Anda di halaman 1dari 4

 Dasar Hukum Pasar Modal Syari’ah

Dasar hukum Pasar Modal Syari’ah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-


Baqarah ayat 279, An-Nisa’ ayat 29, Al-Jumu’ah ayat 10, Al-Maidah ayat 1 dan surat Al-
Baqarah ayat 278, Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman” (Q.S Al-Baqarah :278) [2]
Landasan fatwa juga diperlukan sebagai dasar untuk menetapkan prinsip-prinsip syariah
yang dapat diterapkan di pasar modal. Terdapat 14 fatwa yang telah dikeluarkan oleh Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang berhubungan dengan pasar modal
syariah Indonesia sejak tahun 2001, yang meliputi antara lain :
1.              Fatwa No. 20/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk
Reksadana Syariah.
2.            Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah.
3.            Fatwa No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah.
4.             Fatwa No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan
Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
5.            Fatwa No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
6.            Fatwa No. 59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi.
7.              Fatwa No. 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD) Syariah.
8.             Fatwa No. 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Waran Syariah.
9.             Fatwa No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
10.          Fatwa No. 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode Penerbitan SBSN.
11.          Fatwa No. 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back.
12.          Fatwa No. 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN Ijarah Sale and Lease Back.
13.          Fatwa No. 76/DSN-MUI/VI/2010 tentang SBSN Ijarah Asset To Be Leased.
14.          Fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme
Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.
Juga terdapat 3 (tiga) Peraturan Bapepam & LK yang mengatur tentang efek syariah sejak
tahun 2006, yaitu:
1.           Peraturan Bapepam & LK No IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah.
2.              Peraturan Bapepam & LK No IX.A.14 tentang Akad-akad Yang digunakan dalam
Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal.
3.             Peraturan Bapepam & LK No II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
Sel
ain UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal yang menjadi landasan hukum pasar modal
syariah, juga terdapat  Undang-Undang yang mengatur tentang SBSN (Surat Berharga Syariah
Negara), yaitu UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
  Perkembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal
atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di
Batavia Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia-Belanda untuk
kepentingan pemerintahan kolonial atau VOC.
Adapun Pasar modal syariah di Indonesia secara resmi diluncurkan pada tanggal 14
Maret 2003 bersama dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM-LK dengan
Dewan Syariah Nasional-MUI. Namun instrumen pasar modal syariah telah hadir di
Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3
Juli 1997 oleh PT Danareksa Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia
bekerja sama dengan PT Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta
Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan memandu investor yang ingin
menanamkan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para
pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi dengan
penerapan prinsip syariah.

Bapepam sebagai badan yang berwenang atas pasar modal di Indonesia, tak terkecuali
pasar modal syariah dengan keputusan nomor Kep-130/BL/2006dan nomor Kep-
131/BL/2006 telah menerbitkan satu paket regulasi yang terkait dengan penerapan prinsip
syariah dipasar modal, yaitu peraturan Nomor IX.A.13 dan peraturan Nomor IX.A.14.
peraturan ini dikeluarkan 23 November 2006.
Dalam peraturan Nomor IX.A.13, Bapepam mengatur mengenai definisi efek syariah,
ketentuan umum, ketentuan perusahaan yang menerbitkan efek haruslah perusahaan yang
sesuai dengankategori syariah, penerbitan reksa dana syariah, penerbitan Efek Beragun
Aset (EBA) Syariah.
Sementara itu, didalam peraturan Nomor IX.A.14, Bapepam mengatur akad-akad yang
digunakan dalam penerbitan efek syariah dipasar modal. Isinya lebih mengatur pada
akad-akad dipasar modal syariah yang memiliki kesamaan akad seperti akad pada ijarah,
kafalah, mudharabah, dan wakalah.
 Dasar hukum Reksadana Syariah
Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat (1), bentuk hukum
Reksadana di Indonesia ada dua, yakni Reksadana berbentuk Perseroan Terbatas (PT.
Reksa Dana) dan Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Dalam hal ini
perusahaan yang ingin bergerak dalam reksa dana meruapakan salah satu bentuk legalitas
pendirian perusahaan atau badang yang dapat mengelola reksa dana.
      Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001 yang merupakan
pedoman pelaksanaan investasi reksa dana syariah.
Dalil alqur’an, hadist , dan kaidah fiqh yang terdapat dalam fatwa dewan syariah
Nasional Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001 antara lain :
1. Firman Allah :
 “...dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..”. (QS. al-Baqarah
[2]: 275)
 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu.” (QS. An-Nisa [4] : 29)
2.  Hadis Nabi s.a.w antara lain:
 “Tidak halal (memberikan) pinjaman dan penjualan, tidak halal (menetapkan) dua
syarat dalam satu jual beli, tidak halal keuntungan sesuatu yang tidak ditanggung
resikonya, dan tidak halal (melakukan) penjualan sesuatu yang tidak ada padamu”
(HR. Al Khomsah dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya).
 “Dari Ma’mar bin Abdullah, dari Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah melakukan
ikhtikar (penimbunan/monopoli) kecuali orang yang bersalah” (HR. Muslim).
3. Kaidah fiqh:
 “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkan.”.

 Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia


Sejak diluncurkan reksadana syariah pertama kali yaitu reksadana, Danareksa
Syariah 25 juni 1997, perkembangan instrumen syariah terus mengalami perkembangan
yang sangat menggembirakan di pasar modal, terlebih di era tahun 2002 sampai dengan
pertengahan tahun 2004, instrumen syariah baik reksadana maupun obligasi dan investasi
syariah lainnya mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu reksadana sampai
saat ini berjumlah 10 reksadana (tidak termasuk 2 reksadana yang tidak aktif/bubar)
(Sutedi, 2011). Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan pasar modal syariah, antara
lain yaitu perkembangan macam instrumen pasar modal sesuai dengan syariah yang
dikuatkan dengan fatwa DSN-MUI. Kedua, perkembangan transaksi sesuai syariah atas
instrumen pasar modal syariah. Ketiga, perkembangan kelembagaan yang memantau
macam dan transaksi pasar modal syariah (termasuk BAPEPAM syariah, lembaga
pemeringkat efek syariah dan dewan pengawas islamic market/index).
Perkembangan reksadana syariah di mulai dari tahun 2003 sampai dengan saat ini
terus menunjukan angka yang positif , walaupun peningkatan reksadana syariah
tergolong lamban dibandingkan dengan reksadana konvensional tetapi peningkatan
reksadana syariah cukup stabil. pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2007
perkembangan reksadana syariah mengalami peningkatan yang cukup stabil.
Perkembangan reksadana syariah pada tahun 2008 sampai tahun 2009 mengalami
peningkatan total nilai aktiva bersih (NAB) yang sangat signifikan, walaupun pada tahun
2008 mengalami krisis global tidak mengakibatkan terhentinya pertumbuhan reksadana.
Hal ini, mengakibatkan penurunan nilai aktiva bersih (NAB) mencapai Rp.1.815 miliar
sedangkan pada tahun 2009 nilai aktiva bersih meningkat menjadi Rp.4.530 miliar.
Peningkatan tersebut terjadi disebabkan oleh meningkatnya perekonomian di tahun 2009
yang berdampak pada naiknya harga-harga saham di bursa. Naiknya harga saham di
bursa tentunya 12 akan mempengaruhi nilai aset yang dikelola reksadana sehingga nilai
aktiva bersih per unitnya menjadi meningkat (BAPEPAM-LK). Selepas dengan adanya
krisis global pada tahun 2008 dan mulai meningkat cukup signifikan pada tahun 2009,
perkembangan reksadana syariah untuk tahun berikutnya mengalami kenaikan yang
cukup stabil dikarenakan perekonomian di Indonesia semakin membaik. Pada Maret
2013 total nilai aktiva bersih (NAB) reksadana syariah mencapai Rp.8.540,46 miliar yang
mencerminkan pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 60%.
Peningkatan jumlah reksadana syariah berpengaruh pada peningkatan nilai aktiva
bersih, peningkatan 1 persen akan meningkatkan nilai aktiva bersih (NAB) reksadana
syariah sebesar 0,85 persen. Semakin banyak jumlah reksadana syariah yang ditawarkan
oleh manajer investasi, maka kesempatan berinvestasi pada reksadana syariah akan
semakin meningkat. Oleh karena itu, akan lebih banyak dana yang ditanamkan investor
dalam reksadana syariah tersebut. Adanya perkembangan reksadana syariah yang setiap
tahunnya mengalami peningkatan, diharapkan mampu bersanding dengan reksadana
konvensional di pasar modal.

Sumber :
Ida Musdafia Ibrahim, Mekanisme dan Akad Pada Transaksi Saham di Pasar Modal Syariah,
STIE YAI, Jakarta, Economic : Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 2, 2013

Nur Aini Kandarisa, PERKEMBANGAN DAN HAMBATAN REKSADANA SYARIAH DI


INDONESIA: SUATU KAJIAN TEORI, Universitas Negeri Surabaya,Surabaya

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah (Jakarta: Kencana, 2009)

Anda mungkin juga menyukai