Anda di halaman 1dari 20

A.

Ekolabel Indonesia
1. Program Ekolabel
Pada tahun 2006, Indonesia telah mengembangkan sistem akreditasi dan sertifikasi
ekolabel untuk produk manufaktur. Sebagai acuan yang digunakan dalam penyusunan dokumen
untuk program ekolabel di Indonesia adalah ISO 14020, Environmental labels and declarations-
General principless; ISO 14024, Environmental labels and declarations-Types I environmental
labelling-Principles and procedures dan ISO/IEC Guide 65, General requirements for product
certification. Disamping itu Badan Standardisasi Nasional (BSN) juga telah menetapkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) terkait dengan ekolabel.
Tujuan program ekolabel adalah dalam rangka perlindungan lingkungan, mendorong
inovasi industri yang ramah lingkungan dan membangun kesadaran masyarakat atau konsumen
terhadap produk-produk yang ramah lingkungan. Terdapat tiga pendekatan program ekolabel
yaitu ekolabel Tipe I, Tipe II dan Tipe III yang mana masing-masing tipe mempunyai
kekurangan dan kelebihan.
Ekolabel yang dikembangkan oleh Indonesia adalah program ekolabel Tipe I yaitu
pemberian ekolabel oleh pihak ketiga kepada produk yang memenuhi seperangkat persyaratan
yang telah ditetapkan. Di beberapa negara program ekolabel mendapatkan perhatian serius dari
pemerintah, karena di dalam perdagangan internasional sudah memasukkan isu lingkungan
seperti ekolabel, gas rumah kaca.
Upaya-upaya pemerintah dalam penanggulangan kerusakan lingkungan dan pelestarian
fungsi lingkungan hidup adalah dengan menerapkan standar-standar di bidang lingkungan,
misalnya SNI 19-14001 (sistem manajemen lingkungan) termasuk penaatan terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. Sejalan dengan perkembangan perdagangan
internasional dan meningkatnya masalah di bidang lingkungan, saat ini konsumen di berbagai
negara telah mempertimbangkan aspek lingkungan terhadap barang yang akan dibeli, disamping
persyaratan mutu, harga dan ketepatan waktu pengiriman. Oleh karena itu penerapan program
ekolabel produk menjadi sangat penting dalam perdagangan. Penerapan program ekolabel
sebagai persyaratan dalam perdagangan, sebetulnya bukanlah sebagai hambatan, tetapi
merupakan tantangan dan sekaligus menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk meningkatkan
daya saing produk yang dihasilkan.
Ekolabel adalah label atau tanda yang ditempelkan pada suatu produk atau kemasannya
yang berfungsi memberi informasi kepada konsumen bahwa produk tersebut telah memenuhi
standar kriteria ekolabel, sehingga dalam daur hidupnya menimbulkan dampak lingkungan
negatif yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan produk lain sejenis yang tidak bertanda
ekolabel. Daur hidup produk yang telah menggunakan ekolabel mencakup mulai dari perolehan
bahan baku, proses produksi, pendistribusian, penggunaan/ pemanfaatan, dan pembuangan
limbah serta pendaur-ulangan.
Di banyak negara, program ekolabel telah mendapatkan perhatian yang serius oleh
pemerintah, mengingat isu lingkungan (misalnya ekolabel, gas rumah kaca) telah menjadi isu
penting dalam perdagangan. Program ekolabel pertama kali diperkenalkan di Jerman pada tahun
1979 yang dikenal dengan nama “Blue angel”. Kemudian diikuti oleh negara-negara lain seperti
Jepang dengan ”Ecomark”, Taiwan dengan ”Green mark”, Singapore dan Thailand dengan
”Green label”, serta Indonesia dengan nama ”Ramah lingkungan”. Hingga saat ini sudah ada
sekitar 25 negara yang telah mempunyai program ekolabel. Contoh program ekolabel di berbagai
negara dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah.
Di tingkat internasional telah ada organisasi yang bernama Global Ecolabelling Network
(GEN) yang sampai saat ini telah mempunyai anggota 24 negara termasuk Indonesia. Masing-
masing negara anggota GEN mempunyai program ekolabel sebagaimana diperlihatkan pada
Tabel 1 di atas. Dalam program ekolabel terdapat 3 (tiga) pendekatan ekolabel yaitu Ekolabel
Tipe I, Tipe II dan Tipe III. Masing-masing tipe ekolabel mempunyai kekurangan dan kelebihan.
Negaranegara anggota GEN pada umumnya menerapkan program ekolabel Tipe I yaitu
pemberian sertifikat ekolabel oleh pihak ketiga kepada produk yang memenuhi seperangkat
persyaratan yang telah ditentukan pada kategori produk tertentu.
2. Sistem Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel
Dalam mengoperasikan program ekolabel ini Indonesia telah mengembangkan sistem
akreditasi dan sertifikasi ekolabel. Untuk tahap awal program ekolabel yang diterapkan baru
untuk ekolabel produk industri atau manufaktur. Untuk kedepan tidak tertutup kemungkinan
program ekolabel ini dapat diterapkan pula untuk produk jasa. Agar sistem akreditasi dan
sertifikasi ekolabel dapat dioperasikan, maka BSN telah menetapkan 10 (sepuluh) SNI kriteria
ekolabel produk sebagai berikut :
a. SNI 7188.2.1, Deterjen serbuk pencuci sintetik untuk rumah tangga
b. SNI 7188.3.1, Produk kulit jadi
c. SNI 19-7188.4.1, Tekstil dan produk tekstil
d. SNI 7188.3.2, Sepatu kasual dari kulit
e. SNI 19-7188.1.3, Kertas cetak tanpa salut
f. SNI 7188.1.4, Kertas cetak salut
g. SNI 19-7188.1.2, Kertas tisu untuk kebersihan
h. SNI 7188.1.1, Kertas kemas
i. SNI 7188.5.1, Bateri primer tipe carbon zinc dan alkaline
j. SNI 7188.6, Cat tembok
Disamping itu, BSN juga telah menetapkan 3 (tiga) SNI yang terkait dengan penerapan
ekolabel yaitu :
a. SNI 7288.1, Cara uji senyawa bersifat bioakumulatif dengan penetap-an koefisien fa oktanol-
air secara kromatografi cairan kinerja tinggi.
b. SNI 7288.2, Cara uji organohalida yang dapat diabsorbsi (AOX) dalam air limbah secara
microcoulometry.
c. SNI 7288.3, Cara uji biodegradasi surfaktan anionik.
Indonesia adalah satu-satunya negara yang mengoperasikan program ekolabel melalui
sistem akreditasi. Artinya bahwa penerbitan sertifikat ekolabel atau pemberian lisensi
penggunaan tanda ekolabel produk akan diterbitkan oleh lembaga sertifikasi ekolabel (LSE)
yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Hingga saat ini KAN telah
memberikan akreditasi kepada dua lembaga sertifikasi ekolabel (LSE) yaitu LSEMALECO dan
LSE-PAPICs. LSE-MALECO diberikan akreditasi oleh KAN dengan ruang lingkup 3 (tiga) SNI
yaitu:
- SNI 19-7188.1.3, Kertas cetak tanpa salut
- SNI 19-7188.4.1, Tekstil dan produk tekstil
- SNI 19-7188.1.2, Kertas tisu untuk kebersihan
Sedangkan LSE-PAPIC’s diberikan akreditasi untuk ruang lingkup SNI 19-7188.1.3,
Kertas cetak tanpa salut.
3. Sertifikasi Ekolabel
Sebagai bukti pemenuhan terhadap kriteria ekolabel ini diwujudkan dalam bentuk
pemberian sertifikat ekolabel melalui proses sertifikasi. Sertifikasi ekolabel produk merupakan
suatu cara pemberian jaminan bahwa produk yang diberikan sertifikat atau lisensi penggunaan
tanda ekolabel telah memenuhi standar (kriteria ekolabel)yang ditetapkan. Bagi produsen yang
produknya telah memenuhi kriteria ekolabel (berdasarkan pengujian) dapat mengajukan
permohonan sertifikasi kepada lembaga sertifikasi ekolabel (LSE) yang telah mendapatkan
akreditas dari KAN. Apabila semua persyaratan telah dipenuhi oleh produsen, maka LSE akan
menugaskan tim audit untuk melakukan audit ke perusahaan/ industri pemohon. Setelah selesai
melakukan audit, tim akan melaporkan hasil audit kepada LSE yang menugaskan. Setelah hasil
audit dievaluasi dan ternyata hasilnya “Ok” memenuhi persyaratan), maka LSE akan
menerbitkan sertifikat ekolabel sesuai dengan ruang lingkup yang diminta dan lisensi
penggunaanya. Sedangkan apabila hasil audit belum memenuhi persyaratan atau masih
ditemukan ketidaksesuaian, maka pemohon harus melakukan perbaikan sesuai dengan temuan
hasil audit tersebut. Hasil tindakan perbaikan yang dilakukan oleh pemohon selanjutnya
diserahkan kepada LSE untuk diverifikasi oleh tim audit. Apabila hasil verifikasi dinyatakan
memenuhi persyaratan/ketentuan yang telah ditetapkan, maka temuan ketidaksesuaian akan
ditutup oleh tim audit. Sertifikat ekolabel biasanya berlaku selama tiga tahun, dan apabila telah
habis masa berlakunya dapat diperpanjang kembali. Selama masa berlakunya sertifikat tersebut,
LSE akan melakukan survailen kepada produsen/pelaku usaha pemegang sertifikat atau penerima
sertifikat ekolabel sekurang-kurangnya satu tahun sekali. Tujuannya adalah untuk melihat
konsistensi produsen dalam menerapkan kriteria ekolabel yang ditetapkan. Proses sertifikasi
ekolabel secara singkat dapat dilihat pada Gambar di bawah :

Beberapa kriteria penting sertifikasi ekolabel adalah sebagai berikut:


1. Aspek “prasyarat” Persyaratan ini harus dipenuhi lebih dulu oleh pemohon sebelum yang lain,
diantaranya adalah :
- Penaatan terhadap peraturan perundangundangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup (UU
No.32/1997 jo UU No.32/2009).
- Penerapan sistem manajemen lingkungan (SNI 19-14001/ISO 14001) .
- Penerapan sistem manajemen mutu (SNI 9001:2008/ISO 9001:2008 )
- Tidak menggunakan bahan kemasan yang mengandung PVC/ PVDC. 2. Aspek Lingkungan
(contoh produk kertas cetak tanpa salut) yang meliputi :
A. Bahan
- Bahan baku harus mengandung pulp kayu asli dari bahan kayu/non kayu yang
didapat/diperoleh secara legal.
- Bahan kimia/penolong surfaktan dan bioksida harus memiliki daya biodegradasi minimal 90%
dan bahan pemutih digunakan H2O2 (Hidroperoksida).
- Air tirisan (perasan) proses tidak boleh mengandung padatan (serat + mineral) lebih dari 8
kg/ton kertas.
- Penggunaan listrik dan uap tidak boleh lebih dari 800 kwh/ton kertas dan 3 ton uap/ton kertas.
- Kandungan AOX (Adsorbable organic Halidas) pada air buangan (limbah) yang ke badan
sungai tidak boleh lebih dari 0,5 kg/ton kertas yang dibuat dari 90% pulp.
B. Lingkungan Sosial
Melaksanakan CSR (Corporate Social Responsibility) untuk mewujudkan masyarakat
sekitar perusahaan/ industri yang kondusif/ ikut menjaga citra perusahaan. Dalam penerapan
sistem sertifikasi ekolabel di Indonesia, dari dua LSE yang telah diakreditasi oleh KAN tersebut,
hingga saat ini baru menerbitkan 5 (lima) sertifikat ekolabel. Tiga sertifikat ekolabel diterbitkan
oleh LSEMALECO kepada 3 (tiga) industri yaitu :
a. PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Mojokerto, Jawa Timur
b. PT. Pindodeli Pulp and Paper, Karawang, Jawa Barat
c. PT. Indah Kiat Pulp and Paper, Perawang, Riau
Ketiga industri tersebut diberikan sertifikat ekolabel untuk produk ”kertas cetak tanpa
salut”. Sedangkan 2 (dua) sertifikat ekolabel diterbitkan oleh LSE-PAPICs kepada industri yaitu
PT.Riau Andalan Kertas dan PT. Anugerah Kertas Utama yang keduanya juga untuk produk
”kertas cetak tanpa salut”.
Berdasarkan pada Laporan Tahunan GEN 2009, bahwa jumlah sertifikat ekolabel yang
telah diterbitkan di berbagai negara dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Berdasarkan data pada Tabel 2 tersebut di atas terlihat bahwa penerapan sertifikasi
ekolabel untuk produk manufaktur di Indonesia masih belum berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Mengingat program ekolabel di Indonesia telah dimulai sejak tahun 2004, dan baru
ada 5 (lima) industri yang memperoleh sertifikat ekolabel yang semuanya untuk produk “kertas
cetak tanpa salut”. Padahal LSEMALECO dan LSE-PAPIC’s telah diberikan akreditasi oleh
KAN untuk ruang lingkup 3 (tiga) SNI yaitu SNI 19-7188.1.3 (Kertas cetak tanpa salut); SNI 19-
7188.4.1 (Tekstil dan produk tekstil); SNI 19-7188.1.2, (Kertas tisu untuk kebersihan).
Sedangkan untuk ruang lingkup SNI “Tekstil dan produk tekstil” dan “Kertas tisu untuk
kebersihan”, LSE belum menerbitkan sertifikat ekolabel untuk produk tersebut. Hal ini artinya
bahwa LSE tersebut belum mempunyai klien untuk ruang lingkup tersebut. Hal ini bisa
dimaklumi karena sertifikasi ekolabel sifatnya masih sukarela (voluntary), sehingga pelaku
usaha/industri masih kurang peduli. Oleh karena itu peran pemerintah dalam penerapan ekolabel
produk di Indonesia masih perlu ditingkatkan.
Selain itu masih ada 7 (tujuh) ruang lingkup SNI kriteria ekolabel yang belum diberikan
akreditasi kepada LSE. Sedangkan untuk 3 (tiga) ruang lingkup SNI yang sudah diberikan saja
belum semuanya mempunyai klien. Disamping itu, dalam perumusan standar/kriteria
ekolabelpun Indonesia masih jauh ketinggalan jika kita bandingkan dengan perumusan kriteria
ekolabel di negara lain.
4. Keuntungan Sertifikasi Ekolabel Produk
Beberapa keuntungan dalam penerapan ekolabel produk adalah :
1. Meningkatkan daya saing produk di pasar, baik pasar domestik maupun internasional.
2. Meningkatkan image/citra perusahaan
3. Meningkatkan effisiensi produksi, penghematan sumber daya melalui program 3 R (Reduce,
Reuse dan Recycle) dan pengendalian polusi.
4. Membantu upaya pemerintah dalam upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Kode-kode Produk Berbahan Plastik


Pemilihan kemasan dan peralatan makanan berbahan plastik yang aman bagi kesehatan
dilakukan dengan pengenalan kode-kode yang tertera dalam produk. Kode ini dikeluarkan oleh
”The Sosciety of Plastik Industry” pada tahun 1998 di Amerika Serikat dan diadopsi oleh
lembaga-lembaga pengembangan sistem kode, seperti ISO (International Organization
Standardization). Secara umum tanda pengenal plastik tersebut adalah (BPOM, 2008) :
1. Berada atau terletak di bagian bawah produk
2. Kode berbentuk segitiga
3. Di dalam segitiga tersebt terdapat angka sebagai kodenya.
4. Nama Jenis plastik di bawah segitiga
Tanda pengenal plastik itu dibagi menjadi 7 buah kelompok. Tanda-tanda plastik tersebut dapat
dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Gambar Simbol Pengenal Plastik


1. PETE
Tanda ini biasanya tertera logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya serta tulisan ”PETE”
atau ”PET” (Polyethylene Terephthalate) di bawah segitiga. Biasa berwarna jernih/transparan/
tembus pandang, kuat, tahan pelarut, kedap gas dan air, melunak pada suhu 80oC seperti botol air
mineral, botol jus, botol minyak goreng, botol kecap/sambal dan lainnya. Botol jenis ini
direkomendasikan hanya sekali pakai. Bila terlalu sering dipakai apalagi jika botol tersebut
digunakan untuk menyimpan air panas akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut
akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik dalam jangka pangka panjang. Gambar contoh
botol berbahan plastik jenis ke 1 dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Contoh Kemasan Berbahan Plastik Jenis ke 1

2. HDPE
Tanda plastik jenis ke 2 biasanya tertera pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo
daur ulang dengan angka 2 di tengahnya serta tulisan “HDPE” (High Density Polyethylene) di
bawah segitiga. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, galon air minum, kursi
lipat dan lain-lain. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram, lebih tahan
terhadap suhu tinggi, tahan terhadap bahan kimia, mudah diwarnai, diproses dan dibentuk,
melunak pada suhu 75oC. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk
digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan
HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. Sama seperti PET, HDPE juga
direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian karena pelepasan senyawa antimon trioksida
terus meningkat seiring berjalannya waktu. Gambar contoh kemasan berbahan plastik jenis ke 2
dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Contoh Kemasan Plastik Jenis ke 2

3. V
Plastik jenis ke 3 terter logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di
tengahnya serta tulisan ”V” yang berarti ”PVC” (Polyvinyl Chloride) yaitu jenis plastik yang
paling sulit di daur ulang dan paling tahan terhadap bahan kimia. Plastik ini dapat ditemukan
pada plastik pembungkus dan botol-botol. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang
dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya bagi ginjal dan hati karena mengandung DEHA
yang dapat bersifat karsinogenik, toxic serta menurunkan berat badan. Oleh karena itu, sebaiknya
penggunaan kemasan berbahan plastik jenis ke 3 ini dihindari sebagai kemasan makanan. Contoh
kemasan berbahan plastik jenis ke 3 dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Contoh Kemasan Berbahan Plastik Jenis ke 3


4. LDPE
Plastik jenis ke 4 ditandai dengan logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya serta tulisan
“LDPE” (Low Density Polyethylene) yaitu plastic tipe coklat (termoplastik), biasa dipakai untuk
tempat makan, plastik kemasan dan botol-botol lembek. Sifat mekanik jenis plastik LDPE adalah
kuat,agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak, pada suhu di bawah 60oC
sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, kurang
baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen, plastik ini dapat didaur ulang baik untuk barang-
barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat dan memiliki resistensi yang baik terhadap
reaksi kimia. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan tetapi tetap baik untuk tempat
makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini.
Contoh gambar kemasan berbahan plastik jenis ke 4 dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Contoh Kemasan Berbahan Plastik Jenis ke 4

5. PP
Plastik jenis ke 5 tertera logo daur ulang dengan angka 5 ditengahnya serta tulisan “PP”.
Karakteristik kemasan plastik jenis ke 5 ini adalah biasanya berbentuk botol transparan yang
tidak jernih atau berawan. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembs uap yang
rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil pada suhu tinggi dan mengkilap. Plastik jenis
ini merupakan pilihan bahan plastik yang terbaik terutama untuk tempat makanan dan minuman
seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi
disarankan menggunakan bahan plastik berkode 5. Contoh kemasan berbahan plastic jenis ke 5
dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Contoh Kemasan Berbahan Plastik Jenis ke 5

6. PS
Plastik jenis ini tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya serta tulisan “PS”
(Polystyrene). Kode “PS” biasanya dipakai sebagai bahan tempat makan berupa Styrofoam,
tempat minum sekali pakai dan lain-lain. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat
mengeluarkan styrene ke dalam makanan ketika makan tersebut bersentuhan. Selain tempat
makanan, styrene juga bias didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi
gedung. Bahan ini harus dihindari karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu
hormone estrogen pada wanita sehingga berakibat bermasalah pada reproduksi dan pertumbuhan
serta system syaraf. Bahan ini sulit didaur ulang dan memerlukan waktu yang sangat lama.
Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6 tetapi jika tidak tertera kode angka tersebut pada
kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar atau sebaiknya dihindari saja.
Ketika dibakar bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kunng jingga dan meniggalkan jelaga.
Contoh kemasan berbahan plasti jenis ke 6 dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Contoh Kemasan Berbahan Plastik Jenis ke 6


7. OTHER
Plastik jenis ke 7 tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya serta tulisan “OTHER”.
Plastik jenis ini ada 4 yaitu berbahan syrene acrylonitrile (SAN), acrylonitrile butadiene styrene
(ABS), polycarbonate (PC) dan Nylon. Plastik jenis ini ditemukan pada tempat makanan dan
minuman seperti botol minuman, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, computer, alat-alat
elektronik dan palstik kemasan.
SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan,
kekakuan dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya terdapat mangkuk mikser,
pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi dan sikat gigi. SAN dan ABS
merupakan salah satu bahan plastik sangat baik digunakan dalam kemasan makanan atau
minuman.
Plastik jenis ke 7 dan bertuliskan “PC” dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak balita,
dan kaleng kemasan makanan dan minuman trmask kaleng susu formula. Bahan ini dapat
mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang
berpotensi merusak hormon, kromosom pada ovarium dan mngubah funfsi imunitas. Bahan ini
tidak dianjurkan sebagai bahan tempat makanan dan minuman. Contoh gambar kemasan
berbahan plastic jenis ke 7 dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Contoh Kemasan Berbahan Plastik Jenis Ke 7


B. Ecolabeling UK
1. UK Objectives

Lebih baik, karena Ecolabel Flower hanya diberikan kepada barang dan jasa yang
memenuhi kriteria ketat yang membatasi dampak produk konsumen terhadap lingkungan.
Lebih aman, karena kriteria dirancang untuk meminimalkan kerusakan lingkungan-
lingkungan.
Kriteria mempertimbangkan setiap tahap kehidupan produk, mulai dari pembuatan
hingga pembuangan, dan mencakup setiap dampak yang signifikan untuk jenis produk
tertentu, seperti sumber daya alam, energi, air dan bahan kimia yang digunakan dalam
pembuatan, hingga daur ulang, sehingga :
 Deterjen Ecolabelled dan produk pembersih mencapai tingkat biodegradabilitas tinggi;
 Kertas tisu Ecolabel hanya menggunakan serat daur ulang, atau serat dari hutan yang
dikelola secara berkelanjutan;
 Tekstil Ecolabelled mematuhi kontrol ketat pada pewarna dan bahan kimia lainnya yang
digunakan dalam produksi.
Produk-produk dengan Ecolabel dinilai secara independen untuk membuktikan bahwa
mereka memenuhi standar lingkungan yang tinggi, dan mereka berkerja sama baiknya dengan
merek-merek terkemuka lainnya. Ecolabel didukung oleh semua Pemerintah UE, dan dikelola
oleh Defra dengan bantuan UK Ecolabel Delivery (kemitraan TUV NEL Ltd dan Oakdene
Hollins Ltd).
Komisi Eropa telah mengumumkan rencana Ecolabel untuk memberikan lebih banyak
manfaat lingkungan dan keuntungan yang lebih besar bagi para peserta. Untuk produsen dan
pengecer yang menyediakan produk berkualitas yang menawarkan nilai uang, Ecolabel dapat
meningkatkan daya tariknya dan membantu dalam pemasaran dipasar.
Bagi konsumen, Ecolabel adalah indikasi tepercaya dari produk dan layanan kelas satu
yang ramah lingkungan.
2. Tujuan UK
Membantu perusahaan untuk memaksimalkan penggunaan label dengan cara yang
mereka sukai, tetapi untuk mendapatkan yang terbaik dari label, produk perlu menampilkan,
dan perlu menjelaskan dalam iklan produk apa arti penghargaan itu. Ecolabel meningkatkan
iklan media perusahaan sendiri, tetapi bukan pengganti.
Ada beberapa Ecolabel yang ada di UK antara lain :
a. Label dan Klaim Hijau

Label dan klaim ramah lingkungan dapat membantu konsumen menemukan produk
yang tidak terlalu berbahaya ke lingkungan. Namun, tidak selalu jelas apa arti label hijau.
Setiap label yang ditampilkan di sini memiliki untaian lingkungan atau keberlanjutan. Ini bisa
berupa perlindungan sumber daya alam atau habitat, atau minimalisasi energy konsumsi
dalam pembuatan atau penggunaan. Beberapa label di sini fokus terutama pada pertanian atau
aspek etika.
Terlepas dari skema pelabelan terorganisir, produsen dan pengecer dapat membuatnya
klaim hijau sendiri. Beberapa di antaranya memberikan informasi bermanfaat tentang
bagaimana produk itu dibuat, atau cara terbaik untuk menggunakan atau membuangnya.
Pemerintah telah menerbitkan Kode Klaim Hijau dan panduan lain untuk
meningkatkan standar klaim lingkungan. Kode memberikan panduan tentang yang terbaik
berlatih membuat klaim hijau, dan didasarkan pada panduan yang lebih terperinci di Standar
Internasional ISO 14021.
b. Label makanan
Ini adalah contoh label makanan yang fokus pada aspek lingkungan dari produksi
pangan. Marque LEAF adalah tentang Menghubungkan Lingkungan dan Pertanian. Marine
Stewardship Council (MSC) telah ditetapkan dan diakui secara internasional standar untuk
berkelanjutan dan dikelola dengan baik dalam bidang perikanan. Ini didasarkan pada stok ikan
yang sehat, perkembangan lingkungan laut dan manajemen yang efektif. Logo MSC muncul
di ritel dan layanan makanan produk makanan laut.
c. Label Organik

Kata "organik" didefinisikan oleh hukum. Satu karakteristik pertanian organik adalah
membatasi secara ketat penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia. Kata "organik" dapat
digunakan pada produk makanan jika diproduksi sesuai dengan peraturan, dan petani serta
pengolah harus disertifikasi oleh organisasi yang disetujui.
Standar organik tidak hanya berlaku untuk makanan. Tambahan standar pribadi yang
digunakan oleh badan resmi semakin mencakup produk-produk lain, termasuk tekstil,
kosmetik, produk kayu dan kompos. Tidak ada persyaratan untuk menampilkan logo, tetapi
nomor sertifikasi harus digunakan dalam pelabelan produk organik bersertifikat (mis.
"Sertifikasi Organik: UK 1 ").
d. Produk Kayu
Sejumlah skema mencakup produk kayu. Ini adalah dua contoh. Merek Dagang Forest
Stewardship Council menunjukkan bahwa kayu yang digunakan untuk membuat produk
berasal dari hutan yang dikelola dengan baik sesuai dengan standar lingkungan, sosial dan
ekonomi.
Asal hutan telah diperiksa dan dievaluasi secara independen sesuai dengan prinsip dan
kriteria untuk pengelolaan hutan yang disetujui oleh FSC. Dewan PEFC (Program untuk
Pengesahan skema Sertifikasi Hutan) adalah organisasi independen yang logonya memberikan
jaminan bahwa produk kayu dan kertasnya yang telah diaudit secara independen berasal dari
hutan yang dikelola secara berkelanjutan.
e. Dunia Yang Lebih Luas

Ini adalah contoh skema yang berfokus pada penyediaan mata pencaharian
berkelanjutan dan melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati di tempat-tempat di
mana produk berasal.
Fairtrade Foundation memberikan penghargaan kepada FAIRTRADE Mark untuk
produk-produk yang memenuhi standar Fairtrade internasional. Ini termasuk kontrak
perdagangan jangka panjang dan harga yang mencakup, biaya produksi dan kehidupan yang
berkelanjutan. Organisasi petani dan organisasi pekerja menerima premi untuk berinvestasi
dalam proyek sosial dan lingkungan yang menguntungkan komunitas mereka.
Mark muncul pada berbagai produk bersertifikat, termasuk kopi, teh, buah, kapas dan
bola kaki, dan produk komposit seperti biskuit yang mencakup persentase minimum bahan
Fairtrade.
Rainforest Alliance bekerja dengan rimbawan, petani, dan operator untuk memastikan
bahwa barang dan jasa mereka memiliki pertanggung jawab secara lingkungan dan sosial.
Segel persetujuan yang disahkan muncul pada produk termasuk kayu, kertas, pisang dan kopi
yang telah ditanam atau dibuat secara berkelanjutan.

C. Ecolabeling Singapura

1. Green Seal
Green Seal adalah organisasi pengembangan dan sertifikasi standar lingkungan nirlaba.
Program andalannya adalah sertifikasi produk, layanan, restoran, dan hotel. Sertifikasi
didasarkan pada standar Green Seal, yang berisi kriteria kinerja, kesehatan, dan keberlanjutan.
Green Seal adalah ekolabel yang digunakan oleh produsen produk dan penyedia layanan. Tanda
Sertifikasi Segel Hijau terdaftar di Kantor Paten dan Merek Dagang Amerika Serikat.

Green Seal adalah anggota AS dan salah satu pendiri Global Ecolabelling Network
(GEN), yang terdiri dari 27 program ekolabel internasional, termasuk Blue Angel Jerman, EU
Ecolabel, dan angsa Nordic. Green Seal memenuhi Kriteria Pengesah Pihak Ketiga dari United
States Environmental Protection Agency, persyaratan untuk organisasi pengembangan standar
dari American National Standards Institute, dan prinsip-prinsip label lingkungan dari
International Organization for Standardization (5) ISO 14020 dan 14024).

Sejak didirikan pada tahun 1989, Green Seal telah mengembangkan standar lingkungan
untuk ratusan kategori produk dan layanan. Green Seal menerbitkan serangkaian panduan
pembelian untuk pembeli di tahun 1990-an (Choose Green Reports) dan pada saat itu mulai
memberikan bantuan teknis kepada pemerintah Federal, Negara Bagian, dan pemerintah daerah
serta pembelian lingkungan, operasi, dan manajemen fasilitas lembaga lain. Pada awal 2000-an,
program sertifikasi berfokus terutama pada pemeliharaan gedung. Pada tahun 2006, sistem
peringkat LEED Green Building Council AS memasukkan beberapa standar Green Seal dalam
kriteria mereka. Praktik GreenHealth, program AASHE STARS, dan Program Green Ribbon
Schools dari Departemen Pendidikan A.S., antara lain, merujuk pada standar Green Seal.
Menurut sebuah studi 2010 oleh Jaringan Pembelian yang Bertanggung Jawab, Green Seal
diakui oleh 95% pembeli dan digunakan oleh 76%.

2. Standar dan sertifikasi


Produk dan layanan harus memenuhi persyaratan dalam standar Green Seal untuk
mencapai sertifikasi. Standar tersebut didasarkan pada pendekatan siklus hidup, dengan
mempertimbangkan dampak seperti dampak dari ekstraksi bahan baku, pembuatan, penggunaan,
dan penggunaan kembali atau pembuangan. [13] Proses evaluasi meliputi peninjauan data;
penilaian label, pemasaran, dan materi promosi; dan audit di tempat. [14] Produk atau layanan
disertifikasi oleh Green Seal setelah evaluasi ini selesai. Pemantauan kepatuhan rutin diperlukan
untuk mempertahankan sertifikasi. Green Seal memiliki standar dan memberikan sertifikasi
untuk produk dan layanan dalam kategori berikut:

a. Produk Bangunan & Konstruksi


b. Produk & Layanan Kebersihan
c. Sertifikasi Perusahaan
d. Hotel & Penginapan
e. Produk Rumah Tangga
f. Produk Kelembagaan
g. Produk Cat & Pelapis
h. Produk kertas
i. Produk Perawatan Pribadi
j. Restoran & Layanan Makanan

3. Program Penghijauan Institusional


Green Seal bekerja dan bekerja dengan lembaga pemerintah, fasilitas kesehatan,
universitas, dan lembaga serta perusahaan lain dalam pembelian berkelanjutan, operasi, dan
manajemen fasilitas.

Proyek bisnis hijau telah memasukkan Program Bisnis Hijau Kota Los Angeles dan
Program Penginapan Hijau, Inisiatif Hotel Ramah Lingkungan Kota Chicago, dan Program Hotel
Ramah Lingkungan Pennsylvania. Proyek pembelian hijau telah termasuk membantu pengadaan
hijau untuk Divisi Pengadaan Negara Bagian California: Rencana Aksi Pembelian Hijau Kota
Los Angeles, Bank Pembangunan Antar-Amerika (IDB) Program Pengadaan yang Bertanggung
Jawab Lingkungan dan Sosial, Manual Pengadaan Hijau Kabupaten Los Angeles, Manual
Pembelian Hijau Layanan Taman Nasional, Negara Bagian Colorado, Evaluasi dan Pelatihan
Pembelian Hijau, Departemen Transportasi Multi-Negara Bagian, Panduan Pembelian yang
Lebih disukai Lingkungan, dan Program Pembelian Bank Dunia.

Proyek-proyek operasi dan pemeliharaan gedung hijau telah memasukkan spesifikasi


untuk Kota Philadelphia manual operasi dan pemeliharaan untuk Commonwealth of
Pennsylvaniaevaluasi lingkungan untuk Inter-American Development Bank (IDB) dan fasilitas
kantor pusat Bank Duniarencana fasilitas hijau untuk Asosiasi Susquehanna untuk Tunanetra dan
Tunanetra (SABVI) penilaian fasilitas lingkungan dari tiga kampus Universitas Miamidan
manual operasi dan pemeliharaan untuk Otoritas Perumahan Publik yang dikembangkan
bersamaan dengan Siemens Industries.
4. Publikasi Green Seal
Green Seal menerbitkan buku dan artikel tentang keberlanjutan termasuk:

a. Layanan Makanan dan Minuman Penghijauan: Panduan Segel Hijau untuk Mengubah
Industri
b. Manual Operasi & Pemeliharaan Gedung Hijau: Panduan untuk Otoritas Perumahan Publik
Perangkat Pembelian Hijau NACo

DAFTAR PUSTAKA
1. BPOM, (2008), Hati-hati dengan Botol Plastik, Arsip BPOM Bulan Desember 2008,
[online] www. Bpom.org, diakses 1 Desember 2009
2. Husniah Rubiana Thamrin, (2007), Waspadai Bahaya Plastik, Antara News Edisi 14 Juli
2007
3. Badan POM. 2016. Plastik Sebagai Kemasan Pangan. [Online] Diakses melalui:
http://ik.pom.go.id/v2016/artikel/Plastiksebagaikemasanpangan.pdf
CLAW Environmental, REPSA, PACIA. (n.d). Plastics Identification Code Brochure.
[Online] Diakses melalui:
http://www.sita.com.au/media/publications/02342_Plastics_Identification_Code.pdf
4. Karuniastuti, Nurhenu. (n.d.). Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan dan Lingkungan. Forum
Teknologi Vol 03 no 1. [Online] Diakses melalui: http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/t2-
_Bahaya_Plastik_—_Nurhenu_K.pdf
5. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Standarisasi. Kajian Penerapan Ekolabel Produk di
Indonesia 2011

Anda mungkin juga menyukai