Anda di halaman 1dari 6

BIMBINGAN DAN KONSELING

“BK DALAM KURIKULUM 2013”

Oleh :

RANI ZAHARAH
17053155

DOSEN PENGAMPU :

Drs. Yusri, M.Pd., Kons.

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2020

1 | RANI ZAHARAH-17053155
IMPLEMENTASI BK DALAM KURIKULUM 2013

Kurikulum 2013 adalah seperangkat rencana dan  pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman  penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Kurikulum 2013 diberlakukan pada
tahun ajaran 2013/2014 yang merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya yaitu kurikulum KTSP. Dalam bidang kerja guru BK, kurikulum 2013 memiliki
karakteristik tersendiri. Dalam pelaksanaan  bimbingan dan konseling di sekolah, kurikulum
2013 ini memiliki perbedaan yang khas dengan kurikulum sebelumnya, yang menjadi
karakteristik kurikulum 2013 dalam sudut pandang BK. Dalam perubahan kurikulum 2013
dapat menimbulkan permasalahan bagi siswa jika tidak mampu menetapkan pilihan
peminatannya. Salah satu karakteristik kurikulum 2013 dalam sudut pandang BK adalah
adanya pembagian tiga arah peminatan, yaitu  peminatan kelompok mata pelajaran, lintas
minat, dan  pendalaman minat (Kemendikbud, 2013). Untuk itulah  perlu adanya pelayanan
peminatan akademik yang diberikan guru BK kepada siswa dalam memilih dan menetukan
kelompok peminatan yang akan dijalaninya di sekolah. Karakteristik kurikulum 2013 ialah
dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa  belajar berdasarkan minat mereka.
Masyarakat Profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia, perlu diketahui bahwa
bimbingan dan konseling memiliki peran yang sangat penting dalam implementasi kurikulum
2013, karena bimbingan dan konseling berperan dan berfungsi, secara kolaboratif, dalam hal-
hal berikut:

1. Menguatkan Pembelajaran yang Mendidik


Untuk mewujudkan arahan Pasal 1 (1), 1 (2), Pasal 3, dan Pasal 4 (3) UU No. 20
tahun 2003 secara utuh, kaidah-kaidah implementasi Kurikulum 2013 sebagaimana
dijelaskan harus bermuara pada perwujudan suasana dan proses pembelajaran mendidik
yang memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik. Suasana belajar dan proses
pembelajaran dimaksud pada hakikatnya adalah proses mengadvokasi dan memfasilitasi
perkembangan peserta didik yang dalam implementasinya memerlukan penerapan prinsip-
prinsip bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling harus meresap ke dalam
kurikulum dan pembelajaran untuk mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung
perkembangan potensi peserta didik. Untuk mewujudkan lingkungan belajar dimaksud,
guru hendaknya: (1) memahami kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip
bimbingan dan konseling dalam pembelajaran, (2) melakukan asesmen potensi peserta

2 | RANI ZAHARAH-17053155
didik, (3) melakukan diagnostik kesulitan perkembangan dan belajar peserta didik, (4)
mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi peserta didik.
Perwujudan keempat prinsip yang disebutkan dapat dikembangkan melalui kolaborasi
pembelajaran dengan bimbingan dan konseling.

2. Memfasilitasi Advokasi dan Aksesibilitas


Kurikulum 2013 menghendaki adanya diversifikasi layanan, jelasnya layanan
peminatan. Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi, aksesibilitas, dan
fasilitasi agar terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan pendidikan bagi pengembangan
pribadi, sosial, belajar dan karir peserta didik. Untuk itu kolaborasi guru bimbingan dan
konseling/konselor dengan guru mata pelajaran perlu dilaksanakan dalam bentuk:
a. Memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar peserta didik
b. Merancang ragam program pembelajaran dan melayani kekhususan
kebutuhan peserta didik.
c. Membimbing perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karir.

3. Menyelenggarakan Fungsi Outreach


Dalam upaya membangun karakter sebagai suatu keutuhan perkembangan, sesuai
dengan arahan Pasal 4 (3) UU No. 20/2003, Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran
sebagai proses pemberdayaan dan pembudayaan. Untuk mendukung prinsip dimaksud
bimbingan dan konseling tidak cukup menyelenggarakan fungsi-fungsi inreach tetapi juga
melaksanakan fungsi outreach yang berorientasi pada penguatan daya dukung lingkungan
perkembangan sebagai lingkungan belajar. Dalam konteks ini kolaborasi guru bimbingan
dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran hendaknya terjadi dalam konteks
kolaborasi yang lebih luas, antara lain:
a. Kolaborasi dengan orang tua/keluarga,
b. Kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan,
c. “Intervensi” terhadap institusi terkait lainnya dengan tujuan membantu
perkembangan peserta didik.

3 | RANI ZAHARAH-17053155
Paradigma Baru Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan tuntutan kurikulum 2013 dan kesadaran penuh bahwa kiprah bimbingan
dan konseling selama ini belum optimal, maka perlu dipikirkan orientasi baru atas peran dan
fungsi bimbingan dan konseling dalam konteks kurikulum 2013.

Proses membantu perkembangan peserta didik secara utuh dan optimal sesungguhnya
merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru mata pelajaran dan guru
bimbingan dan konseling, dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja, namun masing-
masing pihak tetap memiliki wilayah tugas atau pelayanan spesifik dalam mendukung
realisasi diri dan pencapaian perkembangan peserta didik secara optimal (Faiver, Eisengart,
&Colonna, 2004). Dalam praktik sejak pendidikan prajabatan (seperti kita saat ini), persoalan
kolaborasi antar pendidik menjadi pekerjaan yang selalu terhambat. Sementara kebutuhan 
akan kolaborasi tim kerja menjadi bagaian yang tidak bisa ditinggalkan.

Peminatan pada dasarnya merupakan misi yang harus diemban bersama oleh seluruh
jajaran pendidik dan tenaga kependidikan di tiap satuan pendidikan. Proses penelusuran,
penyemaian, dan pemeliharaan peminatan peserta didik menjadi tugas guru sebagai pendidik
profesional sebagaimana termuat dalam pasal 1 ayat (1) UU nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa tugas utama guru adalah “… mendidik,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik …” itu
mengkomunikasikan bahwa guru, termasuk guru BK, memiliki tanggung jawab dalam
peminatan siswa secara terpadu di dalam proses pembelajaran dan bimbingannya.

Fungsi BK di Sekolah
Bimbingan dan penyuluhan  di sekolah ini sudah memenuhi fungsi sebagaimana
mestinya,  karena BP di sekolah ini sudah menerapkan kelima fungsi BK. Yaitu, fungsi
pemahaman adalah mencoba mendekati siswa dan mengidentifikasi permasalaha pada siswa
atau untuk membantu peserta didik dalam memahami diri dan lingkungan. Fungsi
pencegahan adalah memberikan pengertian pada guru mata pelajaran untuk memahami
kondisi siswa atau untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri
dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya. Fungsi
pengentasan, membantu peserta didik dalam memecahkan masalah yang dialami siswa.
Fungsi pemeliharaan, memberikan perhatian kepada semua siswa secara merata atau
membantu peserta didik memelihara dan menumbuh kembangkan berbagai potensi dan

4 | RANI ZAHARAH-17053155
kondisi yang dimiliki. fungsi pengembangan, dengan menanamkan nilai-nilai yang baik
kepada siswa dan mengapresiasi siswa yang tidak melanggar aturan sekolah.

5 | RANI ZAHARAH-17053155
PERTANYAAN :

1. Bagaimana peran BK pada kurikulum 2013 ?


2. Bagaiman kedudukan BK pada pendidikan dan kurikulum 2013 ?
3. Berikan contoh nyata salah satu poin kurikulum yang sangat berkaitan dengan
BK !
4. Bagaimana peran sorang guru BK dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ?
5. Mengapa peran BK sangat penting dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ?

DAFTAR PUSTAKA :

Anas,Salahudin.2010. Bimbingan Konseling.Bandung : Pustaka Setia.

Hasyim Farid. 2010. Bimbingan dan Konseling Religius. Jakarta: ar-ruzz media.

Prayitno dan Erma Amti. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

6 | RANI ZAHARAH-17053155

Anda mungkin juga menyukai