Anda di halaman 1dari 13

TINDAKAN PROSEDUR

ISOLASI PASIEN DENGAN CAMPAK

DISUSUN OLEH :
Ditha Indah Pratiwi/1705009
Fery Adi Setiawan/1705012
Helmia Farida/1705015

AKADEMI KEPERAWATAN
WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Tugas Tindakan Prosedur
Isolasi Pada Pasien Campak. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Wahyuningsih selaku
Dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap tindakan prosedur ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Isolasi pada Pasien Campak. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga tindakan prosedur ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Semarang, Juni 2019


DAFTAR ISI

TINDAKAN PROSEDUR..........................................................................................................................i
ISOLASI PASIEN DENGAN CAMPAK..................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
KONSEP DASAR......................................................................................................................................3
A. Definisi/pengertian..............................................................................................................................3
B. Tujuan Tindakan Prosedur Isolasi.......................................................................................................3
C. Indikasi pasien Isolasi..........................................................................................................................4
D. Macam-macam isolasi.........................................................................................................................4
E. Tindakan Prosedur...............................................................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................................9
A. Kesimpulan..........................................................................................................................................9
B. Saran....................................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Isolasi berarti memisahkan orang dengan penyakit menular dari orang yang sehat
dan tidak terkontaminasi. Sementara itu, karantina adalah tindakan memisahkan dan
membatasi orang-orang yang telah memiliki kontak dengan penyakit menular (belum
tentu kena penyakitnya) untuk mengetahui apakah mereka akan terkena penyakit tersebut
atau tidak.Perhatikan gambaran berikut ini supaya perbedaannya lebih jelas. Seorang
anak yang telah didiagnosis positif memiliki penyakit campak akan diisolasi alias
dijauhkan dari anak dan orang lain yang sehat. Ini supaya orang lain tidak tertular
campak dari anak tersebut.Sedangkan apabila seorang anak punya kakak kandung
serumah yang telah didiagnosis positif memiliki penyakit campak, sementara anak itu
sendiri belum terdiagnosis, anak ini akan dikarantina. Selama karantina, kondisi anak ini
akan terus dipantau untuk melihat adanya perkembangan gejala atau tidak.Anak ini perlu
dipisahkan dari orang yang sehat meski belum terdiagnosis karena ia sangat berisiko
tertular campak dari kakaknya, sehingga kemungkinan besar ia sendiri pun sudah
terinfeksi bakteri. Bila anak ini tidak dikarantina hanya karena gejalanya belum tampak,
dikhawatirkan campak bisa menyebar ke orang lain di sekitar anak ini. (Lewer, 2016)
Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat
pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat
perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada
pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan serta mampu merawat
pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi
pasien dan petugas kesehatan.CDC telah merekomendasikan suatu “Universal Precaution
atau Kewaspadaan Umum” yang harus diberlakukan untuk semua penderita baik yang
dirawat maupun yang tidak dirawat di Rumah Sakit terlepas dari apakah penyakit yang
diderita penularanya melalui darah atau tidak.Tujuan dari pada di lakukannya
“Kewaspadaan Umum” ini adalah agar para petugas kesehatan yang merawat pasien
terhindar dari penyakit-penyakit yang di tularkan melalui darah yang dapat menulari
mereka melalui tertusuk jarum karena tidak sengaja, lesi kulit, lesi selaput lendir. (Arias,
2009)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah keperawatan anak yang berjudul
tindakan prosedur isolasi pada pasien campak.
2. Tujun Khusus
Diharapkan mahasiswa/i mampu :
a. Mengerti pengertian prosedur tindakan isolasi untuk penyakit campak;
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang tujuan isolasi pada
penyakit campak;
c. Agar mahasiswa mengerti indikasi isolasi pada penyakit campak;
d. Agar mahasiswa mengerti tentang tindakan prosedur isolasi pada penyakit
campak apa saja.
BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi/pengertian
Isolasi berarti memisahkan orang dengan penyakit menular dari orang yang sehat
dan tidak terkontaminasi. Sementara itu, karantina adalah tindakan memisahkan dan
membatasi orang-orang yang telah memiliki kontak dengan penyakit menular (belum
tentu kena penyakitnya) untuk mengetahui apakah mereka akan terkena penyakit tersebut
atau tidak.Perhatikan gambaran berikut ini supaya perbedaannya lebih jelas. Seorang
anak yang telah didiagnosis positif memiliki penyakit campak akan diisolasi alias
dijauhkan dari anak dan orang lain yang sehat. Ini supaya orang lain tidak tertular
campak dari anak tersebut.Sedangkan apabila seorang anak punya kakak kandung
serumah yang telah didiagnosis positif memiliki penyakit campak, sementara anak itu
sendiri belum terdiagnosis, anak ini akan dikarantina. Selama karantina, kondisi anak ini
akan terus dipantau untuk melihat adanya perkembangan gejala atau tidak.Anak ini perlu
dipisahkan dari orang yang sehat meski belum terdiagnosis karena ia sangat berisiko
tertular campak dari kakaknya, sehingga kemungkinan besar ia sendiri pun sudah
terinfeksi bakteri. Bila anak ini tidak dikarantina hanya karena gejalanya belum tampak,
dikhawatirkan campak bisa menyebar ke orang lain di sekitar anak ini. (Lewer, 2016)
Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat
pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat
perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada
pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan serta mampu merawat
pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi
pasien dan petugas kesehatan.CDC telah merekomendasikan suatu “Universal Precaution
atau Kewaspadaan Umum” yang harus diberlakukan untuk semua penderita baik yang
dirawat maupun yang tidak dirawat di Rumah Sakit terlepas dari apakah penyakit yang
diderita penularanya melalui darah atau tidak.Tujuan dari pada di lakukannya
“Kewaspadaan Umum” ini adalah agar para petugas kesehatan yang merawat pasien
terhindar dari penyakit-penyakit yang di tularkan melalui darah yang dapat menulari
mereka melalui tertusuk jarum karena tidak sengaja, lesi kulit, lesi selaput lendir. (Arias,
2009)

B. Tujuan Tindakan Prosedur Isolasi


Tujuan dari pada di lakukannya “Kewaspadaan Umum” ini adalah agar para
petugas kesehatan yang merawat pasien terhindar dari penyakit-penyakit yang di tularkan
melalui darah yang dapat menulari mereka melalui tertusuk jarum karena tidak sengaja,
lesi kulit, lesi selaput lendir.
Alat-alat yang dipakai untuk melindungi diri antara lain pemakaian sarung tangan,
Lab jas, masker, kaca mata atau kaca penutup mata. Ruangan khusus diperlukan jika
hygiene penderita jelek. Limbah Rumah Sakit diawasi oleh pihak yang berwenang.
(Arias, 2009)

C. Indikasi pasien Isolasi


Semua pasien dengan penyakit yang mudah menular kepada pasien lain, keluarga
pasien atau petugas serta berpotensi menimbulkan gangguan lingkungan atau pasien
kehamilan dengan resiko tinggi harus dirawat di ruang isolasi.
Konfirmasi awal untuk memastikan benar tidaknya terjadi kasus campak

D. Macam-macam isolasi
1. Isolasi ketat
Kategori ini dirancang untuk mencegah transmisi dari bibit penyakit yang sangat
virulen yang dapat ditularkan baik melalui udara maupun melalui kontak langsung.
Cirinya adalah selain disediakan ruang perawatan khusus bagi penderita juga bagi
mereka yang keluar masuk ruangan diwajibkan memakai masker, lab jas, sarung
tangan. Ventilasi ruangan tersebut juga dijaga dengan tekanan negatif dalam ruangan.
2. Isolasi kontak
Diperlukan untuk penyakit-penyakit yang kurang menular atau infeksi yang kurang
serius, untuk penyakit-penyakit yang terutama ditularkan secara langsung sebagai
tambahan terhadap hal pokok yang dibutuhkan, diperlukan kamar tersendiri, namun
penderita dengan penyakit yang sama boleh dirawat dalam satu kamar, masker
diperlukan bagi mereka yang kontak secara langsung dengan penderita, lab jas
diperlukan jika kemungkinan terjadi kontak dengan tanah atau kotoran dan sarung
tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan yang infeksius.
3. Isolasi pernafasan;
Dimaksudkan untuk mencegah penularan jarak dekat melalui udara, diperlukan
ruangan bersih untuk merawat penderita, namun mereka yang menderita penyakit yang
sama boleh dirawat dalam ruangan yang sama. Sebagai tambahan terhadap hal-hal
pokok yang diperlukan, pemakaian masker dianjurkan bagi mereka yang kontak
dengan penderita, lab jas dan sarung tangan tidak diperlukan.
(Amir, 2010)
E. Tindakan Prosedur
Tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk
mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan
cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasaldari pasien maupun
petugas kesehatan (Nursalam, 2007). Secara garis besar, standard kewaspadaan universal
di ruang isolasi antara lain :
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan membranmukosa
3. Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkinmemercik
4. Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air
5. Tangani jarum dan benda tajam dengan aman
6. Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air
7. Proses instrumen dengan benar
8. Lakukan pengelolaan limbah dengan benar
9. Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan seksama
10. Buang sampah terkontaminasi dengan aman
11. Lakukan pengelolaan alat kesehatan untuk mencegah infeksi dalam kondisi sterildan
siap pakai dengan cara dekontaminasi, pencucian alat, dan desinfeksi dansterilisasi

Prosedur perawatan di ruang isolasi

PROSEDUR PELAYANAN PASIEN ISOLASI


PEMPROV DKI JAKARTA
RSU KECAMATAN CILINCING

Prosedur pelayanan pasien isolasi adalah langkah-langkah dalam


melakukan penanganan pada pasien dengan kasus infeksius yang
Pengertian dapat menularkan ke orang lain atau karena mengganggu lingkungan
atau karena kehamilan resiko tinggi

Tujuan Melindungi pasien dan keluarganya serta petugas dari penularan


infeksi, gangguan lingkungan dan mencegah terjadinya penyulit atau
komplikasi pada pasien dengan kehamilan resiko tinggi

Semua pasien dengan penyakit yang mudah menular kepada pasien


lain, keluarga pasien atau petugas serta berpotensi menimbulkan
Kebijakan gangguan lingkungan atau pasien kehamilan dengan resiko tinggi
harus dirawat di ruang isolasi.

1. Dokter dan perawat mengidentifikasi apakah pasien memerlukan


isolasi atau tidak
2. Menginformasikan / menjelaskan kepada keluarga bahwa pasien
memerlukan ruang isolasi dengan alasan sesuai dengan kondisi
Prosedur
diatas
3. Meminta persetujuan keluarga untuk memasukkan pasien
keruang isolasi / ke kamar yang ditentukan untuk isolasi pasien
tersebut sesuai dengan kebijakan diatas
4. Setelah keluarga setuju pasien dipindahkan keruang dimaksud
5. Berkoordinasi dengan unit / ruangan terkait dengan adanya
PEMPROV DKI JAKARTA
RSU KECAMATAN CILINCING pasien yang akan masuk ke ruang isolasi atau kamar khusus
6. Menjalankan tata laksana rawat isolasi
a. Kasus infeksi :
- Pintu kamar harus selalu ditutup
- Semua petugas yang merawat memakai alat pelindung diri
yang sesuai dengan jenis transmisi untuk mencegah penularan
infeksi
- Saat masuk dan sesudahnya dari kamar pasien lakukan
prosedur cuci tangan.
- Batasi pengunjung
- Untuk kasus menular : alat disposable setelah dipakai
dimusnahkan
Prosedur - Perawat selektif dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien tersebut
b. Kasus psikiatrik / narkoba
- Melaksanakan pembatasan pengunjung
- Libatkan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien
c. Kasus Ibu dengan kehamilan dan bayi risiko tinggi
- Menjaga ketenangan ruangan
- Pembatasan pengunjung
1. UGD
2. Ruang Rawat Inap
Unit Terkait
3. Administrasi

PROSEDUR SURVEILANS PADA CAMPAK

1. Pengertian Campak adalah kasus dengan gejala bercak kemerahan di tubuh berbentuk
makulopaluler didahului panas badan >38 derajat celsius (teraba panas)
selama tiga hari atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek atau mata
merah.
2. Tujuan - Untuk mengetahui perubahan epidemiologi campak
- Mengidentifikasi populasi resiko tinggi
- Memprediksi terjadinya KLB campak
- Melaksanakan penyelidikan epidemiologi setiap KLB campak
- Memberikan rekomendasi dan tidak lanjut pada program pencegahan
dan pemberantasan campak
3. Kebijakan 1. Undang-undang no.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulanagan Wabah penyakit
3.
4. Referensi Petunjuk Teknis Surveilans Campak direktorat jenderal PPM-PL DEPKES RI
DIT.EPIM-KESMA,Subdit Surveilans Epidemiologi,Jakarta 2006
5. Alat dan Bahan 1. Alat :
a. Alat tulis kantor
b. Alat Penerangan
c. Materi Penyuluhan
6. Langkah-Langkah Bagan Alur
1. Petugas surveilens menerima
laporan kasus dari
RS/Dinkes/masyarakat atau
mengkaji register puskesmas untuk
melihat jumlah kasus Campak.
2. Petugas mencatat laporan di buku
catatan kasus.
3. Menentukan jadwal atau kunjungan
PE
4. Petugas menyiapkan peralatan
5. Petugas mendatangi lokasi untuk
mengetahui adanya kasus
tambahan dengan cara wawancara
terhadap masyarakat, keluarga
kasus dan tokoh masyarakat.
6. Petugas melakukan pemeriksaan
jika demam >38° c selama 3 hari
atau disertai bercak kemerahan
berbentuk makulopapular, batuk,
pilek, atau mata merah
(konjungivitis) dirumah penduduk.
Catat dan kirim ke DINKES Kab/
Kota.
7. Ambil spesimen serum darah dan
kirim ke laboraturium.
8. Jika hasil positif, lakukan respon
KLB.
9. Respons tatalaksana kasus
(Lakukan pengobatan simtomatis
dan untuk mengatasi komplikasi
yang muncul seperti
bronchopneumonia dan
konjungivitis, lakukan pemberian
vitamin A dosis tinggi pada kasus
sesuai dengan usia dan populasi
balita beresiko sekitar lokasi KLB ).
10. Respons pelaporan dengan
menggunakan standar pelaporan
KLB
11. Respons kesehatan masyarakat
( Lakukan PE, Lakukan Surveilens
Intensif, Lakukan Pemberian
vaksinasi pada anak-anak beresiko
tinggi ( belum vaksinasi campak ) di
lokasi sekitar KLB, Lakukan
Surveilens intensif, penyuluhan
tentang pentingnya imunisasi dan
GIZI pada bayi, memberi makanan
tambahan ).
12. Pencatatan pelaporan.

7. Hal-Hal yang perlu 1. Konfirmasi awal untuk memastikan benar tidaknya terjadi kasus campak
diperhatikan 2.
8. Unit terkait 1. Gizi
2. Imunisasi
3. Promkes
4. Dinkes
9. Dokumen terkait 1. Laporan Hasil kegiatan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Isolasi berarti memisahkan orang dengan penyakit menular dari orang yang sehat
dan tidak terkontaminasi. Sementara itu, karantina adalah tindakan memisahkan dan
membatasi orang-orang yang telah memiliki kontak dengan penyakit menular (belum
tentu kena penyakitnya) untuk mengetahui apakah mereka akan terkena penyakit
tersebut atau tidak.Perhatikan gambaran berikut ini supaya perbedaannya lebih jelas.
Seorang anak yang telah didiagnosis positif memiliki penyakit campak akan diisolasi
alias dijauhkan dari anak dan orang lain yang sehat. Ini supaya orang lain tidak tertular
campak dari anak tersebut.Sedangkan apabila seorang anak punya kakak kandung
serumah yang telah didiagnosis positif memiliki penyakit campak, sementara anak itu
sendiri belum terdiagnosis, anak ini akan dikarantina. Selama karantina, kondisi anak ini
akan terus dipantau untuk melihat adanya perkembangan gejala atau tidak.Anak ini perlu
dipisahkan dari orang yang sehat meski belum terdiagnosis karena ia sangat berisiko
tertular campak dari kakaknya, sehingga kemungkinan besar ia sendiri pun sudah
terinfeksi bakteri. Bila anak ini tidak dikarantina hanya karena gejalanya belum tampak,
dikhawatirkan campak bisa menyebar ke orang lain di sekitar anak ini. (Lewer, 2016)

B. Saran
Untuk rekan-rekan mahasiswa
1. Diharapkan berhati hati dalam melakukan pelayan pasien dengan pasien isolasi
campak
2. Diharapkan agar lebih memahami dan mempelajari lebih dalam ilmu keperawatan
anak khususnya tentang isolasi pada klien dengan penyakit campak dan juga untuk
meningkatkan kepercayaan diri
DAFTAR PUSTAKA

Amir, A. (2010). Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC.

Arias, K. (2009). Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas Kesehatan. Jakarta: EGC.

Lewer, H. (2016). Belajar Merawat di Bangsal Anak. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2007). Isolasi Penyakit Menular. Bandung: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai