Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PERSYARATAN HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM

TERHADAP KUALITAS AIR MINUM BERDASARKAN


BAKU MUTU LINGKUNGAN DI KOTA JAMBI

Vevi Erika Trisna


Direktorat Poltekkes Kemenkes Jambi

ABSTRAK

Apabila masyarakat mengkonsumsi air minum yang tidak memenuhi standar baku mutu
lingkungan maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi
dan kualitas mikrobiologi air minum yang dihasilkan depot air minum berdasarkan Permenkes RI no.
492/MENKES/PER/IV/2010 faktor higiene sanitasi dan pengawasan oleh instansi terkait di Kota Jambi
Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan multistage sampling pelaksanaan
penelitian selama 3 bulan dari Oktober s/d Desember 2015 dengan lokasi di 8 kecamatan yang tersebar di
34 kelurahan Kota Jambi. Pemeriksaan parameter mikrobiologi air minum dilakukan di Balai Laboratorium
Kesehatan Provinsi Jambi. Sampel diambil sebanyak 10 % dari jumlah populasi.
Hasil penelitian dari 36 sampel yang telah dilakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologinya
sebanyak 13 sampel (36,1%) dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagai air minum karena mengandung
bakteri E coli dan coliform.Hal ini disebabkan oleh aspek tenaga penjamah (55,6%), peralatan (27,8%),
sumber air baku (36,1), tempat atau lokasi depot (38,9%) dan faktor pengawasan (41,7%).
Kesimpulanadanya hubungan yang signifikan antara kualitas air minum yang diproduksi oleh
depot air minum dengan higiene sanitasi dan aspek pengawasan oleh instansi terkait di Kota Jambi.

Kata kunci: Depot Air Minum, Coliform, E coli, Higiene Sanitasi

ABSTRACT

High demand of drinking water practically make in every residential area in the city of Jambi
contained drinking water depot, where people consume drinking water that does not meet environmental
quality standards, it can cause various disorders on health. An effort to prevent the depot must pay
attention to hygiene and sanitation.
The purpose of this study was to determine the condition and the microbiological quality of
drinking water produced by drinking water depot in the city of Jambi based on environmental quality
standards in accordance with Permenkes RI no. 492 / Menkes / PER / IV / 2010 sanitation and hygiene
factors, factors supervision by the relevant agencies and consumer knowledge of drinking water depot in
the city of Jambi.
This type of research is a quantitative research with cross sectional implemented during the
month of October 3 s / d in December 2015 with locations in 8 districts Research and spread over 34
villages in the city of Jambi. Examination of microbiological parameters of drinking water conducted in
Jambi Provincial Health Laboratory. Samples taken as many as 10% of the total population.
The results of the 36 samples were examined microbiological quality as much as 13 samples
(36.1%) declared ineligible as drinking water.Conclusion The significant relationship between the quality of
the drinking water produced by drinking water depots based on environmental quality standard s in
hygiene and sanitation, aspects of monitoring by relevant agencies and consumer knowledge of drinking
water depot in the city of Jambi

Keywords: Drinking water depot, coliform and E.coli, sanitation hygiene

PENDAHULUAN hidupan manusia karenanya orang dewasa


perlu minum 1,5 – 2 liter air sehari.
Air merupakan unsur kehidupan Dalam memenuhi kebutuhan air
yang sangat dibutuhkan oleh setiap ma- harus memperhatikan kualitas dan kuanti-
khluk hidup. Tiga per empat bagian tubuh tas air. Standar baku mutu lingkungan ada-
manusia terdiri dari, manusia tidak dapat lah batas kadar yang diperkenankan bagi
bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa zat atau bahan pencemar terdapat di ling-
minum air. Kehilangan air 15% dari berat kungan dengan tidak menimbulkan
badan dapat mengakibatkan kematian. Air gangguan terhadap makhluk hidup, tum-
minum memerlukan syarat yang ketat kare- buhan atau benda lainnya. Berdasarkan
na langsung berhubungan dengan proses Permenkes RI no
biologis tubuh, menentukan kualitas ke- 492/MENKES/Per/IV/2010 parameter wajib
208
Analisis Persyaratan Higiene Sanitasi Depot Air Minum Terhadap Kualitas Air Minum.....
2016
Vevi Erika Trisna

kualitas air minum yang berhubungan lang- kasi penelitian berada di 8 kecamatan dan
sung dengan kesehatan yaitu parameter tersebar di 34 kelurahan yang ada di wila-
mikrobiologi, kandungan bakteriologis E coli yah Kota Jambi. Untuk mengetahui kualitas
dan Coliform adalah 0 per 100 ml sampel bakteriologis air minum yang diproduksi
air. oleh depot dilakukan pemeriksaan loratori-
Tingginya kebutuhan air minum um E coli dan coliform dengan metode
yang praktis dengan harga yang terjangkau Most Probable Number (MPN) di Balai La-
membuat hampir di setiap kawasan pem- boratorium Kesehatan Pemerintah Daerah
ukiman terdapat depot air minum. Ber- Provinsi Jambi.
dasarkan data Dinas Kesehatan Kota Jam-
bi jumlah depot air minum yang terdaftar Prosedur Kerja Penelitian
dari tahun 2005 hingga 2013 sebanyak 1. Pengumpulan data sekunder
351. mengenai depot air minum yang be-
Berdasarkansurvey awal 80% rada di wilayah Kota Jambi dari bagian
masyarakat menggunakan air minum yang Kesehatan Lingkungan Dinas
diproduksi oleh depot air minum, 93% Kesehatan Kota Jambi
mengkonsumsi air tersebut secara lang- 2. Melaksanakan survey awal ke lokasi
sung tanpa diolah/ dimasak terlebih dahulu. penelitian
50% pemilik depot menyatakan 3. Mengurus izin penelitian
pengawasan oleh instansi terkait tidak dil- 4. Menyiapkan formulir inspeksi depot air
akukan secara rutin minimal 3 bulan sekali, minum dan panduan wawancara.
disisi lain pihak produsen menghasilkan air 5. Memilih depot air minum yang menjadi
setiap hari dimana hal tersebut menyebab- sampel dalam penelitian.
kan potensial terjadinya pencemaran air 6. Menyiapkan alat dan bahan
yang tidak diketahui sebelum dan setelah 7. Mengumpulkan data penelitian
dilakukan pengawasan oleh instansi yang 8. Pengambilan sampel air minum yang
berwenang. Sedangkan masyarakat se- diproduksi depot air minum
bagai konsumen tidak dapat melihat secara 9. Menyerahkan sampel air minum ke
nyata kondisi aman atau tidaknya air mi- Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
num yang dikonsumsi yang dapat men- Jambi untuk dilakukan pemerikaan
imbulkan gangguan terhadap kesehatan mikrobiologi.
diantaranya penyakit diare, disentri, tipoid, 10. Pemeriksaan laboratorium sampel mi-
kholera, gastro enteritis, gangguan saluran num dengan menggunakan Most
pencernaan lainnya serta kurang memper- Probable Number (MPN) guna menge-
hatikan kualitas air dan aspek higiene sani- tahui kualitas air sesuai standar baku
tasi depot. mutu lingkungan berdasarkan parame-
Tujuan dari penelitian ini adalah un- ter mikrobiologi E coli dan total coli-
tuk mengetahui kondisi dan kualitas mikro- form.
biologi air minum yang dihasilkan oleh de- 11. Pembacaan Hasil dan Pelaporan
pot air minum di Kota Jambi berdasarkan 12. Melakukan proses pengolahan, ana-
standar baku mutu lingkungan sesuai lisis data
dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI 13. Penyusunan laporan penelitian
nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAHAN DAN CARA KERJA 1. Hasil inspeksi sanitasi depot air mi-
Penelitian ini merupakan penelitian num
kuantitatif dengan pendekatan lebih pada
aspek pengukuran secara objektif terhadap Tabel 1. Hasil inspeksi sanitasi depot air
fenomena sosial. Pengambil sampel dil- minum di Kota Jambi
akukan secara acak. Teknik yang Belum
Aspek inspeksi Memenuhi
memenuhi
digunakan adalah multistage sampling atau sanitasi depot air syarat
syarat
pengambilan sampel secara gugus ber- minum kelaikan (baik)
(buruk)
tahap berdasarkan area atau tingkatan
Tempat/ lokasi depot 14 (38,9%) 22 (61,1%)
wilayah secara bertahap. (Notoatmodjo.
2010)Jumlah sampel yang diambil 10% dari Peralatan depot 10 (27,8%) 26 (72,2%)
total populasi 351 depot yakni menjadi 36 Penjamah/ operator 20 (55,6%) 16 (44,4%)
sampel. Penelitian dilaksanakan selama 3 depot
bulan dari Oktober s/d Desember 2015 lo-

209
Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 4 Edisi Juli 2016

Sumber air baku 13 (36,1%) 23 (63,9%) dapat disebabkan karena kondisi ruang
Pengawasan 15 (41,7%) 21 (58,3%) pengisian air minum yang tidak tertutup dan
16,7% tata ruangan depot yang masih
bergabung dengan aktivitas lain, tidak
Tabel 1 menunjukkan hasil inspeksi lengkapnya sarana dan prasarana pen-
berdasarkan aspek tempat, peralatan, dukung dari aspek tempat yakni 38,9% tid-
tenaga pengelola/ penjamah, sumber air ak memiliki saluran pembuangan air limbah
baku dan aspek pengawasan oleh instansi yang alirannya lancar dan tertutup, 86,1%
terkait di Kota Jambi. tidak tersedianya tempat cuci tangan yang
dilengkapi air mengalir dan sabun, 86,1 %
Pemeriksaan terhadap 36 sampel depot tidak memiliki sarana tempat pembu-
air minum yang diteliti sebanyak 13 sampel angan sampah yang tertutup.
(36,1 %) dinyatakan tidak memenuhi Sesuai dengan penelitian Wandriv-
syarat sebagai air minum karena positif el, R. (2011) menunjukkan 55,6% sampel
mengandung bakteri coliform dan E coli tidak memenuhi persyaratan lokasi depot
dan hanya 23 sampel (63,9 %) yang me- yang tidak berdiri sendiri dan bergabung
menuhi syarat sebagai air minum. dengan tempat aktivitas lain sebanyak
44,4% memungkinkan pencemaran dari
50% lingkungan

Berdasarkan hasil uji statistik


dengan nilai p-value = 0,001 menunjukkan
ada hubungan signifikan antara aspek
22,2% peralatan depot air minum yang belum
25% 25% 25% 100% memenuhi syarat kelayakan fisik dengan
0 100% kualitas air minum yang tidak memenuhi
syarat sebagai air minum. Dari 10 depot
dengan aspek peralatan belum memenuhi
syarat kelaikan fisik 80,0% kualitas air mi-
num yang dihasilkan tidak memenuhi syarat
dan 26 depot aspek peralatan yang me-
menuhi syarat kelaikan fisik 19,2% kualitas
air minum yang dihasilkan tidak memenuhi
Gambar1. Jumlah depot airminum di syarat sebagai air minum.
Kota Jambi yang tidak memenuhi syarat Berdasarkan hasil inspeksi, secara
sebagai air minum keseluruhan peralatan depot sudah tergo-
long lengkap dan terbuat dari bahan tara
pangan namun apabila peralatan tersebut
Dari gambar 1 dijelaskan lokasi tidak berfungsi dan digunakan secara
depot di Kota Jambi yang kualitas air benar, habis masa pakai serta kurangnya
minumnya tidak memenuhi syarat karena upaya pemeliharan kebersihan peralatan
positif mengandung bakteri coliform dan E secara rutin dapat menyebabkan kualitas
coli dengan rincian 25% berada di air minum yang dihasilkan oleh depot air
Kecamatan Jambi Timur, 25% di Kec. minum tidak memenuhi persyaratan yang
Jelutung, 25% di Kec. Telanaipura, 22,2% telah ditetapkan.
Kec. Jambi Selatan, 50% di Kec. Kota 13,9% depot air minum peralatan sterilisasi
Baru, masing-masing 1 sampel di Kec. dan atau peralatan desinfeksinya tidak
Pelayangan dan Danau Teluk dan hanya 1 berfungsi dan digunakan secara benar.
sampel di Kec. Pasar Jambi menunjukkan Hal ini sejalan dengan penelitian
kualitas air yang diproduksi depot Yunaini, E. (2011) air minum yang tidak
memenuhi syarat sebagai air minum. memenuhi syarat 33,33% kemungkinan
Terdapat hubungan yang signifikan disebabkan faktor peralatan sterilisasi (ultra
antara aspek tempat depot air minum yang violet) yang tidak berfungsi dengan baik,
belum memenuhi syarat kelayakan fisik peralatan yang kurang bersih.
dengan kualitas air minum yang tidak me-
menuhi syarat sebagai air minum berdasar-
kan standar baku mutu lingkungan di Kota
Jambi dengan nilai p-value = 0,005. Hal ini

210
Analisis Persyaratan Higiene Sanitasi Depot Air Minum Terhadap Kualitas Air Minum.....
2016
Vevi Erika Trisna

akan fisik dengan kualitas air minum yang


Tabel 3. Sistem desinfeksi yang tidak memenuhi syarat sebagai air minum
digunakan oleh depot air mi- berdasarkan standar baku mutu lingkungan
num di Kota Jambi di Kota Jambi dengan nilai p-value =
0,000. Dimana seluruh/ 13 depot aspek
No Peralatan Desinfeksi Jumlah Tidak memenuhi syaratsumber air baku belum memenuhi syarat
kelaikan fisik kualitas air minumnya tidak
1 Sinar ultra violet 10 6 (60,0%) memenuhi syarat sebagai air minum dan
Sinar ultra violet dan
2 ozonisasi 22 7 (31,8%) sebanyak 23 depot aspek sumber air baku
yang memenuhi syarat kelaikan fisik dan
3 Reverse Osmosis 4 0 (0,0%)
seluruhnya memenuhi syarat kualitas air
36 13 (36,1%) minum.

Dari ketiga metode desinfeksi yang Jumlah sumber


digunakan, sistem Reverse Osmosis (RO) 20 air baku
tidak ditemukan bakteri E coli ataupun coli-
form hal ini dapat disebabkan karena pros- Tidak Memenuhi
es ion eksklusi yakni air melalui proses Syarat sebagai air
penyaringan membran semi-permeable minum
9
dengan ukuran lubang membran 0,0006 (45%)
mikron dimana hanya air murni (H2O) saja
yang dapat melewatinya unsur pengotor 6 6
lain akan tersaring dan terbuang dibanding- 2 4
1 1
kan dengan proses desinfeksi dengan cara (33,3%) (16,6%)
lain. (25%)
Terdapat hubungan yang signifikan
antara aspek penjamah yang belum me- PDAM Sumur Gali Sumur Bor Mobil
menuhi syarat kelayakan fisik depot air mi- Tangki
num dengan kualitas air minum yang tidak Gambar 2. Jumlah sumber air baku depot
memenuhi syarat sebagai air minum ber- air minum dan jumlah depot yang tidak
dasarkan standar baku mutu lingkungan di memenuhi syarat kualitas mikrobiologi
Kota Jambi. Hal tersebut didukung dengan
hasil penelitian bahwa: 97,2% penjamah/
tenaga pengelola depot air minum tidak Adapun rincian sumber air baku
mencuci tangan dengan sabun dan air dari depot air minum yang dinyatakan kuali-
mengalir setiap melayani konsumen hal ini tas air minumdiproduksi tidak memenuhi
memungkinkan terjadinya kontaminasi bak- syarat karena positif mengandung bakteri
teri terhadap air minum yang diproduksi coliform dan E coliyaitu 45% dari sumber
oleh depot air minum. 83,3% penjamah/ air baku PDAM, 33,3% sumber air baku
tenaga pengelola depot tidak melakukan dari sumur gali, 16,6% sumber air baku dari
pemeriksaan kesehatan secara berkala sumur bor, 25% sumber air baku berasal
minimal 1 kali setahun. 94,4 % penjamah/ dari mobil tangki penyedia air bersih.
pemilik depot air minum tidak memiliki ser- Ada hubungan signifikan antara
tifikat telah mengikuti kursus higiene sani- aspek pengawasan depot air minum yang
tasi depot air minum. buruk dengan kualitas air minum yang tidak
Hal ini sejalan dengan penelitian memenuhi syarat kesehatan berdasarkan
Yamistada, G. (2014) bahwa 40% sampel standar baku mutu lingkungan di Kota
yang diteliti tidak memperhatikan higiene Jambi. 15 depot dengan aspek
perorangan dengan tingkat resiko 5 kali pengawasan buruk ditemukan 10 depot
lebih besar dalam menyebabkan tingginya (66,7%) kualitas air minum yang tidak me-
angka coliform pada air minum isi ulang menuhi syarat dan sebanyak 21 depot
diproduksi dan penelitian Mirza, M. (2013) aspek pengawasannya baik, didapatkan 3
yang menyatakan bahwa variabel yang depot (14,3%) kualitas air minumnya tidak
berhubungan dengan jumlah coliform ada- memenuhi syarat.
lah higiene operator dengan p value 0,001. Aspek pengawasan yang dapat
Ada hubungan yang signifikan an- mempengaruhi kualitas air minum yang
tara aspek sumber air baku depot air mi- diproduksi oleh depot antara lain: upaya
num yang belum memenuhi syarat kelai- pemeriksaan, pengawasan dan evalusi

211
Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 4 Edisi Juli 2016

kualitas air minum oleh instansi terkait tidak baku mutu lingkungan sesuai Permenkes
dilakukan secara berkala rutin setiap mini- RI 492/MENKES/PER/IV/2010 karena posi-
mal 2 kali setahun, kurangnya kesadaran tif mengandung bakteri coliform dan E coli.
pemilik depot memeriksakan kualitas air Ada hubungan yang bermakna antara sa-
minum yang diproduksi secara berkala, be- rana dan prasarana (tempat dan peralatan),
lum diberlakukannya sanksi yang tegas tenaga pengelola, sumber air baku, faktor
terhadap pemilik depot air minum yang me- pengawasan dan pengetahuan konsumen
langgar ketentuan yang berlaku, depot depot air minum yang belum memenuhi
yang tidak memiliki tenaga konsultan syarat kelaikan fisik dengan kualitas air mi-
dibidang higiene sanitasi,tidak adanya aso- num yang tidak memenuhi syarat berdasar-
siasi depot air minum yang dapat kan standar baku mutu lingkungan di Kota
membantu dalam upaya pem- Jambi.
binaan,pengawasan depot di kota Jambi. Saran dalam penelitian ini adalah:
Hal ini sejalan dengan penelitian Bagi pemilik depot air minum perlu
terdahulu yang dilakukan oleh Utoyo.B melakukan pemeriksaan kualitas sumber
menunjukkan hasil 5 atau 83,34% dari 6 air baku dan air minum yang diproduksi
depot air minum yang diperiksa sampel air secara berkala sesuai peraturan yang ber-
minumnya tidak memenuhi syarat laku, memperhatikan higiene sanitasi depot
kesehatan dimana manajemen depot air air minum berdasarkan standar baku mutu
minum berpengaruh positif terhadap kuali- lingkungan yang ditetapkan baik itu dari
tas bakteriologis air minum. aspek tempat, peralatan, penjamah/
Hasil analisis hubungan penge- pengelola depot air minum, sumber air ba-
tahuan konsumen depot air minum dengan ku serta pengawasan oleh pihak terkait.
kualitas air minum berdasarkan standar Bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi atau in-
baku mutu lingkungan di Kota Jambi adalah stansi terkait lainnya hendaknya melakukan
15 orang dengan tingkat pengetahuan kon- kegiatan pembinaan, pengawasan dan
sumen yang buruk 46,7% kualitas air mi- evaluasi serta memeriksa kualitas air mi-
num yang tidak memenuhi syarat dan num secara berkala terhadap depot air mi-
sebanyak 21 depot aspek pengetahuan num yang berada di wilayah Kota Jambi
konsumennya baik, 28,6% kualitas air mi- sesuai peraturan yang berlaku. Mengopti-
numnya tidak memenuhi syarat sebagai air malkan pelaksanaan kebijakan yang telah
minum. Berdasarkan hasil wawancara 97% ditetapkan. Perlu adanya sosialisasi ter-
konsumen mengkonsumsi air yang di- hadap masyarakat dan penggusaha depot
produksi oleh depot untuk keperluan mi- air minum tentang standar atau persyaratan
num, dimana 92% konsumen mengkon- kualitas air minum yang di terapkan. Bagi
sumsi lansung air yang diproduksi oleh de- masyarakat Kota Jambi harus memper-
pot tanpa dimasak terlebih dahulu. 84% hatikan air minum yang akan dikonsumsi
konsumen menyatakan lokasi depot sudah agar terhindar dari gangguan penyakit yang
baik, 87% konsumen menyatakan peralatan disebabkan oleh kualitas air minum yang
yang digunakan oleh depot berfungsi tidak memenuhi standar baku mutu ling-
dengan baik, hanya 67% konsumen kungan. Salah satu upaya preventifnya
menyatakan penjamah berprilaku bersih yakni teliti dalam memilih depot air minum,
saat melayani konsumen dan 87% sumber sebaiknya membeli air minum isi ulang pa-
air baku yang digunakan depot sudah baik, da depot dengan memperhatikan aspek
99% menyatakan perlu pemeriksaan kuali- kebersihan dan masa berlaku sertifikat laik
tas air miunum secara rutin, 97% menya- higiene sanitasi depot air minum yang
takan perlu upaya pembinaan dan diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kota
pengawasan walaupun 96% konsumen Jambi
selama mengkonsumsi air minum dari de-
pot tidak pernah mengeluh mengalami
gangguan kesehatan. DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan penelitian dapat sim- Adam, S. (1992). Higiene Perseorangan.


pulkan bahwa: Hasil pemeriksaan bakteri- Jakarta: Bhratara
ologis kualitas air minum yang diproduksi Arikunto, S. (1990). Manajemen Penelitian.
depot air minum di Kota Jambi menunjuk- Yogyakarta: Rineka Cipta
Asfawi, S. (2004). Analisis kualitas air minum
kan 36,1% depot tidak memenuhi persyara- yang berhubungan dengan kualitas
tan sebagai air minum bedasarkan standar bakteriologis air minum isi ulang pada

212
Analisis Persyaratan Higiene Sanitasi Depot Air Minum Terhadap Kualitas Air Minum.....
2016
Vevi Erika Trisna

tingkat produsen di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2, 167-


Semarang, Universitas Diponegoro. 173
Tesis Mulia, R. (2005). Kesehatan lingkungan.
Busman, H. (1993). Keserasian lingkungan Yogyakarta: Graha Ilmu,
hidup dalam pembinaan kesehatan Mulyanto, HR. (2007). Ilmu lingkungan.
masyarakat. Jakarta, Jurnal Universitas Yogyakarta: Graha Ilmu
Indonesia: 2. 132 – 139. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian
Chandra, B. (2008). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
kesehatan. Jakarta: EGC Pratiwi , A. (2007). Kualitas bakteriologis air
Chandra, B. (2006). Pengantar kesehatan minum isi ulang di wilayah Kota Bogor,
lingkungan. Jakarta: EGC Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.
Departemen Kesehatan RI. (1991). Pedoman 2, 58-63
bidang studi pengawasan pencemaran Pratiwi , Y. (2014). Pemeriksaan bakteriologis
lingkungan fisik pada institusi pendidikan air minum dari depot air minum isi ulang
tenaga kesehatan.. Jakarta di Kecamatan Gondokusuman
Departemen Kesehatan RI. (2010). Laporan Yogyakarta , Prosiding Seminar
nasional riset kesehatan dasar. Jakarta Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi.
Dinas Kesehatan Kota Jambi. (2013). Daftar Presiden Republik Indonesia. (1995) Peraturan
depot air minum isi ulang di Kota Jambi Pemerintah Republik Indonesia Nomor:
Dwidjoseputro, D. (2003). Dasar-dasar 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil.
mikrobiologi, Jakarta: Djambatan Jakarta
Fardiaz, S. (1992). Polusi air dan udara. Presiden Republik Indonesia. (2005). Peraturan
Yogyakarta: Kanisius Pemerintah Republik Indonesia Nomor:
Indriawati, S.M. (2006). Analisis hygiene 16 Tahun 2005 tentang pengembangan
sanitasi dan kualitas air minum isi ulang sistem penyediaan air minum. Jakarta
(AMIU) berdasarkan sumber air baku Pusat Laboratorium Kesehatan. (1991).
pada depot air minum di Kota Medan. Petunjuk pemeriksaan bakteriologi air.
Medan, Universitas Sumatera Utara. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Tesis Rumondor, P. (2014) Identifikasi bakteri pada
Kurniawan, B. (2006). Analisis kualitas air depot air minum isi ulang di Kota
sumur sekitar wilayah tempat Manado. Manado, Jurnal e-Biomedik, 2
pembuangan akhir sampah. Bogor, Ryadi, S. (1984). Kesehatan Lingkungan.
Institusi Pertanian Bogor Surabaya: Karya Anda
Menteri Kesehatan, 1990. Peraturan Menteri Sandra, C. (2007). Hubungan pengetahuan dan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: kebiasaan konsumen air minum isi ulang
416 tahun 1990 tentang syarat-syarat dengan penyakit diare. Surabaya, Jurnal
dan kualitas air. Jakarta kesehatan lingkungan, 3, 119-126
Menteri Kesehatan, 2002. Keputusan Menteri Sanropie, D. (1984). Penyediaan air bersih.
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: Jakarta: Departemen Kesehatan
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Subaris, H. (2007). Higiene lingkungan kerja:
syarat-syarat dan pengawasan kualitas Jogjakarta: Mitra Cendekia
air minum. Jakarta Sugiharto. (1985). Penyediaan air bersih bagi
Menteri Kesehatan. (2010). Peraturan Menteri masyarakat. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: Kesehatan
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Sumantri, A. (2010). Kesehatan lingkungan.
persyaratan kualitas air minum. Jakarta Jakarta: Kencana
Menteri Kesehatan. (2010). Peraturan Menteri Sutrisno, T. (2010). Teknologi penyediaan air
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: bersih. Jakarta: Rineka Cipta
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang tata Utoyo, B. (2008). Manajemen pengawasan
laksana pengawasan kualitas air minum. depot air minum isi ulang di Kabupaten
Jakarta Lampung Barat
Menteri Kesehatan. (2014). Peraturan Menteri Wali Kota Jambi. (2003) Peraturan Daerah Kota
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: Jambi Nomor: 10 Tahun 2003 tentang
43 Tahun 2014 tentang Higiene sanitasi pemeriksaan kualitas air. Jambi
depot air minum. Jakarta Wandrivel, R. (2012). Kualitas air minum yang
Menteri Perindustrian dan Perdagangan. diproduksi depot air minum isi ulang di
(2004). Keputusan Menteri perindustrian Kecamatan Bungus Padang
dan Perdagangan Republik Indonesia berdasarkan persyaratan mikrobiologis.
Nomor: 651/MPP/Kep/10/2004 tentang Padang, Jurnal Universitas Andalas. 1
persyaratan teknis depot air minum dan Yamistada, G. (2015). Study Higiene Operator
perdagangannya. Jakarta dan Sanitasi terhadap Kualitas
Mirza, M. (2013). Higiene sanitasi dan jumlah Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Kota
coliform air minum di Kabupaten Demak, Jambi

213
Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 4 Edisi Juli 2016

Yunaini , E. (2012). Kualitas air minum isi ulang


secara bakteriologis di Kelurahan Koja
Jakarta Utara tahun 2011. Jakarta,
Jurnal Teknologi dan Seni Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta
II. 6, 11-16
Peta wilayah administrasi Kota Jambi
http://jambikota.go.id/id/index.php?optio
n.com

214

Anda mungkin juga menyukai