Anda di halaman 1dari 20

PENATALAKSANAAN GIZI DIET PADA PASIEN DENGAN JANTUNG KORONER

Dosen Pembimbing :

Endang Taat Uji, H., SKM., Mkes

Di susun oleh :

Kelompok 8

1. Nur Rizakina (18042)


2. Rafika Dewi (18045)
3. Rahmad Anjas Hajiji (18047)
4. Riskiyatus Sholehah (18053)
5. Silvia Mayang Sari (18058)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA

Jalan Cumi 36 Tanjung Priok, Jakarta Utara.


KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyusun makalah Asuhan
Keperawatan Emfisema. Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari
berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan
terimakasih dan penghargaan kepada yang terhormat:

1. Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd, S.Kep, MA selaku Direktur Akademi


Keperawatan Harum Jakarta
2. Ns. Ari Susiani, M.Kep selaku koordinator mata ajar gizi diet
3. Endang Taat Uji, H., SKM., Mkes selaku dosen pengajar mata ajar gizi
diet
4. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga
tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian
yang besar kepada penulis, baik selama mengikuti perkuliahan mau pun
dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan
balik yang positif demi perbaikan dimasa mendatang. Harapan kami semoga
makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang dokumentasi keperawatan.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Oktober 2019

Penulis
DA

FTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Penyakit Jantung Koroner


B. Faktor-faktor Resiko Penyebab Penyakit Jantung Koroner

1. Faktor Resiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable Risk Factors)


2. Faktor Resiko yang Dapat Diubah (Changeable Risk Factors)
C. Pengaturan Diet pada penderita jantung Koroner

D. Makanan yang Boleh dan tidak Boleh Diberikan Bagi Penderita Penyakit
Jantung Koroner
E. Berbagai jenis menu untuk penyakit jantung koroner
1. Menu sehari Diet Jantung II
2. Menu sehari Diet Jantung III
3. Menu sehari Diet Jantung IV

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Jantung merupakan mesin pompa darah yang berukuran kira-kira sebesar
kepalan tangan kanan, dan berbentuk seperti kerucut. Jantung terbagi
menjadi empat ruangan yaitu dua ruangan atas yang disebut atrium (serambi)
dan dua ruang bawah yang disebut ventrikel (bilik), (Irawan, 1998). Menurut
WHO Coronary Heart Desease (PJK) adalah ketidaksanggupan jantung, akut
maupun kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium
sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner dan menurut
American Heart Organitation (AHA), PJK merupakan kelainan pada satu atau
lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding
dalam pembuluh darah disertai adanya plak yang akan mengganggu aliran
darah ke otot jantung. Kemudian terjadi kerusakan otot jantung yang
akibatnya dapat menggangu fungsi jantung, (Fahmi, 2004).

Penderita penyakit jantung mempunyai resiko mengalami kematian


mendadak, sehingga penyakit ini tergolong berbahaya. Upaya menurunkan
resiko terjadinya panyakit jantung, terjadinya kematian akibat penyakit
jantung, serta upaya penyembuhan penyakit jantung secara bertahap dapat
dilakukan melalui beberapa cara, salah satunya yaitu dengan cara mengatur
diet pasien. Untuk pengaturan diet diperlukan pengetahuan tentang berbagai
menu yang cocok diberikan pada penderita penyakit jantung koroner.
Sehingga penulis pada makalah ini akan membahas berbagai menu tentang
penyakit jantung koroner.

B. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Jantung Koroner?
b. Faktor resiko apa saja yang menjadi penyebab timbulnya Penyakit
Jantung Koroner?
c. Bagaimanakah pengaturan diet pada penderita jantung Koroner?
d. Makanan apa sajakah yang boleh dan tidak boleh diberikan bagi
penderita Penyakit Jantung Koroner?
e. Apa sajakah jenis menu untuk penyakit jantung koroner?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui definisi Penyakit Jantung Koroner.


b. Untuk mengetahui faktor-faktor resiko penyebab Penyakit Jantung
Koroner.
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan diet pada penderita Jantung
Koroner.
d. Untuk mengetahui makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan bagi
penderita Penyakit Jantung Koroner.
e. Untuk mengetahui berbagai jenis menu untuk penyakit jantung koroner.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Penyakit Jantung Koroner


Jantung merupakan mesin pompa darah yang berukuran kira-kira sebesar
kepalan tangan kanan, dan berbentuk seperti kerucut. Jantung terbagi menjadi
empat ruangan yaitu dua ruangan atas yang disebut atrium (serambi) dan dua
ruang bawah yang disebut ventrikel (bilik), (Irawan, 1998).

Menurut WHO Coronary Heart Desease (PJK) adalah ketidaksanggupan


jantung, akut maupun kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada
miokardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner dan
menurut American Heart Organitation (AHA), PJK merupakan kelainan pada
satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan
dinding dalam pembuluh darah disertai adanya plak yang akan mengganggu
aliran darah ke otot jantung. Kemudian terjadi kerusakan otot jantung yang
akibatnya dapat menggangu fungsi jantung, (Fahmi, 2004).

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang diakibatkan oleh penyempitan


pembuluh darah arteri koroner yang memeberi pasokan zat makanan dan O2 ke
otot-otot jantung terutama bilik kiri yang memompa darah ke seluruh tubuh,
(Sani, 2001).

Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang berbeda-


beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya, perlu dilakukan pemeriksaan
yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan
penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, dan
pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis PJK, (Joewono,
2003).
Gambaran klinik adanya PJK dapat berupa angina pectoris, infark miokardium
(akut miokard infark), payah jantung (iskemic heart diseases) dan mati
mendadak (sudden death). Pada umumnya gangguan suplai darah arteri
koronaria dianggap berbahaya bila terjadi penyempitan sebesar 70% atau lebih
pada pangkal atau cabang utama arteri koronaria. Penyempitan yang kurang
dari 50% kemungkinan belum menampakkan gangguan yang berarti. Keadaan
ini tergantung kepada beratnya arterisklerosis dan luasnya gangguan dan
apakah serangan itu lama atau masih baru, (Bustan, 2000).

1. Angina Pectoris
Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada
yang khas, yaitu seperti ditekan atau rasa berat di dada yang seringkali
menjalar ke lengan kiri. Hal ini sering timbul saat pasien melakukan aktifitas
dan segera hilang saat aktifitas dihentikan.

Angina pectoris biasanya berkaitan dengan PJK aterosklerotik tetapi dalam


beberapa kasus dapat merupakan kelanjutan dari aterosklerosis aorta berat,
insufiensi atau hipertropi kardiomiopati tanpa disertai obstruksi, aortitis
sifilitika, peningkatan kebutuhan metabolik (seperti hipertiroidisme atau
pasca pengobatan tiroid), anemia yang jelas takikardia proksimal dengan
frekuensi ventrikuler cepat, emboli atau spasme koroner), (Mansjoer, 2001).

Nyeri dada yang khas dari angina pectoris ialah rasa tertekan, seperti
merasa terpilin, sperti terbakar (panas yang berpusat di daerah retrostenal
(dibalik tulangsternum yang berada ditengah-tengah dada) yang bisa
menjalar kelengan kiri, leher, bahu dan punggung. Dalam hal ini angina
pectoris bisa digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
a. Angina pectoris stabil, yaitu gejala yang timbul frekuensinya tetap, baik
lamanya maupun kadar pencetusnya.
b. Angina pectoris tidak stabil, yaitu pola gejala yang timbul berubah-
ubah, baik frekuensinya, lamanya, maupun kenyerian yang dirasakan.
c. Angina prinzmental, yang biasanya timbul sewaktu sedang beristirahat.
Biasanya disebabkan oleh spasme pembuluh darah koroner.

Secara elektrokardiografi (EKG), timbulnya angina pectoris sering pula


dibarengi dengan depresi segmen ST dan inversi gelombang T. Kelainan
segmen ST (depresi segmen ST) sangat nyata pada pemeriksaan uji beban
masuk (Irawan, 1998).

2. Infark Miokard Akut/Acute Myocardial Infraction (serangan jantung)


Acute myocard infraction atau serangan jantung akut umumnya disebabkan
oleh penyumbatan pembuluh arteri koroner secara tiba-tiba, karena pecahnya
plak lemak ateroskeloris pada arteri koroner. Plak lemak tersebut menjadi titik-
titik lemah dari arteri itu dan cenderung untuk pecah. Pada waktu pecah,
gumpalan cepat terbentuk dan mengakibtkan penghambatan (okulasi) arteri
yang menyeluruh, serta memutuskan aliran darah ke otot jantung. Ini
mengakibatkan rasa sakit dada yang hebat pada pusat dada dan menyebar
sampai lengan atau leher (Joewono, 2003).

3. Ischemic Heart Disease (payah jantung)


Ischemic Heart Disease adalah suatu keadaan dimana terjadi pengurangan
oksigen secara temporer pada jantung yang disebabkan oleh penyempitan
pembuluhdarah atau karena penyakit tertentu. Ischemic ini ada yang disebut
sebagai silent ischemic dimana penderitanya tidak merasakan gejala yang
timbul (Andari, 2001).

Payah jantung terjadi karena denyut jantung sudah sedemikian lemahnya


sehingga jantung tidak lagi dapat memompa darah dengan baik. Rasa sakit
akibat payah jantung bertahan berjam-jam. Gejala yang timbul ialah gelisah,
pusing, keringat dingin, gangguan gastro intestinal (muntah, diare, mual) dan
shock yang menyebabkan tensi turun serta nadi cepat, (Bustan, 2000).

4. Kematian Mendadak (sudden death)


Kematian mendadak (sudden death) terjadi pada 50% penderita yang tanpa
keluhan sebelumnya. Sedangkan selebihnya disertai keluhan yang mati
mendadak 6 jam setelah keluhan. Proses mati mendadak ini dimulai dengan
trombosis pembuluh darah koroner yang disusul dengan nekrosis yang disertai
aritmia ventrikel (Bustan, 2000).
Salah satu unsur dalam makanan adalah lemak. Lemak tidak dapat larut dalam
darah kecuali terikat oleh protein tertentu. Lemak akan mengalami pemecahan
asam lemak bebas, trigliserida dan kolesterol.
Selama dalam peredaran darah ada kecenderungan kolesterol menempel pada
dinding pembuluh darah sehingga mempersempit pembuluh darah, menjadi
tidak lancar dan lemak terlarut dalam darah sehingga tidak mencukupi proses
metabolisme dan mengganggu keseimbangan kebutuhan oksigen dan
penyediaan oksigen. Penyempitan ini dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah. Bila penyumbatan ini terjadi di pembuluh koronaria
dinamakan penyakit jantung koroner.

B. Faktor-faktor Resiko Penyebab Penyakit Jantung Koroner


Faktor resiko adalah semua faktor penyebab (etiologi) ditambah dengan faktor
epidemiologi yang berhubungan dengan terjadinya suatu penyakit. Secara garis
besar faktor resiko dapat dibagi 2 (dua) yaitu, faktor resiko yang tidak dapat
diubah dan faktor resiko yang dapat diubah.
1. Faktor Resiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable Risk Factors)
Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah terdiri dari keturunan, jenis
kelamin, umur dan stress.
a. Keturunan
Keturunan mengambil peranan penting dalam menentukan resiko
alamiah dari PJK. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang
mempunyai anggota keluarga menderita PJK di bawah umur 55 tahun
menunjukkan bahwa ada anggota lain dari keluarga tersebut yang
mempunyai penyakit jantung yang bersifat premature.

Beberapa kelompok keluarga yang mempunyai predisposisi PJK


adalah ayah (37%), ibu (9,98%), saudara sekandung (27,6%),
saudara kembar laki-laki ( 43%) dan saudara kembar perempuan
21%, (Bustan, 2000).

b. Jenis Kelamin
Pria lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan wanita,
setelah manopause frekuensinya sama antara pria dan wanita. Pria
beresiko terkena PJK setelah berusia 40 tahun, sedangkan wanita
setelah berusia 50 tahun. Wanita lebih terlindungi dari PJK mungkin
karena hormon estrogen pada wanita (Soeharto, 200)
Pravalensi PJK lebih tinggi pada laki-laki dari pada wanita. Pada umur
45-54 tahun rasio terkena PJK pada laki-laki 6 kali dari pada wanita.
Pada umur 50 tahun ASDR laki-laki dan wanita akibat PJK tidak
berbeda, dan pada umur 80 tahun ASDR pada kedua jenis kelamin
sama (Sitepu, M, 1997).

c. Umur
Jelas sekali umur merupakan faktor yang amat berpengaruh terhadap
terjadinya PJK, terutama terhadap terjadinya pengendapan
aterosklerosis pada arteri koroner. Saluran arteri koroner ini dapat
dibandingkan dengan saluran pipa ledeng, makin tua umurnya makin
besar kemungkinan timbulnya ”kerak” di dindingnya, yang
menyebabkan terganggunya aliran dalam pipa (Soeharto,2000).

d. Stress
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin
yang tinggi dan dapat berakibat mempercepat kekejangan arteri
koroner, sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu. Dalam
jangka panjang, terlalu banyak peristiwa yang menegangkan dalam
satu tahun dapat menjadi awal serangan jantung (Payne, 1995).

2. Faktor Resiko yang Dapat Diubah (Changeable Risk Factors)


a. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus beban pembuluh
arteri perlahan-lahan. Arteri mengalami proses pengerasan, menjadi
tebal dan kaku, sehingga mengurangi elastisitasnya. Tekanan darah
yang terus menerus tinggi dapat pula menyebabkan dinding arteri
rusak atau luka dan mendorong proses terbentuknya pengendapan
plak pada arteri koroner (aterosklerosis). Proses ini menyempitkan
lumen yang terdapat pada pembuluh darah, sehingga aliran darah
menjadi terhalang. Dengan demikian hipertensi merupakan salah satu
resiko PJK (Soeharto, 2000).

b. Kolesterol
Kolesterol dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah. Sejauh pemasukan ini masih seimbang dengan
kebutuhan, tubuh akan tetap sehat, tetapi kelebihan kolesterol dapat
mengendap di dalam pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan
penyempitan dan pengerasan yang dikenal aterosklerosis, sehingga
menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak cukup jumlahnya
sehingga timbul sakit atau nyeri dada yang disebut angina, bahkan
dapat menjurus ke serangan jantung (Soeharto, 2000).

c. Pola Makan
Pola makan adalah frekuensi jumlah serta jenis makanan yang
dikonsumsi. Tujuannya untuk mencapai serta memelihara kesehatan
dan status gizi optimal, untuk itu tubuh perlu mengkonsumsi makanan
sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi yang seimbang sesuai
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

Yang dimaksud dengan PUGS adalah pedoman dasar tentang gizi


seimbang yang disusun sebagai penuntun pada perilaku konsumsi
makanan di masyarakat secara baik dan benar.

Berdasarkan fungsi utama zat gizi makanan harus mengandung


sumber energi, sumber protein dan sumber zat pengatur. Untuk
memudahkan penyusunan menu sehari-hari yang bervariasi dan
bergizi dapat digunakan daftar bahan makanan penukar. Penukar ini
dapat digunakan dalam keadaan sehat maupun sakit (Almatsier, 2004).

d. Merokok
Asap merokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat
seperti adrenalin, zat ini merangsang denyutan jantung dan tekanan
darah. Asap rokok mengandung karbon monoksida (CO2) yang
memiliki kemampuan jauh lebih kuat dari pada sel darah merah untuk
menyerap oksigen, sehingga menurunkan kapasitas darah merah
tersebut untuk membawa oksigen ke jaringan-jaringan termasuk
jantung (Irawan, 1998).

e. Diabetes melitus
Diabetes menyebabkan faktor resiko PJK yaitu bila kadar glukosa
darah naik, terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
gula darah tersebut dapat mendorong terjadinya pengendapan
(arterosklerosis) pada arteri koroner. Diabetes yang tidak terkontrol
dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah cenderung menaikkan
kadar kolesterol dan trigliserida. Kadar glukosa darah stabil berkisar
antara 70-140 mg/dl. Jika kadar glukosa darah melebihi angka tadi
maka dapat dipastikan jika seseorang telah positif menderita diabetes
melitus (Vitahealth, 2004).

f. Kegemukan dan kurang aktivitas


Kegemukan dan kurang aktivitas merupakan salah satu faktor risiko
PJK, namun berbeda dengan faktor risiko yang lain, kegemukan
mendorong timbulnya faktor risiko yang lain seperti diabetes melitus,
hipertensi yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK.
Tekanan darah tinggi tidak jarang terjadi pada penderita obesitas.
Kelebihan berat badan memaksa jantung bekerja lebih keras. Adanya
beban ekstra bagi jantung itu, ditambah dengan terjadinya pengerasan
pembuluh darah arteri koroner, cenderung mendorong terjadinya
kegagalan jantung (Soeharto, 2000).

C. Pengaturan Diet pada penderita jantung Koroner


Pengaturan diet merupakan salah satu upaya strategis untuk memperkecil
resiko penyakit jantung koroner. Dengan memperhatikan faktor resiko penyakit
jantung koroner dan peranan gizi dapat mengurangi resiko tersebut. Syarat diet
yang dapat diterapkan untuk penderita penyakit jantung adalah sebagai berikut :
1. Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
2. Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB
3. Lemak sedang yaitu 25-30% ari kebutuhan energi total, 10% berasal dari
lemak jenuh, dan 10-15% dari lemak tidak jenuh
4. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia.
5. Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan sulemen kalium, kalsium,
dan magnesium jika tidak dibutuhkan.
6. Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi dan edema.
7. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.
8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi.

Sedangkan syarat diet yang dianjurkan untuk penderita jantung koroner menurut
Krisnatuti adalah sebagai berikut : rendah kalori (terutama bagi penderita yang
terlalu gemuk), protein dan lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, rendah
garam bila ada tekanan darah tinggi, mudah dicerna, tidak merangsang dan
tidak menimbulkan gas, porsi kecil dan frekuensi pemberian tergolong sering
(Krisnatuti dan Yenrina, 1999).

Jenis diet yang diberikan untuk penyakit jantung adalah sebagai berikut:

a. Diet jantung I

Diet jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti


Miokard Infark (MCI) atau Decompensasio Kordis berat. Diet yang
diberikan berupa 1-1,5 liter cairan/hari selama 1-2 hari pertama bila pasien
dapat menerimanya. Diet ini sangat rendah energi dan semua zat gizi,
sehingga sebaiknya hanya diberikan selama 1-3 hari.

b. Diet jantung II

Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung I atau setelah fase akut
dapat diatasi. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai
diet jantung II garam rendah. Diet ini rendah energi, protein, kalsium dan
tiamin.
c. Diet jantung III

Diet jantung III diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet
diberikan sbagai perpindahan dari diet jantung II atau kepada pasien
jantung dengan kondisi penyakit jantung yang tidak terlalu berat. Jika
disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai diet jantung III garam
rendah. Diet ini rendah energi dan kalsium, tetapi cukup zat gizi lain.

d. Diet jantung IV

Diet jantung IV diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet diberikan


sebagai perpindahan dari diet jantung III atau kepada pasien jantung
dengan kondisi yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan/atau
edema, diberikan sebagai diet jantung IV garam rendah. Diet ini cukup
energi dan zat gizi lain kecuali kalsium.

D. Makanan yang Boleh dan tidak Boleh Diberikan Bagi Penderita Penyakit
Jantung Koroner

Bahan makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Sumber karbohidrat Beras ditim atau disaring : Makanan yang
roti, mie, kentang, mengandung gas atau
makaroni, biskuit, tepung alkohol, seperti: ubi,
beras/ terigu/ sagu/ aren/ singkong, tape singkong,
sagu ambon, kentang, dan tape ketan.
gula pasir, gula merah,
madu dan sirup.
Sumber protein hewani Daging sapi, ayam dengan Daging sapi dan ayam
lemak rendah; ikan, telur, yang berlemak, gajih,
susu rendah lemak dalam sosis, ham, hati, limpa,
jumlah yang sudah babat, otak, kepiting dan
ditentukan. karang-karagan, keju dan
susu penuh.
Sumber protein nabati Kacang-kacangan kering, Kacang-kacangan kering
seperti: kacang kedelai yang mengandung lemak
dan hasil olahannya, cukup tinggi seperti
seperti tahu dan tempe. kacang tanah, kacang
mete, dan kacang bogot.
Sayuran Sayurn yang tidak Semua sayuran yang
mengandung gas, seperti: mengandung gas, seperti:
bayam, kangkung, kacang kol, kembang kol, lobak,
buncis, kacang panang, sawi, dan nangka muda.
wortel, tomat, labu siam
dan tauge.
Buah-buahan Semua buah-buahan Buah-buhan segar yang
segar seperti: pisang, mengndung alkohol dan
pepaya, jeruk, semangka, gas seperti: durian dan
apel, melon dan sawo. nangka matang.
Lemak Minyak jagung, minyak Minyak kelapa dan
kedelai, margarine, minyak kelapa sawit,
mentega dalam jumlah santan kental
terbatas dan tidak untuk
menggoreng tetapi untuk
menumis. Kelapa atau
santan encer dalam
jumlah terbatas.
Minuman Teh encer, cokelat, sirup Teh/kopi kental, minuman
yang mengandung soda
dan alkohol seperti bir
dan wiski
Bumbu Semua bumbu selain Lombok, cabai rawit, dan
bumbu tajam dalam bumbu lai yang tajam.
jumlah terbatas

Makanan yang menolong bagi penderita penyakit jantung koroner adalah


sebagai berikut (Wirakusumah, 2001) :
1. Sumber antioksidan, meliputi :
a. Sumber B-Karoten, yaitu ubi jalar, wortel, labu kuning, mangga bayam
dan kailan
b. Sumber vitamin E, yaitu asparagus, taoge, minyak sayur dan kacang-
kacangan
c. Sumber vitamin C, yaitu daun singkong, mangga, jeruk, brokoli, sawi
dan jambu biji.
2. Sumber asam lemak omega 3, yaitu jenis ikan laut (teri, sarden, tenggiri
dan tembang), serta minyak ikan.
3. Sumber asam folat, yaitu kacang-kacangan (kacang hijau, kacang merah
dan kacang polong), sari jeruk asli, bayam dan hati ayam.
4. Sumber vitamin B6, yaitu pisang, daging ayam tanpa lemak, beras merah,
oatmeal dan tuna putih dalam kaleng.
5. Sumber flavonoid, yaitu melon, anggur, jeruk, pepaya, mangga, kesemek
dan jambu biji.
6. Makanan tinggi serat, yaitu serealia, kacang-kacangan, labu, jagung, apel
dan sayuran.
7. Bawang putih
8. Sumberlycopene, yaitu tomat masak
9. Minyak zaitun.

Makanan yang harus dikurangi oleh penderita penyakit jantung koroner adalah
sebagai berikut : daging berlemak, telur, susu penuh (whole milk), jeroan,
makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh (Wirakusumah, 2001).

Banyak mengkonsumsi lemak hewani (lemak jenuh) akan meningkatkan


kolesterol dalam darah, dalam proses jangka panjang akan mengakibatkan
penimbunan (flak) di pembuluh darah sehingga aliran darah ke seluruh tubuh
dapat terganggu. Apabila perubahan ini terjadi pada pembuluh darah koronaria
menyebabkan PJK (Krisnatuti dan Yenrina, 2000).

E. Berbagai jenis menu untuk penyakit jantung koroner


1. Menu sehari Diet Jantung II
Waktu Menu
Pagi Bubur nasi
Telur dadar
Sup wortel
Susu skim
Pukul 10.00 Selada buah
Siang Bubur nasi
Daging semur
Sayur bening bayam
Jeruk
Pukul 16.00 Apel
Malam Bubur nasi
Ayam panggang
Tumis kacang panjang
Pepaya
Sumber: (Almatsier, 2010)

2. Menu sehari Diet Jantung III


Waktu Menu
Pagi Nasi tim
Telur rebus
Tahu ungkep
Sayur bening labu siam
Teh encer
Pukul 10.00 Selada buah
Siang Nasi tim
Ikan panggang
Tempe bumbu kuning
Sup oyong
Apel
Pukul 16.00 Agar-agar buah
Malam Nasi tim
Daging rolade
Tahu bacem
Tumis wortel
Pepaya
Sumber: (Almatsier, 2010)
3. Menu sehari Diet Jantung IV
Menu yang diberikan sama dengan menu diet jantung III, yang diubah
hanya nasi tim menjadi nasi.
Sumber: (Almatsier, 2010)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut WHO Coronary Heart Desease (PJK) adalah ketidaksanggupan
jantung, akut maupun kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada
miokardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi. (Fahmi,
2004).

Faktor resiko penyebab Penyakit Jantung Koroner terdiri dari 2 faktor yaitu: tidak
dapat diubah (Unchangeable Risk Factors) dan yang dapat diubah (Changeable
Risk Factors)

Syarat diet yang dianjurkan untuk penderita jantung koroner menurut Krisnatuti
adalah sebagai berikut : rendah kalori (terutama bagi penderita yang terlalu
gemuk), protein dan lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, rendah garam
bila ada tekanan darah tinggi, mudah dicerna, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan gas, porsi kecil dan frekuensi pemberian tergolong sering
(Krisnatuti dan Yenrina, 1999).

Jenis diet yang diberikan untuk penyakit jantung adalah Diet Jantung I, Diet
Jantung II, Diet Jantung III, dan Diet Jantung IV.

B. Saran
Apabila belum terkena penyakit Jantung Koroner, sebaiknya pola makan diatur
dengan tidak mengonsumsi makanan yang berisiko menyebabkan Penyakit
Jantung Koroner secara berlebihan.

Apabila telah terkena Penyakit Jantung Koroner, sebaiknya mengikuti prinsip


dan syarat pemberian makan untuk penyakit Jantung Koroner, serta tidak
mengonsumsi makanan yang berisiko memperparah penyakit Jantung tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2010). Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

E.Bek, Mary. (2011). Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta : Penerbit Andi
Sholeh S, Naga. (2012) Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta :
Diva Press

Uripi, Vera. (2015). Penuntun Praktikum Dietetik Gizi Lebih dan Penyakit
Degeneratif. Bogor : IPB

Anda mungkin juga menyukai