Anda di halaman 1dari 46

ASKEP EPILEPSI

Anggota :

Putri Depitriah (09170000001)

Rina Kurniandar (09170000002)

Finlee Widyanza (09170000004)

Siti Arafah Arrahmah (09170000008)

Kristin Pebriyani (09170000009)

Chika Nurfadila Apriliana (09170000024)

Astika Dwi Komala Sari. P (09170000039)

Rosyidah Gustiyani (09170000040)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

2018/2019
DAFTAR IS

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1 Latar belakang.......................................................................................................................4

1.2 Tujuan penulisan....................................................................................................................4

1.3 Manfaat penulisan..................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................................6

2.1 Pengertian..............................................................................................................................6

2.2 Etiologi..................................................................................................................................6

2.3 Klasifikasi..............................................................................................................................7

2.4 Patofisiologi...........................................................................................................................7

2.5 Pathway.................................................................................................................................8

2.6 Manifestasi klinik..................................................................................................................9

2.7 Penatalaksaan.........................................................................................................................9

2.8 Pemeriksaan diagnostik.......................................................................................................11

BAB III ASKEP EPILEPSI.................................................................................................................13

3.1 PENGKAJIAN....................................................................................................................13

3.2 ANALISA DATA................................................................................................................24

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN.........................................................................................27

3.4 RENCANA KEPERAWATAN...........................................................................................28

3.5 CATATAN PERKEMBANGAN........................................................................................32

BAB IV PENUTUP............................................................................................................................40

4.1 KESIMPILAN.....................................................................................................................40

4.2 SARAN................................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................41

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
bisa selesai tepat pada waktunya.

Kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen selaku


pembimbing dan yang paling penting adalah terima kasih kepada Allah SWT yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. Tanpa adanya keikut sertaan-Nya makalah ini tidak akan
selesai sesuai harapan.

Meskipun kami sebagai penyusun dalam menyajikan tugas ini sangat jauh dari
harapan kesempurnaan. Kami harap dengan dibuatnya makalah ini dapat bermanfaat,
membantu atau sedikit menambah kepahaman dan pengetahuan bagi para pembaca.

Jakarta, oktober 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai
penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu
tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya
mengalami kejang demam.
Epilepsi merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.
Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat
yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga
perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta
mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas
asuhan keperawatan pada Epilepsi adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang,
melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang
positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan
kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 2000; 262).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 5 bulan sampai
4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang
demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal
tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat
dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73)
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-
sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik,
mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar
Wahidiyah, 2001 : 858) .

1.2 Tujuan penulisan

1.2.1 Tujuan umum


Untuk menegetahui Asuhan Keperawatan pada kasus Epilepsi di Ruang Anak RSUD
Jend. A.Yani Metro.

1.1.1 Tujuan khusus


a. Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data obyektif
pada pasien dengan Epilepsi.
b. Mampu menganalisa data yang diperoleh
c. Mampu merumuskan diagnosa Keperawatan pada pasien dengan Epilepsi
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ditentukan.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
1.3 Manfaat penulisan

a. Hasil analisis ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dan pengetahuan


khususnya untuk pasien Epilepsi dan keluarganya sehingga diharapkan agar
keluarga dapat lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap tanda dan gejala yang
terjadi.
b. Hasil analisis ini diharapkan sebagai bahan masukan, acuan dan pertimbangan
bagi profesi keperawatan untuk lebih meningkatkan edukasi dalam menangani
pasien Epilepsi pada saat memberikan pengobatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang


akibatlepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel.

Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang
dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-
sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi .

Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri
timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak
secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik.

Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan bayi yang
baru lahir (Utopias,2008).

2.2 Etiologi

Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik) Sering
terjadi pada:

1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum


2. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5. Tumor Otak
6. Kelainan pembuluh darah

Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama, ialah


epilepsi idopatik, remote symptomatic epilepsy (RSE), epilepsi simtomatik akut, dan epilepsi
pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam
klasifikasi tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari
kedua tersebut terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan
prognosis yang baik dan yang buruk..

Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas pada
CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas
tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik yang
jelas. Sementara itu, dipandang dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan,
definisi neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi
sebagai berikut:

Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12 bulan
pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit neurologik terjadi
pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang adalah 75% pada 12 bulan
pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali itu, bangkitan pertama yang terjadi pada
saat terkena gangguan otak akut akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36
bulan pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya
bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan ulang dalam
waktu 6 bulan pertama.

2.3 Klasifikasi

1. Epilepsi Grand Mal


Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan
dari neuron diseluruh area otak-di korteks, di bagian dalam serebrum, dan bahkan di
batang otak dan talamus. Kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.
2. Epilepsi Petit Mal
Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau penurunan
kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di mana selama waktu serangan ini penderita
merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan (twitch- like),biasanya di daerah
kepala, terutama pengedipan mata.
3. Epilepsi Fokal
Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regoi setempat pada
korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada serebrum dan batang
otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi organik setempat atau adanya kelainan
fungsional.

2.4 Patofisiologi
2.5 Pathway
2.6 Manifestasi klinik

1. Klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan.


2. Kelainan gambaran EEG
3. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen
4. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (Aura
dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-bauan tak enak,
mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)

2.7 Penatalaksaan

Tujuan pengobatan adalah mencegah timbulnya sawan tanpa mengganggu kapasitas


dan intelek pasien. Pengobatan epilepsi meliputi pengobatan medikamentosa dan pengobatan
psikososial.

1) Pengobatan medikamentosa

Pada epilepsi yang simtomatis di mana sawan yang timbul adalah manifestasi penyebabnya
seperti tumor otak, radang otak, gangguan metabolic, mka di samping pemberian obat anti-
epilepsi diperlukan pula terapi kausal. Beberapa prinsip dasar yang perlu dipertimbangkan:
a. Pada sawan yang sangat jarang dan dapat dihilangkan factor pencetusnya, pemberian
obat harus dipertimbangkan.
b. Pengobatan diberikan setelah diagnosis ditegakkan; ini berarti pasien mengalami lebih
dari dua kali sawan yang sama.
c. Obat yang diberikan sisesuaikan dengan jenis sawan.
d. Sebaiknya menggunakan monoterapi karena dengan cara ini toksisitas akan
berkurang, mempermudah pemantauan, dan menghindari interaksi obat.
e. Dosis obat disesuaikan secara individual.
f. Evaluasi hasilnya, bila gagal dalam pengobatan, cari penyebabnya:
 Salah etiologi: kelaianan metabolisme, neoplasma yang tidak terdeteksi, adanya
penyakit degenerates susunan saraf pusat.
 Pemberian obat antiepilepsi yang tepat.
 Kurang penerangan: menelan obat tidak teratur.
 Faktor emosional sebagai pencetus.
 Termasuk intractable epilepsi.
g. Pengobatan dihentikan setelah sawan hilang selama minimal 2 – 3 tahun. Pengobatan
dihentikan secara berangsur dengan menurunkan dosisnya.
h. Jenis obat yang sering digunakan, yaitu:
 Phenobarbital (luminal).
Paling sering dipergunakan, murah harganya, toksisitasrendah.
 Primidone (mysolin)
Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid.
 Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).
Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah PH. Berhasiat
terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus temporalis, takberhasiatterhadap petit
mal, efek samping yang dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan
gangguan darah.
 Carbamazine (tegretol).
Mempunyai khasiat psikotropik yang mungkin disebabkan pengontrolan bangkitan
epilepsi itu sendiri atau mungkin juga carbamazine memang mempunyai efek
psikotropik. Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang
sering disertai gangguan tingkah laku. Efek samping yang mungkin terlihat ialah
nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan gangguan fungsi
hati.
 Diazepam.
Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status konvulsi.).
Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya lambat.
Sebaiknya diberikan i.v.atau intra rektal.
 Nitrazepam (inogadon).
Terutama dipakai untuk spasmein fantil dan bangkit anmioklonus.
 Ethosuximide (zarontine)
Merupakan obat pilihan pertama untuk epilepsi petit mal
 Na-valproat (dopakene)
obat pilihan kedua pada petit mal
Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.
obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.
 Acetazolamide (diamox).
Kadang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan epilepsi. Zat ini
menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak menurun, influks Na
berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi.
 ACTH
Seringkali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasmein fantil.
(Hidayat,2009)

2) Pengobatan Psikososial.
Pasien diberikan penerangan bahwa dengan pengobatan yang optimal sebagian
besar akan terbebas dari sawan. Pasien harus patuh dalam menjalani pengobatannya
sehingga dapat bebas dari sawan dan dapat belajar, bekerja dan bermasyarkat secara
normal.

3) Penatalaksanaan status epileptikus


a) Lima menit pertama
 Pastikan diagnosis dengan observasi aktivitas serangan atau satu serangan
berikutnya.
 Beri oksigen lewat kanul nasal atau masker, atur posisi kepala dan jalan nafas,
intubasi bila perlu bantuan bentilasi.
 Tanda-tanda vital dan EKG, koreksi bila ada kelaianan.
 Pasang jalur intravena dengan NaC10,9%, periksa gula darah, kimia darah,
hematology dan kadar OAE (bila ada fasilitas dan biaya).

b) Menit ke-6 hingga ke-9


Jika hipoglikemia/gula darah tidak diperiksa, berikan 50 ml glukosa 50% bolas
intravena (pada anak: 2 ml/kgBB/glukosa 25%) disertai 100 mg tiamin intravena.
c) Menit ke-10 hingga ke-20
Pada dewasa: berikan 0,2 mg/kgBB diazepam dengan kecepatan 5 mg/menit sampai
maksimum 20 mg. Jika serangan masih ada setelah 5 menit, dapat diulangi lagi.
Diazepam harus diikuti dengan dosis rumat fenitoin.

d) Menit ke 20 hingga ke-60


Berikan fenitoin 20 mg/kgBB dengan kecepatan <50 mg/menit pada dewasa dan 1
mg/kbBB/menit pada anak; monitor EKG dan tekanan darah selama pemberian.

e) Menit setelah 60 menit


Jika status masih berlanjut setelah fenitoin 20 mg/kg maka berikan fenitoin tambahan
5 mg/kg sampai maksimum 30 mg/kg. Jika status menetap, berikan 20 mg/kg
fenobarbital intravena dengan kecepatan 60 mg/menit. Bila apne, berikan bantuan
ventilasi (intubasi). Jika status menetap, anestasia umum dengan pentobarbiatal,
midazolam atau propofal.

4) Perawatan pasien yang mengalami kejang :


a. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu
(pasien yang mempunyai aura/penanda ancaman kejang memerlukan waktu untuk
mengamankan, mencari tempat yang aman dan pribadi
b. Pasien dilantai jika memungkinkan lindungi kepala dengan bantalan untuk
mencegah cidera dari membentur permukaan yang keras.
c. Lepaskan pakaian yang ketat
d. Singkirkan semua perabot yang dapat menciderai pasien selama kejang.
e. Jika pasien ditempat tidur singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat tidur.
f. Jika aura mendahului kejang, masukkan spatel lidah yang diberi bantalan diantara
gigi, untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit.
g. Jangan berusaha membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme untuk
memasukkan sesuatu, gigi yang patah cidera pada bibir dan lidah dapat terjadi
karena tindakan ini.
h. Tidak ada upaya dibuat untuk merestrein pasien selama kejang karena kontraksi
otot kuat dan restrenin dapat menimbulkan cidera
i. Jika mungkin tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala fleksi
kedepan yang memungkinkan lidah jatuh dan memudahkan pengeluaran salifa
dan mucus. Jika disediakan pengisap gunakan jika perlu untuk membersihkan
secret.
j. Setelah kejang: pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi,
yakinkan bahwa jalan nafas paten. Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah
kejang grand mal. Periode apnoe pendek dapat terjadi selama atau secara tiba-tiba
setelah kejang. Pasien pada saat bangun harus diorientasikan terhadap lingkungan

2.8 Pemeriksaan diagnostik

a. Salah etiologi: kelaianan metabolisme, neoplasma yang tidak terdeteksi, adanya


penyakit degenerates susunan saraf pusat.
b. Pemberian obat antiepilepsi yang tepat.
c. Kurang penerangan: menelan obat tidak teratur.
d. Faktor emosional sebagai pencetus.
e. Termasuk intractable epilepsi.
f. Punksi lumbal : untuk mendeteksi tekanan abnormal dari css, tanda-tanda
infeksi,perdarahan(hemoragik,subarakhnoid,subdural)sebagai penebab kejang
tersebut.
g. Foto ronsen kepala :Untuk mengidentiikasi adanya SOL,fraktur.
h. Elektroensefalogram: Melokalisasi daerah serebral yang tidak berfungsi dengan
baik,mengukur aktivitas otak.Gelombang otak untuk menentukan karakteristik dari
gelombang pada masing –masing tipe dari aktivitas kejang tersebut.
i. Pemantauan video EEG 24 jam : dapat mengidentifikasikan fokus kejang secara tepat.
j. Scan CT : mengidentifikasi letak lesi serebral, hematoma, edema serebral,trauma,
abses,tumor,dan dapat dilakukan dengan/tanpa kontras.
k. Positron emission tomography : Mendemontrasikan perubahan metabolik.Misalnya
penurunan metabolisme pada sisi lesi.
l. MRI : Melokalisasi lesi-lesi lokal.
m. Magnetoensefalogram :Memetakan impuls/potensial listrik otak pada pola
pembebasan yang abnormal
n. Wada : Menentukan hemisfer dominan (dilakukan sebagai evaluasi awal dari
praoperasi lobektomi temporal).
(Rencana Asuhan Keperawatan :262)
BAB III
ASKEP EPILEPSI

3.1 PENGKAJIAN

1. IDENTITAS PASIEN
No. MR : 000778
Nama : An. B
Alamat : Jl Bulan No 45
Tempat / tanggal Lahir : Surabaya , 03 -08 -2017
Usia : 2 tahun
Nama Ayah / Ibu : Tn . U
Pekerjaan Ayah : Swasta
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMA
Agama : Islam
Suku Bangsa    : Jawa

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Keluhan utama masalah kesehatan yang dialami oleh An.B adalah Kejang Demam.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Masalah yang dialami oleh An.B saat ini adalah Kejang Demam. Ibu klien mengatakan saat
terjadi kejang tubuh An.B seluruhnya bergetar, kaki menendang-nendangdan mulut terkatup
dengan keras. Ibu klien mengatakan ketika dirumah saat terjadi kejang pada An.B
berlangsung selama kira-kira ± 3-5 menit dan biasanya terjadi di pagi hari dan di sore hari.
Ibu klien juga mengatakan sebelumnya An.B tidak ada riwayat kejang, namun sebelum
dibawa kerumah sakit klien sudah 2 kali mengalami kejang di rumahnya di pagi hari dan di
sore hari.Kejang yang dialami An.B selalu disertai dengan demam tinggi dan terdengar ada
suara batuk yang di sertai dengan adanya penumpukan sekret.

c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a) Prenatal
Ibu klien mengatakan ketika mengandung An.B rajin memeriksakan kondisi
kehamilannya satu bulan sekali di bidan praktek dan puskesmas yang berada
disekitar rumahnya. Dan ibu klien juga mengatakan selama masa kehamilan klien
pernah mengalami hipertensi namun klien tidak memiliki riwayat jatuh ataupun
riwayat kecelakaan.
b) Intranatal
Ibu klien mengatakan proses persalinan saat melahirkan An.B dilakukan persalinan
secara Secsio Cesaria. Namun saat persalinan berlangsung tidak di temukan masalah
apa-apa, tidak ada perdarahan, dan tidak ada komlikasi yang lainnya.
c) Postnatal
Ibu klien mengatakan setelah melahirkan An.B tidak terjadi masalah yang
menghawatirkan. Ibu klien hanya dirawat selama 3 hari perawatan di rumah sakit
dan setelah itu diperbolehkan pulang karena tidak ada masalah apapun.
2. Riwayat Masa Lalu
Ibu klien mengatakan An.B sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Ibu
klien juga mengatakan An.B tidak pernah sebelumnya dirawat di rumah sakit, sehingga
An.B tidak mengonsumsi obat-obatan. Ibu An.B juga mengatakan An.B tidak memiliki
riwayat melakukan tindakan operasi apapun, tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat
kecelakaan dan tidak ada riwayat jatuh ataupun kecelakaan. Dan ibu klien juga
mengatakan sampai dengan usia An.B 5 bulan saat ini imunisasi sudah dilakukan,
hanya tinggal beberapa imunisasi saja yang belum dilakukan karena klien belum
mencapai usia tersebut.

3. RIWAYAT KELUARGA

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal 1 rumah

: Keturunan

: Pernikahan

: Klien
An. B adalah anak kedua dari dua orang bersaudara, An.B tinggal bersama kedua orang

tuannya yaitu ayah dan ibunya beserta kakak laki-lakinya. Ibu An.B mengatakan bahwa

didalam keluarganya tidak ada riwayat kejang yang seperti dialami An.B saat ini. Namun

Ibu klien mengatakan bahwa sebelumnya kakak An.B ketika berusia 2 tahun juga pernah

mengalami kejang, namun tidak sampai dibawa kerumah sakit dan dirawat berhari-hari

seperti An.B saat ini.

4. RIWAYAT SOSIAL

Ibu An.B mengatakan bahwa sejak kecil kedua orang tuanyalah yang merawat, mengasuh

dan tinggal bersama-sama dengan An.B beserta kakak laki-lakinya. Hubungan An.B didalam

keluarga nya sangat baik, kehadiran An.B di tengah-tengah keluarga nya sangat diterima

dengan baik. Banyak diantara keluarga-keluarganya yang lain senang bermain dan secara

bergantian ingin menggendong An.B. An.B anak yang cukup kooperatif, tidak rewel dan

jarang menangis sehingga banyak yang senang bermain dengannya. Dan lingkungan disekitar

An.B cukup aman karena An.B selalu diawasi oleh keluarganyakarena saat ini An.B berada

ditahapan Tumbuh kembang belajar untuk telengkup dan merangkak.

5. KEBUTUHAN DASAR

a. Pola Makan

Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu klien belum

memberikan makanan pendamping apapun.saat ini An.B secaraeklusif hanya

mengonsumsi ASI. Ibu An.B mengatakan selama mengonsumsi ASI tidak ditemukan

masalah apa-apa. Frekuensi An.B mengonsumsi ASI setiap 2-3 jam sekali.
b. Pola Tidur

An.B tidak memiliki kebiasaan apapun sebelum tidur. ibu klien mengatakan jika

sebelum tidur siang ataupun malam hari An.B minum ASI. Tidur An.B dirasa cukup

baik tidak ada masalah dan tidak ada gangguan apapun saat klien tertidur. Dalam sehari

klien tidur selama ±9– 10 jam.

c. Mandi

An.B mandi 2x dalam sehari dengan menggunakan washlap dan air hangat. Setiap ibu

klien memandikan, klien selalu diberikan sabun, shampo.

d. Aktivitas Bermain

Ibu An.B mengatakan dalam kesehariannya An.B adalah anak yang cukup aktif dan

kooperatif. An.B saat ini belum bisa menggunakan alat-alat bermainnya hanya saja

An.B suka memasukkan benda mainannya kedalam mulutnya dan kini An.B sedang

pada masa tahapan Tumbuh kembang belajar telengkup.

e. Eliminasi

Ibu An.B mengatakan kebiasaan BAK dalam keseharian An.B 4-6x dalam sehari.

Konsistensi urine berwarna kuning, dengan bau yang khas, kira-kira ± 100cc/hari.

Untuk BAB ibu klien dalam sehari 1-2x/sehari dengan konsistensi cair warna kuning

kecoklatan dengan bau yang khas. dan ibu An.B juga mengatakan tidak ada masalah

dan gangguan saat BAB.


6. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

a. Diagnosa medis awal tanggal 21 april 2014 “KejangDemam”

b. Diagnosa medis akhir tanggal 23 april 2014 “Epilepsi”

c. Status nutrisi

Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu klien belum

memberikan makanan pendamping apapun.saat ini An.B secaraeklusif hanya

mengonsumsi ASI. Ibu An.B mengatakan selama mengonsumsi ASI tidak ditemukan

masalah apa-apa. Frekuensi An.B mengonsumsi ASI setiap 2-3 jam sekali.

d. Status cairan

Klien terpasang IVFD D5 ¼ NS 8tts/menit (dengan faktor tetes mikro)

e. Obat-obatan

1) Ampicilin 3x150 mg (pada pukul 09.00 – 17.00 – 01.00)

2) Stesolid sup 0.5 mg

3) Diazepam injeksi 0.5 mg

4) PCT siruf 3x1 sendok (pada pukul 09.00 – 17.00 – 01.00)

f. Hasil Laboratorium tanggal 20 april 2014

No Jenis Hasil Satuan Nilai Normal


Pemeriksaan
1 WBC 9.3 103/ul 5-10
2 RBC 5.22 106/ul 3,08-5,05
3 HGB 11.6 g/dl 11-16
4 HCT 36.6 % 37-48
5 MCV 70 fL 80-92
6 MCH 22.3 fL 27-31
7 MCHC 31.8 g/dl pg 32-36
8 PLT 664 103/mm3 103/ul 150-450
g. Pemeriksaan EEG

Dari hasil pemeriksaan EEG yang telah dilakukan pada tanggal 23 April 2014

menunjukkan hasil bahwa An.B dinyatakan hasil EEG abnormal yang menyatakan An.B

menderita Epilepsi.

7. PEMERIKSAAN FISIK

No Pemeriksaan Hasil
a. Tanda-tanda vital

Nadi 120x/menit

RR 42x/menit

Suhu 37.7 OC

Berat Badan 8.5 kg

Panjang Badan 58 cm
b. Kepala-leher

Kepala Bentuk kepala bulat, tidak adaedema, tidak ada

nyeri tekan, kaput (-)

Ubun-ubun Ubun-ubun lunak, ubun-ubun besar (+), ubun-

ubun kecil (-)

Mata Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, reaksi

pupil terhadap cahaya (+)

Hidung Tidak ada polip ataupun benda asing,

keadaannya cukup bersih, secret tidak ada

Mulut Mukosa tampak pucat, keadaan cukup bersih,

tonsil warna pink, gusi warna pink, gigi klien

belum tumbuh, reflek menghisap (+)

Tenggorokan Reflek menelan (+), tidak ada infeksi, tidak ada


nyeri, dan tidak ada edema.

Vena jugularis Tidak ada pembesaran vena jugularis

Kelenjar Limfe Tidak ada pembesaran kelenjar limfe


c. Thorax/paru-paru RR= 42x/menit, Retraksi dinding dada (-),

penggunaan otot-otot pernaasan (-), tidak ada

edema, tidak ada nyeri tekan, suara paru

vesikuler reguler, ronchi (+), whezing (-)


d. Jantung Perifer :

CRT <2detik (+), sianosis bibir (+)

Jantung :

Tidak ada edema, tidak ada nyeri dada, tidak ada

nyeri tekan, suara jantung S1 & S2 reguler,

HR=120x/menit
e. Abdomen Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, bentuk

abdomen normal, suara bising usus 5x/menit


f. Genitalia& anus Penis menonjol (+), keadaan genitalia cukup

bersih, tidak ada edema, Anus (+), tidak ada

hemoroid
g. Ekstermitas Kekuatan otot (+), pergerakan cukup aktif, tidak
ada edema, kesadaaran composmentis PCS =
15 ,tonus otot 5 5

5 5
8. KEBUTUHAN CAIRAN

a. Intake

1) Minum 750cc

2) Infus 8 tts/menit = ....Y.....x 60 (mikro)


24 jam x 60 menit
8 tts/menit = 60 Y
1440
60 Y = 1440 x 8
60 Y = 11520
Y = 11520
60
Y = 192 cc
Yadalah cairan infus dalam 24 jam

Jumlah volume cairan infus yang telah masuk ke


tubuh pasien adalah

Jumlah 1 botol infus – jumlah volume infus yang sisa


= 500 cc – 370 cc
= 130 cc
3) Kebutuhan
Cairan

= BB 10 Kg I x 100 cc
= 8.5 Kg x 100 cc
= 850 cc/hari

Jadi, intake yang di dapat oleh An.B adalah


= Minum + Infus + Kebutuhan Cairan

= 750 cc + 130 cc + 850 cc

= 1730 cc/hari

b. Output

1) Muntah Tidak ada (-)

2) Urine = 2 cc / Kg BB / jam

= 2 cc x 8.5 Kg / jam

= 17 cc / jam

= 17 cc x 24 jam

= 408 cc / hari

c. IWL

= ( 30 – usia dalam tahun )

= ( 30 – 5 bulan ) x 8.5 Kg
12 bulan
=30 – 5 = 360 – 5
12 12 12
= 355 x 8.5
12
= 251 cc
Jadi, Balance cairan An.B adalah
Balance cairan = intake – ( output + IWL )

Balance cairan = 1792 cc – ( 408 cc + 251 cc )

= 1730 cc – 659 cc

= 1071 cc

d. Untuk kenaikan suhu


IWL + 200 ( suhu saat ini – 36.8 0 C )

Setiap kenaikan suhu 10C x 10 %

1) Tanggal 21 April 2014

Pukul 09.00 WIB

= 251 + 200 ( 37.7 – 36.8 )

= 251 + 200 ( 0.9 )

= 251 + 180

= 431 cc

Pukul 09.00 WIB

= 251 + 200 ( 38.5 – 36.8 ) x 10 %

= 251 + 200 ( 1.7 ) x 10 %

= 251 + 340 x 10 %

= 251 + 34

= 285 cc
2) Tanggal 23 april 2014

Pukul 19.00 WIB

= 251 + 200 ( 39.4 – 36.8 ) x 10 %

= 251 + 200 ( 2.6 ) x 10 %

= 251 + 520 x 10 %

= 251 + 52

= 303 cc
3.2 ANALISA DATA

N DATA MASALAH ETIOLOGI


O
1 DS: Bersihan jalan nafas Sumbatan lidah di
tidak efektif endotrakea
- Ibu An.B Mengatakan
anaknya saat ini sedang
batuk-batuk
peningkatan sekret
- Ibu An.B mengatakan
saliva
takut yang klien rasakan
setelah dirumah sakit &
setelah mengalami kejang
berulang kerusakan
- Ibu An.B Mengatakan neoromuskuler
batuk yang dialami
anaknya disertai dengan
adanya penumpukan
sekret.

DO:

- An.B terlihat sekali


mengeluarkan suara batuk
- An. B terpasang O₂ 1
Liter/menit nasal kanul
- An. B Telah dilakukan
penghisapan sekret
dengan menggunakan
suction
- Ronchi (+)
- Retraksi dinding dada (-)
- Sianosis (-)
- RR = 38x/menit

DS:

- Ibu klien mengatakan


demam An.B semalam
saat sebelum dibawa ke
Rumah Sakit.
- Ibu Klien mengatakan
An.B mengalami demam
setelah 2x mengalami
Kejang
- Ibu Klien mengakatan
kondisi demam yang saat
ini dialami oleh An.B
membuat klien menjadi
gelisah
Peningkatan
metabolic
Termogulasi tidak
DO :
efektif
2
- Klien tampak lemas &
proses infeksi
lemah
- Suhu An.B (21/04/2014)
Pagi : 37,7 ̊C
Siang : 38,5 ̊C peningkatan suhu

- Klien An.B tampak


Gelisah
- Klien tampak banyak
mengeluarkan keringat
- Mukosa bibir pucat

DS:

- Ibu An.B mengatakan


An.B sebelumnya tidak
pernah mengalami kejang
- Ibu An.B kejang yang di
alami An.B sebelum
dibawa Ke Rumah Sakit
sudah 2x terjadi yaitu pagi
& siang.
- Ibu An.B mengatakan saat
kejang tubuh anaknya
bergetar & kakinya
menendang-nendang
- Ibu An.B mengatakan
kejang yang terjadi
berlangsung kira-kira ± 5
menit

DO:
- Klien tampak terlihat
gelisah
- Klien terlihat saat demam
tubuhnya bergetar
- Kejang berlangsung ± 5
menit
- Saat kejang terlihat
ibunya memasukkan kain
kedalam mulutnya

Perubahan
kesadaran
Resiko Terhadap
cidera
DS:
kerusakan kognitif
- Ibu klien mengatakan selama kejang

3 tidak tahu apa yg terjadi


pada An.B
- Ibu klien mengatakan kerusakan
setiap An.B kejang, ibu mekanisme
klien selalu panik perlindungan diri
- Ibu klien mengatakan jika
An.B kejang tidak tahu
apa yang harus dilakukan
aktivitas kejang
yang tidak terkontrol

DO:

- Ibu klien tampak terlihat


bingung & sangat panik
saat An.B kejang
- Ibu klien tampak terlihat
cemas & takut jika An.B
kembali kejang
Kurang pengajaran

Kurang pengetahuan kesalahan


mengenai kondisi interpretasi
dan aturan informasi
pengobatan

kurang mengingat.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea,


peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
b. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan
metabolik, proses infeksi
c. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif
selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang
terkontrol ( gangguan keseimbangan )
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
3.4 RENCANA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea,


peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam masalah bersihan jalan nafas
tidak efektif tidak terjadi dan teratasi.
Kriteria hasil : nafas normal ( 25 – 30 x/menit ), tidak tejadi aspirasi, tidak ada
dispnea, tidak ada penumpukan sekret.

INTERVENSI RASIONAL

1. Anjurkan klien untuk 1. Menurunkan resiko aspirasi atau


mengosongkan mulut dari masuknya sesuatu benda asing
benda/zat tertentu kedalam tirah baring

2. Letakkan klien dalam posisi 2. Meningkatkan aliran (drainase),


miring dan pada permukaan sekret, mencegah lidah jatuh dan
datar menyumbat jalan nafas

3. Tanggalkan pakaian klien pada 3. Untuk memudahkan usaha klien


daerah leher atau dada dan dalam bernafas dan ekspansi
abdomen dada

4. Melakukan penghisapan sesuai 4. Mengeluarkan mukus yang


indikasi berlebihan menurunkan resiko
aspirasi atau afeksia

5. Berikan oksigen sesuai 5. Membantu pemenuhi kebutuhan


program terai oksigen adar tetap adekuat.
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhuberhubungan dengan peningkatan
metabolik, proses infeksi

Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam, masalah termogulasi tidak efektif
teratasi.

Kriteria hasil : Demam berkurang, suhu normal 36,5 – 37,5 ̊ C , Nadi dan RR
normal, tidak ada perubahan warna kulit

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji faktor-faktor terjadinya 1. Mengetahui penyebab terjadinya


peningkatan suhu peningkatan suhu tubuh karena
penambahan pakaian / selimut
dapat menghambat penurunan
suhu.
2. Observasi tanda – tanda vital 2. Pemantauan tanda vital yang
teratur dapat menentukan
perkembangan keperawatan
selanjutnya.

3. Proses konduksi / perpindahan


3. Ajarkan keluarga cara
panas dengan suatu bahan
memberikan kompres dibagian
perantara.
kepala / ketiak

4. Anjurkan untuk menggunakan 4. Proses hilangnya panas akan


pakaian tipis yang terbuat dari terhalangi oleh pakaian tebal dan
kain katun tidak dapat menyerap keringat.

5. Berikan ekstra cairan dengan


5. Kebutuhan cairan meningkat
menganjurkan klien banyak
karena penguapan tubuh yang
minum
meningkat.
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif
selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang
terkontrol ( gangguan keseimbangan )

Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 Jam masalah resiko terhadap
cidera teratasi dan tidak terjadi.

Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi aman, tidak
ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.

INERVENSI RASIONAL

1. Identifikasi faktor lingkungan 1. Dengan menjauhkan barang-


yang memungkinkan resiko barang disekitarnya dapat
terjadinya cidera membahayakan saat terjadinya
kejang

2. Pasang penghalang ditempat 2. Penjagaan untuk keamanan,


tidur untuk mencegah terjadinya cidera
pada klien

3. Letakkan klien ditempat tidur 3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar mencegah terjadinya cidera pada
klien

4. Siapkan kain lunak untuk 4. Lidah berpotensi tergigit saat

mencegah terjadinya kejang karena saat kejang

tergigitnya lidah saat kejang biasanya lidah menjulur kedepan

5. Berikan obat anti kejang 5. Mengurangi aktivitas kejang


yang berkepanjangan yang dapat
mengurangi suplai oksigen
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.

Tujuan : Setelah dilakukan askep 1x24 Jam masalah kurang pengetahuan


mengenai kondisi dan aturan pengobatan teratasi.

Kriteria hasil : Mampu mengungkapkan pemahaman tentang gangguan dan


berbagai rangsangan yang telah diberikan, mulai merubah perilaku,
mentaati peraturan obat yang diresepkan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan mengenai prognosis 1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan persepsi
pengobatan & keadaan penyakit yang ada

2. Berikan informasi yang adekuat 2. Pengetahuan yang diberikan


tentang prognosis penyakit dan mampu menurunkan resiko dari
tentang interaksi obat yang efek bahay satu penyakit & cara
potensial menanganinya

3. Kebutuhan terpeutik dapat berubah


3. Tekankan perlunya untuk
sehingga mempersiapkan
melakukan evaluasi yang
kemungkinan yang akan terjadi
teratur/melakukan pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi

4. Aktivitas yang sedang & teratur


4. Diskusikan manfaat kesalahan
dapat membantu
umum yang baik, seperti diet
menurunkan/mengendalikan faktor
yang adekuat, & istirahat yang
presdiposisi
cukup
3.5 CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : An. B

Ruangan : Anak

No. MR : 235615
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea,
peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.

Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& jam
Senin, 1. Menganjurkan Subjektif :
21/04/2014 klien untuk
mengosongkan - Ibu An. B mengatakan
mulut dari bahwa anaknya kini
benda/zat dalam keadaan batuk
08. 30 WIB
tertentu - Ibu An. B mengatakan
2. Meletakkan klien sudah 2 hari anaknya
dalam posisi mengalami batuk
miring dan pada - Ibu An. B mengatakan
permukaan datar batuk yang dialami
3. Menanggalkan anaknya disertai dengan
pakaian pada secret/dahak
daerah leher dan
09.00 WIB dada, serta
Objektif :
abdomen
4. Melakukan - Tampak tidak ada benda
penghisapan asing/zat tertentu di
sesuain indikasi mulut An.B
5. Memberikan - Klien terlihat dalam
oksigen sesuai posisi miring kiri diatas
09.15 WIB program terapi O2 permukaan datar tempat
1 liter/menit tidur
nasal kanul - Ibu klien tampak
melepaskan pakaian luar
An. B dan hanya
memakaikan kaos dalam
saja pada An. B
- Pukul 19.30 WIB telah
dilakukan penghisapan
10.30 IB secret dengan
menggunakan mesin
suction
- Klien terpasang oksigen 1
liter/menit nasal kanul

Analisis :

- Masalah bersihan jalan


nafas tidak efektif teratasi
sebagian

Planing :

- Lanjutkan Intervensi : 2,4


&5

2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan metabolik,


proses infeksi

Hari/Tangga
l
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Senin, 1. Mengkaji factor Subjektif :
21/04/2014 terjadinya
peningkatan suhu - Ibu klien mengatakan
demam An. B belum
2. Mengobservasi juga turun
08. 45 WIB
vital sign - Ibu klien mengatakan
demam yang dialami
3. Mengajarkan oleh An. Bsejak
keluarga cara semalam saat setelah
memberikan dibawa ke Rumah Sakit
kompres di - Ibu klien mengatakan
bagian kepala / demam yang di alami
ketiak klien setelah terjadi
09.00 WIB kejang
4. Menganjurkan
untuk
menggunakan
pakaian tipis Objektif :
yang terbuat dari
09.10 WIB - Faktor terjadi demam
kain katun
akibat kejang yang
5. Menganjurkan terjadi setelah berulang
ibu untuk - Hasil observasi vital
memberikan sign :
ASI sesering Suhu : 38,5⁰C Nadi :
120x/menit
mungkin
Pernafasan : 42x/menit
- Mengajarrkan cara
6. Memberikan
mengkompres dan
antipiretik
keluarga telah mampu
mempraktekannya

09.30 WIB - Klien tampak telah di


ganti pakaiannya oleh
ibunya dengan pakaian
yang tipis
- Klien tampak sering
diberikan ASI eksklusif
oleh ibunya
- PCT sirup 3 x 1 sendok

Analisis :

- Masalah
9.45 IB
ketidakefektifan
termoregulasi teratasi
sebagian

Planing :

- Lanjutkan Intervensi :
2,3 & 5
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif
selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang
terkontrol ( gangguan keseimbangan )

Hari/Tangga Implementasi Evaluasi Paraf


l
& Jam
Senin,
21/04/2014

1. Menganjurkan
klien untuk
08. 30 WIB
mengosongkan Subjektif :
mulut dari
- Ibu An. B mengatakan
benda/zat
bahwa anaknya kini
tertentu
dalam keadaan batuk
2. Meletakkan
- Ibu An. B mengatakan
klien dalam
sudah 2 hari anaknya
posisi miring
mengalami batuk
dan pada
- Ibu An. B mengatakan
permukaan
batuk yang dialami
datar
09.00 WIB
anaknya disertai dengan
3. Menanggalkan
secret/dahak
pakaian pada
daerah leher
dan dada, serta
Objektif :
abdomen
4. Melakukan - Tampak tidak ada benda
penghisapan asing/zat tertentu di
sesuain indikasi mulut An.B
5. Memberikan - Klien terlihat dalam
oksigenn sesuai posisi miring kiri diatas
09.10 WIB
program terapi permukaan datar tempat
O2 1 liter/menit tidur
- Ibu klien tampak
melepaskan pakaian luar
An. B dan hanya
memakaikan kaos dalam
saja pada An. B
- Pukul 19.30 WIB telah
09.45 WIB dilakukan penghisapan
secret dengan
menggunakan mesin
suction
- Klien terpasang oksigen 1
Masih liter/menit nasal kanul
terpasang

Analisis :

- Masalah bersihan jalan


nafas tidak efektif teratasi
sebagian

Planing :

- Lanjutkan Intervensi : 2,4


&5

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea,


peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.

Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Selasa,
22/04/2014
1. Meletakkan klien Subjektif :
dalam posisi
- Ibu An. B
10. 15 WIB miring dan pada mengatakanbatuk yang
dialami An. B sudah mulai
permukaan datar
berkurang
2. Melakukan - Ibu An. B mengatakan
penghisapan sudah tidak mendengar
suara dahak/secret ketika
sesuain indikasi
An. B batuk
3. Memberikan
oksigenn sesuai
Objektif :
program terapi O2
- Klien di posisikan miring
1 liter/menit
11.30 WIB kiri dan di permukaan datar
diatas tempat tidur
- Klien telah dilakukan
penghisapan dengan
menggunakan suction
untuk yang terakhir, karena
secret/dahak sudah
berkurang & tidak
Masih terdengar lagi
terpasang - Klien An. B masih
terpasang Oksigen 1
liter/menit nasal kanul

Analisis :

- Masalah bersihan jalan


nafas tidak efektif teratasi.

Planing :

- Intervensi dihentikan.
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan metabolik,
proses infeksi

Hari/Tangga
No
l
. Implementasi Evaluasi Paraf
DX
& Jam
2. Selasa,
22/04/2014
1. Mengobservasi
Subjektif :
vital sign
2. Mengajarkan - Ibu An. B mengatakan
08. 15 WIB keluarga cara demam di hari ke-2
memberikan perawatan di rumah sakit
kompres di sudah berangsur turun
3. Memberikan sedikit demi sedikit
09.30 WIB
ekstra cairan - Ibu klien mengatakn sudah
dengan rutin memberikan kompres
menganjurkan di bagian kepala anak untuk
klien banyak menurunkan suhu tubuh
minum - Ibu klien mengatakan sering
4. Memberikan memberikan ASI kepada
antipiretik anaknya
09.00 WIB

Objektif :

- Observasi vital sign : Pagi,


Suhu : 37,5OC
Nadi : 100x/m RR : 34x/m
Siang ; S : 37,4OC N :
110x/m
RR : 30x/menit
- Ibu klien tampak sedang
memberikan kompres hangat
di bagian kepala klien
- Ibu klien tampak sedang
memberikan ASI saat klien
menangis kehausan
- PCT sirup 3 x 1 sendok

Analisis :

- Masalah ketidakefektifan
termoregulasi teratasi
sebagian

Planing :

- Lanjutkan Intervensi : 1 & 2

3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif


selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang
terkontrol ( gangguan keseimbangan )

Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Selasa,
22/04/2014
1. Memberikan
Subjektif :
penghalang di
tempat tidur klien - Ibu An. B mengatakan
09.00 WIB 2. Menyiapkan kain selalu menjaga &
lunak untuk mengawasi An. B di tempat
mencegah terjadinya tidur
tergigitnya udah saat - Ibu klien mengatakan selalu
kejang menyiapkan kain lunak
09.20 WIB 3. Memberikan obat disamping tempat tidur An.
anti kejang : B
- Stesolid.Sup :
0,5 mg
Objektif :
- Diazepam IV :
0,5 mg
- Tampak terlihat keluarga
An. B memberikan
penjagaan disamping
10.00 WIB tempat tidur klien
- Ibu klien tampak dengan
sigap selalu memasukkan
kain lunak ke dalam mulut
An. B saat terjadi kejang
- Klien selalu mendapatkan
stesolid & Diazepam setiap
kali kejangmya kembali
berulang.

Analisis :

- Masalah Resiko terhadap


cidera sebagian sudah
teratasi.

Planing :

- Lanjutkan Intervensi 2 & 3.


BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPILAN

4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Arif, et. All.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculaius.

Doengoes, M.E , Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan.


Jakarta : EGC.

Nurarif,A.H & Kusuma,H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & Nanda Nic-Noc.Yogyakarta : Media Action.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G.(2002). BukuAjar Keperawatan Medical Bedah. volume II.
Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai