Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kasus


1. Definisi
Cervical Syndrome adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh iritasi
atau penekanan akar saraf servikal oleh penonjolan discus invertebralis,
gejalanya adalah nyeri leher yang menyebar ke bahu, lengan atas atau lengan
bawah, parasthesia, dan kelemahan atau spasme otot.
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Sistem tulang
1) Arcus
Arcus adalah bangunan yang merupakan lempengan dan
simetris antara kanan dan kiri, terletak pada posterior corpus.
Pangkal dari corpus ini disebut radiks arcus vertebralis. Di
sebelah posterior dari lengkung ini bertemu linea mediana
posterior dan selanjutnya membentuk tonjolan seperti duri
yang disebut prosessus spinosus. Tonjolan meruncing pada
batas dataran radiks dan arus ke lateral disebut prosessus
tranversus.
2) Foramen vertebralis
Vertebra cervicalis membentuk suatu columna vertebralis,
dengan sendirinya tiap foramen vertebrae yang lain
membentuk kanalis di dalam columna vertebralis yang
ditempati oleh medulla spinalis, yaitu foramen vertebralis.
3) Vertebrae cervicalis
Vertebrae cevicalis terdiri dari tujuh vertebrae, yang masing-
masing terhubung dengan yang lain. Pada vertebra cervicalis
satu sampai enam mempunyai corpus kecil. Processusnya
bersifat bifida (bercabang dua). Processus
tranversusnya mempunyai foramen transversarium yang
membagi processus tranversum menjadi dua tonjolan
yaitu tuberkulum anterius dan posterius. tetapi pada cervical
enam terdapat pembesaran dari tuberkulum anterius yang
disebut tuberkulum karotikus yang terletak di arteria
karotikus.Sedangkan pada vertebrae cervical tujuh terdapat
perbedaan susunan dengan vertebrae cervicalis lainya
karena prosessus spinosusnya disini meruncing menuju ke
dorsal dan tidak bercabang menjadi dua lagi dan sangat
menonjol sehingga mudah diraba dari luar, oleh karena itu
vertebrae cervical tujuh disebut vertebrae prominens. Selain itu
perbedaan yang lainya adalah foramen tranversarium sangat
kecil, sebab belum dilalui oleh pembuluh darah.
b. Sistem Otot
Otot-otot yang berhubungan dengan gerakan leher dan bahu yang
meliputi flexor cervicalis otot-otot penggerak utamanya adalah
m. sternoleidomastoideus, m. sclaneus medius dan anterior
posterior, dimana otot-otot ini diinervasi oleh  C1-8, eksensor
cervicalis otot penggerak utamanya adalah m. splennius cervicis, m.
semi spinalis, m. longisimus cervicalis, m. ilioastalis
cervicis (diinervasi C3-T6), lateral flexi otot penggerak utamanya
adalah m. sternoleidomastoideus, m.   sclaneus anterior, medius dan
posterior (diinervasi C2-3), rotasi, penggerak utamanya adalah m.
obliqus capitis inferior, m. semispinalis cervicis, m.  splenius cervicis,
m.  longus capitis (diinervasi C2-T5).
Sedangkan otot–otot penggerak bahu adalah m. deltoid
anterior, m.   supra spinatus, dan m.  coraco radialis untuk gerakan
flexi, m. latisimus dorsi dan m. teres mayor  untuk ekstensi, m. deltoid
middle, m. supra spinatus untuk abduksi, m. latisimus dorsi, m.
petoralis mayor, m. teres minor dan m. coraco brachialis untuk
adduksi, m. infraspinatus, m. teres minor untuk internal dan eksternal
rotasi.
c. Sistem Persarafan
Sistem persarafan merupakan sistem penghantar yang berfungsi
sebagai perantara impuls-impuls saraf yang berjalan di kedua arah
antara susunan saraf pusat dan jaringan tubuh lainya. Komponen badan
saraf terdiri dari serabut-serabut yang terikat menjadi satu oleh
jaringan penyokong konektif. Sistem persarafan yang terletak pada
plexsus brachialis merupakan sistem saraf perifer yang mana terdapat
beberapa persarafan antara lain, n. medianus, n. ulnaris, n. cuaeus, dan
n. Radialis.
a) Nerves Musculocutaneus
Nerves Musculocutaneus timbul dari fascicularis
lateral plexsus brachialis dan terdiri dari serabut-
serabut yang berasal dari segmen C5 dan C6. mula-
mula nerves ini terletak di sebelah lateral arteri axillaris,
lalu menembus muscular coraco brachialis dan turun
secara oblique di sebelah lateral diantara musculus
biceps dan brachialis
b) Nerves axillaris (circumflexa, C5-C6)
Nerves axillaris berasal dari fasciculer post plexus
brachialis dan terdiri dari serabut-serabut yang berasal
dari segmen C5 dan C6, kemudian serabut berjalan ke
dorsal.
c) Nerves radialis (musculospiralis, C6-8 dan Th 1)
Nerves radialis merupakan cabang yang terbesar
daripada batas bawah muscular pectoralis sebagai
kelanjutan langsung dari fasciculer pectoralis dan
serabut-serabut yang berasal dari tiga segmen thoracal
pertama dari medulla spinalis. Selama berjalan turun
sepanjang lengan, n. radialis ini menyertai
arteri profundus dan sekitar humerus serta di
dalam sulcus musculospinalis. 
d) Nerves Medianus (C6-8, Th1)
Nerves medianus dipercabangkan dari pleksus
brachialis dengan dua buah caput. Kedua caput tersebut
berasal dari fasikulus
lateral dan fasikulus medial. Kedua caput tersebut
bersatu pada bawah otot pectoralis minor, jadi serabut-
serabut dari dalam trunkus berasal dari tiga segmen
cervical yang bawah dan dari segmen thorakal pertama
medulla spinalis di dalam lengan atas bagian bawah 
e) Nerves Ulnaris (C8-Th1)
Nerves ulnaris merupakan cabang terbesar
daripada plexsus brachialis. Serabut syaraf ini terdiri
dari serabut-serabut yang berasal dari segmen C8-Th1. 
Nerves ulnaris ini berasal dari batas bawah musculus
pectoralis minor dan berjalan turun pada sisi medial
lengan dan menembus septum intermuscular untuk
melanjutkan perjalanan dalam sulcus pada caput
medialis
3. Patofisiologi
Discus intervertebralis terdiri dari nucleus pulposus yang merupakan
jaringan elastis, yang dikelilingi oleh annulus fibrosus yang terbentuk oleh
jaringan fibrosus. Kandungan air dalam nucleus pulposus ini tinggi, tetapi
semakin tua umur seseorang kadar air dalam nuleus pulposus semakin
berkurang terutama setelah seseorang berumur 40 tahun, bersamaan dengan itu
terjadi perubahan degenerasi pada begian pusat discus, akibatnya discus ini
akan menjadi tipis, sehingga jarak antara vertebrae yang berdekatan mejadi
kecil dan ruangan discus menjadi sempit, selanjutnya annulus fibrosus
mengalami penekanan dan menonjol keluar.3,5
Menonjolnya bagian discus ini maka jaringan sekitarnya yaitu corpus-
corpus vertebrae yang berbatasan akan terjadi suatu perubahan. Perubahannya
yaitu terbentuknya jaringan ikat baru yang dikenal dengan nama osteofit.
Kombinasi antara menipisnya discus yang menyebabkan penyempitan ruangan
discus dan timbulnya osteofit akan mempersempit diameter kanalis spinalis.
Pada kondisi normal diameter kanalis spinalis adalah 17 mm sampai 18 mm.
Tetapi pada kondisi CRS, kanalis ini menyempit dengan diameter pada
umumnya antara 9 mm sampai 10 mm.5
Pada keadaan normal, akar-akar saraf akan menempati seperempat
sampai seperlima, sedangkan sisanya akan diisi penuh oleh jaringan lain
sehingga tidak ada ruang yang tersisa. Bila foramen intervertebralis ini
menyempit akibat adanya osteofit, maka akar-akar saraf yang ada didalamnya
akan tertekan. Saraf yang tertekan ini mula-mula akan membengkok.
Perubahan ini menyebabkan akar-akar saraf tersebut terikat pada dinding
foramen intervertebralis sehingga mengganggu peredaran darah. Selanjutnya
kepekaan saraf akan terus meningkat terhadap penekanan, yang akhirnya akar-
akar saraf kehilangan sifat fisiologisnya. Penekanan akan menimbutkan rasa 
nyeri di sepanjang daerah yang mendapatkan persarafan dari akar saraf
tersebut.5,6
4. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala nyeri leher antara lain terasa di daerah leher kaku, nyeri otot-
otot leher yang terdapat di leher, sakit kepala dan migraine. Nyeri leher
akan cenderung merasa seperti terbakar. Nyeri bisa menjalar ke bahu,
lengan, dan tangan keluhan tersa tebal atau seprti tertusuk jarum. Nyeri
yang tiba-tiba dan terus-menerus dapat menyebabkan bentuk leher yang
abnormal, kepala menghadap ke sisi yang sebaliknya,yang di kenal dengan
istilah torticolis (Samara,2007).

B. Tinjauan Asesmen dan Pengukuran Fisioterapi


1. Tinjauan asesmen
a. Rencana Pelaksanaan Fisioterapi
Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, fisioterapi seharusnya
selalu memulai dengan melaksanakan assesment yaitu di mulai dari
pengkajian  data (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan spesifik,
dan lain-lain) kemudian dilanjutkan dengan tujuan terapi,
penatalaksanaan fisioterapi serta tindak lanjut dan evaluasi.
a) Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan
dengan mengadakan Tanya jawab kepada pasien secara langsung
(auto anamnesis) ataupun dengan mengadakan Tanya jawab
kepada pasien secara langsung (hetero anamnesis) mengenai
kondisi/ keadaan penyakit pasien. Dengan melakukan anamnesis
ini akan diperoleh informasi-informasi penting untuk membuat
diagnosis. Anamnesis dikelompokan menjadi dua yaitu anamnesis
umum dan anamnesis khusus. Pada kasus ini berdasarkan
autoanamnesis pada tanggal 13September 2019 diperoleh
informasi sebagai berikut :
1) Anamnesis Umum
Identitas pasien
Data identitas pasien yang diperoleh berupa  nama, jenis
kelamin, umur, agama, pekerjaan, serta alamat pasien.
2) Anamnesis Khusus
 Keluhan utama
Merupakan satu atau lebih keluhan atau gejala dominan
yang mendorong penderita untuk mencari pertolongan.
 Kapan terjadi
 Riwayat penyakit sekarang
Merupakan rincian keluhan dan menggambarkan proses
terjadinya riwayat penyakit secara kronologis dengan
secara jelas dan lengkap. Yang isinya kapan mulai
terjadinya, sifatnya seperti apa, manifestasi lain yang
menyertai, penyebab sakit, dan lain-lain.
 Riwayat penyakit dahulu / penyerta
Pertanyaan diarahkan pada penyakit-penyakit yang
pernah dialami yang tidak berkesinambungan dengan
munculnya keluhan sekarang.
 Riwayat pribadi
Riwayat pribadi adalah hal-hal atau kegiatan sehari-hari
yang dilakukan pasien menyangkut hobi atau kebiasaan
yang berkaitan dengan penyebab cervical sydrome.
Riwayat keluarga adalah penyakit-penyakit yang bersifat
menurun dari orang tua atau keluarga.
 Riwayat Perjalanan Penyakit

b) Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dilakukan dibagi menjadi dua, antara lain:
1) Pemeriksaan fisik
a. Tanda – tanda Vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh data sebagai
berikut:tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, temperatur,
tinggi badan, berat badan.
b. Inspeksi
c. Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat
danmengamati. Ada dua macam yaitu inspeksi statis dan
inspeksi dinamis. Inspeksi statis adalah inspeksi dimana
pasien dalam keadaan diam, sedangkan inspeksi dinamis
adalah inspeksi dimana pasien dalam keadaan bergerak.
d. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan cara meraba, menekan
dan memegang bagian tubuh pasien yang akan diperiksa
atau yang dikeluhkan pasien.
2) Pemeriksaan spesifik
a. Test Provokasi
Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan
dengan cara posisi leher diekstensikan dan kepala
dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan tekanan ke
bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila terdapat nyeri
radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi
kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik namun tidak sensitif
guna mendeteksi adanya radikulopati servikal. Pada pasien
yang datang ketika dalam keadaan nyeri, dapat dilakukan
distraksi servikal secara manual dengan cara pasien dalam
posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi leher secara
perlahan. Hasil dinyatakan positif apabila nyeri servikal
berkurang.
b. Test Distraksi Kepala
Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang
diakibatkan oleh kompresi terhadap radiks syaraf. Hal ini
dapat diperlihatkan bila kecurigaan iritasi radiks syaraf
lebih memberikan gejala dengan tes kompresi kepala
walaupun penyebab lain belum dapat disingkirkan.
c. Test Valsava
Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat
proses desak ruang di kanalis vertebralis bagian cervical,
maka dengan di naikkannya tekanan intratekal akan
membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri syaraf ini sesuai
dengan tingkat proses patologis dikanalis vertebralis bagian
cervical. Cara meningkatkan tekanan intratekal menurut
Valsava ini adalah pasien disuruh mengejan sewaktu ia
menahan nafasnya. Hasil positif bila timbul nyeri radikuler
yang berpangkal di leher menjalar ke lengan.
d. Tes ini untuk menentukan ada tidaknya kerobekan rotator
cuff. Pertama mintalah pasien untuk abduksi arm.
Kemudian suruh turunkan kesamping badan dengan
perlahan . jika ada kerobekan rotator cuff (khususnya
musculus supraspinatus) lengan akan jatuh kesisi badan dari
posisi badan 90 derajat abduksi. Pasien tidak akan dapat
menurunkan lengannya dengan perlahan walaupun ia
mencoba berulang kali . jika pasien mampu melakukan
abduksi maka berikan sedikit tepukan pada lengan
bawahnya maka lengan segera jatuh ke sisi badan.
2. Tinjauan Pengukuran
1) Visual Analog Scale (VAS)
Visual analog Scale atau VAS adalah sebuah pengukuran
intensitas nyeri unidimensional, yang secara luas banyak digunakan
dalam penelitian klinis.
VAS digunakan untuk mebgukur kwantitas dan kwalitas nyeri
yang pasien rasakan, dengan menampilkan suatu kategorisasi nyeri
mulai dari “tidak nyeri, ringan, sedang, atau berat”.
Secara operasional VAS umumnya berupa sebuah garis
horizontal atau vertikal, panjang 10cm (100mm). Pasien menandai
garis dengan memberikan sebuah titik yang mewakili keadaan nyeri
yang dirasakan saat ini.

2) Pengukuran ROM
Pengukuran ROM diperlukan untuk menilai biomekanik dan
arthokinematik dari suatu persendian, termasuk fleksibilitas dan
karakteristik gerakan. Pengukuran ini menggunakan alat instrument
yaitu goneometer dan meteran. Adapun ROM yang diukur adalah
pada gerakan-gerakan cevical.
C. Tinjauan Intervensi Fisioterapi
1) Infa Red
Infra red adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih
panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi
gelombang radio. Infra red adalah gelombang elektromagnetik dan
merupakan cahaya monokromatis (pada level frekuensi tertentu) oleh
karena itu gelombang ini merambat lurus.
a) Metode Aplikasi Infra Red
b) Pada pengguanan lampu non luminous jarak lampu yang
digunakan adalah antara 45 – 60 cm, sinar diusahakan tegak
lurus dengan daerah yang diobati serta waktu antara 10 – 30
menit. Pada penggunaan lampu luminous jarak lampu 35 – 45
cm, sinar diusahakan tegak lurus, waktu antara 10 – 30 menit
disesuaikan dengan kondisi penyakitnya.
c) Efek Fisiologis Infra Red
Dengan efek panas tersebut otomatis temperature akan naik dan
akan mempengaruhi beberapa aspek Destruksi jaringan
Menaikkan temperature Tubuh.
d) Efek Terapeutik Infra Red
Efek terapeutik yang dihasilkan dari pemberian infra red antara
lain mengurangi atau menghilangkan nyeri, rileksasi otot,
meningkatkan suplai darah dan menghilangkan sisa-sisa hasil
metabolisme.

2) TENS (Transcutaneus electrical nerve stimulation)


Transkutaneus Electrical Nerve Stimulation adalah intervensi untuk
mengurangi nyeri dengan menggunakan aliran listrik bertegangan
rendah dalam mengaktifkan jaringan saraf yang komplek. Hal ini
terjadi oleh karena aktifnya saraf descendendalam saraf pusat untuk
mengurangi hiperalgesia. Pada TENS dengan frequensi tinggi dapat
mengurangi substansi P, yang akan meningkat pada ganglia pada
manusia setelah cedera jaringan, sedangkan pada TENS dengan
frequensi rendah dapat memblokade reseptor opioidperifer,sehingga
mencegah analgesia. Dengan demikian TENS juga dapat mengubah
rangsangan nosiseptornpeifer untuk mengurangimasukan aferenke
sistem saraf pusat.
3) Manipulasi Friction
Manipulasi friction merupakan salah satu teknik dasar yang
digunakan di dalam massage yang mengunakan jari- jari tangan,
telapak tangan dan siku yang berpungsi agar otot- otot pada tubuh
menjadi rileks  (otot tidak mengeras akibat timbunan sisa- sisa
pembakaran kalori pada otot).
Manipulasi friction adalah manipulasi dengan cara menggerus.
Tujuannya adalah menghancurkan myoglosis yaitu timbunan dari
sisa-sisa pembakaran yang terdapat pada otot dan menyebabkan
pengerasan serabut otot. Friction atau menggerus adalah prosedur
yang sangat tua dan banyak dipergunakan dalam semua bentuk
masase. Pelaksanaanya adalah dengan gerakan putaran spiral menuju
ke arah jantung. Menurut letak dan tempat bagian badan, maka
manipulasi ini dapat dilakukan dengan bermacam-macam variasi
yaitu dengan menggunakan jari, ibi jari, telapak tangan atau bahkan
dengan sikut.
Menggerus dengan menggunakan jari jempol (jari yang paling
kuat), kepalan tangan, pangkal telapak tangan atau dengan siku
tangan.
Bertujuan untuk melancarkan system sirkulasi darah, menimbulkan
hiperamia, pembesaran serabut otot dari refleks vaskuler, hormonal
dan syaraf, baik untuk schele post trauma (regenerasi jaringan) dan
akan mengurangi rasa nyeri otot.
Teknik pijat friction menggunakan bagian jari jempol, yaitu
melakukan gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan yang
lebih dalam dengan menggunakan ibu jari tersebut. Gerakan ini
digunakan pada area tubuh tertentu seperti betis, trepezium dan lain-
lain, dengan maksud untuk penyembuhan ketegangan otot dan rasa
pegal pada persendian. Dalam melakukan gerakan friction boleh
menggunakan ujung jari, buku jari bahkan siku tangan. Untuk
melepaskan bagian otot yang tegang dapat menggunakan gerakan
memutar (putaran kecil) dari jari jempol. Gerakan ini efektif jika
dilakukan pada setiap sisi tulang belakang.Teknik ini bermanfaat
untuk melepaskan bagian-bagian otot yang kejang yang terbentuk
sebagian akibat stress dan ketegangan, dapat menghilangkan
akumulasi dari sisa-sisa metabolisme.
4) Stretching Leher
Stretching merupakan suatu bentuk terapi yang ditujukan untuk
memanjangkan otot yang mengalami pemendekan atau menurunnya
elastisitas dan fleksibilitas otot.
a. Efek Fisiologis Stretching leher
 Menaikkan aliran darah melalui otot-otot aktif
 Meningkatkan detak jantung sehingga dapat mempersiapkan
bekerjanya sistem jantung dan pembuluh darah
(cardiovaskular)
 Menaikkan tingkat energi yang dikeluarkan oleh
metabolisme tubuh
 Meningkatkan pertukaran (pengikatan) oksigen dalam
hemoglobin
 Meningkatkan kecepatan perjalanan sinyal saraf yang
memerintah gerakan tubuh
 Meningkatkan efisiensi dalam proses reciprocal innervation,
sehingga memudahkan otot-otot berkontraksi dan rileks
secara lebih cepat dan efisien
 Meningkatkan kemampuan jaringan penghubung dalam
gerakan memanjang atau meregang
b. Efek Teraupetic Stretching leher
Manfaat perengangan (Stretching)
 Meningkatkan kapasitas kerja fisik
 Mengurangi adanya ketegangan pada otot.
 Dapat meningkatkan kebugaran fisik
 Dapat meningkatkan mental dan relaksasi fisik
 Dapat mengurangi risiko keseleo sendi dan cedera otot
(kram)
 Dapat mengurangi risiko cedera punggung
 Dapat mengurangi rasa nyeri otot
5) Traksi Cervical
Traksi adalah tarikan yang membuat saling menjauhnya segmen yang
satu terhadap segmen yang lain atau usaha mengulur segmen pada
suatu ektremitas.
Dengan traksi cervical diharap terjadi penambahan ruangan pada
intervertebralis maka penyempitan yang dapat menekan akar saraf
dapat berkurang, serta diperoleh relaksasi otot-otot leher (Musthafa,
1988).
Dalam percobaan traksi yang diberikan pada susunan vertebrae
cervicalis. Oleh olachis dan strhom disebutkan bahwa dalam keadaan
lordosis cervical normal. Traksi diberikan dengan tarikan diperoleh
regangan jarak antara prosessus spinosus pada vertebrae yang
berbatasan sebesar 1-1,5 mm (Musthafa, 1988).
6) Stretching Lengan
Passive stretching adalah teknik stretching (penguluran) yang
dilakukan oleh terapis, atau gaya stretch berasal dari terapis atau orang
lain. Passive stretching adalah metode sretching yang sederhana, yang
menggunakan gaya external dari terapis atau mesin latihan. Pasien harus
serelaks mungkin selama passive stretching.Baik jaringan kontraktil
maupun nonkontraktil dapat dipanjangkan melalui pasive stretching.
Gaya stretch biasanya diaplikasikan sekrang-kurangnya 6 detik,
tetapi yang lebih baik adalah ± 15 – 30 detik dan diulang beberapa kali.
Penelitian menunjukkan bahwa gaya stretch selama 30 detik atau 60
detik lebih baik dari pada 15 detik. (Anshar dkk, 2014)
a. Indikasi penggunaan peregangan
 ROM terbatas karena jaringan lunak kehilangan
ekstensibilitasnya akibat perlengketan, kontraktir, dan
pembentukan jaringan parut, menyebabkan keterbatasan
kemampuan
 Keterbatasan gerak dapat menyebabkan deformitas structural
yang seharusnya dapat dicegah.
 Kelemahan otot dan pemendekan jaringan yang berlawanan
menyebabkan ROM.
 Dapat menjadi komponen program kebugaran total atau
conditioning olahraga spesifik yang dirancang untuk mencegah
atau mengurangi risiko cedera muskuluskeletal.
 Dapat digunakan sebelum dan setelah latihan berat untuk
mengurangi nyeri otot pasca latihan. (Carolyn K, Lynn A,
2014)
b. Kontraindikasi peregangan
 Bony block membatasi gerak sendi.
 Fraktur baru, dan penyambungan tulang belum sempurna.
 Terdapat bukti inflamasi akut atau proses infeksi ( panas dan
pembengkakan), atau kemungkinan gangguan penyembuhan
jaringan lunak pada jaringan yang terbatas dan daerah
sekitarnya.
 Terdapat nyeri tajam dan akut pada gerak sendi atau
pemanjangan otot.
 Terdapat hematoma atau indikasi trauma jaringan lain.
 Terjadi hipermobilitas. (Carolyn K, Lynn A, 2014)

Anda mungkin juga menyukai