Anggota :
2018/2019
DAFTAR IS
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
2.1 Pengertian..............................................................................................................................6
2.2 Etiologi..................................................................................................................................6
2.3 Klasifikasi..............................................................................................................................7
2.4 Patofisiologi...........................................................................................................................7
2.5 Pathway.................................................................................................................................8
2.7 Penatalaksaan.........................................................................................................................9
3.1 PENGKAJIAN....................................................................................................................13
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................40
4.1 KESIMPILAN.....................................................................................................................40
4.2 SARAN................................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................41
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
bisa selesai tepat pada waktunya.
Meskipun kami sebagai penyusun dalam menyajikan tugas ini sangat jauh dari
harapan kesempurnaan. Kami harap dengan dibuatnya makalah ini dapat bermanfaat,
membantu atau sedikit menambah kepahaman dan pengetahuan bagi para pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai
penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu
tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya
mengalami kejang demam.
Epilepsi merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.
Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat
yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga
perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta
mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas
asuhan keperawatan pada Epilepsi adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang,
melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang
positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan
kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 2000; 262).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 5 bulan sampai
4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang
demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal
tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat
dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73)
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-
sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik,
mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar
Wahidiyah, 2001 : 858) .
2.1 Pengertian
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang
dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-
sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi .
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri
timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak
secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik.
Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan bayi yang
baru lahir (Utopias,2008).
2.2 Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik) Sering
terjadi pada:
Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas pada
CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas
tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik yang
jelas. Sementara itu, dipandang dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan,
definisi neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi
sebagai berikut:
Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12 bulan
pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit neurologik terjadi
pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang adalah 75% pada 12 bulan
pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali itu, bangkitan pertama yang terjadi pada
saat terkena gangguan otak akut akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36
bulan pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya
bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan ulang dalam
waktu 6 bulan pertama.
2.3 Klasifikasi
2.4 Patofisiologi
2.5 Pathway
2.6 Manifestasi klinik
2.7 Penatalaksaan
1) Pengobatan medikamentosa
Pada epilepsi yang simtomatis di mana sawan yang timbul adalah manifestasi penyebabnya
seperti tumor otak, radang otak, gangguan metabolic, mka di samping pemberian obat anti-
epilepsi diperlukan pula terapi kausal. Beberapa prinsip dasar yang perlu dipertimbangkan:
a. Pada sawan yang sangat jarang dan dapat dihilangkan factor pencetusnya, pemberian
obat harus dipertimbangkan.
b. Pengobatan diberikan setelah diagnosis ditegakkan; ini berarti pasien mengalami lebih
dari dua kali sawan yang sama.
c. Obat yang diberikan sisesuaikan dengan jenis sawan.
d. Sebaiknya menggunakan monoterapi karena dengan cara ini toksisitas akan
berkurang, mempermudah pemantauan, dan menghindari interaksi obat.
e. Dosis obat disesuaikan secara individual.
f. Evaluasi hasilnya, bila gagal dalam pengobatan, cari penyebabnya:
Salah etiologi: kelaianan metabolisme, neoplasma yang tidak terdeteksi, adanya
penyakit degenerates susunan saraf pusat.
Pemberian obat antiepilepsi yang tepat.
Kurang penerangan: menelan obat tidak teratur.
Faktor emosional sebagai pencetus.
Termasuk intractable epilepsi.
g. Pengobatan dihentikan setelah sawan hilang selama minimal 2 – 3 tahun. Pengobatan
dihentikan secara berangsur dengan menurunkan dosisnya.
h. Jenis obat yang sering digunakan, yaitu:
Phenobarbital (luminal).
Paling sering dipergunakan, murah harganya, toksisitasrendah.
Primidone (mysolin)
Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid.
Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).
Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah PH. Berhasiat
terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus temporalis, takberhasiatterhadap petit
mal, efek samping yang dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan
gangguan darah.
Carbamazine (tegretol).
Mempunyai khasiat psikotropik yang mungkin disebabkan pengontrolan bangkitan
epilepsi itu sendiri atau mungkin juga carbamazine memang mempunyai efek
psikotropik. Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang
sering disertai gangguan tingkah laku. Efek samping yang mungkin terlihat ialah
nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan gangguan fungsi
hati.
Diazepam.
Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status konvulsi.).
Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya lambat.
Sebaiknya diberikan i.v.atau intra rektal.
Nitrazepam (inogadon).
Terutama dipakai untuk spasmein fantil dan bangkit anmioklonus.
Ethosuximide (zarontine)
Merupakan obat pilihan pertama untuk epilepsi petit mal
Na-valproat (dopakene)
obat pilihan kedua pada petit mal
Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.
obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.
Acetazolamide (diamox).
Kadang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan epilepsi. Zat ini
menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak menurun, influks Na
berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi.
ACTH
Seringkali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasmein fantil.
(Hidayat,2009)
2) Pengobatan Psikososial.
Pasien diberikan penerangan bahwa dengan pengobatan yang optimal sebagian
besar akan terbebas dari sawan. Pasien harus patuh dalam menjalani pengobatannya
sehingga dapat bebas dari sawan dan dapat belajar, bekerja dan bermasyarkat secara
normal.
3.1 PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
No. MR : 000778
Nama : An. B
Alamat : Jl Bulan No 45
Tempat / tanggal Lahir : Surabaya , 03 -08 -2017
Usia : 2 tahun
Nama Ayah / Ibu : Tn . U
Pekerjaan Ayah : Swasta
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMA
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Keluhan utama masalah kesehatan yang dialami oleh An.B adalah Kejang Demam.
3. RIWAYAT KELUARGA
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal 1 rumah
: Keturunan
: Pernikahan
: Klien
An. B adalah anak kedua dari dua orang bersaudara, An.B tinggal bersama kedua orang
tuannya yaitu ayah dan ibunya beserta kakak laki-lakinya. Ibu An.B mengatakan bahwa
didalam keluarganya tidak ada riwayat kejang yang seperti dialami An.B saat ini. Namun
Ibu klien mengatakan bahwa sebelumnya kakak An.B ketika berusia 2 tahun juga pernah
mengalami kejang, namun tidak sampai dibawa kerumah sakit dan dirawat berhari-hari
4. RIWAYAT SOSIAL
Ibu An.B mengatakan bahwa sejak kecil kedua orang tuanyalah yang merawat, mengasuh
dan tinggal bersama-sama dengan An.B beserta kakak laki-lakinya. Hubungan An.B didalam
keluarga nya sangat baik, kehadiran An.B di tengah-tengah keluarga nya sangat diterima
dengan baik. Banyak diantara keluarga-keluarganya yang lain senang bermain dan secara
bergantian ingin menggendong An.B. An.B anak yang cukup kooperatif, tidak rewel dan
jarang menangis sehingga banyak yang senang bermain dengannya. Dan lingkungan disekitar
An.B cukup aman karena An.B selalu diawasi oleh keluarganyakarena saat ini An.B berada
5. KEBUTUHAN DASAR
a. Pola Makan
Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu klien belum
mengonsumsi ASI. Ibu An.B mengatakan selama mengonsumsi ASI tidak ditemukan
masalah apa-apa. Frekuensi An.B mengonsumsi ASI setiap 2-3 jam sekali.
b. Pola Tidur
An.B tidak memiliki kebiasaan apapun sebelum tidur. ibu klien mengatakan jika
sebelum tidur siang ataupun malam hari An.B minum ASI. Tidur An.B dirasa cukup
baik tidak ada masalah dan tidak ada gangguan apapun saat klien tertidur. Dalam sehari
c. Mandi
An.B mandi 2x dalam sehari dengan menggunakan washlap dan air hangat. Setiap ibu
d. Aktivitas Bermain
Ibu An.B mengatakan dalam kesehariannya An.B adalah anak yang cukup aktif dan
kooperatif. An.B saat ini belum bisa menggunakan alat-alat bermainnya hanya saja
An.B suka memasukkan benda mainannya kedalam mulutnya dan kini An.B sedang
e. Eliminasi
Ibu An.B mengatakan kebiasaan BAK dalam keseharian An.B 4-6x dalam sehari.
Konsistensi urine berwarna kuning, dengan bau yang khas, kira-kira ± 100cc/hari.
Untuk BAB ibu klien dalam sehari 1-2x/sehari dengan konsistensi cair warna kuning
kecoklatan dengan bau yang khas. dan ibu An.B juga mengatakan tidak ada masalah
c. Status nutrisi
Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu klien belum
mengonsumsi ASI. Ibu An.B mengatakan selama mengonsumsi ASI tidak ditemukan
masalah apa-apa. Frekuensi An.B mengonsumsi ASI setiap 2-3 jam sekali.
d. Status cairan
e. Obat-obatan
Dari hasil pemeriksaan EEG yang telah dilakukan pada tanggal 23 April 2014
menunjukkan hasil bahwa An.B dinyatakan hasil EEG abnormal yang menyatakan An.B
menderita Epilepsi.
7. PEMERIKSAAN FISIK
No Pemeriksaan Hasil
a. Tanda-tanda vital
Nadi 120x/menit
RR 42x/menit
Suhu 37.7 OC
Panjang Badan 58 cm
b. Kepala-leher
Jantung :
HR=120x/menit
e. Abdomen Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, bentuk
hemoroid
g. Ekstermitas Kekuatan otot (+), pergerakan cukup aktif, tidak
ada edema, kesadaaran composmentis PCS =
15 ,tonus otot 5 5
5 5
8. KEBUTUHAN CAIRAN
a. Intake
1) Minum 750cc
= BB 10 Kg I x 100 cc
= 8.5 Kg x 100 cc
= 850 cc/hari
= 1730 cc/hari
b. Output
2) Urine = 2 cc / Kg BB / jam
= 2 cc x 8.5 Kg / jam
= 17 cc / jam
= 17 cc x 24 jam
= 408 cc / hari
c. IWL
= ( 30 – 5 bulan ) x 8.5 Kg
12 bulan
=30 – 5 = 360 – 5
12 12 12
= 355 x 8.5
12
= 251 cc
Jadi, Balance cairan An.B adalah
Balance cairan = intake – ( output + IWL )
= 1730 cc – 659 cc
= 1071 cc
= 251 + 180
= 431 cc
= 251 + 340 x 10 %
= 251 + 34
= 285 cc
2) Tanggal 23 april 2014
= 251 + 520 x 10 %
= 251 + 52
= 303 cc
3.2 ANALISA DATA
DO:
DS:
DS:
DO:
- Klien tampak terlihat
gelisah
- Klien terlihat saat demam
tubuhnya bergetar
- Kejang berlangsung ± 5
menit
- Saat kejang terlihat
ibunya memasukkan kain
kedalam mulutnya
Perubahan
kesadaran
Resiko Terhadap
cidera
DS:
kerusakan kognitif
- Ibu klien mengatakan selama kejang
DO:
kurang mengingat.
INTERVENSI RASIONAL
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam, masalah termogulasi tidak efektif
teratasi.
Kriteria hasil : Demam berkurang, suhu normal 36,5 – 37,5 ̊ C , Nadi dan RR
normal, tidak ada perubahan warna kulit
INTERVENSI RASIONAL
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 Jam masalah resiko terhadap
cidera teratasi dan tidak terjadi.
Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi aman, tidak
ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INERVENSI RASIONAL
3. Letakkan klien ditempat tidur 3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar mencegah terjadinya cidera pada
klien
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan mengenai prognosis 1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan persepsi
pengobatan & keadaan penyakit yang ada
Ruangan : Anak
No. MR : 235615
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea,
peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& jam
Senin, 1. Menganjurkan Subjektif :
21/04/2014 klien untuk
mengosongkan - Ibu An. B mengatakan
mulut dari bahwa anaknya kini
benda/zat dalam keadaan batuk
08. 30 WIB
tertentu - Ibu An. B mengatakan
2. Meletakkan klien sudah 2 hari anaknya
dalam posisi mengalami batuk
miring dan pada - Ibu An. B mengatakan
permukaan datar batuk yang dialami
3. Menanggalkan anaknya disertai dengan
pakaian pada secret/dahak
daerah leher dan
09.00 WIB dada, serta
Objektif :
abdomen
4. Melakukan - Tampak tidak ada benda
penghisapan asing/zat tertentu di
sesuain indikasi mulut An.B
5. Memberikan - Klien terlihat dalam
oksigen sesuai posisi miring kiri diatas
09.15 WIB program terapi O2 permukaan datar tempat
1 liter/menit tidur
nasal kanul - Ibu klien tampak
melepaskan pakaian luar
An. B dan hanya
memakaikan kaos dalam
saja pada An. B
- Pukul 19.30 WIB telah
dilakukan penghisapan
10.30 IB secret dengan
menggunakan mesin
suction
- Klien terpasang oksigen 1
liter/menit nasal kanul
Analisis :
Planing :
Hari/Tangga
l
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Senin, 1. Mengkaji factor Subjektif :
21/04/2014 terjadinya
peningkatan suhu - Ibu klien mengatakan
demam An. B belum
2. Mengobservasi juga turun
08. 45 WIB
vital sign - Ibu klien mengatakan
demam yang dialami
3. Mengajarkan oleh An. Bsejak
keluarga cara semalam saat setelah
memberikan dibawa ke Rumah Sakit
kompres di - Ibu klien mengatakan
bagian kepala / demam yang di alami
ketiak klien setelah terjadi
09.00 WIB kejang
4. Menganjurkan
untuk
menggunakan
pakaian tipis Objektif :
yang terbuat dari
09.10 WIB - Faktor terjadi demam
kain katun
akibat kejang yang
5. Menganjurkan terjadi setelah berulang
ibu untuk - Hasil observasi vital
memberikan sign :
ASI sesering Suhu : 38,5⁰C Nadi :
120x/menit
mungkin
Pernafasan : 42x/menit
- Mengajarrkan cara
6. Memberikan
mengkompres dan
antipiretik
keluarga telah mampu
mempraktekannya
Analisis :
- Masalah
9.45 IB
ketidakefektifan
termoregulasi teratasi
sebagian
Planing :
- Lanjutkan Intervensi :
2,3 & 5
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif
selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang
terkontrol ( gangguan keseimbangan )
1. Menganjurkan
klien untuk
08. 30 WIB
mengosongkan Subjektif :
mulut dari
- Ibu An. B mengatakan
benda/zat
bahwa anaknya kini
tertentu
dalam keadaan batuk
2. Meletakkan
- Ibu An. B mengatakan
klien dalam
sudah 2 hari anaknya
posisi miring
mengalami batuk
dan pada
- Ibu An. B mengatakan
permukaan
batuk yang dialami
datar
09.00 WIB
anaknya disertai dengan
3. Menanggalkan
secret/dahak
pakaian pada
daerah leher
dan dada, serta
Objektif :
abdomen
4. Melakukan - Tampak tidak ada benda
penghisapan asing/zat tertentu di
sesuain indikasi mulut An.B
5. Memberikan - Klien terlihat dalam
oksigenn sesuai posisi miring kiri diatas
09.10 WIB
program terapi permukaan datar tempat
O2 1 liter/menit tidur
- Ibu klien tampak
melepaskan pakaian luar
An. B dan hanya
memakaikan kaos dalam
saja pada An. B
- Pukul 19.30 WIB telah
09.45 WIB dilakukan penghisapan
secret dengan
menggunakan mesin
suction
- Klien terpasang oksigen 1
Masih liter/menit nasal kanul
terpasang
Analisis :
Planing :
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Selasa,
22/04/2014
1. Meletakkan klien Subjektif :
dalam posisi
- Ibu An. B
10. 15 WIB miring dan pada mengatakanbatuk yang
dialami An. B sudah mulai
permukaan datar
berkurang
2. Melakukan - Ibu An. B mengatakan
penghisapan sudah tidak mendengar
suara dahak/secret ketika
sesuain indikasi
An. B batuk
3. Memberikan
oksigenn sesuai
Objektif :
program terapi O2
- Klien di posisikan miring
1 liter/menit
11.30 WIB kiri dan di permukaan datar
diatas tempat tidur
- Klien telah dilakukan
penghisapan dengan
menggunakan suction
untuk yang terakhir, karena
secret/dahak sudah
berkurang & tidak
Masih terdengar lagi
terpasang - Klien An. B masih
terpasang Oksigen 1
liter/menit nasal kanul
Analisis :
Planing :
- Intervensi dihentikan.
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan metabolik,
proses infeksi
Hari/Tangga
No
l
. Implementasi Evaluasi Paraf
DX
& Jam
2. Selasa,
22/04/2014
1. Mengobservasi
Subjektif :
vital sign
2. Mengajarkan - Ibu An. B mengatakan
08. 15 WIB keluarga cara demam di hari ke-2
memberikan perawatan di rumah sakit
kompres di sudah berangsur turun
3. Memberikan sedikit demi sedikit
09.30 WIB
ekstra cairan - Ibu klien mengatakn sudah
dengan rutin memberikan kompres
menganjurkan di bagian kepala anak untuk
klien banyak menurunkan suhu tubuh
minum - Ibu klien mengatakan sering
4. Memberikan memberikan ASI kepada
antipiretik anaknya
09.00 WIB
Objektif :
Analisis :
- Masalah ketidakefektifan
termoregulasi teratasi
sebagian
Planing :
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Selasa,
22/04/2014
1. Memberikan
Subjektif :
penghalang di
tempat tidur klien - Ibu An. B mengatakan
09.00 WIB 2. Menyiapkan kain selalu menjaga &
lunak untuk mengawasi An. B di tempat
mencegah terjadinya tidur
tergigitnya udah saat - Ibu klien mengatakan selalu
kejang menyiapkan kain lunak
09.20 WIB 3. Memberikan obat disamping tempat tidur An.
anti kejang : B
- Stesolid.Sup :
0,5 mg
Objektif :
- Diazepam IV :
0,5 mg
- Tampak terlihat keluarga
An. B memberikan
penjagaan disamping
10.00 WIB tempat tidur klien
- Ibu klien tampak dengan
sigap selalu memasukkan
kain lunak ke dalam mulut
An. B saat terjadi kejang
- Klien selalu mendapatkan
stesolid & Diazepam setiap
kali kejangmya kembali
berulang.
Analisis :
Planing :
4.1 KESIMPILAN
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Arif, et. All.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculaius.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G.(2002). BukuAjar Keperawatan Medical Bedah. volume II.
Jakarta : ECG