BAB II Cervical Syndrome1
BAB II Cervical Syndrome1
TINJAUAN PUSTAKA
b) Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dilakukan dibagi menjadi dua, antara lain:
1) Pemeriksaan fisik
a. Tanda – tanda Vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh data sebagai
berikut:tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, temperatur,
tinggi badan, berat badan.
b. Inspeksi
c. Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat
danmengamati. Ada dua macam yaitu inspeksi statis dan
inspeksi dinamis. Inspeksi statis adalah inspeksi dimana
pasien dalam keadaan diam, sedangkan inspeksi dinamis
adalah inspeksi dimana pasien dalam keadaan bergerak.
d. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan cara meraba, menekan
dan memegang bagian tubuh pasien yang akan diperiksa
atau yang dikeluhkan pasien.
2) Pemeriksaan spesifik
a. Test Provokasi
Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan
dengan cara posisi leher diekstensikan dan kepala
dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan tekanan ke
bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila terdapat nyeri
radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi
kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik namun tidak sensitif
guna mendeteksi adanya radikulopati servikal. Pada pasien
yang datang ketika dalam keadaan nyeri, dapat dilakukan
distraksi servikal secara manual dengan cara pasien dalam
posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi leher secara
perlahan. Hasil dinyatakan positif apabila nyeri servikal
berkurang.
b. Test Distraksi Kepala
Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang
diakibatkan oleh kompresi terhadap radiks syaraf. Hal ini
dapat diperlihatkan bila kecurigaan iritasi radiks syaraf
lebih memberikan gejala dengan tes kompresi kepala
walaupun penyebab lain belum dapat disingkirkan.
c. Test Valsava
Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat
proses desak ruang di kanalis vertebralis bagian cervical,
maka dengan di naikkannya tekanan intratekal akan
membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri syaraf ini sesuai
dengan tingkat proses patologis dikanalis vertebralis bagian
cervical. Cara meningkatkan tekanan intratekal menurut
Valsava ini adalah pasien disuruh mengejan sewaktu ia
menahan nafasnya. Hasil positif bila timbul nyeri radikuler
yang berpangkal di leher menjalar ke lengan.
d. Tes ini untuk menentukan ada tidaknya kerobekan rotator
cuff. Pertama mintalah pasien untuk abduksi arm.
Kemudian suruh turunkan kesamping badan dengan
perlahan . jika ada kerobekan rotator cuff (khususnya
musculus supraspinatus) lengan akan jatuh kesisi badan dari
posisi badan 90 derajat abduksi. Pasien tidak akan dapat
menurunkan lengannya dengan perlahan walaupun ia
mencoba berulang kali . jika pasien mampu melakukan
abduksi maka berikan sedikit tepukan pada lengan
bawahnya maka lengan segera jatuh ke sisi badan.
2. Tinjauan Pengukuran
1) Visual Analog Scale (VAS)
Visual analog Scale atau VAS adalah sebuah pengukuran
intensitas nyeri unidimensional, yang secara luas banyak digunakan
dalam penelitian klinis.
VAS digunakan untuk mebgukur kwantitas dan kwalitas nyeri
yang pasien rasakan, dengan menampilkan suatu kategorisasi nyeri
mulai dari “tidak nyeri, ringan, sedang, atau berat”.
Secara operasional VAS umumnya berupa sebuah garis
horizontal atau vertikal, panjang 10cm (100mm). Pasien menandai
garis dengan memberikan sebuah titik yang mewakili keadaan nyeri
yang dirasakan saat ini.
2) Pengukuran ROM
Pengukuran ROM diperlukan untuk menilai biomekanik dan
arthokinematik dari suatu persendian, termasuk fleksibilitas dan
karakteristik gerakan. Pengukuran ini menggunakan alat instrument
yaitu goneometer dan meteran. Adapun ROM yang diukur adalah
pada gerakan-gerakan cevical.
C. Tinjauan Intervensi Fisioterapi
1) Infa Red
Infra red adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih
panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi
gelombang radio. Infra red adalah gelombang elektromagnetik dan
merupakan cahaya monokromatis (pada level frekuensi tertentu) oleh
karena itu gelombang ini merambat lurus.
a) Metode Aplikasi Infra Red
b) Pada pengguanan lampu non luminous jarak lampu yang
digunakan adalah antara 45 – 60 cm, sinar diusahakan tegak
lurus dengan daerah yang diobati serta waktu antara 10 – 30
menit. Pada penggunaan lampu luminous jarak lampu 35 – 45
cm, sinar diusahakan tegak lurus, waktu antara 10 – 30 menit
disesuaikan dengan kondisi penyakitnya.
c) Efek Fisiologis Infra Red
Dengan efek panas tersebut otomatis temperature akan naik dan
akan mempengaruhi beberapa aspek Destruksi jaringan
Menaikkan temperature Tubuh.
d) Efek Terapeutik Infra Red
Efek terapeutik yang dihasilkan dari pemberian infra red antara
lain mengurangi atau menghilangkan nyeri, rileksasi otot,
meningkatkan suplai darah dan menghilangkan sisa-sisa hasil
metabolisme.