(Mansjoer, 2001: 79-80)
6
gelembung udara dalam telinga tengah), dan tidak bergerak pada otoskopi pneumatik
(pemberian tekanan positif atau negatif pada telinga tengah dengan insulator balon yang
dikaitkan ke otoskop), dan dapat mengalami perforasi.
Perbandingan gambaran klinis : otitis eksterna akut dan otitis media akut
Nyeri tekan aural Ada pada palpasi aurikula Biasanya tidak ada
7
Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme
penyebab.
Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani
2.7 Penatalaksanaan
Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi saluran nafas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
1) Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba
eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik
untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk anak yang
berumur >12 thn atau dewasa.. selain itu, sumber infeksi juga harus diobati
dengan memberikan antibiotik.
2) Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik.
Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.
Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi,
dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk
terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah.
Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-
100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40
mg/kgBB/hari.
3) Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk
dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik
juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang.
4) Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H 2O2 3% selama 3-5 hari
serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan
perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
5) Stadium resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir keluar. Pada keadaan ini
dapat dilanjutkan antibiotik sampai 3 minggu, namun bila masih keluar sekret
diduga telah terjadi mastoiditis.
8
2.8 Komplikasi
Menurut Jeffrey P. Harris dan David H. Darrow membagi komplikasi ini menjadi dua
yaitu :
A. Komplikasi intrakranial meliputi:
1. Meningitis
Meningitis dapat terjadi disetiap saat dalam perjalanan komplikasi infeksi telinga.
Jalan penyebaran yang biasa terjadi yaitu melalui penyebaran langsung, jarang
melalui tromboflebitis. Pada waktu kuman menyerang biasanya streptokokkus,
pneumokokkus, atau stafilokokkus atau kuman yang lebih jarang H. Influenza,
koliform, atau piokokus, menginvasi ruang sub arachnoid, pia-arachnoid bereaksi
dengan mengadakan eksudasi cairan serosa yang menyebabkan peningkatan
ringan tekanan cairan spinal.
2. Abses subdural
Abses subdural merupakan stadium supurasi dari pekimeningitis interna.
Sekarang sudah jarang ditemukan. Bila terjadi harus dianggap keadaan gawat
darurat bedah saraf, karena harus mendapatkan pembedahan segera untuk
mencegah kematian.
3. Abses ekstradural
Abses ekstradural ialah terkumpulnya nanah diantara durameter dan tulang yang
menutupi rongga mastoid atau telinga tengah. Abses ekstradural jika tidak
tertangani dengan baik dapat menyebabkan meningitis, trombosis sinus sigmoid
dan abses otak (lobus temporal atau serebelar, tergantung pada sisi yang terkena.
4. Trombosis sinus lateralis
Sejalan dengan progresifitas infeksi, trombus mengalami perlusan retrograd
kedaerah vena jugular, melintasi sinus petrosus hingga ke daerah sinus
cavernosus. Komplikasi ini sering ditemukan pada zaman pra-antibiotik, tetapi
kini sudah jarang terjadi.
5. Abses otak
9
Sebagai komplikasi otitis media dan mastoiditis, abses otak dapat timbul di
serebellum di fossa kranii posterior, atau pada lobus temporal di fossa kranii
media. Abses otak biasanya terbentuk sebagai perluasan langsung infeksi telinga
atau tromboflebitis.
6. Hidrosefalus otitis
Kelainan ini berupa peningkatan tekanan intrakranial dengan temuan cairan
serebrospinal yang normal. Pada pemeriksaan terdapat edema papil. Keadaan ini
dapat menyertai otitis media akut atau kronis.
2.9 Pencegahan
Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:
1. Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.
2. Pemberian ASI minimal selama 6 bulan.
3. Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.
4. Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.
5. Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.
Penyebab OMSK antara lain; Lingkungan, Genetik, Otitis media sebelumnya., Infeksi,
Infeksi saluran nafas atas, Autoimun, Alergi, Gangguan fungsi tuba eustachius.
11
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden
OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik.
Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui
apakah hal ini primer atau sekunder.
3. Riwayat otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis
media akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang
menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis.
4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak
bervariasi pada otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan bahwa metode
kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah bakteri
Gram negatif, flora tipe usus, dan beberapa organisme lainnya.
5. Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh keluarnya sekret telinga sesudah terjadi infeksi
saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal
berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.
6. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap
OMSK.
7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang
alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-toksinnya, namun hal ini
belum terbukti kemungkinannya.
8. Gangguan fungsi tuba eustachius
Pada otitis media kronis aktif tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi
apakah hal ini merupakan fenomena primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada
telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba
12
eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan
tekanan negatif menjadi normal.
13
mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya
didapat tuli konduktif berat.6
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat
berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri
merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses
atau trombosis sinus lateralis1,2.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat
terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin
lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi
serebelum4.
TANDA-TANDA KLINIS
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna3 :
1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular
2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.
3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
Pemeriksaan Radiologi.
1. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna
untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen
2. Proyeksi Mayer atau Owen,
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang
pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai
struktur-struktur
3. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.
Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat
menunjukan adanya pembesaran akibat
15
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan
dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan
kerusakan tulang oleh karena kolesteatom
Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus
aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H.
influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli,
Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp
1. Bakteri spesifik
Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari 1%
menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru yang
lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media tuberkulosa dapat
terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang tidak dipateurisasi
2. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob.
Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa, stafilokokus aureus
dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk Pseudomonas aeruginosa adalah
ceftazidime dan ciprofloksasin, dan resisten pada penisilin, sefalosporin dan makrolid.
Sedangkan Proteus mirabilis sensitif untuk antibiotik kecuali makrolid. Stafilokokus
aureus resisten terhadap sulfonamid dan trimethoprim dan sensitif untuk sefalosforin
generasi I dan gentamisin
3.4 PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatan dapat dibagi atas :
1. Konservatif
2. Operasi
1. OMK Benigna :
a. Konservatif
1) Pembersihan secret di liang telinga (toilet local, “drainage”) merupakan hal
yang penting untuk pengobatan ottitis media kronik.
16
Ada beberapa cara untuk membersihkan secret :
a) Dengan menggunakan kapas lidi. Tindakan ini dianjurkan sesering-
seringnya dila ada otore. Dapat diajarkan kepada penderita atau orang tua
penderita.
b) Displacement methode” dapat dengan menggunakan larutan hydrogen
peroksida (H2O2) 3%, karena adanya gas O2 yang ditimbulkan
c) Bila mungkin secret dihisap secara hati-hati dengan menggunakan jarum
kecil plastik, misalnya jarum BWG no. 16 dan 18 yang ujungnya diberi
kateter nelaton yang kecil atau karet pentil.
2) Pengobatan Lokal
Diberikan antibiotik tetes telinga. Pemberian antibiotik tetes telinga tidak
ada gunanya bila masih ada otore yang produktif. Oleh karena itu pemberian
antibiotik local dianjurkan setelah dilakukan toilet local. Harus diterangkan
terlebih dahulu cara pemakaian H2O2 3% ke dalam telinga yang sakit
kemudian bersihkan dengan kapas lidi baru, setelah itu masukkan antibiotik
tetes telinga dengan cara kepala dimiringkan dan tragus ditekan tekan supaya
obat tetes masuk ke dalam
3) Antibiotika yang adekuat oral atau parenteral. Ini diberikan apabila ada
eksaserbasi akut yang didahului oleh infeksi hidung atau faring
b. Operatif :
Tindakan operatif dilakukan bila terdapat fokal infeksi yang mungkin dijumpai
seperti tonsillitis kronik, sinusitis dan lain-lain.
Jenis-jenis Tindakan Operatif :
1) Miringoplasty atau Timpanopalsty
Operasi ini dianjurkan apabila
- Infeksi sudah tenang
- Tidak ada komplikasi
- Sekret tidak produktif lagi dalam waktu lama (1-3 bulan)
- Tidak terdapat tuli saraf yang berat
2) Mastoidektomi
17
2. OMK Maligna :
Umumnya dilakukan pembedahan yaitu mastoidektomi radikal. Bila ada
komplikasi abses retroaurikuler dan penderita jauh dari rumah sakit, maka harus
dilakukan insisi sementara untuk drainage.
3.5 KOMPLIKASI
Menurut Shangbough (2003) komplikasi OMK terbagi atas:
a. Komplikasi Intratemporal
Perforasi membran timpani
Mastoiditis akut
Parese nervus fasialis
Labrinitis
Petrositis
b. Komplikasi Ekstratemporal
Abses subperiosteal
c. Komplikasi Intrakranial
Abses otak
Tromboflebitis
Hidrocepalus otikus
Empiema subdural/ ekstradural
Menurut Arief Mansjoer, dkk. 2001 halaman 82 : Paralisis nervus fasialis, fistula
labirin, labirinitis, labirinitis supuratif, petrositis, tromboflebitis sinus lateral, abses ekstra
dural, abses subdural, meningitis, abses otak, dan hidrosefalus otitis.
18
WOC OMA
OMA adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya
bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer,2001).
ETIOLOGI
Gangguan rasa
Menyerang nyaman (nyeri) b.d Sumbatan pada tuba
nasofaring dan faring proses peradangan eustachius
19
Gangguan Enzim Gangguan dan
Bakteripelindung
dapat masuk
pembengkakan psikososial
Tekanan b.d
Gendang telinga
cairan psikososial
bulu-bulu b.d
LendirISPA
dan nanah melaluihalus tidak
saluran
Pendengaran
saluran terganggu
eustachius otarea
nyeri
Kehilangan
meningkat
robek pendengaran otarea
berfungsi
Otarea meningkat Tuli kondusif napas
ISPA
WOC OMK
OMK adalah infeksi kronik di telinga tengah dengan performasi membrane timpani dan
secret yang keluar dari telinga tengah secara terus-menerus atau hilang timbul. Sekret
mungkin encer atau kental; bening atau berupa nanah (Syamsuhidajat,1997).
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita gangguan pendengaran
(kapan, berapa lama, pengobatan apa yang dilakukan, bagaimana kebiasaan
membersihkan telinga, keadaan lingkungan tenan, daerah industri, daerah polusi),
apakah riwayat pada anggota keluarga.
2. Riwayat kesehatan sekarang
kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa, Seperti
penjabaran dari riwayat adanya kelainan nyeri yang dirasakan.
21
3. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
Ada atau tidaknya riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang dan riwayat
alergi pada keluarga.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum klien
a. Kepala
Lakukan Inspeksi,palpasi,perkusi dan di daerah telinga,dengan menggunakan
senter ataupun alat-alat lain nya apakah ada cairan yang keluar dari
telinga,bagaimana warna, bau, dan jumlah.apakah ada tanda-tanda radang.
b. Kaji adanya nyeri pada telinga
c. Leher, Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
d. Dada / thorak
e. Jantung
f. Perut / abdomen
g. Genitourinaria
h. Ekstremitas
i. Sistem integumen
j. Sistem neurologi
k. Data pola kebiasaan sehari-hari
d. Nutrisi
Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit,apakah ada perbedaan
konsumsi diit nya.
e. Eliminasi
Kaji miksi,dan defekasi klien
f. Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri
Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini,agak susah untk berkomunikasi dengan
orang lain karena ada gangguan pada telinga nya sehingga ia kurang mendengar/kurang
nyambung tentang apa yang di bicarakan orang lain.
g. Pemeriksaan diagnostik
1. Tes Audiometri : AC menurun
22
2. X ray : terhadap kondisi patologi
3. Tes berbisik
4. Tes garpu tala
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Otitis media akut
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada
telinga tengah
2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga
tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran
4. Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin membera
b. Diagnosa Otitis media kronik
1. Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan
2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran
3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga
tengah atau kerusakan di saraf pendengaran.
4. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi,
nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah
operasi.
3. Intervensi
23
Kriterai Hasil pasien mengurangi
Jelaskan semua kecemasan yang
Mampu
prosedur dan apa dirasakan pasien
mengontrol
yang dirasakan Supaya pasien tidak
kecemasan
selama prosedur merasa kesepian dan
Status lingkungan
Temani pasien pasien merasa
yang nyaman
untuk memberikan nyaman
Mengontrol nyeri
keamanan dan Pasien dapat
Kualitas tidur dan
mengurangi takut mengenali situasi
istirahat adekuat
Bantu pasien cemas
Agresi
mengenal situasi Supaya pasien bisa
pengendalian diri
yang mengungkapkan
Respon terhadap
menimbulkan perasaan
pengobatan
kecemasan ketakutannya
control gejala
Dorong pasien Teknik relaksasi
Status
untuk yang benar dan efe
kenyamanan
mengungkapkan ktif
meingkat
perasan dapat membantu
Dapat
,ketakutan,persepsi mengurangi nyeri
mengontrrol
Instruksikan yang dirasa
ketakutan
Support social pasien
Analgetik dapat
Keinginan untuk menggunakan
menekan pusat saraf
hidup teknik relaksasi
rasa neri sehingga
Berikan obat untuk
neri dapat berkurang
mengurangi
kecemasan
2 Hambatan NOC NIC
berkomunikasi Anxiety self Dorong pasien Melatih pasien
berhubungan control untuk supaya bisa
dengan efek Coping berkomunikasi berkomunikasi
kehilangan Sensory secara perlahan secara perlahn
24
pendengaran function : haring dan untuk Supaya pasien
& vision mengulangi mengetahui perawat
Fear self control permintaan sedang
Kriteria Hasil Berdiri didepan berkomunikasi
pasien ketika dengan pasien
Komunikasi
berbicara Memungkinkan
penerimaan
Gunakan kartu komunikasi dua
intrepretasi dan
baca ,kertas arah anatara perawat
ekspresi pesan
,pensil.bahasa dengan kliendapat
liasn, tulisan , dan
tubuh berjalan dnegan
non verbal
,gamba,daftar kosa baik dan klien dapat
meningkat
kata bahasa asing, menerima pesan
Komunikasi
computer, dan lain perawat secara
ekspresif
lain untuk tepat.
( kesulitan berbic
memfasilitasi Dengan adanya alat
ara ): ekspresi pes
komunikasi dua bantu bicara pasien
an verbal atau
arah yang optimal bisa kembali
non verbal yang
Beri anjuran berkomunikasi
bermakna
kepada pasien dan dengan baik
Komunikasi
keluarga tentang Pasien bisa
reseptif
penggunaan alat berbicara atau
( kesulitan
bantu bicara mendengar dengan
mendengar ) :
( misalnya , protesi bahasa isyarat
penerimaan
trakoesofagus dan
komunikasi dan
laring buatan
intrepretasi pesan
Anjurkan ekspresi
verbal dan / atau
diri dengan cara
non verbal
lain dalam
Gerakan
menyampaikan
terkoordinasi :
informasi ( bahasa
mampu
isyarat )
25
mengkoordinasi
rol respon
gerakan dalam
menggunakan
isyarat
Pengolahan
informasiv: klien
mampu untuk
memperoleh ,
mengatur dan
menggunakan
informasi
Mampu
mengontrol
ketakutan dan
kecemasan
terhadap
ketidakmampuan
bicara
Mampu
memanajemen
kemampuan fisik
yang dimiliki
Mampu
mengkomunikasi
kan kebutuhan
dengan
lingkungan sosial
3 Perubahan NOC NIC Keefektifan alat
persepsi/sensoris Visual ( body pendengaran
Ajarkan klien
berhubungan image, cognitive, tergantung pada
untuk
26
dnegan obstruksi, orientation, menggunakan tipegangguan/ketul
infeksi di telinga communication dan merawat alat ian, pemakaian
tengah atau kerusakan receptive pendengaranseca serta perawatannya
di saraf pendengaran. ability ,distorted ra tepat yang tepat.
thought control )
Instruksikan Apabila penyebab
Kriteria Hasil
klien untuk pokok ketulian
Menunjukkan menggunakan tidak progresif,
pemahaman teknik-teknik makapendengaran
verbal , tulis atau yang amandalam yang tersisa
sinyal respon perawatan sensitif terhadap
Menunjukkan telinga (seperti: trauma dan
pergerakkan dan saat infeksisehingga
ekspresi wajah membersihkan harus dilindungi.
yang rileks denganmengguna
Diagnosa dini
Menjelaskan kan cutton bud
terhadap keadaan
rencana secara hati-hati,
telinga atau
memodifikasi sementara waktu
terhadap masalah-
gaya gaya hidup hindariberenang
masalah
untuk ataupun kejadian
pendengaran rusak
mengakomodasi ISPA) sehingga
secara permanen.
kerusakan visual dapat
dan pendengaran mencegahterjadi Penghentian terapi
Bebas dari nya ketulian antibiotika
bahaya fisik lebih jauh. sebelum waktunya
karena penurunan dapatmenyebabka
Observasi tanda-
keseimbangan n organisme sisa
tanda awal
pendengaran , resisten sehingga
kehilangan
penglihatan dan infeksi
pendengaran
sensasi akanberlanjut.
yang lanjut
Memelihara
27
kontak dengan Instruksikan
4.Implementasi Keperawatan
31
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dapat
dilakukan oleh perawat :
1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah, dan
memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan
dibutuhkan untuk mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilan
dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien deskripsi singkat
dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik dan respon klien terhadap asuhan keperawatan
atau juga perawat bisa mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk
memastikan bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas
sesuai dengan standar keperawatan.
5. Evaluasi
Menurut Patricia A. Potter (2005), Evaluasi merupakan proses yang dilakukan untuk
menilai pencapaian tujuan atau menilai respon klien terhadap tindakan leperawatan
seberapa jauh tujuan keperawatan telah terpenuhi.
Pada umumnya evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif.
Dalam evalusi kuantitatif yang dinilai adalah kuatitas atau jumlah kegiatan keperawatan yang
telah ditentukan sedangkan evaluasi kualitatif difokoskan pada masalah satu dari tiga dimensi
struktur atau sumber, dimensi proses dan dimensi hasil tindakan yang dilakukan.
Adapun langkah-langkah evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data keperawatan pasien
32
2. Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid yang biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus yang terjadi kurang
dari 3 minggu. Penyebab utama dari OMA adalah tersumbatnya saluran atau tuba eustachius
yang bisa disebabkan oleh proses peradangan akibat infeksi bakteri yang masuk ke dalam tuba
eustachius tersebut, kejadian ISPA yang berulang pada anak juga dapat menjadi faktor penyebab
terjadinya OMA pada anak. Stadium OMA dapat terbagi menjadi lima stadium, antara lain :
Stadium Oklusi, Presupurasi, Supurasi, Perforasi, dan Stadium Resolusi. Dimana manifestasi
dari OMA juga tergantung pada letak stadium yang dialami oleh klien. Terapi dari OMA juga
berdasar pada stadium yang dialami klien. Dari perjalanan penyakit OMA, dapat muncul
beberapa masalah keperawatan yang dialami oleh klien, antara lain : nyeri, resiko infeksi, resiko
injury, gangguan persepsi sensori, dan gangguan konsep diri.
3.2 Saran
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan belum
mencapai seluruh aspek. Oleh karena itu kami menyarankan agar pembaca dapat mencari
reverensi – reverensi dari buku – buku lain yang juga mendukung dalam Asuhan Keperawatan
pada Otitis Media akut dan kronis.
33
DAFTAR PUSTAKA
34