PEMBAHASAN
b. Pelayanan
Setiap komponen Program Kesehatan Reproduksi dilaksanakan mengikuti standar
pelayanan yang menampung aspek kesehatan reproduksi lainnya yang relevan.
1) Kesehatan Ibu dan Anak
a) Pelayanan antenatal, persalinan dan nifas memasukkan unsur pelayanan
pencegahan dan penanggulangan IMS serta melakukan motivasi klien
untuk pelayanan KB dan memberikan pelayanan KB postpartum. Dalam
pertolongan persalinan dan penanganan bayi baru lahir perlu
diperhatikan pencegahan umum terhadap infeksi.
b) Pelayanan pasca abortus memasukkan unsur pelayanan pencegahan dan
penanggulangan IMS serta konseling/pelayanan KB pasca-abortus.
c) Penggunaan Buku KIA sejak ibu hamil sampai anak umur 5 tahun.
d) Pelaksanaan kunjungan neonatal.
e) Pelayanan kesehatan neonatal esensial yang meliputi perawatan
neonatal dasar dan tata-laksana neonatal sakit.
f) Pendekatan MTBS bagi balita sakit.
g) Pemantauan dan stimulasi tumbuh kembang anak.
2) Keluarga Berencana
a) Pelayanan KB memasukkan unsur pelayanan pencegahan da n pe na ngg u
la nga n IMS , te rma s uk HIV/ AIDS .
b) Pelayanan KB difokuskan selain kepada sasaran muda- usia paritas
rendah (mupar) yang lebih mengarah kepada kepentingan pengendalian
populasi, juga diarahkan untuk sasaran dengan penggarapan “4 terlalu”
(terlalu muda, terlalu banyak, terlalu sering dan terlalu tua untuk hamil).
c. Kegiatan Pendukung
Kegiatan pendukung meliputi berbagai kegiatan untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan kese hatan reproduksi.
1) Masalah sosial yang berkaitan erat dengan kesehatan reproduksi adalah
Pemberdayaan Perempuan dimana didalamnya tercakup:
a) Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan
b) Terlaksananya pengarusutamaan gender (PUG) diseluruh tingkat dan
sektor pemerintahan
c) Perwujudan kesetaraan dan keadilan gender.
d) Pe n g h ap u sa n ke ke rasa n te rh adap pe re mpuan Untuk mengatasi
masalah ini perlu pelaksanaan secara lintas program dan lintas sektor
dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan sebagai penanggung
jawab.
2) Advokasi, sosialisasi dan mobilisasi sosial.
Kegiatan advokasi, sosialisasi dan mobilisasi sosial diperlukan untuk
pemantapan dan perluasan komitmen serta dukungan politis dalam upaya
mengatasi masalah kesehatan reproduksi. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas
Komisi Kesehatan Reproduksi. Contoh kegiatan advokasi dan mobilisasi sosial
antara lain adalah Gerakan Sayang Ibu (GSI), Kelangsungan Hidup
Perkembangan dan Perlindungan Ibu dan Anak (KHPPIA) dan Gerakan Pita
Putih.
3) Koordinasi lintas sektor.
Dalam penanganan masalah kesehatan reproduksi diperlukan koordinasi
lintas sektor dan lintas program. Untuk itu digunakan forum Komisi Kesehatan
Reproduksi seperti yang diuraikan di atas.
4) Pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat diperlukan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi sesuai
dengan peran masing- masing, misalnya pengorganisasian transportasi untuk
rujukan ibu hamil/bersalin, a risa n peserta KB, tabulin, dsb.
5) Logistik.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan d u kun ga n
sarana dan prasarana yang memadai .