Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Enersia Publika, Vol. 3, No.

1, Juni 2019, hal 39-57

KOLABORASI DALAM PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN DEPOT


AIR MINUM ISI ULANG DI KABUPATEN SLEMAN, DIY

Nuri Nurhasanah, Bening Hadilinatih


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Korespondensi penulis: nurinurhasanah46@gmail.com, linatih@yahoo.com

Abstrak

Kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi air minum isi ulang terus meningkat
sehingga membutuhkan upaya peningkatan kualitas layanan Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) melalui pembinaan dan pengawasan agar air minum isi ulang selalu aman dan sehat
untuk dikonsumsi. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan penanggungjawab dalam
kualitas layanan DAMIU. Namun pelaksanaan peningkatan kualitas layanan DAMIU melalui
pembinaan dan pengawasan tidak akan berjalan secara efektif dan efisien apabila hanya dari
pihak pemerintah saja. Untuk itu diperlukan kolaborasi antar pemangku kepentingan yang
melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pelaksanan kolaborasi dalam peningkatan kualitas layanan melalui pembinaan dan
pengawasan Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, adapun teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kolaborasi dalam peningkatan
kualitas layanan melalui pembinaan dan pengawasan Depot Air Minum Isi Ulang di
Kabupaten Sleman, Yogyakarta belum berjalan dengan baik dan tidak efektif. Belum adanya
kerjasama antar pemerintah, pihak depot (swasta), dan masyarakat dalam hal pembinaan baik
kepada DAMIU maupun masyarakat serta kerjasama dalam hal pengawasan yang dilakukan
pemerintah dan masyarakat kepada pihak depot (swasta) yang belum terlaksana dengan
maksimal. Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah perlu ada upaya yang dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memilih produk dari suatu
depot, menyediakan sarana pelaporan kepada masyarakat ketika ditemukan suatu masalah
serta memperketat persyaratan perijinan dalam pengusahaan DAMIU. Selain itu, pembinaan
kepada pengusaha pemilik depot harus dimaksimalkan serta meningkatkan ketegasan
pemerintah bagi depot-depot yang melanggar peraturan.

Kata Kunci: Kualitas Layanan, Pembinaan dan Pengawasan, Kolaborasi

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 39


Abstract

The tendency of people to consume drinking water reload continues to increase that
require effort to improve the quality of drinking water depot refill (DAMIU) through guidance
and supervision to prevent water drink reload always safe and sound to be consumed. District
health department/city is in damiu. Head the quality of service. But the implementation of the
increase in quality of services damiu through guidance and supervision would not operating
effectivety and efficiently when just from the government. For that required collaboration
among stakeholders who put the governmrnt, private and the community. This study attempts
to find out the collaboration in improving the quality service though guidance and supervison
depot drink water reload in sleman district, Yogyakarta.

Type of this research is descriptive qualitative research, the technique used is


observation collection, interview, and documentation

The results of research imply that collaboration to improve the quality of servies
through guidance and supervision depot in drinking water rechargeable, sleman district
Yogyakarta not run well and ineffectual. A lack of cooperation between the government, the
private, depot and the good DAMIU in terms of development and cooperation between public
and in terms of supervision by the government and the community to the depot (private) most.
That are not done. So that the recommendation is need to no attempt by the government to
increase awereness parents when chosing the product of a depot, providing a means of
reporting to the community when found a problem and tighten the requirements licensing
DAMIU in operation. In addition, the training to entrepreneurs the owner depot should be
maximized and improve firmness government for depot who flouted the rules.

Keyword: The Quality Of Services, Guidance And Supervison, Collaboration

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 40


A. Latar Belakang drastis penggunaan air kemasan. Pada tahun
Air adalah zat yang paling penting 2005 jumlahnya hanya 4,1% dari total
dalam kehidupan manusia setelah udara. Tiga keseluruhan konsumsi rumah tangga di
per empat bagian tubuh manusia terdiri atas Indonesia, sedangkan pada tahun 2017
air. Semakin meningkatnya kebutuhan akan meningkat drastis menjadi 42,8%. Artinya,
air bersih merupakan konsekuensi dari hampir separuh dari total populasi rumah
peningkatan jumlah penduduk. Sebagai tangga yang ada di Indonesia menggunakan
akibat dari meningkatnya kebutuhan akan air air minum dalam kemasan (Beritatagar,
maka sumber-sumber air yang ada sudah 2018)
tidak mampu lagi untuk memasok air dengan Alasan mengapa air minum dalam
jumlah dan kualitas yang cukup. kemasan (AMDK) yang disebut-sebut
Peningkatan kebutuhan air berakibat menggunakan air pegunungan banyak
pada kecenderungan ketidakpedulian dikonsumsi yaitu karena sifatnya yang
masyarakat terhadap kualitas air yang praktis dan bisa langsung diminum. AMDK
dikonsumsinya. Ketidak tahuan dan ketidak dari berbagai merek memiliki harga yang
pedulian masyarakat terhadap kualitas air bervarian serta terus menerus mengalami
berakibat pada munculnya berbagai macam peningkatan, sehingga tidak seimbang lagi
penyakit yang menyerang manusia. Penyakit- dengan kondisi ekonomi masyarakat yang
penyakit tersebut merupakan akibat semakin menyebabkan konsumen beralih mencari
tingginya kadar pencemaran terhadap air. alternatif yang baru dan murah. Jawabannya
karena sudah tercemar berbagai macam adalah dengan beralih kepada Depot Air
limbah, mulai dari buangan sampah organik, Minum Isi Ulang (DAMIU). Harga air
rumah tangga, hingga limbah beracun dari minum kemasan (AMDK) dalam bentuk
industri. galon berkisaran RP. 15.000 sampai Rp.
Salah satu cara yang digunakan oleh 20.000 sedangkan air minum isi ulang
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air (AMIU) hanya berkisar RP. 5.000 sampai
minum adalah dengan beralih menggunakan RP. 8.000 saja, sepertiga lebih murah jika
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). dibandingkan dengan air minum dalam
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) kemasan yang bermerek, karena itu banyak
pada tahun 2005-2017, terjadi peningkatan konsumen yang beralih pada layanan

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 41


tersebut. Hal ini pula yang menyebabkan air minum isi ulang yang diselenggarakan
depot-depot air minum isi ulang terus oleh depot-depot air minum isi ulang
berkembang dan bermunculan dimana-mana. (DAMIU) adalah melakukan pembinaan dan
Meskipun harganya lebih murah, diharapkan pengawasan. Hal tersebut telah ditetapkan
DAMIU harus mengedepankan hygiene dalam Permenkes No.
sanitasi dan tetap memenuhi syarat-syarat 736/MENKES/IV/2010 yang menjelaskan
kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri bahwa agar kualitas air minum yang
Kesehatan RI No. 43 Tahun 2014. dikonsumsi masyarakat terjaga, diperlukan
Data dari Dinas Kesehatan Sleman pembinaan dan pengawasan secara eksternal
berdasarkan cacatan jaringan Pusat maupun internal.
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Pembinaan dan pengawasan terhadap
menyebutkan bahwa di tahun 2015 kegiatan usaha yang dilakukan oleh
setidaknya ada 120 depot air minum isi ulang masyarakat tidak akan berjalan secara efektif
yang tersebar di seluruh kecamatan di dan efisien apabila hanya dari pihak
Sleman. Namun patut disayangkan bahwa pemerintah saja yang bergerak termasuk
dari 120 dept air minum isi ulang tersebut dalam usaha penyediaan air minum isi ulang.
ternyata yang telah mengantongi sertifikat Dibutuhkan peran dari para pemilik DAMIU
higienis dari Dinkes hanya 7 (tujuh) saja. (swasta) serta kesadaran dari masyarakat.
(Tribunjogja, 2016). Artinya dalam proses peningkatan layanan
Penyediaan air minum yang penyediaan air minum isi ulang diperlukan
dikonsumsi masyarakat merupakan kegiatan kerjasama antara pemerintah, pemilik
pelayanan publik berupa penyediaan barang DAMIU, dan juga masyarakat itu sendiri.
yang diselenggarakan baik oleh pemerintah Kolaborasi antar pemerintah, pengusaha
maupun oleh swasta. Agar kualitas air yang DAMIU (swasta), serta masyarakat dalam
dikonsumsi oleh masyarakat terjamin melaksanakan pembinaan dan pengawasan
kualitasnya maka menjadi tanggung jawab terhadap DAMIU merupakan cara atau
dari pemerintah untuk melakukan pembinaan langkah yang perlu mendapat perhatian agar
dan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
usaha yang menyediakan air minum bagi Kolaborasi atau kerjasama antara
masyarakat. Oleh karena itu upaya yang pemerintah, swasta dan masyarakat
dapat dilakuan oleh pemerintah dalam merupakan strategi yang sejalan dengan
meningkatkan kualitas layanan penyediaan prinsip good governance yang saat ini telah

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 42


menjadi trend atau kecenderungan global dan lembaga pemerintah dan non pemerintah
sebagai model dalam penyelenggaraan seperti masyarakat sipil dan mekanisme
pemerintahan secara umum. Tata pasar. Kedua, praktek good governance
kepemerintahan yang baik (good terkandung nilai-nilai (efisiensi, keadilan dan
governance) menekankan bahwa daya tanggap ) yang membuat pemerintah
penyelenggaraan kepemerintahan negara dapat lebih efektif bekerja untuk
diperlukan adanya keseimbangan interaksi mewujudkan kesejahteraan bersama. Ketiga,
dan keterlibatan antara pemerintah, dunia praktek good governance adalah praktek
usaha (swasta), dan masyarakat (civil pemerintahan yang bersih dari KKN serta
society). Istilah kerja sama antar pemangku berorientasi pada kepentingan publik. Oleh
kepentingan yang melibatkan pemerintah, karena praktek pemerintahan dinilai baik bila
swasta, dan masyarakat dapat diartikan mampu mewujudkan transparansi, penegakan
sebagai kolaborasi. hukum dan akuntabilitas publik.
Prasetya (2015,141) menjelaskan Peningkatan kualitas layanan
bahwa sebagai sebuah gagasan, good terhadap penyediaan barang yang digunakan
governance kadangkala masih jauh dari oleh masyarakat merupakan salah satu hal
realitas dan memerlukan perjuangan panjang yang harus diperhatikan oleh pemerintah
untuk mewujudkannya. Bahkan pertanyaan yang baik (good governance). Untuk itu
kritis diajukan oleh Agus Dwiyanto ( 2006 ) salah satu tanggung jawab dari pemerintah
yakni apakah good governance bukan hanya adalah melakukan pengawasan dan
mitos? Jawaban menjadi tidak mudah karena pembinaan agar penyediaan layanan
konsep good governance tersebut memiliki penyediaan air minum yang dikonsumsi
arti luas dan seringkali berbeda-beda. Agar masyarakat terjamin kualitasnya. Sebagai
tidak menjadi sekedar mitos, Agus Dwiyanto perwujudan dari upaya untuk
menyarankan beberapa karakteristik dan nilai menyelenggarakan good governance maka
yang harus diusahakan ada pada praktek dalam melaksanakan kegiatan pembinaan
good governance antara lain : Pertama, dan pengawasan terhadap barang-barang
Praktek good governance harus memberi yang digunakan oleh masyarakat/publik ,
ruang kepada aktor lembaga non pemerintah pemerintah harus melibatkan aktor dari non
untuk berperan serta secara optimal dalam pemerintah seperti masyarakat sipil dan
kegiatan pemerintahan sehinga mekanisme pasar. Kolaborasi antara
memungkinkan adanya sinergi diantara aktor pemerintah dengan lembaga non pemerintah

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 43


serta masyarakat diharapkan akan dapat dipahami bahwa konsep kualitas layanan
meningkatkan kinerja pemerintah dalam merupakan suatu standar kualitas yang harus
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dipahami di dalam memberikan pelayanan
secara efisiensi, berkeadilan serta memiliki yang sebenarnya kepada masyarakat/publik
daya tanggap. dengan kualitas layanan.
Peningkatan jumlah konsumen Kualitas layanan dapat diupayakan
DAMIU serta masih sedikitnya jumlah melalui pembinaan dan pengawasan agar
DAMIU yang memiliki sertifikat higienis pelayanan yang diberikan sesuai dengan
dari Dinkes, merupakan permasalahan yang suatu standar yang layak, sehingga dianggap
perlu menjadi perhatian dari berbagai pihak sebagai suatu kondisi yang sehat untuk
agar masyarakat pengguna air minum isi tujuan atau pemakaian, memiliki keselarasan
ulang tidak dirugikan akibat mengkonsumsi dengan spesifikasi, kebebasan dengan segala
air minum yang belum terjamin kualitas kekurangannya, membentuk kepuasan
kebersihan dan kesehatannya. Untuk itu pelanggan, memiliki kredibilitas yang tinggi
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan dapat dipertanggungjawabkan.
tentang pelaksanaan kolaborasi dalam Depot Air Minum Isi Ulang
pembinaan dan pengawasan DAMIU untuk (DAMIU) yang selanjutnya disingkat
meningkatkan kualitas layanan penyediaan DAMIU adalah kegiatan usaha yang
air minum isi ulang. melakukan proses pengolahan air baku
menjadi air minum dalam bentuk curah dan
B. Tinjauan Pustaka menjual langsung kepada konsumen.
B.1 Kualitas Layanan Penyelenggaraan DAMIU masyarakat perlu
Konsep kualitas layanan menurut dibina dan diawasi oleh pemerintah oleh
Stemvelt (2004) adalah suatu persepsi karena Air Minum merupakan barang yang
tentang revolusi kualitas secara menyeluruh dikonsumsi oleh masyarakat yang menjadi
yang terpikirkan dan menjadi suatu gagasan tangung jawab pemerintah untuk menjaga
yang harus dirumuskan (formulasi) agar kualitas dan kesehatannya. Untuk itu
penerapannya (implementasi) dapat diuji Pemerintah menyusun peraturan-peraturan
kembali (evaluasi), untuk menjadi suatu terkait dengan upaya untuk menjamin
proses yang dinamis, berlangsung, terus kualitas layanan DAMIU dalam
menerus dalam memenuhi kepuasan menyediakan air minum isi ulang yang
pelanggan. Dari pengertian tersebut dapat berkualitas. Salah satu peraturan yang

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 44


mengatur kegiatan usaha DAMIU adalah wajib mengikuti pelatihan/kursus
disusunnya PERMENKES No. 43 Tahun Higiene Sanitasi.

2014 tentang Higiene Sanitasi DAM (Depot


Kualitas layanan DAMIU akan
Air Minum) Isi Ulang. Dalam Permenkes
menentukan bagaimana kualitas air minum
tersebut ditegaskan bahwa Depot Air Minum
isi ulang yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Isi Ulang wajib memiliki:
Untuk itu diperlukan kolaborsi dari
1. Izin usaha industri atau tanda daftar
pemerintah, swasta dan masyarakat untuk
industri dan surat izin usaha
perdagangan (SIUP), melakukan pembinaan dan pengawasan
2. Surat izin pengambilan air atau surat kepad DAMIU agar dapat memenuhi
jaminan pasokan air baku dari PAM kewajibn-kewajiban seperti yang telah
atau perusahaan lain yang memiliki
ditentukan dalam Permenkes Nomor 43
izin pengambilan air dari instansi yang
berwenang. Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi DAM
3. Sertifikat Laik Higiene Sanitasi yang (Depot Air Minum) Isi Ulang tersebut.
dikeluarkan oleh Kepala Dinas
Dengan demikian peningkatan kualitas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
4. Selain itu setiap DAMIU juga wajib layanan yang dimaksud disini adalah proses
menyediakan informasi mengenai: pembinaan dan pengawasan yang dilakukan
a. Alur pengolahan Air Minum;
untuk menghasilkan kualitas air minum isi
b. Masa kadaluarsa alat desinfeksi;
c. Waktu penggantian dan/atau ulang yang sehat dan berkualitas sesuai
pembersihan filter; dan dengan standard yang telah ditetapkan.
d. Sumber dan kualitas air baku.
5. Setiap DAM harus melakukan a. Pembinaan dan Pengawasan
pemeriksaan kesehatan Penjamah Pembinaan merupakan suatu proses
paling sedikit 1 (satu) kali dalam
setahun. pembuatan, cara membina, pembaharuan,
6. Setiap pemilik DAM wajib melakukan usaha, tindakan atau kegiatan yang dilakukan
pengawasan terhadap pemenuhan secara berdaya guna dan menghasilkan guna
persyaratan Higiene Sanitasi secara
dengan baik. Miftha Thoha (2004) dalam
terus menerus.
7. Setiap DAM harus memiliki tenaga bukunya yang berjudul pembinaan
teknis sebagai konsultan di bidang organisasi: proses diagnosa dan intervensi
Higiene Sanitasi.
menjelaskan bahwa ada dua unsur dari
8. Dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan Higiene definisi pembinaan yaitu; pembinaan itu bisa
Sanitasi pemilik dan Penjamah DAM berupa suatu tindakan, proses, atau
pernyataan tujuan, dan pembinaan bisa

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 45


menunjukkan kepada perbaikan atas sesuatu. 2. Apabila terdapat penyimpanan maka
Sedangkan pembinaan menurut Tanzeh perlu diketahui seberapa jauh
penyimpangan tersebut dan apa
(dalam Muhyin, 2017) adalah bantuan dari
sebabnya.
seseorang atau sekelompok orang yang 3. Dilakukan tindakan koordinatif
ditujukan kepada orang atau kelompok lain terdapat adanya penyimpangan-
penyimpangan
melalui materi pembinaan dengan tujuan
Dari pengertian tentang pembinaan
dapat mengembangkan kemampuan,
dan pengawasan seperti tersebut diatas, maka
sehingga tercapai apa yang diharapkan.
yang dimaksud dengan pembinaan dan
Pengawasan menurut Sutarno NS
pengawasan adalah: pemberian bimbingan
(dalam Purwani, 2016) adalah kegiatan
dan penyuluhan yang dilakukan oleh
membandingkan atau mengukur yang sedang
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat
atau sudah dilaksanakan dengan kriteria,
untuk meningkatkan kemampuan
norma-norma standar atau rencana-rencana
pengelolaan seperti yang telah diatur, disertai
yang sudah ditetapkan sebelumnya.
dengan proses pemantauan, penilaian, dan
Sedangkan menurut Andles (2014) mengutip
pelaporan atas capaian tujuan yang telah
pendapat dari Damanik salah satu aspek dari
ditetapkan.
kegiatan pengawasan yaitu pelaksanaan
pemeriksaan berupa proses mengidentifikasi b. Kolaborasi
masalah, analisis dan evaluasi yang Secara filosofis, kolaborasi
dilakukan secara independen dan konstruktif merupakan upaya yang dilakukan oleh
serta dengan memberikan pendapat atau berbagai pihak untuk mencapai tujuan yang
dipandang perlu rekomedasi. sama. Menurut Schrage dala Harley dan
Tujuan dari pengawasan adalah Bisman (2010:18), kolaborasi merupakan
mengatur dan mengendalikan suatu proses upaya penyatuan berbagai pihak untuk
dengan cara menilai jalannya kegiatan mencapai tujuan yang sama. Dari pengertian
tersebut agar sesuai dengan ketentuan yang tersebut dapat dipahami bahwa dalam
telah ditetapkan. Bintora (dalam Muhyin, kolaborasi dibutuhkan beberapa pihak yang
2017) menyebutkan tujuan pengawasan bersedia untuk bekerjasama dan saling
adalah: mendukung dalam menyelenggarakan suatu
1. Mengusahakan pelaksanaan rencana kegiatan agar data mencapai tujuan bersama.
berjalan sesuai dengan rencana O’Flynn dan Wanna (2008)
mengartikan kolaborasi sebagai bekerja

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 46


bersama atau bekerja sama dengan orang beberapa tahapan. Ada tiga tahap penting
lain. Hal tersebut menyiratkan bahwa dalam kolaborasi, yaitu:
seorang aktor atau seorang individu, 1. Tahap I Problem Setting. Problem
kelompok atau organisasi melakukan setting adalah upaya menentukan
kerjasama dalam beberapa usaha. Setiap permasalahan, mengidentifikasikan
orang yang melakukan kerjasama dengan sumber-sumber, dan membuat
yang lainnya memiliki ketentuan syarat dan kesepakatan untuk melakukan kolaborasi
kondisi tertentu, dimana hal tersebut sangat dengan pihak lain.
bervariasi. Kata “collaboration” pada 2. Tahap II Direction Setting. Yaitu
awalnya digunakan pada abad kesembilan menentukan aturan dasar, menyusun
belas dalam perkembangan industrialisasi, agenda dan mengorganisasikan sub-sub
munculnya organisasi yang lebih kompleks, kelompok. Menyatukan informasi yang
dan pembagian kerjadian tugas yang ada, meneliti pilihan, dan
meningkat. Kondisi tersebut merupakan memperbanyak persetujuan yang
norma dasar utilitarianisme, liberalisme diinginkan.
sosial, kolektivisme, saling membantu dan 3. Tahap III Implementation. Aturan dasar
kemudin manajemen ilmiah dan teori yang telah disepakati tersebut
organisasi hubungan manusia. merupakan ketentuan yang telah
Dari berbagai definisi yang disepakati sehingga dalam
dikemukakan para ahli tersebut diatas, pelaksanaannya harus selalu dimonitor.
peneliti menyimpulkan bahwa kolaborasi
adalah suatu proses interaksi yang kompleks Abidin dkk (2013) memetakan bahwa
dan beragam, yang melibatkan goverment, terdapat 3 aktor yang berpengaruh dalam
civil society, dan privat sector untuk saling proses governance. Tiga aktor tersebut yakni
bekerja sama dengan menggabungkan pemerintah, swasta, dan masyarakat. ketiga
berbagai pemikiran secara berkesinambungan aktor tersebut saling berkolaborasi dalam
dalam menyikapi suatu hal dimana setiap proses penyelenggaraan pemerintahan. Dari
pihak yang terlibat memiliki saling pendapat Abidin tersebut maka dapat
ketergantungan guna mencapai tujuan diketahui bahwa ada 3 kelompok kunci yang
bersama. perlu melakukan kolaborasi dalam
Tahapan Dalam Kolaborasi Untuk melaksanakan peningkatan kualitas layanan
melaksanakan kolaborasi diperlukan DAMIU melalui pembinaan dan pengawasan

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 47


yaitu : Pemerintah (government), Lembaga 3). Civil Society (Masyarakat)
non pemerintah/Swasta (privat sector) dan Secara ringkas peran dari masyarakat adalah
masyarakat (civil society). sebagai berikut:
Dalam pembinaan dan pengawasan a) Obyek sekaligus subyek dari
DAMIU masing-masing aktor ini pembinaan dan pengawasan
mempunyai peran yang berbeda, yaitu
DAMIU
sebagai berikut :
b) Berpartisipasi dalam melakukan
1). Pemerintah
kontrol terhadap pihak swasta
Secara ringkas peran dari pemerintah adalah
sebagai berikut:
C. Metode Penelitan
a) Menyediakan kebijakan yang Penelitian ini merupakan sebuah
berkaitan dengan pengelolaan
penelitian deskriptif dengan pendekatan
DAMIU
b) Melakukan pembinaan kepada kualitatif. Menurut bogdan dan Taylor
masyarakat agar selektif dalam (dalam Moloeng, 2007), penelitian kualitatif
memilih air minum isi ulang untuk
sebagai prosedur penelitian yang
dikonsumsi
c) Melakukan pengawasan kepada menghasilkan data deskriptif berupa kata-
DAMIU yang berkaitan dengan kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
persyaratan-persyaratan yang harus perilaku yang diamati dari fenomena yang
dipenuhi oleh setiap depot
terjadi.
2). Privat Sector (swasta atau pemilik Lokasi yang diambil dalam penelitian
usaha) ini ditentukan dengan sengaja (purposive),
Secara ringkas peran dari swasta atau pemilik yang dilakukan di Kabupaten Sleman,
depot adalah sebagai berikut: Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
a) Menjalankan dan mematuhi semua Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Observasi, Wawancara dan Dokumentasi
pemerintah Karena penulis menggunakan metode
b) Bertanggung jawab terhadap kesehatan kualitatif, maka pengelolaan data dilakukan
masyarakat ketika mengkonsumsi barang dengan analisis mendalam. Bognan dan
yang dikomersialkan Biklen (dalam Fitriya, 2018) mengemukakan
bahwa analisis data kualitatif adalah upaya
yang dilakukan dengan cara bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilihnya

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 48


menjadi satuan yang dapat dikelola, buruk. Dari pihak pemerintah sendiri hanya
mensistensikannya, mencari dan menemukan memberikan ajakan bagi yang ingin
pola, menemukan apa yang penting dan apa membuat, seakan-akan tidak ada kewajiban
yang dipelajari, serta memutuskan apa yang untuk membuatnya dan tidak ada hukuman
dapat diceritakan kepada orang lain. atau sanksi bagi depot yang tidak memiliki.
Untuk depot-depot air minum sebagian besar
D. Pembahasan dan Hasil tidak memiliki perijinan dan sertifikat laik
Hasil penelitian yang telah dilakukan higiene sanitasi, yang memiliki sertifikat
menunjukkan bahwa pelaksanaan kolaborasi hanyalah depot yang sudah besar dan punya
dalam peningkatan kualitas layanan DAMIU beberapa cabang di Yogyakarta sedangkan
melalui pembinaan dan pengawasan di untuk yang depot-depot kecil terlihat enggan
Kabupaten Sleman, Yogyakarta sebagai untuk membuatnya selama mereka telah
berikut: bergabung dengan Asosiasi Depot Air
a. Kolaborasi dalam Pelaksanaan Minum sudah merasa cukup aman.
Pengaturan tentang Perijinan DAM
Dari segi masyarakat sendiri khusus
(Surat Ijin Usaha Perdagangan, Surat
Izin Pengambilan Air, dan Sertifikat Kecamatan Depok, lebih memperhatikan segi
Laik Higiene Sanitasi)
ekonomis depot air minum dan cenderung
Maksud dari indikator Kolaborasi
apatis dalam memperhatikan surat-surat
dalam Pelaksanaan Pengaturan tentang
tersebut karena sebagaian besar masyarakat
Perijinan DAM (Surat Ijin Usaha
di wilayah Kecamatan Depok memilik
Perdagangan, Surat Izin Pengambilan Air,
aktivitas yang lebih padat seperti full time
dan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi) adalah
kuliah dan juga wirausahan sehingga lebih
seperti apa bentuk-bentuk kerjasama yang
memilih produk-produk yang praktis serta
dilakukan pemerintah, pihak depot, dan
terjangkau. Sedangkan masyarakat di
masyarakat dalam hal perijinan DAM.
Kecamatan Cangkringan yang sebagaian
Dari hasil wawancara yang dilakukan
besar penduduknya bermata pencaharian
kepada ketiga pihak dan pengamatan yang
petani lebih memilih untuk mengkonsusmsi
dilakukan dilapangan dapat diketahui bahwa
air rebusan dibandingkan air minum isi ulang
kolaborasi dalam pelaksanaan pengaturan
karena lebih aman untuk dikonsumsi.
tentang perijinan DAM (Surat Ijin Usaha
Perdagangan, Surat Izin Pengambilan Air,
dan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi) masih

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 49


b. Kolaborasi dalam Pelaksanaan melihat dari segi pelayanan yang baik dan
Pengaturan tentang Kewajiban DAM
cepat serta mudah untuk di akses.
untuk menyediakan informasi
mengenai Alur Pengolahan Air Minum,
Masa Kadaluarsa Alat Desinfeksi,
c. Kolaborasi dalam Pelaksanaan
Waktu Penggantian Filter/Pembersihan
Pengaturan tentang Kewajiban Setiap
Filter, dan Sumber dan Kualitas Air
DAM untuk Melakukan Pemeriksaan
Baku.
Penjamah Minimal 1 Kali dalam Satu
Tahun
Dari hasil wawancara dan hasil
pengamatan dilokasi penelitian dapat Kolaborasi dalam Pelaksanaan
diketahui bahwa pihak depot sudah Pengaturan tentang Kewajiban Setiap DAM
menyediakan informasi terbuka baik dalam untuk Melakukan Pemeriksaan Penjamah
bentuk sms maupun poster yang ditempel di Minimal 1 kali dalam Satu Tahun yang
kaca depot mengenai alur pengolahan air dimaksud adalah untuk mengetahui apakah
minum, masa kadaluarsa alat desinfeksi, ada bentuk kerjasama khususnya bagi
waktu penggantian/atau pembersihan filter, pemerintah dan pihak depok dalam hal ini.
sumber dan kualitas air baku meskipun ada Berdasarkan hasil wawancara dan
beberapa depot yang belum maksimal. pengamatan yang telah dilakukan maka
Sedangkan dari pihak dinas kesehatan pun peneliti menyimpulkan bahwa Kolaborasi
telah melakukan pengecekan akan hal dalam Pelaksanaan Pengaturan tentang
tersebut dan memberikan teguran secara Kewajiban Setiap DAM untuk Melakukan
langsung bagi yang tidak melakukannya. Jadi Pemeriksaan Penjamah Minimal 1 kali dalam
peneliti menyimpulkan bahwa kejasama Satu Tahun sudah baik. Akan tetapi karena
dalam pelaksanaan pengaturan tentang sebagian besar depot tidak memiliki sertifikat
kewajiban dam untuk menyediakan informasi laik higiene sanitasi dan juga enggan untuk
mengenai alur pengolahan air minum, masa mengajukan permohonan maka pemeriksaan
kadaluarsa alat desinfeksi, waktu penjamah pun tidak dilakukan.
penggantian filter/pembersihan filter, dan
sumber dan kualitas air baku sudah baik. d. Kolaborasi dalam Pelaksanaan
Pengaturan tentang Kewajiban agar
Akan tetapi yang sangat disayangkan adalah
Setiap Pemilik DAM Wajib Melakukan
masyarakat hampir semua tidak Pengawasan terhadap Pemenuhan
Persyaratan Higiene Sanitasi Secara
memperhatikan alur tersebut, memilih
Terus Menerus
berlangganan di salah satu depot hanya

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 50


Kolaborasi dalam Pelaksanaan depot dalam hal konsultan di bidang higiene
Pengaturan tentang Kewajiban agar Setiap sanitasi.
Pemilik DAM Wajib Melakukan Dari hasil wawancara yag telah
Pengawasan terhadap Pemenuhan dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa
Persyaratan Higiene Sanitasi secara terus Kolaborasi dalam Pelaksanaan Pengaturan
menerus dimaksudkan untuk mengetahui tentang Kewajiban Setiap DAM untuk
bentuk kerjasama para stake holders. Memiliki Tenaga Teknis sebagai Konsultan
Dari hasil wawancara yang telah di Bidang Higiene Sanitasi adalah buruk,
dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa karena dari pihak dinas maupun depot sama-
pada indikator Kolaborasi dalam Pelaksanaan sama tidak ada konsultan pribadi dalam
Pengaturan tentang Kewajiban agar Setiap bidan higiene sanitasi.
Pemilik DAM Wajib Melakukan
Pengawasan terhadap Pemenuhan f. Kolaborasi dalam Pelaksanaan
Pengaturan tentang Kewajiban setiap
Persyaratan Higiene Sanitasi Secara Terus DAM agar Pemilik dan Penjamah
Menerus bentuk kerjasamanya sudah cukup Wajib mengikuti pelatihan/kursus
Higiene Sanitasi
baik. Hanya saja menurut peneliti perlu untuk
lebih dimaksimalkan lagi agar pihak depot Kolaborasi dalam Pelaksanaan

terdorong untuk membuat sertifikan laik Pengaturan tentang Kewajiban setiap DAM

higiene, sehingga persyaratan higiene sanitasi agar Pemilik dan Penjamah Wajib mengikuti

terjamin jika telah dipenuhi. pelatihan/kursus Higiene Sanitasi


dimaksudkan untuk mengetahui bentuk

e. Kolaborasi dalam Pelaksanaan kerjasama antara pemerintah dan juga


Pengaturan tentang Kewajiban Setiap pemilik depot dalam melakukan
DAM untuk Memiliki Tenaga Teknis
sebagai Konsultan di Bidang Higiene pelatihan/kursus higiene sanitasi.
Sanitasi. Hasil wawancara menunjukkan

Indikator Kolaborasi dalam bahwa Kolaborasi dalam Pelaksanaan

Pelaksanaan Pengaturan tentang Kewajiban Pengaturan tentang Kewajiban setiap DAM

Setiap DAM untuk Memiliki Tenaga Teknis agar Pemilik dan Penjamah Wajib mengikuti

sebagai Konsultan di Bidang Higiene pelatihan/kursus Higiene Sanitasi sudah

Sanitasi dimaksudkan untuk mengetahui cukup baik.

bentuk kerjasama antara pemeritah dan pihak

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 51


g. Peran masing-masing stakeholders c) Melakukan pengawasan kepada
dalam kolaborasi untuk meningkatkan
DAMIU yang berkaitan dengan
kualitas layanan DAMIU melalui
pembinaan dan pengawasan adalah persyaratan-persyaratan yang harusnya
sebagai berikut:
dipenuhi oleh setiap depot, sudah
1) Goverment (Pemerintah)
dilakukan oleh pemerintah setiap 3
a) Menyediakan kebijakan yang berkaitan
bulan 1 kali, akan tetapi tidak berjalan
dengan pengelolaan DAMIU, sudah
dengan maksimal karena tidak ada
dilakukan oleh pemerintah dengan
sama sekali bentuk peringatan atau
menyediakan beberapa kebijakan yaitu
ketegasan dari pemerintah bagi depot-
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
depot yang tidak memenuhi
329 Tahun 2010 tentang Kualitas Air
persyaratan yang telah ditetapkan.
Minum, Peraturan Menteri Kesehatan
2) Privat Sector (Pihak swasta atau pemilik
RI No. 43 Tahun 2014 tentang Higiene
depot)
Sanitasi, Peraturan Menteri Kesehatan
a) Menjalankan dan mematuhi semua
RI No. 736 Tahun 2010 tentang Tata
aturan-aturan yang telah ditetapkan
Laksana Pengawasan Kualitas Air
oleh pemerintah, sudah dilakukan oleh
Minum, Keputusan Menteri Kesehatan
sebagian depot akan tetapi sebagian
RI No. 907 Tahun 2002 tentang Syarat
lainnya memilih acuh dengan hal
dan Pengawasan Kualitas Air Minum,
tersebut karena sebagian besar
dan Keputusan Bupati Sleman No. 114
konsumen cenderung apatis akan
Tahun 2007 tentang Sistem Kesehatan
persyaratan-persyaratan yang
Daerah (SKD).
seharusnya dimiliki oleh setiap depot
b) Melakukan pembinaan kepada
serta tidak ada ketegasan dari
masyarakat agar selektif dalam
pemerintah bagi depot-depot yang tidak
memilih air minum isi ulang untuk
mematuhi aturan. Sehingga membuat
dikonsumsi, belum dilakukan oleh
depot merasa aman tanpa perlu
pemerintah dalam bentuk apapun baik
mematuhi aturan yang telah ditetapkan
itu sosialisasi langsung kepada
dan lebih mengutamakan pelayanan
masyarakat ataupun dengan
yang baik kepada konsumen.
menyediakan sarana pelaporan untuk
b) Bertanggung jawab terhadap kesehatan
masyarakat ketika menemukan depot-
masyarakat ketika mengkonsumsi
depot yang bermasalah.
barang yang dikomersialkan, belum

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 52


dilakukan oleh sebagian besar depot stakeholders telah mengetahui masalahnya
karena setelah dilakukan penelitian masing-masing. Dinas Kesehatan perlu
masih banyak depot-depot yang tidak untuk meningkatkan kinerjanya dalam hal
memiliki sertifikat laik higiene yang pengawasan dan pembinaan kepada pihak
artinya tidak ada jaminan kesehatan depot serta masyarakat, pihak depot perlu
terhadap air yang dikomersialkan. untuk selalu berusaha menaati semua
3) Civil Society (Masyarakat) peraturan yang telah ditetapkan, dan
a) Obyek sekaligus subyek dari masyarakat juga harus kritis dalam
pembinaan dan pengawasan DAMIU, menghadapi permasalahan tersebut. Oleh
yaitu sebagai para konsumen yang karena itu, para stakeholders saling
menggunakan air minum isi ulang yang bergantungan dan harus melakukan upaya
diproduksi oleh depot dan juga sasaran kolaborasi untuk mengatasi dari masing-
untuk penjaminan kesehatan yang masing problem yang sedang dihadapi.
dilakukan oleh pemerintah. 2) Tahap II Direction Setting. Pada tahapan
b) Berpartisipasi dalam melakukan yang kedua, peneliti menganalisis bahwa
kontrol terhadap pihak swasta, belum sudah ada upaya yang dilakukan Dinas
dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat Kesahatan dan pihak depot untuk
cenderung apatis dalam memperhatikan melakukan kolaborasi seperti membentuk
depot-depot yang telah memenuhi Asosiasi Depot Air Minum. Dimana
persyaratan untuk dikonsumsi agenda-agenda yang dilakukan yaitu
produknya dan lebih mengutamakan dengan melakukan pelatihan/kursus
segi ekonomis dan fast respons dari higiene sanitasi, pemeriksaan atau
pihak depot. Selain itu ketidakadaan pengawasan setiap 4 bulan satu kali, dan
sarana yang disediakan oleh penyuluhan-penyuluhan yang berkaitan
pemerintah untuk melaporkan masalah dengan higiene sanitasi serta himbauan-
yang ditemui dilapangan membuat himbauan kepada setiap depot air minum
kontrol masyarakat semakin untuk mengajukan permohonan
mengendor. pembuatan Sertifikat Laik Higiene.
Khusus untuk masyarakat, Dinas
h. Tahapan Kolaborasi, ada tiga tahap Kesehatan menyerahkan sepenuhnya
penting dalam kolaborasi yaitu:
1) Tahap I Problem Setting. Pada tahap ini, kepada Puskesmas yang berkaitan.
peneliti menganalisis bahwa para

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 53


3) Tahap III Implementation. Pada tahapan aturan yang telah ditetapkan serta
ini, peneliti menganalis bahwa Direction bertanggung jawab akan kesehatan
Setting yang telah dibuat tidak berjalan masyarakat ketika mengkonsumsi
dengan maksimal. Terbukti dengan produk yang dikomersialkan. Sedangkan
adanya ASDAM membuat setiap depot masyarakat sebagai subyek,obyek, dan
merasa tidak perlu lagi untuk membuat juga partisipan dalam melakukan kontrol
Sertifikat Laik Higiene, yang seharusnya kepada pihak swasta serta memberikan
menjadi kewajiban setiap DAM untuk masukan-masukan terkait proses
memilikinya guna menjami higenitas pembinaan dan pengawasan DAMIU
suatu depot. Selain itu, pembinaan kepada kepada pemerintah. Kemudian untuk
masyarakat yang dilimpahkan Dinas melakukan proses kolaborasi dibutuhkan
Kesehatan kepada Puskesmas sama sekali beberapa tahapan yaitu problem setting,
belum dilakukan. direction setting, dan implementation,
setelah itu dapat disimpulkan seperti apa
E. Kesimpuan bentuk dan keberhasilan dari kolaborasi
Bedasarkan hasil penelitian dan yang dilakukan para stakeholders.
pembahasan yang telah dilakukan mengenai 2. Kolaborasi antar dinas kesehatan, pihak
kolaborasi dalam Pembinaan dan depot, dan masyarakat yang seharusnya
Pengawasan DAMIU di Kabupaten Sleman, bisa menjadi solusi dalam permasalahan
maka dapat diambil kesimpulan sebagai ini ternyata ditemukan belum berjalan
berikut: dengan maksimal. Tahapan-tahapan
1. Pelaksanaan kolaborasi dalam yang dilalui tidak berjalan dengan
peningkatan kualitas layanan DAMIU efektif meskipun sudah ada upaya-upaya
melalui pembinaan dan pengawasan kolaborasi yang dilakukan oleh Dinas
dapat diketahui dari pelaksanaan peran Kesehatan. Akan tetapi ketika memasuki
dari setiap stakeholders dalam tahap implementasi ditemukan beberapa
menjalankan masing-masing tugas dan masalah, sepeti tidak adanya pembinaan
fungsinya. Pemerintah bertugas sebagai dalam bentuk apapun yang dilakukan
regulator dan pembina sekaligus oleh Dinas Kesehatan/Puskesmas
pengawas bagi pihak swasta dan kepada masyarakat. Ditambah lagi
masyarakat. Pihak swasta bertugas untuk dengan adanya Asosiasi Depot Air
menjalankan dan mematuhi aturan- Minum (ASDAM) yang malah membuat

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 54


pemilik depot merasa cukup hanya Brantas. 2009. Dasar-Dasar Manajemen.
dengan bergabung di dalamnya tanpa Bandung: Alfabeta.
Djumara, Noorsyamsa. 2008. Negosiasi,
perlu membuat Sertifikat Laik Higiene.
Kolaborasi dan Jejaring Kerja. Jakarta:
3. Pelaksanaan kolaborasi dalam Lembaga Administrasi Negara-RI.
peningkatan kualitas layanan DAMIU Dwiyanto, Agus. 2015. Manajemen
Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif dan
melalui pembinaan dan pengawasan
Kolaboratif. Yogyakarta: UGM Press.
yang dilakukan oleh pemerintah belum Harley, James & Blismas, Nick, 2010, An
berjalan dengan baik. Hal tersebut Anatomu of Colaboration Within the Online
Environment, Dalam Anandarajan Muruga
ditunjukkan dengan masih banyaknya
(ed), e-Research Collaboration: Theory,
depot-depot “liar” yang tidak Techniques and Challengers, Hlm 15-32,
mengantongi Sertifikat Laik Higiene Heidelberg: Springer International
serta kurangnya kesadaran dari Publishing.
Lai, Emily R. 2011. Collaboration: A
masyarakat agar lebih jeli dalam Literature Review
membeli produk dari suatu depot. Selain Meolong, Lexy J. 2014. Metodologi
itu, pengawasan dari masyarakat Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
terhadap depot air minum mengendor
Nawawi, Hadari. 1984. Administrasi
dikarenakan tidak ada sarana pengaduan Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.
yang disediakan oleh pemerintah Siagian, Sondang, P.1981. 2000. Filsafat
Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.
sehingga membuat depot-depot “liar”
Stemvelt, Robert C., 2004. (Diterjemahkan
tersebut merasa aman tanpa harus oleh Purwoko)Perception of
memenuhi persyaratan yang seharusnya. ServiceQuality. Allyn and Bacon,
Massachusetts

Daftar Pustaka Sugiyono. 2006. Metode Penelitian


Abdulsyani. 2007. Sosiologi Skematika, Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Bandung: Alfabeta.
Aksara. Thoha, Miftah. 2004. Pembinaan
Abidin, Yunus. 2013. Desain Sistem Organisasi: Proses Diagnosa dan
Pembelajaran dalam Konteks Intervensi. Jakarta : RajaGrafindo
Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Persada.
Aditama. Widjaja. A.W. 2000. Komunikasi dan
Hubungan Masyarakat. Jakarta : Bumi
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Aksara
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 55


Peraturan Perundang-Undangan Fulfully, S. Z. 2017. Dalam https: //
Peraturan Menteri Kesehatan Republik repository. widyatama.ac. id/ xmlui/
Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 bitstream/ handle/ 1234 56789 /.../
tentang Kualitasi Air Minum. Bab%202.pdf?..., diakses tanggal 12
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Mei 2019.
Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Indonesia, Wikipedia. Pengertian Konsep.
tentang Higiene Sanitasi. Dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik https://id.wikipedia.org/wiki/Konsep
Indonesia Nomor 736 Tahun 2010 diakses tanggal 6 November 2018.
tentang Tata Laksana Pengawasan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Kualitas Air Minum. 2007. [Online]. Tersedia
Keputusan Menteri Kesehatan Republik dikbbi.kemdikbud.go.id/entri/religius.
Indonesia Nomor 907 Tahun 2002 Diakses tanggal 17 September 2018.
tentang Syarat dan Pengawasan Muhyin, Rachmad R. Y. 2017. Pembinaan
Kualitas Air Minum Dan Pengawasan Dinas Kesehatan
Keputusan Bupati Sleman Nomor 114 Tahun Terhadap Kualitas Depot Air Minum
2007 tentang Sistem Kesehatan Daerah Isi Ulang Di Kota Bandar Lampung,
(SKD) diakses tanggal 30 September 2019
Teguh Budi Prasetya, Endang Susilowati,
Rujukan dari Internet Bambang Sugeng Dwiyanto, 2015.
ns ar . . 2018. Model Manajemen Evaluasi Kinerja Pengelolaan Obyek
Badan Usaha Milik Desa Melalui Wisata Pantai di DIY, Jurnal
Pendekatan Collaborative Governance Maksipreneur, Vol.V, No. 1, Desember
Sebagai Modal Sosial Ekonomi 2015 Hal 134-159
Pembangunan Desa Di Desa Pujon http://dx.doi.org/10.30588/jmp.v5i1.15
Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten 0 diakses tanggal 17 Septeber 2019
Malang. Dalam eprints .umm. ac .id/ Profil Kesehatan Kabupaten Sleman. 2018.
39310 /3/bab% 202.pdf, diakses Dalam
tanggal 17 September 2018. https://dinkes.slemankab.go.id/wp-
Astomo, Putra. 2014. Penerapan Prinsip- content/uploads/2018/09/PROFIL-
prinsip Pemerintahan yang Baik dalam KESEHATAN-2018-1.pdf, diaskses
Penyelenggaraan Pemerintahan Artikel tanggal 17 Desember 2018.
Kanun Jurnal Ilmu Hukum, Edisi XVI, Proyeksi Penduduk Indonesia, 2010-2035
diakses tanggal 12 Mei 2019. dalam http: // www. slemankab. go.id
Beritatagar.id. 2018. Nyaris Separuh Warga /3274/ kependudukan -demografi.slm,
Indonesia Minum Air Mineral diakses tanggal 17 Desember 2018.
Kemasan. Dalam Purwani, Puji. 2016. Pengelolaan
https://beritagar.id/artikel/gaya- Perpustakaan Sekolahdi Smk Ma’arif
hidup/nyaris-separuh-warga- 2, diakses tanggal 17 September 2018.
indonesiaminum-air-mineral-kemasan, Rinaldi, Dicky. 2015. Kinerja Dinas
diakses tanggal 1 November 2018. Kesehatan Kota Pontianak Terhadap
Dhahono, Dodhik Ardhi. 2010. Kinerja Kualitas Depot Air Minum Isi Ulang Di
Dinas Kesehatan Kota Surakarta Kecamatan Pontianak Tenggara Kota
Dalam Mengawasi Kualitas Depot Air Pontianak, diakses tanggal 17
Minum Isi Ulang, diakses tanggal 17 September 2018.
September 2018. Sopha, Rahma. F. 2017. Konsep Kolaborasi
dalam kegiatan Promosi Kesehatan.

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 56


Dalam
https://www.scribd.com/document/346
826083/Kolaborasi-Tim-Kes, diakses
tanggal 13 Januari 2019.
Tribunjogja.com. 2016. Waduh Banyak
Depot Air Minum Isi Ulang di Sleman
Tak Bersertifikat Higienis. Dalam
http://jogja.tribunnews.com/2016/09/05
/waduh-banyak-depot-air-minum-isi-
ulang-di-sleman-tak-bersertifikat-
higienis, diakses tanggal 1 November
2018.
Zakky, 2018. Pengertian Konsep Menurut
Para Ahli Beserta Fungsi, Unsur dan
Ciri-Cirinya.
Dalam https:
//www.zonareferensi.com/pengertian-
konsep/ diakses tanggal 6 November
2018.
Skripsi
Fitriya. 2018. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Pelayanan
Sertifikat Tanah Pada Kantor Badan
Pertanahan Kabupaten Sumenep.
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Universitas Proklamasi 45.
Yogyakarta.
Riani, Riska. 2016. Analisis Kualitas
Pelayanan Transportasi Bus Tras-
Jogja Di Yogyakarta. Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik. Universitas
Proklamasi 45. Yogyakarta.

Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik Page 57

Anda mungkin juga menyukai