Anda di halaman 1dari 13

Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2019 Yogyakarta: Tradisi Larung

Kali
Sumber: Antara
28 Oktober 2019
View non-AMP version at tirto.id

Larung Kali di Sungai Gajah Wong merupakan bentuk rasa syukur masyarakat yang digelar saat Hari
Sumpah Pemuda
   

tirto.id - Peringatan Sumpah Pemuda 2019 dirayakan dengan kegiatan unik “Larung Kali" di
Sungai Gajah Wong yang juga menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan mereka sehari-
hari. Agenda ini diadakan oleh pemuda Kampung Balirejo Yogyakarta.
Sebagaimana diwartakan Antara, Ketua Pemuda Kampung Balirejo Nugroho
Rusdianto menyebut agenda ini sebagai bentuk rasa syukur masyarakat atas sungai tempat
mereka bekerja setiap harinya. 
“Sungai ini menjadi bagian kehidupan sehari-hari masyarakat. Warga di sini memperoleh
pendapatan dengan mencari pasir atau ada yang memperoleh ikan, udang, dan belut untuk lauk
sehari-hari. Oleh karenanya, kami melakukan kegiatan ini di sungai," katanya di sela-sela Larung
Kali di Yogyakarta, Minggu (27/10/2019). 
Dalam kegiatan Larung Kali tersebut, seluruh warga Kampung Balirejo tampil kompak dengan
kostum surjan untuk laki-laki dan kebaya untuk perempuan. Sebuah gunungan yang terbuat dari
beragam hasil bumi seperti padi, sayur, dan hasil sungai serta tujuh tumpeng nasi diarak di
sepanjang jalan inspeksi tepi sungai.
Dengan diarak keliling kampung, Nugroho berharap, warga yang hari ini belum bisa mengikuti
kegiatan Larung Kali akan tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut di tahun depan.
Setelah didoakan lintas agama, tumpeng pun dihanyutkan ke sungai.
“Kegiatan ini baru dilakukan untuk pertama kali dan harapannya bias digelar rutin tahunan,"
katanya. 
Ia mengatakan, semangat persatuan dalam Sumpah Pemuda menjadi muara dalam Larung Kali
tersebut yaitu meningkatkan kerukunan dan semangat gotong royong seluruh masyarakat untuk
bersama-sama menjaga sungai yang menjadi sumber penghidupan mereka.
Menurutnya, Sungai Gajah Wong yang berada di perkotaan memiliki tantangan berupa potensi
pencemaran yang semakin tinggi, baik limbah yang bersumber dari rumah tangga,
pertanian,usaha jasa, hingga industri.
“Warga harus memiliki kesadaran untuk bersama-sama menjaga kelestarian sungai sehingga
warga akan selalu memperoleh beragam manfaat dari keberadaan Sungai Gajah Wong," katanya.
Baca juga: Semangat Sumpah Pemuda Tutup PKN Revolusi Mental

Selain untuk memupuk kerukunan antar warga dan semangat menjaga kelestarian sungai,
Nugroho mengatakan, kegiatan tersebut dilakukan untuk menjaga kebudayaan dan tradisi
masyarakat Yogyakarta.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, Sumpah Pemuda
mengajarkan kepada seluruh masyarakat bahwa pemuda di tahun 1928 sudah memiliki lompatan
pemikiran yang sangat tinggi yaitu mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersatu.
“Satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa adalah sebuah lompatan pemikiran yang luar biasa.
Pemuda memiliki kesadaran untuk menyatukan seluruh bangsa Indonesia," katanya.
Pada masa sekarang, lanjut Heroe, Sumpah Pemuda dapat dimaknai sebagai upaya untuk menuju
kemandirian Indonesia.
“Tantangan yang dihadapi saat ini tentu berbeda. Pada zaman sekarang, teknologi yang
berkembang sangat pesat bisa membantu kemandirian Indonesia, tetapi jika salah
menggunakannya justru akan membuat bangsa Indonesia tidak bisa berkembang," katanya.
Oleh karena itu, lanjut Heroe, teknologi harus digunakan secara hati-hati dan bijak sehingga
bangsa Indonesia tidak hanya terjebak sebagai pengguna saja tetapi tidak memperoleh manfaat
atau nilai tambah dari kemajuan teknologi yang berlangsung sangat pesat.
ARTIKEL-ARTIKEL TENTANG SUMPAH PEMUDA

Sejarah Lirik Lagu Indonesia Raya dalam Hari Sumpah Pemuda


Penulis: Alexander Haryanto
28 Oktober 2019
Instrumental lagu "Indonesia Raya" pernah dibawakan dalam Kongres Pemuda II pada 28
Oktober 1928, sebagai cikal bakal Hari Sumpah Pemuda.
tirto.id - Lirik lagu "Indonesia Raya" ditulis oleh komposer sekaligus wartawan Wage Rudolf
Supratman. Instrumental lagu tersebut pertama kali dibawakan dalam Kongres Pemuda II pada
28 Oktober 1928, yang kelak dikenal sebagai cikal bakal Hari Sumpah Pemuda.
Mulanya, WR Supratman adalah wartawan koran Sin Po yang ditugaskan untuk meliput
Kongres Pemuda II, seperti ditulis oleh St. Sularto dalam “Wage Rudolf Supratman Menunggu
Pelurusan Fakta Sejarah” di Majalah Prisma edisi 5 Mei 1983.
Namun, kala itu keinginannya tidak hanya sekadar menulis berita, tetapi juga ingin membawakan
lagu "Indonesia Raya". Atas inisiatifnya sendiri, ia menyebarkan salinan lagu itu kepada para
pimpinan organisasi pemuda.
Gayung bersambut. Lagu tersebut mendapat sambutan hangat. Sugondo, yang waktu itu
memimpin Kongres Pemuda Indonesia Kedua, awalnya mengizinkan Supratman membawakan
lagu tersebut pada jam istirahat. Namun, ketika Sugondo membaca lebih teliti lirik lagu itu, ia
menjadi ragu.
Ia takut pemerintah memboikot acara Kongres. Akhirnya Sugondo meminta Supratman
membawakan lagu tersebut dengan instrumen biola saja. Ketika jam istirahat tiba, Supratman
maju, membawakan lagu 'Indonesia Raya' versi instumental. Semua peserta kongres tercengang.
Mereka terharu mendengar gesekan biolanya. Itulah kali pertama lagu 'Indonesia Raya'
berkumandang. Lagu itu kembali berkumandang di akhir bulan Desember 1928 saat pembubaran
panitia kongres kedua.
Pada kesempatan itu, untuk kali pertama, lagu tersebut dinyanyikan dengan iringan paduan
suara. Ketiga kalinya, lagu 'Indonesia Raya' dinyanyikan saat pembukaan Kongres PNI 18-20
Desember 1929.
Para peserta berdiri dan bernyanyi mengikuti kur dan iringan biola Supratman sebagai tanda
penghormatan kepada Indonesia Raya. Lagu 'Indonesia Raya' semakin populer. Ini membuat
resah pihak Belanda. Mereka takut jika lagu tersebut mampu membangkitkan semangat
kemerdekaan.
Karena itu, pada 1930, lagu itu dilarang dan tak boleh dinyanyikan dalam kesempatan apa pun,
Alasan pemerintah kolonial: lagu tersebut dapat "mengganggu ketertiban dan keamanan."
Selaku pencipta, Supratman tak luput dari ancaman. Ia sempat ditahan dan diinterogasi soal
maksud lirik “merdeka, merdeka, merdeka”. Tetapi kekangan itu cuma sebentar. Setelah diprotes
dari pelbagai kalangan, pemerintah Hindia Belanda mencabutnya dengan syarat hanya boleh
dinyanyikan di ruang tertutup.
Supratman kemudian menciptakan lagu "Matahari Terbit". Lagu ini membuatnya kembali
merasakan tahanan pemerintah Hindia Belanda. Otoritas kolonial menafsirkan bahwa Supratman
ikut memuji Dai Nippon.
Berkat bantuan van Eldik, Supratman dibebaskan dari tuduhan tersebut. Keluar dari masa
tahanan, Supratman jatuh sakit. Di masa itu ia berkenalan akrab dengan kakak iparnya, Oerip
Kasansengari.
Supratman berkata, “Mas, nasibku sudah begini. Inilah yang disukai oleh pemerintah Hindia
Belanda. Biarlah saya meninggal, saya ikhlas. Saya sudah beramal, berjuang dengan caraku,
dengan biolaku. Saya yakin Indonesia pasti merdeka.”
Pada 17 Agustus 1938, Supratman tutup usia setelah jatuh sakit. Jenazahnya dimakamkan di
Kuburan Umum di Jalan Kejeran Surabaya, dengan jumlah pelayat tak lebih dari 40 orang.
Supratman telah tiada. Tapi fobia terhadap lagu 'Indonesia Raya' tak kunjung reda. Maka, ketika
Jepang menduduki kawasan Hindia Belanda pada Maret 1942, lagu tersebut kembali dilarang.
Lagu itu baru bebas dicekal di ambang kejatuhan pendudukan Jepang pada medio 1945.
Lagu 'Indonesia Raya' kembali bergema setelah Sukarno membacakan teks Proklamasi
kemerdekaan, 17 Agustus 1945. Sebagai bentuk penghormatan, pada 16 November 1948,
dibentuklah Panitia Indonesia Raya.
Hasilnya adalah Peraturan Pemerintah RI tentang Lagu Kebangsaan Indonesia Raya pada 26 Juni
1958. Peraturan yang berisikan 6 bab ini mengatur tata tertib dalam penggunaan lagu 'Indonesia
Raya' dilengkapi pasal-pasal penjelasan.
Tentang penting dan nilai luhur 'Indonesia Raya', Presiden Sukarno pernah mengatakan: “... Setia
kepada Indonesia Raya, setia kepada lagu Indonesia Raya yang telah kita ikrarkan bukan saja
menjadi lagu perjuangan, tetapi menjadi lagu kebangsaan. Bukan saja lagu kebangsaan, tetapi
pula menjadi lagu Negara kita. Permintaan batin kita ialah Allah S.W.T. menjadikan lagu
Indonesia menjadi lagu Kebangsaan, lagu bangsa kita sampai akhir zaman pula. Jangan ada
sesuatu golongan memilih lagu baru, setialah kepada lagu Indonesia Raya, setialah kepada
Pancasila.”
Lirik Lagu Indonesia Raya:
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

Intoleransi Tak Sesuai dengan Roh


Sumpah Pemuda
1 November 2019   01:32 Diperbarui: 1 November 2019   01:32

9 0 0

historia.id

Ketika para pemuda menggagas Sumpah Pemuda pda 28 Oktober 1928, yang harus kita pahami
adalah mereka sudah rela melebur kebanggaan  primodialisme dan fanatisme kelompok dan
kesukuan. Mereka tidak peduli lagi bahwa suku Jawa berbeda dengan Madura, Sumatera punya
budaya berbeda dengan Bali, Kalimantan juga berbeda dengan Sulawesi.

Mereka tidak merasa lebih tinggi atau lebih rendah satu sama lain. Mereka juga mengabaikan
keyakian yang berbeda. Islam, Kristen, Hindu dan Budha melebur dan punya rasa nasionalisme
yang sama. Mereka punya naluri untuk menyatukan semua perbedaan itu dan mendorong
pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Beberapa belas tahun setelah Sumpah Pemuda itu,kemerdekaan bangsa Indonesia memang
didapat. Bukan tanpa perjuangan, karena Belanda sebagai negara penjajah ingin kembali
menjajah Indonesia setelah Jepang berhasil dikalahkan oleh Sekutu. Saat itu Belanda
membonceng sekutu dan menyerang Indonesia padahal bangsa kita sudah menyatakan
kemerdekaan.

Setelah serangan bertubi dari sekutu itu, semua komponen bangsa melawan dengan banyak jatuh
kurban. Yang paling dahsyat adalah perlawanan dari arek-arek Suroboyo yang mencapai ribuan
jiwa gugur dalam perlawanan kepada Sekutu.

Pengorbanan ini tentu tidak disertai penekanan bahwa dia dari suku dan dari keyakinan mana
sehingga mereka rela menyerahkan nyawanya untuk cita-cita bersama itu. Penduduk Surabaya
yang melakukan perlawanan tentu tidak berfikir bahwa kemerdekaan itu untuk golongan mereka
sendiri tetapi untuk seluruh rakyat Indonesia yang sudah menyatakan merdeka dari penjajahan
Belanda.

Karena itu kita harus kembali mereview ulang apa saja yang sudah terjadi untuk mewujudkan
apa yang kita capai sekarang. Kemerdekaan, kemajuan dalam hal pendidikan, sosial, ekonomi ,
pertahanan dan keamanan. Kita juga tidak kuatir lagi dalam menjalanakan cita-cita pribadi
maupun cita-cita nasional.

Hanya saja, kerikil bernama in- toleransi  selalu mengintip kita selama beberapa tahun ini.
Intoleransi yang mempersoalkan perbedaan keyakinan sangat marak. Hal ini juga diperuncing
dengan sikap yang tak layak diberlakukan bagi sesama bangsa Indoensia yang menjunjung
persamaan hak meskipun kita berbeda keyakinan dan berbeda etnis.

Intoleransi jelas tidak sesuai dengan roh Sumpah Pemuda yang didengungkan oleh pemuda pada
masa itu. Tentu kita tahu bahwa para pemuda itu tidak saja beragama Kristen atau Hindu, tapi
juga memeluk agama Islam dan Budha. Mereka juga dari beragam etis, Jong Java, Jong
Sumatera, Jong Ambon dll sehingga seharusnya kita paham bahwa kita disatukan meski kita
berbeda banyak hal
Sumpahnya Para Pemuda yang Mulai
Menghilang
15 Desember 2018   23:32 Diperbarui: 15 Desember 2018   23:32

816 0 0

Sumpah Pemuda adalah salah satu sejarah dari Indonesia. Sumpah pemuda berisi tentang
pemersatuan bangsa. Ikrar ini sendiri merupakan satu dari tonggak kemerdekaan Indonesia.
Disebut juga sebagai penyemangat bangsa untuk menggapai cita-cita bangsa Indonesia. Sehingga
sumpah pemuda ini merupakan hal yang penting bagi perjalanan sejarah kemerdekaan Indonesia.

Sumpah Pemuda dirayakan pada tanggal 28 oktober 1928. Namun sumpah pemuda


diselenggarakan mulai tanggal 27 sampai 28 oktober 1928. Di tanggal ini sumpah pemuda
menegaskan bahwa di setiap mimpi di Indonesia akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa
Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Hal ini tentu menjadi sebuah peyemangat bagi pemuda dan
pemudi bangsa Indonesia pada saat itu. Namun jika dilihat pada tahun 2018, hal ini mulai
menghilang. Hal ini seperti akan menghilang dari kesadaran pemuda di Indonesia.

Banyak yang masih memperingati hari sumpah pemuda. Tetapi banyak juga yang sudah lupa dan
tidak ingat akan sumpah pemuda. Sebagai bangsa Indonesia, baru saja kemarin kita merayakan
sumpah pemuda. Namun hal ini tidak banyak diingat oleh para pemuda jaman sekarang. Karena
kurangnya ketertarikan anak jaman sekarang dengan sejarah.

ADVERTISING

inRead invented by Teads

'Kurangnya ketertarikan ini disebabkan oleh globalisasi'. Globalisasi tidak bisa disebut faktor
utama kurangnya ketertarikan pada sejarah. Masih banyak faktor yang saling mendorong
hilangnya sumpah pemuda. Hal ini bisa disebabkan karena memang kurangnya penerapan
tentang sejarah Indonesia. Sehingga pemuda juga mulai lupa dan mulai tidak ingin tahu dengan
peristiwa-peristiwa seperti ini.
Ada sebuah ucapan "sumpahnya ada namun pemudanya tidak ada". Hal ini cukup bisa
mencerminkan keadaan yang sedang ada di Indonesia. Perjuangan para pahlawan untuk
memerdekakan bangsa Indonesia haruslah tetap di ingat. Tanpa adanya sumpah pemuda
Indonesia tidak akan seperti sekarang. Tanpa ada peristiwa yang lalu-lalu Indonesia tidak akan
bersatu.

Hilangnya semangat ini harus cepat ditangani. Karena jika tidak akan menjadi sebuah masalah
bagi bangsa Indonesia sendiri. Karena hal seperti ini bangsa Indonesia bisa pecah karena tidak
ada kesadaran tentang persatuan bangsa. Masih ada juga pemuda yang merayakan sumpah
pemuda. Memeriahkan peringatan ini.

Karena kurangnya kesadaran tentang sumpah pemuda, bangsa Indonesia sekarang mudah
dipecah. Hanya dengan berita hoax atau clickbait tanpa membaca lebih lanjut, bangsa Indonesia
bisa bertengkar. Terbentuk kubu-kubu garis keras mendukung kepercayaannya masing-masing.
Hal seperti ini yang dapat memecahkan bangsa Indonesia. Sebagai bangsa Indonesia seharusnya
tidak boleh seperti itu.

Para pahlawan dan isi sumpah pemuda ingin bangsa Indonesia bersatu membentuk sebuah
bangsa yang hebat karena kesatuannya. Namun jika kita sebagai masyarakat Indonesia
melupakan jasa-jasa pahlawan dan peristiwa seperti sumpah pemuda hal ini menjadi sebuah
bencana. Perjuangan yang telah dilakukan oleh pahlawan sia-sia. Oleh karena itu tingkatkanlah
kesadaran kita tentang sejarah bangsa Indonesia.

Pemuda Indonesia Mulai Tinggalkan Sejarah Masa Lalu

Reporter: Yuliana Ratnasari

28 Oktober 2016

Kerap menggunakan bahasa asing dalam pergaulan sehari-hari, pemuda Indonesia dianggap mulai
tinggalkan sejarah masa lalu. Jika kondisi ini terus terjadi, pemuda Indonesia akan asing terhadap
bahasanya sendiri, demikian dilontarkan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. tirto.id - Kalangan muda
Indonesia mulai tinggalkan sejarah masa lalu dengan penggunaan bahasa asing dalam pergaulan
sehari-hari. Pemuda juga mulai dibayang-bayangi separatisme yang kini bermunculan di beberapa
daerah. Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dalam momentum
Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada Jumat 28 Oktober 2016. Wahid menyebut adanya gejala
kalangan muda yang mulai meninggalkan sejarah masa lalu. “Pemuda sekarang lebih cenderung
menggunakan bahasa asing dalam komunikasi dan bahasa Indonesia ditinggalkan. Seharusnya
pemuda Indonesia mengingat kembali Sumpah Pemuda yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi bangsa Indonesia,” ujar Wahid, seperti dikutip Antara. Menurutnya, generasi muda harus
tetap mengibarkan semangat perjuangan dan mempertahankan sejarah pembentukan negara
Indonesia. Wahid menuturkan, bayang-bayang separatisme mulai muncul di beberapa daerah sebagai
gejala yang mulai terasa untuk menghilangkan kebangsaan Indonesia. “Jika kondisi ini terus terjadi,
maka pemuda Indonesia akan asing terhadap bahasanya sendiri,” tambahnya. Lebih lanjut, Wahid
mengatakan, Hari Sumpah Pemuda yang dirayakan setiap tanggal 28 Oktober, tidak sekadar dilakukan
secara seremonial. Seharusnya, Hari Sumpah Pemuda menjadi momentum membangkitkan kembali
semangat pemuda dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wahid juga
menegaskan bahwa perayaan Sumpah Pemuda harus menjadi pemicu bagi pemerintah, organisasi
kepemudaan, dan partai politik untuk bersama-sama membangkitkan semangat Sumpah Pemuda
secara kontekstual. Sementara itu, Sekretaris Kabinet Pramono Anung memberikan refleksi
kepemudaan dalam konteks global dan zaman era digital. Menurut Seskab, persaingan yang dihadapi
pemuda saat ini makin ketat, mendunia dan global. “Sekarang ini ada start up, ada ekonomi digital
yang luar biasa. Itu lah tantangan baru, dan Indonesia termasuk beruntung karena Pemerintah tidak
memberikan batasan terhadap hal itu,” kata Pramono Anung. Meski begitu, ia juga menilai banyak
anak-anak muda Indonesia yang mampu menjadi pemain dunia dan tidak kalah dengan bangsa lain.
Sebagai contoh, Joey Alexander di bidang musik, dan start up daring seperti Bukalapak, demikian
dijelaskannya. Baca juga artikel terkait SUMPAH PEMUDA atau tulisan menarik lainnya Yuliana
Ratnasari (tirto.id - rat/rat) Reporter: Yuliana Ratnasari Penulis: Yuliana Ratnasari Editor: Yuliana
Ratnasari   Subscribe for updates Berita Menarik Lainnya Eksekusi Gembong ISIS sebelum Pemilu:
Bedanya Obama dan Trump Jerit Buruh Jogja soal UMP Rp1,7 Juta: Tak Manusiawi, Jauh dari KHL
Bisakah Gerindra Jadi Kendaraan Politik Sandiaga di Pilpres 2024? Eddie Lembong: Legenda Industri
Obat & Pengusung Keberagaman Manuver Nasdem Bertemu PKS: Jadi Mitra Kritis di Koalisi Jokowi
Ladislao Kubala: Dewa Barcelona yang Diboikot Negara Sendiri Yang Tidak Dipahami DPRD DKI Saat
Menolak Anggaran Jalur Sepeda Obat ARV Senilai Rp2,8 Miliar Kedaluwarsa di Tangan Kemenkes
Kematian Orang Papua dalam Peristiwa Wamena Baru 4 Hari, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia Bikin
Pening Pengusaha Instagram Dari Sejawat Ini Jargon Bapenda di Sulsel Expo yang Bikin Liestiaty
Nurdin Tersenyum   news.rakyatku.com Tol Pandaan-Malang Seksi Singosari-Pakis Mulai Dioperasikan
Hari Ini   covesia.com Tiga Hal yang Membuat Saya Yakin Rumah Tangga Saya Kelak Bakal Sakinah
mojok.co Casemiro Belum Akan Ditepikan Zidane dalam Waktu Dekat   suaramerdeka.com KontraS
Polri Melindungi Penembak Mahasiswa Kendari Hingga Mati   law-justice.co Usir Stres di Kantor dengan
Tanaman Kaktus   timesindonesia.co.id Nasihat Bijak yang Ingin Setiap Anak Dengar dari Ortu
portalmadura.com Hebatnya Keadilan dan Hakikat Pemberian Sang Khaliq   ngopibareng.id Prediksi
Persebaya Surabaya vs PSM Makassar, 2 November 2019   gilabola.com Tanpa Musyawarah, Perdes
Watudakon Jombang Dinilai Cacat Hukum   faktualnews.co dibaca normal 4 menit Home Sosial Budaya
Bonus Demografi dan 100 Tahun Sumpah Pemuda Reporter: Reja Hidayat & Suhendra 28 Oktober
2016 Hitungan statistik menyimpulkan, Indonesia akan menghadapi masa puncak bonus demografi
pada 2028. Bonus demografi sebuah kondisi yang langka ketika para pemuda lebih banyak daripada
kaum tua. Yang menariknya, saat puncak bonus demografi pada 12 tahun mendatang, bertepatan
dengan peringatan 100 tahun sumpah pemuda. tirto.id - Anak muda akan menjadi tulang punggung
yang menentukan nasib Indonesia. Dua belas tahun dari sekarang, tepatnya 2028 diprediksi menjadi
puncak momen dari apa yang disebut sebagai fenomena bonus demografi yang sangat menentukan
perjalanan sebuah bangsa. Kondisi ini mengingatkan peristiwa 1928 lalu saat semangat membangun
rasa kebangsaan terangkum dalam peristiwa Kongres Pemuda Kedua  yang dikenal sebagai “Sumpah
Pemuda”. Saat tepat seratus tahun peringatan Sumpah Pemuda, Indonesia sedang menghadapi
sebuah puncak bonus demografi. Berdasarkan kalkulasi Badan Pusat Statistik (BPS), tahapan bonus
demografi akan terjadi antara tahun 2020 hingga 2030. Bonus demografi puncaknya akan terjadi pada
tahun 2028-2030, di mana 100 orang produktif menanggung 44 orang non produktif. Bonus demografi,
sebuah formasi demografi penduduk antara jumlah penduduk berusia produktif yang diperkirakan
mencapai 70 persen dan yang tak produktif hanya 30 persen. Melimpahnya usia produktif ini bisa
menjadi kabar baik karena akan membantu menggenjot pertumbuhan ekonomi. Kabar buruknya,
jumlah usia yang produktif itu juga berpotensi meningkatkan jumlah pengangguran dan segudang
permasalahannya. Ini jika pemerintah tidak bisa mempersiapkannya dengan baik. “Bonus demografi
ibarat pedang bemata dua. Satu sisi adalah berkah jika kita berhasil mengambil manfaatnya. Satu sisi
lain adalah bencana apabila kualitas manusia Indonesia tidak disiapkan dengan baik," kata Presiden
Joko Widodo saat memperingati Hari Keluarga Nasional, pada Agustus tahun lalu. Peta penduduk
Indonesia saat ini bisa dilihat dari data “Proyeksi Penduduk Indonesia” yang disusun Bappenas dan
BPS. Berdasarkan data tersebut, jumlah penduduk pada tahun 2015 tercatat 255,5 juta jiwa. Jumlah itu
terdiri dari penduduk usia di bawah 15 tahun sekitar 69,9 juta jiwa (27,4 persen) dan penduduk yang
berumur 65 tahun ke atas sekitar 13,7 juta jiwa (5,4 persen). Total usia tak produktif ini sebanyak 32,8
persen. Sedangkan penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun sekitar 171,9 juta jiwa (67,3
persen). Begitu memasuki tahun 2020, persentasenya akan berubah dengan jumlah penduduk
produktif 70 persen dan tak produktif 30 persen. Persentase akan semakin ideal begitu memasuki
masa puncak antara tahun 2028-2030. Setelah itu, komposisi bakal mulai kembali menjauh dari
persentase ideal. Oleh sebab itulah, bonus demografi hanya akan terjadi sekali dalam sejarah
perjalanan sebuah bangsa. Apa yang dimaksud dengan 100 orang produktif menanggung 44 orang tak
produktif?  Terkait dengan analisa seputar bonus demografi, tak boleh diabaikan apa yang disebut
dengan rasio ketergantungan (dependency ratio) atau perbandingan antara penduduk usia tak
produktif dengan penduduk usia produktif. Nah, pada masa puncak bonus demografi, rasio
ketergantungan diprediksi mencapai titik terendah yakni 44 orang tak produktif  ditanggung oleh 100
orang usia produktif atau 44 persen.  Sebenarnya, angka rasio ketergantungan nasional terus
menurun dan telah melewati ambang 50 persen pada tahun 2012. Persentase terbaik rasio
ketergantungan di saat puncak bonus demografi memunculkan sebagai windows of opportunity.
Menurut Sri Moertiningsih Adioetomo, guru besar Ekonomi Kependudukan Universitas
Indonesia, windows of opportunity merupakan puncak produktivitas, karena 44 anak atau lansia bakal
ditanggung 100 pekerja. “Artinya, sebuah rumah dengan jumlah empat orang, sebanyak tiga bekerja
dan satu yang ditanggung. Bandingkan tahun 1970, di mana satu orang bekerja untuk menanggung
satu orang," kata Profesor Tuning, panggilan akrabnya, kepada tirto.id, pada Senin (27/6/2016). Harus
Siap Jumlah penduduk usia produktif hingga 70 persen pada saat puncak bonus demografi memang
sangat menguntungkan dari sisi pembangunan. Tingginya jumlah usia produktif tentu saja bakal
mendorong pertumbuhan ekonomi. “Sepertiga dari pertumbuhan ekonomi itu disumbang oleh bonus
demografi,” kata Razali Ritonga, mantan Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS,
seperti dilansir dalam bps.go.id. Indonesia bahkan berpotensi mendapatkan keuntungan berupa
naiknya produk domestik bruto (PDB). Hal itu sudah dirasakan oleh Korea Selatan dan Singapura yang
sukses memanfaatkan bonus demografinya.  Berdasaran data United Nation Population Prospect, pada
tahun 1960-2000, kontribusi bonus demografi terhadap pertumbuhan ekonomi Korea Selatan
mencapai 13,2 persen dan pertumbuhan PDB mencapai 7,3 persen per tahun. Sedangkan Singapura,
kontribusi bonus demografi terhadap pertumbuhan ekonominya mencapai 13,6 persen, serta
pertumbuhan PDB mencapai 8,2 persen per tahun. Namun, keuntungan bonus demografi itu bisa
diperoleh dengan catatan sudah ada persiapan lapangan kerja, pendidikan yang layak, serta
pelayanan kesehatan dan gizi yang memadai. Jika hal-hal itu tidak tersedia, akan muncul setumpuk
persoalan. Sebut saja tingkat pengangguran yang tinggi, meningkatnya angka kriminalitas, serta
meletusnya konflik sosial. Kini, pertanyaan paling pentingnya, sudah siapkah Indonesia menghadapi
bonus demografi? Menurut Profesor Tuning, pemerintah tampaknya baru sadar bahwa windows of
opportunity sudah di depan mata. “Pemerintah baru sadar. Kesadaran itu karena ada yang
mengingatkan, seperti saat pengukuhan saya sebagai profesor soal bonus demografi. Jika tidak, mana
ada (peduli)," katanya.  Tuning kemudian menunjukkan fakta, di dalam Undang-Undang Nomor 17
tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025, hanya
menyebut satu paragraf soal demografi. Hal itu mengindikasikan pemerintah tak memikirkan langkah-
langkah yang diperlukan untuk menghadapi puncak bonus demografi. Barulah pada era Presiden Joko
Widodo, pemerintah memasukkan bonus demografi ke dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015-2019. Termasuk menjabarkan kerangka pelaksanaannya. Hal itu dibenarkan
pihak Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas). "Iya, baru disiapkan pada 2014. Sebelumnya proyeksi saja. Tidak ada terjemahannya mau
buat apa (instansi terkait)," kata Ismet M Suhut, Humas Bappenas kepada tirto.id, di Jakarta, pada
Jumat (15/7/2016). Sejatinya, menurut Tuning, ada enam elemen yang harus disiapkan dan
disinergikan agar Indonesia siap ketika memasuki masa windows of opportunity. Pertama, mencermati
perubahan struktur penduduk. Kedua, menjaga kesehatan ibu dan anak, sejak ibu mengandung hingga
anak berusia sekitar dua tahun. Ketiga, investasi di bidang pendidikan dengan keahlian dan
kompetensi, guna meningkatkan kualitas tenaga kerja. Keempat, kebijakan ekonomi untuk
menciptakan lapangan kerja. Kelima, good governance serta prosedur investasi yang sederhana.
Terakhir, pertumbuhan ekonomi yang diindikasikan dengan jumlah produksi yang lebih besar daripada
tingkat konsumsi.  “Enam elemen ini harus bersinergi secara bersama-sama. Sebenarnya, elemen ini
seperti roda yang saling berhubungan. Mereka harus bergerak secara bersama. Jika salah satu roda
macet, maka yang lain juga macet," katanya. Sekarang mari kita lihat faktanya di bidang pendidikan.
Pada tahun 2014, para pekerja di negeri ini ternyata persentase paling besar merupakan lulusan
sekolah dasar yakni 47,1 persen. Diikuti lulusan SMA dan SMK sebanyak 25,4 persen, SMP sebesar
17,7 persen, serta diploma 2,6 persen. Sementara sarjana sebanyak 7,2 persen. “Saat ini, jumlah
orang muda begitu banyak, tapi kebanyakan lulusan sekolah dasar dan bekerja di sektor informal,"
kata Tuning. Dalam hal jumlah penduduk yang berpendidikan sarjana, Indonesia ternyata sangat jauh
tertinggal dibading negeri jiran dan bahkan Korsel. Sebanyak 75 persen penduduk Malaysia
berpendidikan sarjana, sedangkan Korsel hampir 90 persen. Adapun Indonesia, baru menargetkan
memiliki 75 persen penduduk berpendidikan sarjana pada tahun 2051. Padahal menurut Direktur
Eksekutif The United Nations Population Fund (UNFPA) Babatunde Osotimehin, kualitas penduduk
menjadi kunci keberhasilan Indonesia dalam memanfaatkan puncak bonus demografi. “Indonesia
butuh investasi di edukasi formal dan vokasional, serta kesehatan," katanya. Pemerintah harus benar-
benar menyiapkan anak-anak muda yang berkualitas sebelum memasuki 2028-2030. Sehingga ketika
perayaan sumpah pemuda yang keseratus tahun, anak-anak muda Indonesia sudah siap memanggul
beban perjalanan bangsa Indonesia yang menentukan di masa mendatang.

Baca selengkapnya di artikel "Pemuda Indonesia Mulai Tinggalkan Sejarah Masa


Lalu", https://tirto.id/bYwY.

Peringatan Sumpah Pemuda di Perbatasan Indonesia

Penulis: Destri Ananda Prihatini 28 Oktober 2019 500 orang dari sejumlah sekolah di lima kecamatan
Pulau Sebatik turut serta dalam pelaksanaan upacara Peringatan Sumpah Pemuda. tirto.id -
Pelaksanaan upacara Hari Sumpah Pemuda di perbatasan RI-Malaysia tepatnya di patok 7 Kecamatan
Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Senin pagi diguyur hujan,
namun tetap berlangsung khidmat dan lancar. 500 orang dari sejumlah sekolah di lima kecamatan
Pulau Sebatik turut serta dalam pelaksanaan upacara Peringatan Sumpah Pemuda. Sebagai rangkaian
Hari Sumpah Pemuda di pulau yang berbatasan dengan Malaysia ini sebelumnya digelar perkemahan
atau Jambore Tapal Batas II sejak 24 Oktober 2019. Rajawali, salah seorang Pembina Pramuka pada
kegiatan tersebut menyebutkan bahwa peringatan Hari Sumpah Pemuda di tapal batas RI-Malaysia ini
berlangsung lancar dan khidmat. “Walaupun lokasi pelaksanaan upacara di Patok 7 Desa Sei Limau
Kecamatan Sebatik Tengah dalam kondisi becek karena diguyur hujan sejak dini hari, upacara tetap
berlangsung dengan baik dan lancar,” ujarnya melalui Antara. Camat Sebatik Tengah, H Zulkifli
bertindak selaku inspektur upacara. Usai upacara, acara dilanjutkan dengan penyerahan Surat Hibah
Bumi Perkemahan Perbatasan dari Kepaka Desa Sei Limau Mardin kepada Ketua Kwartir Ranting
(Kwarran) Pramuka Sebatik Tengah. Baca juga: Mengenang Lirik Lagu Bangun Pemudi Pemuda di Hari
Sumpah Pemuda Sementara di Jakarta, ribuan buruh dan mahasiswa kembali turun ke jalanan, Senin
(28/10/2019), bertepatan dengan hari sumpah pemuda. Mereka akan menggelar long march dari
Bundaran HI ke Istana Merdeka karena tuntutan aksi #ReformasiDikorupsi tidak dipenuhi. "Ada Gebrak
(Gerakan Buruh untuk Rakyat), ada pelajar, juga mahasiswa dari berbagai aliansi. Dari Borak (Border
Rakyat) juga turun," anggota Borak Natado Putrawan menjelaskan siapa saja yang turun aksi saat
dihubungi pada Senin (28/10/2019). Rencananya demonstrasi akan dihadiri sekitar 7.000 buruh dan
1.000-2.000 massa Borak. Massa Borak sendiri terdiri dari mahasiswa dari sejumlah kampus, yakni
Universitas Moestopo, Universitas Pasundan, Universitas Parahyangan, Universitas Mpu Tantular, ISTN,
dan Universitas Al Azhar Indonesia. Dalam aksi ini massa masih membawa tujuh tuntutan
#ReformasiDikorupsi. Borak sendiri membawa empat tuntutan tambahan, pertama ialah menolak
"Kantor Polisi Kuningan" alias menolak Irjen pol Firli Bahuri sebagai Ketua KPK periode 2019-2023.
Alasannya, kata Natado, KPK dibentuk lantaran kepolisian dan aparat penegak hukum lain gagal dalam
memberantas korupsi. Mereka pun menolak Kabinet Indonesia Maju yang baru dilantik Presiden Joko
Widodo beberapa tahun lalu, sebab sejumlah menteri memiliki catatan terkait kejahatan hak asasi
manusia. Misalnya saja Prabowo Subianto dan mantan Kapolri Tito Karnavian. Selain di Jakarta, aksi
serupa digelar di Malang, Makassar, Yogyakarta, dan Gresik.

Baca selengkapnya di artikel "Peringatan Sumpah Pemuda di Perbatasan


Indonesia", https://tirto.id/ekvC.

/Yu

Peringati Sumpah Pemuda, Jokowi Ajak Anak Muda Turun ke Sawah

Presiden Joko Widodo mengajak anak muda Indonesia turun ke sawah untuk menggeluti bidang
pertanian secara modern. "Saya ingin mengajak anak-anak muda kita untuk mau terjun ke sektor
pangan dan sektor pertanian dengan cara-cara manajemen modern, karena selama ini yang kita lihat
kita terlalu fokus pada budi daya pertanian," kata Presiden dalam diskusi interaktif bersama pemuda-
pemudi Indonesia saat merayakan Peringatan Sumpah Pemuda di Istana Kepresidenan Bogor pada
Sabtu (28/10/2017). Menurut Presiden, pengelolaan pascapanen di sektor pertanian juga penting
untuk diperhatikan demi memberi nilai tambah komoditas. Pemerintah mendukung inovasi yang
dirintis pengusaha muda dalam membangun pertanian modern, mulai pra-penanaman hingga pasca-
panen sehingga meraih peluang besar dalam sektor pangan. "Tanaman apa pun, masuk ke padi
silakan, tadi saya lihat ada yang masuk ke rempah-rempah, ada yang masuk ke tanaman organik.
Saya kira ke depan juga sangat menjanjikan tadi dengan packaging yang baik atau kemasan yang
baik, tanaman tanaman organik ini sangat akan diminati oleh masyarakat, oleh negara-negara lain,"
jelas Jokowi. Dia mengajak anak muda untuk mengikuti pendidikan luar ruangan untuk mempelajari
hal-hal riil yang terjadi di lapangan. "Dimasukkan saja anak-anak ke hutan juga tidak apa-apa juga,
masukkan saja anak-anak kita ke sawah juga tidak apa-apa, ya yang penting di luar ruangan," kata
Presiden. Pada acara ini, Presiden mengundang sejumlah pemuda berprestasi, memiliki usaha rintisan
dan gagasan membangun bangsa mulai dari komunitas skateboard, UMKM Foodtruck, hingga
komunitas modifikasi sepeda motor. Presiden Joko Widodo juga mendukung Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) lain untuk mengusung konsep foodtruck. Kepala Negara menilai inovasi sistem
penjualan itu dapat mulai dikembangkan di wilayah DKI Jakarta. Komunitas foodtruck diundang ke
acara Peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober oleh Badan Ekonomi Kreatif dan Kantor Staf
Kepresidenan untuk menyajikan makanan dan minuman bagi para peserta.

Baca selengkapnya di artikel "Peringati Sumpah Pemuda, Jokowi Ajak Anak Muda Turun ke
Sawah", https://tirto.id/czcw.

Anda mungkin juga menyukai