Anda di halaman 1dari 2

Virginia Antoinette Cynara / 2201752565 / LC 23

Legal Aspect in Economic and Business

Bab 8 : Hukum Persaingan Usaha


 Hukum persaingan usaha mulai banyak dibicarakan seiring dengan diundangkannya
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. Undang-undang ini baru efektif berlaku satu tahun kemudian.
 Ada banyak terminologi yang diintroduksi dalam UU No. 5 Tahun 1999 ini. Namun
untuk keperluan pemahaman salam menyimak tulisan ini, ada beberapa diantaranya yang
perlu dikemukakan untuk menyamakan persepsi. Yang Pertama, undang-undang ini
membedakan istiliah “monopoli” dan “praktik monopoli”. Kata monopoli bermakna
netral yaitu penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau atas
penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.
Penguasaan usaha tidak harus berarti negatif. Yang dilarang adalah praktik monopoli,
yang oleh undang-undang ini diartikan sebagai monopoli yang menimbulkan persaingan
usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Sayangnya, UU No. 5 Tahun
1999 tidak menggunakan istilah “praktik monopoli” tetapi menggunakan istilah
“monopoli” saja. Yang Kedua, sekalipun UU No. 5 Tahun 1999 sering diberi nama lain
sebagai UU Antimonopoi, pada dasarnya monopoli hanya salah satu jenis kegiatan yang
disebut-sebut dalam undang-undang ini. Ada bentuk kegiatan lain yang dilarang seperti
perjanjian yang dilarang. Penyebutan UU Antimonopoli-seperti gagasan DPR saat itu-
untuk meneyebut UU No. 5 Tahun 1999, dengan demikian menjadi kurang tepat. Akan
lebih baik jika digunakan istilah UU Larangan Persaingan Usaha Tidak Sehat atau UU
Antipersaingan Curang.
 Dalam KUHP pasal 382 bis. menyatakan “Barangsiapa untuk mendapatkan,
melangsungkan atau memperluas debit perdagangan atau perusahaan kepunyaan sendiri
atau orang lain, melakukan perbuatan curang untuk menyesatkan khalayak umum atau
seorang tertentu diancam, jika karenanya dapat timbul kerugian bagi pesaing-pesaingnya
atau pesaing-pesaing orang lain itu, karena persaingan curang, dengan pidana penjara
paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”
Di sini jelas bahwa hukum persaingan usaha tidak anti-persaingan. Justru hukum
persaingan usaha mengoptimalkan kompetisi agar tidak ada penyalahgunaan posisi
dominan oleh seorang atau sekelompok pelaku usaha terhadap pelaku usaha yang lain.
 Pendekatan sistematis tentang hukum persaingan usaha baru diletakkan oleh Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat. Undang-undang ini diklaim telah memenuhi standar internasional antara
lain dengan mengikuti pedoman dari United Nations Conference on Trade and
Development (UNCTAD) dan dirumuskan berkat bantuan para konsultan dari Jerman.
Pendekatan yang di atur dalam UU No. 5 Tahun 1999 adalah per se illegal dan rule of
reason, mereka adalah konsep klasik dalam hukum persaingan usaha.
 UU No. 5 Tahun 1999 memiliki 11 Bab.
1. Bab I : Ketentuan Umum
2. Bab II : Asas dan Tujuan
3. Bab III : Perjanjian yang Dilarang
4. Bab IV : Kegiatan yang Dilarang
5. Bab V : Posisi Dominan
6. Bab VI : Komisi Pengawas Persaingan Usaha
7. Bab VII : Tata Cara Penanganan Perkara
8. Bab VIII : Sanksi
9. Bab IX : Ketentuan Lain
10. Bab X : Ketentuan Peralihan
11. Bab XI : Ketentuan Penutup
Aspek hukum material dari UU No. 5 Tahun 1999 dituangkan terutama dalam Bab III,
Bab IV, dan Bab V. Dua bab yang disebutkan pertama mengatur perjanjian dan kegiatan
yang dilarang. Bab V mengatur tentang posisi dominan.
 UU No. 5 Tahun 1999 juga mengatur tentang sanksi. Ada tiga jenis sanksi yaitu tindakan
administrative, pidana pokok, dan pidana tambahan. KPPU memiliki wewenang
memberikan sanksi tindakan administrative. Tetapi walaupun KPPU hanya berwewenang
memberikan sanksi administrative, kewewenangannya bersinggungan dengan semua
pasal dalam UU No. 5 Tahun 1999. Artinya, semua pelanggaran terhadap UU No. 5
Tahun 1999 dapat dijatuhkan sanksi tindakan administartif.
 Pembentukan KPPU secara resmi dilakukan melalui Kepres No. 75 Tahun 1999 dengan
melalui serangkaian tahap pemilihan yang cukup alot melibatkan pemerintahan dan DPR.
Ketentuan prosedur acara di KPPU masih bedasarkan Peraturan KPPU Nomor 1 Tahun
2010 tentang Tata Cara Penanganan Perkara yang berlaku efektif tanggal 5 April 2010.
 Hukum persaingan usaha, khususnya terkait dengan dimensi hukum acaranya, terbilang
masih baru diperkenalkan. Masih banyak celah yang perlu disempurnakan atas bidang
hukum ini. Peraturan Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2005 mislanya. Terlepas dari itu
semua, selain keharusan meningkatkan koordinasi dengan lembaga-lembaga lain yang
terkait, KPPU sendiri sesungguhnya diharapkan dapat mengambil inisiatif menutupi
celah-celah kelemahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai