Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit pirai atau penyakit gout
(arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh tingginya asam urat di dalam
darah. Asam urat merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang sangat membahayakan,
karena bukan hanya mengganggu kesehatan tetapi juga dapat mengakibatkan cacat pada fisik
(Asaidi, 2010).

Di Inggris dari tahun 2000 sampai 2007 kejadian artritis gout 2,68 per 1000 penduduk,
dengan perbandingan 4,42 penderita pria dan 1,32 penderita wanita dan meningkat seiring
bertambahnya usia (Soriano et al, 2011). Di Italia kejadian artritis gout meningkat dari
6,7 per 1000 penduduk pada tahun 2005 menjadi 9,1 per 1000 penduduk pada tahun 2009
(Rothschild, 2013). Sedangkan jumlah kejadian artritis gout di Indonesia masih belum jelas
karena data yang masih sedikit. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki berbagai
macam jenis etnis dan kebudayaan, jadi sangat memungkinkan jika Indonesia memiliki lebih
banyak variasi jumlah kejadian artritis gout (Talarima et al, 2012). Pada tahun 2009 di
Maluku Tengah ditemukan 132 kasus, dan terbanyak ada di Kota Masohi berjumlah 54 kasus
(Talarima et al, 2012).

Penyakit ini mengganggu kualitas hidup penderitanya. Peningkatan kadar asam urat
dalam darah (hiperurisemia) merupakan faktor utama terjadinya artritis gout (Roddy dan
Doherty, 2010). Faktor resiko dari penyakit artritis gout adalah: 1) usia diatas 40 tahun dan
jenis kelamin yang lebih dominan pada pria, 2) medikasi seperti penggunaan obat diuretik, 3)
obesitas, 4) konsumsi purin dan alkohol.

Tanaman katumpangan air (Peperomia pellucida L. Kunth) merupakan tanaman yang


berasal dari Amerika Selatan tetapi umumnya ditemukan di Asia Tenggara (Purba, 2007).
Menurut penelitian Sio, Susie O (2001) P. pellucida L. Kunth dapat digunakan sebagai
alternatif pengobatan asam urat. Senyawa kimia yang terdapat dalam katumpangan air
diantaranya adalah alkaloid, kardenolid, tanin, saponin (Egwuch 2011), flavonoid
(Majumder, Pulak et al, 2011), Selain itu menurut Majumder Pulak (2011) juga memiliki
aktivitas antijamur.
Masyarakat pada umumnya mengkonsumsi daun katumpangan air (Peperomia pellucida
L. Kunth) dengan cara direbus kemudian diminum. Hal ini dirasa kurang praktis dan cukup
merepotkan. Oleh karena itu, perlu upaya inovasi. Pada penelitian ini dilakukan proses
ekstraksi tanaman katumpangan air untuk menjadikan bentuk sediaan cair yaitu sirup
sehingga dapat mempermudah penggunaan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan sediaan sirup dari daun katumpangan air (Peperomia
pellucida L. Kunth) sebagai obat anti asam urat?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembuatan sediaan sirup dari daun katumpangan air
(Peperomia pellucida L. Kunth) sebagai obat anti asam urat.

1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai tanaman
ketumpangan air (Peperomia pellucida L. Kunth) yang di ekstraksi menjadi sediaan sirup
sebagai obat anti asam urat.

Anda mungkin juga menyukai