Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILASI MEKANIK

Disusun oleh:
Zulfa Adilla M (1705033)
Mitha Nurul Falah (1705035)
Fradika Wulansari (1505015)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKPER WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahma,
karunia, sera taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai asuhan keperawatan pasien dengan ventilasi mekanik. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari
apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datan, menginggat tidak ada sesuau yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Semarang, 28 Januari 2020

Tim penulis

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................................17
PENUTUP.................................................................................................................................................17
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ventilasi mekanik adalah metode bantuan pernafasan yang diberikan kepada
pasien, yang tidak mampu mempertahankan ventilasi dan oksigenasi yang sopontan atau
adekuat. Tujuan ventilasi mekanis adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolus yang
sesuai dengan kebutuhan metabolic pasien serta untuk memperbaiki kondisi hipoksemia
dan memaksimalkan transport oksigen. Ventilator dikelompokkan ke dalam dua
kategori : ventilator tekanan negative dan ventilator tekanan positif. Tanpa memandang
jenis atau model ventilator yang digunakan, perawat harus paham dengan fungsi dan
keterbatasan ventilator tersebut.
Ventilator tekanan negative generasi pertama dikenal sebagai paru-paru besi.
Tubuh pasien dimasukkan dalam tabung besi dan tekanan negative diberikan melalui
sebuah silinder besar untuk melebarkan rangka toraks.
Ventilator tekanan positif atau ventilator volume biasanya digunakan pada tatanan
perawatan kritis. Prinsip dasar ventilator tersebut adalah bahwa volume udara yang
diinginkan diberikan pada setiap pernafasan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ventilator mekanik?
2. Apa saja etiologi ventilasi mekanik?
3. Apa saja mode ventilasi mekanik?
4. Bagaimana patofisiologi ventilasi mekanik?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada ventilasi mekanik?
6. Apa saja komplikasi dari ventilasi mekanik?
7. Bagaimanakah penentuan susunan volume untuk ventilasi mekanik?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan ventilator mekanik?
C. Tujuaan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan ventilator mekanis

4
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian ventilator mekanik
b. Untuk mengetahui etiologi ventilasi mekanik
c. Untuk mengetahui macam-macam mode ventilasi mekanik
d. Untuk mengetahui bagaimana fisiologi ventilasi mekanik
e. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik ventilasi mekanik
f. Untuk mengetahui apa saja komplikasi ventilasi mekanik
g. Untuk mengetahui bagaimana penentuan susunan volume untuk ventilasi mekanik
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan ventilator mekanik

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Ventilasi merupakan proses kompleks dengan banyak variable, antara lain
perubahan tekanan dan integritas otot-otot yang bertanggung jawab dalam pergerakan
udarakeluar masuk paru, komplians paru, dan resistensi jalan nafas. Semua variable ini
disebut sebagai mekanisme ventilasi. Tujuan terapi ventilasi mekanis adalah
memperbaiki oksigenasi jaringan dan ventilasi. Metode untuk memberikan kadar oksigen
yang tepat dan memungkinkan pengeluaran karbon dioksida meliputi berbagai tipe
ventilasi mekanis dan pengaturan posisi (Morton, 2014).
Ventilasi mekanik adalah metode bantuan pernafasan yang diberikan kepada
pasien, yang tidak mampu mempertahankan ventilasi dan oksigenasi yang sopontan atau
adekuat. Ventilasi mekanis dicapai melalui insersi jalan nafas buatan (missal ET atau
selang trakeostomi) yang kemudian dihubungkan dengan ventilator mekanis bertekanan
positif yang tekanan, waktu, dan volumenya diatur (Mareli, 2008).
Tujuan perawatan ventilasi mekanis adalah mencegah hipoksemia dan hiperkarbia
akibat ketidakmampuan klien mempertahankan upaya ventilasi, memperbaiki ventilasi
alveolar, oksigenasi arteri, dan volume paru, mencegah atau menurunkan usaha napas.
Alat yang termasuk ventilasi mekanis sebagai berikut : ventilator mekanik, mesin
dan kateter penghisap, stetoskop, tabung oksigen, ambu bag (masker kantung berkatup),
sarung tangan bersih, alat bantu komunikasi, dan okstometer nadi (Smith, 2010).

6
B. Etilogi

Mekanisme Etiologi
Kerusakan paru akibat inhalasi Kelainan paru akibat paru kebakaran,
(mekanisme tidak langsung) inhalasi gas oksigen aspirasi asam
lambung, tenggelam, sepsis, syok
(apapun penyebabnya), koagulasi,
intravaskuler tersebar (disseminator
intravascular coagulation- DIC) dan
pankreatitis idiopatik
Obat-obatan Heroin dan salisilat
Infeksi Virus, bakteri, jamur dan TB paru
Sebab lain Emboli lemak, emboli cairan
amnion,emboli paru thrombosis,
rudapaksa (trauma paru) ,radiasi,
keracunan oksigen, transfuse masif ,
kelainan metabolik (uremia), bedah
mayor.
(Mutaqqin, 2010).

C. Mode Ventilasi Mekanik


1. Control mode ventilation (CMV) : ventilator yang memberikan frekuensi dan
kedalaman preset dari volume tidal. Pasien tidak mempunyai peranan dalam siklus
ventilator
2. Assist control mode (AMV) : ventilator mengawali inspirasi saat pasien membuat
tekanan negative yang cukup pada sikuit
3. Intermittent mandatory ventilation (SIMV) : sama dengan IMV kecuali pernapasan
ventilator dengan pernapasan awal secara spontan. Indikasi SIMV kerap digunakan
sebagai model ventilasi awal untuk penyapihan
4. Positive end-expiratory pressure (PEEP) : tekanan jalan napas preset lebih besar
dari normal preset dipertahankan pada akhir ekshalasi

7
5. Continuos positive airway pressure (CPAP) : pemasangan PEEP selama inspirasi
dan ekspirasi pada pernapasan pasien secara spontan. Indikasi CPAP yaitu tekanan
jalan napas positif konstan untuk pasien yang bernapas spontan.
6. Pressure support ventilation (PSV) : pasien bernapas secara spontan dengan
tambahan inspirasi melalui susunan tekanan positif sebelumnya dari ventilator.
Indikasi PSV diperlukan dorongan pernapasan penuh pada pasien dan digunakan
sebagau model penyapihan, dan pada beberapa kasus ketidakselarasan (Talbot,
2010).

Gambar 2

https://www.google.com/search?
q=gambar+ventilator+mekanik&safe=strict&hl=in&sxsrf=ACYBGNS8TNH
MF9TGymweyi2QiVMF7YIT5w:1581396947572&tbm=isch&source=iu&i
ctx=1&fir=MMRR3sK33AN-rM%253A%252CXMPCU4L_dttrtM
%252C_&vet=1&usg=AI4_-
kRdFdtBKKlYldF1D_MGuroumQoQsg&sa=X&ved=2ahUKEwim7rva2sjnA
hWBoOkKHSy7AzkQ9QEwAnoECAoQCA&biw=1366&bih=625#imgrc=4y
3FZ9kKBpP40M

8
D. Patofisiologi
Sindrom gagal nafas pada klien dewasa (ARDS) selalu berhubungan dengan
penambahan cairan dalam paru. Sindrom ini merupakan suatu edema paru yang berbeda
dari edema paru karena kelainan jantung. Perbedaanya terletak pada tidak adanya
peningkatan tekanan hidrostatistik kapiler paru. Dari segi histologis, mula-mula
terjadinya kerusakan membrane kapiler-alveoli, selanjutnya terjadi peningkatan
permeabilitas endotelium kapiler paru dan epitel aveoli yang mengakibatkan terjadinya
edema alveoli dan interstitial. Untuk mengetahui banyak mengenai edema paru pada
ARDS, penting untuk mengetahui hubungan struktur dan fungsi alveoli.
Membrane alveoli terdiri atas dua tipe sel, yaitu sel tipe I (Tipe A), sel
penyongkong yang tidak mempunyai mikrovili dan amat tipis. Sel tipe II (Tipe B),
berbentuk hamper seperti kubus dengan mikrovili dan merupakan sumber utama
surfaktan alveoli. Sekat pemisah udara dan pembuluh darah disusun dari sel tipe I atau
tipe II dengan membrane basal endotelium dan sel endotelium.
Bagian membran kapiler alveoli yang paling tipis mempunyai tebal 0,15 cm. sel
pneumosit tipe I amat peka terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh berbagai zat yang
terinhalasi. Jika terjadi kerusakan sel-sel yang menyusun 95% dari permukaan alveoli ini
akan amat menurunkan keutuhan sekat pemisah alveoli kapiler. Pada kerusakan
mendadak paru, mula-mula terjadi peradangan interstisial, edema, dan perdarahan yang
disertai dengan proliferasi sel Tipe II yang rusak. Keadaan peradangan ini dapat membaik
secara lambat atau membentuk fibrosa paru luas.
Sel endotel mempunyai celah yang dapat menjadi lebih besar. Sehingga terjadi
perembesan cairan dan unsur-unsur lain darah ke dalam alveoli dan terjadi edema paru.
Mula-mula caira berkumpul di interstisium dan jika kapasitas interstisium terlampaui,
alveoli mulai terisi menyebabkan atelektasis kongesti dan terjadinya hubungan
intrapulmoner (shunt).
Mekanisme kerusakan endotel pada ARDS dimulai dengan aktivasi komplemen
sebagai akibat trauma, syok, dan lain-lain. Selanjutnya aktivasi komplemen akan
menghasilkan C5a (anafilaktosi) yang menyebabkan granulosit teraktivasi dan menempel
serta merusak endotelium mikrovaskuler paru, sehingga mengakibatkan peningkatan
permeabilitas kapiler paru. Agregasi granulosit neutrophil merusak sel endotelium

9
dengan melepaskan protease yang menghancurkan struktur protein seperti kolagen,
elastin dan fibronktin, dan proteolysis protein plasma dalam sirkulasi seperti faktor
Hageman, fibrinogen, dan komplen.
Beberapa hal yang menyongkong peranan granulosit dalam proses timbulnya
ARDS adalah fakta adanya granulositopenia yang berat pada binatang percobaan dengan
ARDS karena terkumpulnya granulosit dalam paru.
Biopsy paru dari klien dengan ARDS menunjukan juga adanya pengumpulan
granulosit yang tidak normal dalam parenkim paru. Granulosit yang teraktivasi mampu
melepaskan enzim proteolitik seperti elastase, kolagenase, dan oksigen radikal yang dapat
menghambat aktivitas anti protease paru.
Endotoksin bakteri, aspirasi asam lambung, dan intoksikasi oksigen dapat
merusak sel endotelium arteri pulmonalis dan leukosit neutrophil yang teraktivasi akan
membesar kerusakan tersebut. Histamine scrotonin, atau bradikinin dapat menyebabkan
kontraksi sel endotelium dan mengakibatkan pelebaran porus interseluler serta
peningkatan permeabilitas kapiler.
Adanya hipotensi dan pankreatitis akut dapat menghambat produksi surfaktan dan
fosfolipase A. selain itu, cairan edema terutama fibrinogen akan menghambat produksi
dan aktivitasi surfaktan sehingga menyebabkan mikroatelektasis dan sirkulasi veno
arterial bertambah. Adanya perlambatan aliran kapiler sebab hipotensi,
hiperkoagulabilitas dan asidosis, hemolysis, toksin bakteri, dan lain-lain dapat
merangsang timbulnya koagulasi intravaskuler tersebar (disseminator intravascular
coagulation- DIC)
Adanya peningktan permeabilitas kapiler akan menyebabkan cairan merembes ke
jaringan interstitial dan alveoli, menyebabkan edema paru dan atelektasis konesti yang
luas (Mutaqqin, 2010).

10
E. Pemeriksaan Diagnostik

Tes fungsi paru Metode perhitungan Keterangan/variasi pada usia


lanjut
Tidal Volume (VT) Pengukuran pernapasan Berbagai penyakit paru dala
Volume udara inspirasi atau ditempat tidur selama 1 menit meningkatkan atau
ekspirasi Selama setiap dengan spirometer, volume menurunkan VT, gas darah
pernapasan normal nilai total kemudian dibagi dengan arterial, frekuensi pernafasan,
normal = 6-7 ml/kg jumlah pernafasan permenit. dan VE harus dipertmbangkan
Vr = VD + VA bila mengevaluasi makna VT,
VT akan menurun pada usia
lanjut
Minute Volume (VE) Pengukuran inspirasi atau Hipoksia, hiperkapnia,
Volume total udara inspirasi ekspirasi di tempat tidur dia asidosis, dan latihan
atau ekspirasi dalam satu atas jumalah menit khusus mengakibatkan peningkatan
menit, nilai normal 5-10 dibagi dengan jumlah menit VE, gas darah arterial harus
liter/menit tersebut dipertimbangkan dalam
VE = VT x frekuensi hubunganya dengan VE
pernapasan
Kapasitas vital (VC) Jumlah VT, IRV, dan ERV Hilangya complains dapat
Jumlah maksimum udara diukur dengan spirometer diilustrasikan oleh penurunan
yang dapat diekspirasi dengan langsung VC = VT + IRV + VC, pria secara umum
perlahan-lahan dan dengan ERV memiliki VC lebih besar dari
penuh yang menyertai wanita, VCmengalami
inspirasi maksimum, nilai penurunanan pada usia lanjut.
normal = 4,6 – 4,8 liter
Kapasitas Vital Kuat (FVC) Diukur dengan spirometri Penurunan FVC dan FEV
Jumlah terbesar udara yang langsung pada interval mungkin terlihat pada
dikeluarkan, dengan cepat 1-,2-,3- detik penyakit paru obstrukstif,
dan kuat setelah inspirasi parameter ini dapat normal
dalam, nilai normal = 65-75 atau menurun pada penyakit
ml/kg keterbatasan paru
Volume Ekspirasi kuat (FEV) Dilakukan selama tes FVC Penurunan FEV1 dan

11
Volume total dari udara yang peningkatan FEV2 dan FEV3
dikeluarkan dalam 1 detik dapat mengindikasikan
(FEV1), 2 detik (FEV2), 3 penyakit
detik (FEV3) dan 4 detik obstruktif,penuruanan atau
(FEV4), nilai normal FEV1 FEV1 normal dapat
50-60 ml/kg mengindikasikan penyakit
keterbatasan
Kapasitas Residu fungsional Penjumlahan ERV tambah Mengukur tahanan nafas,
(FRC) RV, FRC dapat dihitung dari peningkatan FRC
Volume udara sisa dalam teknik sirkuit tertutup atau menunjukan hiperinflasi da
paru-paru pada akhir terbuka dari pletismografi mengakibatkan inefisiensi
ekspirasi normal, nilai normal tubuh. otot dan mekanikal,
= 2,3 – 2,4 liter FRC = ERV + RV penurunana FRC dapat terjadi
pada penyakit yang
melibatakan alveoli, FRC
meningkat pada usia lanjut
karena peningkatan pada
tahanan jalan nafas
Volume cadangan inspirasi VT – IC Menurun selama latihan
(IRV) normal
Jumlah maksimum udara
yang dihirup mengikuti
isnpirasi normal, nilai normal
= 3 – 3,1 liter
Volume Residu (RV) RV = FRC - ERV RV akan meningkat karena
Jumlah udara sisa dalam udara terperangkap kronik
paru-paru pada akhir pada penyakit paru obstruktif,
ekspirasi normal, nilai normal RV menurun pada usia lanjut
= 1,2 – 1,3 liter
Kapisatas Inspirasi (IC) IC = VT + IRV IC kurang lebih 75% dari VC
Jumlah terbesar udara sehingga perubahan biasanya
inhalasi dalam satu pernafsan menggambarkan peningkatan

12
pada tingkat ekspirasi atau penuruanan VC paling
istirahat umum digunakan dalam
peraatan pasca operasi
Lung Compliance (CL) CL = V/P Compliance meningkat sesuai
Distensibilits paru-paru, nilai usia dan empisema,
normal 30 ml/cm H2O penuruanan compliens
sehubungan dengan
pengurangan ekspasibilitas
paru atau peningkatan
kekakua paru, pengukuran ini
dilaukan dengan
pletismografi
Volume cadangan ekspirasi Diukur dengan spirometri Tidak mempunyai nilai
(ERV) langsung diagnostik tetapi harus
Jumlah maksismum udara dihutung sehingga RF dapat
yang dikeluarkan mengikuti ditentukan atau dihitung
tingkat ekspirasi istirahat, nili
normal = 1,1 – 1,2 liter
Kapasitas paru-pasru total TLC = VRC + IC atau TLC = Membedakan obstruksi
(TLC) VC + RV diturunkan dari penyakit keterbatasan, TLC
Volume udara dala paru-paru perhitungan menurun pada penyakit
pada akhir inspirasi keterbatasan dan meningkat
maksimum, nilai normal = pada penyakit Obstruksi
5,8 – 6 liter

(Mutaqqin, 2010).

F. Komplikasi
1. Komplikasi jalan nafas
Jalur mekanisme pertahanan normal, sering terhenti ketika terpasang ventilator,
penurunan mobilitas dan juga gangguan reflek batuk dapat menyebabkan infeksi pada
paru – paru (Smeltzer, bare, hinkle, cheever, 2008).

13
2. Cedera trakea
3. Gangguan elektrolit
4. Gangguan tidur
5. Hemoragik trakea
6. Infeksi pernafasan
7. Ketidakseimbangan cairan
Penurunan aliran balik vena ke jantung dirangsang oleh regangan reseptor vagal pada
atrium kanan. Penurunan curah jantung menimbulkan penurunan haluaran urin.
8. Laringospasme
9. Obstruksi jalan nafas : ET memuntir sekresi yang kental
10. Penurunan curah jantung
Penurunan curah di tunjukan oleh hipotensi bila pasien pertama kali dihubungkan ke
ventilator di tandai adanya kekurangan tonus simpatis dan menurunnya aliranbalik
vena. Selain hipotensi, tanda dan gejala lain meliputi penurunan tingkat kesadaran,
penurunan haluan urin, nadi perifer lemah pengisian kapiler, pucat, lemah, dan nyeri
dada (Hudak & Gllo, 2010)
11. Penyapihan dari ventilator
12. Perdarahan GI
13. Pneumotoraks
14. Psikosis
15. Stenosis trakea
16. Ulkus dekubitus

G. Penentuan Susunan Volume untuk Ventilasi Mekanik

Susunan Aturan Pertimbangan


Tidal volume Kg x 10 = VT (dalam ml) Upaya untuk menggunakan
berat badan ideal terhadap
tinggi dalam pengkajian

14
berat badan.

Rasio inspirasi – Ekspirasi 1:2 atau 1:1,5 Pernyataan rasio inspirasi


(I:E) terhadap lamanya ekspirasi

Frekuensi pernafasan 12 kali permenit Frekuensi awal ; dapat


berfariasi.

Batas tekanan 10cm H2O atau 10mmHg Tekanan tinggi berlebihan


lebih tinggi dari tekanan harus dihindari untuk
yang dibutuhkan untuk menurunkan resiko
memberikan TV. barotrauma, pnemothorak.

Oksigen (FiO2) Hubungkan dengan Konsentrasi oksigen harus


pengukuran gas darah diberikan untuk hasil Pao2
arterial. dalam rentang 60-70
mmHg.
Sensitive 2 cm H2O untuk assisst- Susunan ini menunjukan
control. upaya pemapasan yang
dibutuhkan untuk
mengawali ventilasi
mekanik berikutnya : bila
mode IMV dipilih, sensitive
disusun pada maksimum
atau “sedikit sensitif” atau
bypass dengan sirkuit IMV.
o o
Suhu humidifer. 97 F (36 C). Susunan suhu rentang
tengah dianjurkan.
Positive end-expiratory 5-10 cm H2O “PEEP Jumlah PEEP ditoleransi
pressure (PEEP) fisiologi” pada tiap kebutuhan pasien;
tak ada pengubahan batas
atas, tetapi penentuan
tingkat optimal memerlukan
pengkajian akurat terhadap
fungsi kardipulmonal,
termasuk curah jantung
(Mutaqqin, 2010)

H. Pengkajian
1. Faktor pencetus
a. Pembedahan abdominal atau torak saat ini

15
b. Koma atau variasi tingkat kesadaran
c. Merokok sigaret
d. Sindrom pasca perfusi
e. Defek neuromuscular
f. Cedera spinal
g. Pnemotoraks
h. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)
i. Adult respiratory distress syndrome (ARDS)
j. Narkotik
k. Obstruksi jalan nafas
2. Riwayat
a. Peningkatan frekuensi pernapasan
b. Gangguan status mental
c. Kekacauan
d. Gelisah, agitasi
e. Kerusakan, kognitif
f. Sakit kepala
g. Somnolen
h. Pusing
i. Peningkatan tekanan darah
j. sianosis
3. Hasil pemeriksaan diagnostik
a. Radiografi dada : bervariasi tergantung pada agen penyebab
b. Tes fungsi paru-paru :
 Kapasitas vital <15 ml/kg
 Inspirasi kuat <-25 cmH2O
c. Gas darah arteri :
 Hipoksemia (penurunan PaO2) atau hipoventilasi (atau keduanya) atau
hiperkapnia
 PaO2 < 50-60 mmHg (gagal hipoksemia) dengan atau tanpa PaCO2>50
mmHg dan pH<7,35 (hiperkapnia atau gagal ventilasi)

16
d. Kriteria yang sama tidak dapat digunakan untuk pasien dengan PPOK karena
pada dasarnya sudah dalam status terganggu
e. Elektrokardiogram (EKG) : biasanya terdapat aritmia
4. Inspeksi
a. Pernapasan dangkal, cepat
b. Pola pernapasan paradoksial dimana abdomen cekung selama inspirasi
c. Penggunaan otot-otot bantu selama inspirasi atau ekspirasi (atau keduanya)
d. Papilledema dengan pembesaran fundalis
e. Diaphoresis
f. Eskpansi dada yang asimetris mungkin terjadi
g. Sianosis
5. Palpasi
a. Kejang otot
b. Penurunan ekspansi
c. Nadi melompat
d. Kulit dingin, lembab
6. Perkusi
a. Peningkatan eksrusi diafragmatis
b. Penurunan reflex-refleks tendondalam dengan peningkatan hiperkapnia
7. Auskultasi
a. Pernafasan
 Inspirasi stidor
 Penurunan bunyi napas dengan variasi intensitas
 Gemericik, ronki, mengi pada daerah yang terkena
b. Kardiovaskuler
 Takikardi
 Jika hebat, disritmia dapat terjadi dengan hipoksiam (Talbot, 2010).

I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan koping
2. Risiko tnggi gangguan pertukaran gas

17
3. Gangguan status asam-basa
4. Ketidakefektifan pola nafs
5. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
6. Gangguan perfusi jaringan
7. Perubahan citra tubuh (yang berhubungan dengan intubasi atau trakeostomi)
8. Gangguan proses pikir
9. Risiko infeksi
10. Risiko tinggi komplikasi yang berhubungan dengan ventilasi mekanis
11. Risiko tinggi komplikasi yang berhubungan dengan trakeostomi

J. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan : Oksigenasi/Ventilasi
a. Kriteria Hasil :
1) Jalan nafas tetap paten
2) Aukultasi bersih
3) Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda atelektasis
4) Tekanan puncak, rata rata dari plateu berada dalam bartas normal
5) Nilai gas darah arteri (GDA) dala batas normal
b. Rencana keperawatan
1) Aukultasi bunyi nafas setiap 2-4 jam atau PRN
2) Lakukan pengisapan sesuai kebutuhan pada kasus ronkhi, batuk, atau
desaturasi oksigen.
3) Beri hiperoksigenasi dan hiperventilasi setiap sebelum dan sesudah tindakan
pengisapan
4) Pantau tekanan jalan nafas setiap 1-2 am
5) Perawatan jalan nafas : Perawatan jalan nafas terdiri dari pelembaban
adekuat, tindakan membuang secret perubahan posisi dan penghisapan.
Pelembaban dan penghangatan dilakukan dengan penembahan mekanis pada
ventilator untuk mencegah obstruksi jalan nafas karena sekresi kering dan
perlengketan mukosa.
6) Pantau tekanan jalan nafas setelah pengisapan

18
7) Beri bronkodilator dan mukolitik sesuai instruksi
8) Lakukan fisioterapi dada jika ada indikasi melalui pemeriksaan klinis atau
sinar-x dada.
9) Miringkan tubuh setiap 2 jam
10) Pertimbangkan pemberian terpi kinetic atau pengaturan posisi telungkup
sesuai indikasi skenarioklinis
11) Pindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi atau ke posisi berdiri pabila
kondisinya stabil
12) Pantau oksimetri nadi dan tidal-akhir CO2
13) Pantau GDA seperti yang ditunjukkan oleh perubahan parameter
noninvasive, status pasien, atau protokol penyapihan
14) Pantau tekanan manset selang : Tekanan manset selang dimonitor setiap shif
untuk mencegah kelebihan distensi dan kelebihan tekanan pada dinding
trakea. Bila pasien terpasang ventilator, tekanan terbaik adalah tekanan
paling rendah tanpa kebocoran VT.
15) Perawatan selang endotrakeal : Semua selang endotrakeal harus dipasang
dengan aman untuk mencegah bergeraknya selang. Bila plester mengganggu
kulit, nekrosis septum atau bibir dapat terjadi. Karena kebersihan oral
diberikan setiap hari, ini kesempatan untuk melihat kulit, hidung dan mulut
terhadap adanya kerusakan jaringan.
2. Diagnosa keperawatan : sirkulasi/perfusi
a. Kriteria hasil :

Tekanan darah, denyut jantung, curah jantung, tekanan vena pusat (CVP), dan
tekanan arteri pulmonalis tetap stabil pada ventilasi mekanis.

b. Rencana keperawatan
1) Kaji efek hemodinamik pemasangan ventilasi tekanan-positif (mis,
kemungkinan penurunan aliran balik vena dan curah jantung)
2) Pantau elektrokardiogram (EKG) untuk melihat adanya disritmia akibat
hipoksemia.

19
3) Kaji efek perubahan pengaturan ventilator (tekanan inspirasi, volume tidal,
tekanan ekspirasi-akhir positif (PEEP), dan fraksi oksigen inspirasi (Fo2)
pada parameter hemodinamik dan oksigenasi
4) Berikan volume intravaskuler sesuai intruksi untuk mempertahankan beban
hulu (preload)
3. Diagnosa keperawatan : cairan/elektrolit
a. Kriteria hasil :
1) Pengukuran asupan dan haluaran (I&O) seimbang
2) Nilai elektrolit dalam batas normal
b. Rencana keperawatan :
1) Pantau status hidrasi terkait dengan pemeriksaan klinis, aukultasi, jumlah dan
viskositas secret paru
2) Kaji berat badan pasien, total I & O berat jenis urine, atau osmolallitas serum
untuk mengevaluasi keseimbangan cairan
3) Beri pengganti elektrolit (IV atau enteral) per intruksi dokter
4. Diagnosa keperawatan : mobilitas
a. Kriteria hasil :
1) Pasien akan mempertahankan/mencapai status fungsional dasar terkait
mobilitas dan perawatan diri
2) Rentang gerak sendi dipertahankan
b. Rencana keperawatan
1) Kolaborasi dengan dokter/staff ahli terapi okupasi untuk mendorong
upaya/partisipasi pasien guna meningkatkan mobilitas
2) Tingkatkan aktivitas hingga duduk di kursi, berdiri disamping tempat tidur,
berpindah dengan bantuan sesegera mungkin
3) Bantu pasien dalam melakukan latihan rentang gerak sendi untuk seluruh
ekstermitas, setidaknya setiap pergantian jam kerja
4) Letakkan ekstermitas dala psoso fisiologis yang netral dengan menggunakan
bantal atau peralatan bidai/penyokong yang tepat sesuai indikasi
5. Diagnosa keperawatan : keselamatan
a. Kriteria hasil :

20
1) Slang endotrakea tetap pada posisi yang benar
2) Inflasi balon slang endotrakea tetap sesuai
3) Sistem alarm ventilator tetep aktif
b. Intervensi kepeawatan :
1) Stabilakan posisi slang endotrakea gunakan ahli terapi pernafaan untuk
metode terbaik
2) Perhatikan dan catat garis “cm” pada posisi slang endotrakea dibibir atau
gigi
3) Gunakan alat pelindung diri untuk pasien atau sedasi sesuai protokol rumah
sakit
4) Evaluasi posisi slang endotrakea dengan sinar-x dada (dengan melihat film
atau melalui laporan)
5) Pastikan perlengkapan jalan nafas darurat dan kantung resusitasi manual
telah siap sedia, dan diperiksa setiap pergantian kerja
6) Kembangkan balon dengan menggunakan teknik yang meminimalkan
kebocoran, atau tekanan kurang dari 24 mmHg dengn menggunakan
manometer
7) Pantau inflasi atau kebocoran balon setiap pergantian jam kerja
8) Lindungi balon pilot dari kerusakan
9) Lakukan pengaturan ventilator dan pengecekan alarm setiap 4 jam
(minimal) atau menurut protokol rumah sakit
6. Daignosa keperawatan : integritas kulit
a. Kriteria hasil :
Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan kulit
b. Rencana keperawatan :
1) Kaji dan catat integritas kulit setidaknya setiap pergantian shift
2) Miringkan tubuh pasien setiap 2 jam, kaji kembali area tulang yang menonjol
untuk melihat tanda-tanda cedera akibat tekanan
3) Ketika pasien bangun dari tempat tidur ke kursi, beri pereda tekanan di
permukaan duduk sedikitnya 1 jm sekali

21
4) Lepaskan alat perlindungan diri dari pergelangan tangan dan pantau kulit
berdasarkan kebijakan rumah sakit
7. Diagnosa keperawatan : nutrisi
a. Kriteria hasil :
1) Asupan nutrisi memenuhi perhitungan kebutuhan metabolik
2) Pola BAB pasien teratur
b. Rencana keperawatan :
1) Konsultasi dengan dokter gizi untuk pengkajian dan rekomendasi kebutuhan
metabolik
2) Berikan dukungan nutrisi dini melalui pemberian makanan enteral atau
parental dimulai 48 jam intubasi
3) Pantau pemberian nutrisi harian yang sesungguhnya dengan perhitungan I&O
4) Timbang berat badan pasien setiap hari
5) Berikan obat-obatan untuk penanganan usus, bersama dengan hidrasi yang
adekuat
8. Diagnosa keperawatan : kenyamanan/control nyeri
a. Kriteria hasil :
Pasien akan menunjukkan/memperlihatkan berkurangya ketidaknyamanan/nyeri
pada saat menggunakan ventilasi mekanis
b. Rencana keperawatan :
1) Dokumentasikan pengkajian nyeri dengan menggunakan unsur nyeri numeric
atau skala serupa apabila memungkinakan
2) Berikan analgesia jika tepat, catat ketidakefektifan obat setiap sesudah
pemberian dosis
3) Cegah pasien menarik dan merusak slang ventilator dan slang pemberian
dosis
4) Cegah pasien menarik dan merusak slang ventilator dan slang endotrakea
atau trakeostomi
5) Beri perawatan mulut yang saksama setiap 1-4 jam
6) Beri sedasi sesuai indikasi
9. Diagnosa keperawatan : psikososial

22
a. Kriteria hasil :
1) Pasien berpartisipasi dalam perawatan dan pengamnilan keputusan yang
terkait dengan aktivitas harian pasien (mis, mengembalikkan badan, mandi)
2) Pasien berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan dan pengunjung
b. Rencana keperawatan :
1) Dorong pasien untuk bangun dari tempat tidur dan berupaya memenuhi
kebutuhan rasa nyaman/hygiene dasarnya secara mandiri
2) Buat jadwal harian untuk mandi, bangun tidur, pengobatan dan sebagainya
dengan masukan dari pasien
3) Sediakan sarana untuk pasien menulis catatan dan gunakan perangkat visual
komunikasi
4) Dorong pengunjung untuk berkomunikasi dengan pasien menggunakan nada
suara dan topik percakapan yang normal
5) Ajarkan pengunjung untuk membantu latihan rentang gerak sendi dan
aktivitas peraat lain yang sederhana untuk memfasilitasi pola interaksi yang
normal
10. Diagnoasa keperawatan : penyuluhan
a. Kriteria hasil :
1) Pasien mau bekerja sama dan menunjukan pemahaman mengenai kebutuhan
akan ventilasi mekanis
2) Pengkajian potensi kebutuhan pemulang
b. Rencana keperawatan :
1) Beri penjelasan kepada pasien/orang tedekat tentang rasional penggunaan
ventilasi mekanis. Prosedur seperti pengisapan, perawatan jalan nafas, toilet
paru lainya. Rencana dan tindak lanjut perawatan hingga penyapihan dan
ekstubasi
2) Lakukan kerja sosial dini untuk menyaring kebutuhan, sumber-sumber dan
sistem dukungan yang ada.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ventilasi mekanik adalah metode bantuan pernafasan yang diberikan kepada
pasien, yang tidak mampu mempertahankan ventilasi dan oksigenasi yang sopontan atau
adekuat. Ventilasi mekanis dicapai melalui insersi jalan nafas buatan (missal ET atau

24
selang trakeostomi) yang kemudian dihubungkan dengan ventilator mekanis bertekanan
positif yang tekanan, waktu, dan volumenya diatur
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik
atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari
bahasan makalah yang telah dijelaskan.

Daftar Pustaka
Muttaqin, Arif. 2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Pernapasan.
Jakarta:Salemba Medika
Morton, Patricia Gonce. 2014. Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik Edisi 8.
Jakarta:EGC

Mareli, T.M. 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan Edisi 3. Jakarta:EGC

25

Anda mungkin juga menyukai