Anda di halaman 1dari 64

KULIAH

KIMIA DASAR
(2)
KELARUTAN
DAN
HASIL KALI KELARUTAN
 interaksi spontan dua atau lebih zat /
molekul membentuk molekul homogen

 Satuan : gram / volume larutan, atau


mol / volume larutan, atau
gram / 100 gram larutan (air)
 Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yg
diperlukan untuk melarutkan 1 bag Zat

 - sangat mudah larut kurang dari 1


 - mudah larut 1 sampai 10
 - larut 10 sampai 30
 - agak sukar larut 30 sampai 100
 - sukar larut 100 sampai 1000
 - sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
 - praktis tidak larut lebih dari 10.000

 System larutan dimana terjadi kesetimbangan


antara fasa padat yang sukar larut dan fasa cair
(pelarut)  larutan jenuh
 Ada 2 komponen utama : - zat terlarut ( solute )
- pelarut (solven )

 Fasa larutan : - fasa gas


- fasa cair
- fasa padat
 Bila fasa larutan dan fasa zat2 pembentuknya sama  yang
jumlah nya banyak disebut PELARUT, sedangkan lainnya :
TERLARUT
 JENIS LARUTAN : ZAT PENYUSUN :
 (1) LARUTAN GAS - campuran antar gas atau uap
dlm semua perbandingan
Mis. Udara dg N2 sbg pelarut

 (2) LARUTAN CAIR - zat padat, zat cair atau


gas melarut kedalam pelarut cair
Mis. I2 dlm CHCl3
H Ac dlm air
O2 dlm air
 (3) LARUTAN PADAT :
a. Gas terlarut zat padat : - gas H2 pada logam Paladium
- gas N2 pada logam Titanium

b. Zat cair dlm zat padat : - raksa dalam logam Cu 


amalgam

c. Zat padat terlarut dlm : - Zn dlm Cu  kuningan


zat padat ( Aliasi ) - C dlm Fe  baja
- Sn dlm Cu  perun ggu
 KEMAMPUAN ZAT MELARUT dalam PELARUT TERTENTU :

 LARUTAN TAK JENUH : unsaturated solution,


masih dapat melarutkan sejumlah zat terlarutnya

 LARUTAN JENUH : saturated solution, mengandung zat


terlarut dalam jumlah maksimal pada suhu tertentu

 LARUTAN LEWAT JENUH : mengandung zat terlarut


melebihi jumlah maksimalnya
 ZAT PADAT + CAIRAN (pelarut) : akan terjadi kontak antara
permukaan zat padat dengan cairan dan akan terjadi tarik
menarik antar ion yang ada pada permukaan padatan dengan
cairan dan membentuk lapisan yang dinamakan : Stagnant layer,
sehingga akhirnya zat padat akan semakin mengecil atau larut.
 Stagnant layer tadi masuk atau bercampur dengan cairan
(pelarut)  terbentuk larutan homogen (kalau padatannya habis).

 Macam pelarut : POLAR : air, metanol, alcohol / etanol, aseton,


asam, basa
NON POLAR : eter, kloroform, benzene,
tetraklor

 Daya hantar listrik : - larutan elektrolit


- larutan non elektrolit
 PROSES MELARUT : to dissolve
(1) - terdispersinya mol.2 zat terlarut didlm mol.2 air
mis. Gula dlm air
minyak dlm air
CCl4 dlm benzene

(2) - interaksi mol./ ion zat terlarut dg mol. Air


(hidrasi atau solvasi)  zat terlarut bersifat polar
atau ionis
H Cl  H+ (aq) + Cl – (aq)
Na2 SO4  2 Na+ (aq) + SO4= (aq)
(3) - bereaksinya zat terlarut dg pelarut :
Na (s) + 2 H2O (l)  2 Na+ (aq) + 2 OH- (aq) + H2 (g)

CO2 (g) + H2O (l)  H2CO3 (aq) === H+ (aq) + HCO3-


H+ (aq) + CO3= (aq)

NH3 (g) + H2O (l)  NH4OH (aq) === NH4+ (aq) + OH- (aq)
 KONSENTRASI LARUTAN :
- Persen massa : % b/b , mis. NaOH 10%
(10 g NaOH + 90 g Air)
- Persen volum : % v/v , mis. Alkohol 70 %
( 70 ml alkohol + 30 ml Air
- Persen massa / volum : % b/v
- Bagian per juta : bpj atau ppm, mg / 1000 ml Air
- Molalitas : mol./ 1000 ml pelarut ,
NaCl 0.1m = 5.85 g NaCl / 1000 g Air
- Molaritas : M, mol / 1000 ml pelarut , mis. NaCl 0.1 M
- Normalitas : grek / 1000 ml pelarut , O.1N C2H2O4
630.0 mg C2H2O4. 2H2O (Mr 126) / 1000 ml
 LIKE DISSOLVES LIKE : senyawa polar akan lebih mudah larut
dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut non polar ;
dan sebaliknya senyawa non polar hanya larut dalam pelarut
non polar juga dan tidak larut dalam pelarut polar.

 Alkohol dapat bercampur dengan air karena terjadi tarik


menarik antara molekul-molekul kedua zat tersebut.

 Kloroform dan eter dapat bercampur karena masing-masing


tak mempunyai daya tarik atau tolak.

 Alkohol (polar) tidak dapat bercampur dengan eter (non


polar).
 ELEKTRONEGATIVITAS :
 dituliskan dengan X : menyatakan kekuatan dari suatu atom
untuk menarik electron dan besarnya merupakan fungsi dari
ukuran (size) dan muatan inti efektif dari suatu atom

 X = a x Z-efektif / r2 , dimana a : konstanta perbandingan

 Jadi jika dua buah atom masing-masing mempunyai muatan


inti efektif sama tetapi berbeda ukuran atomnya (jari-jari) 
 Atom yang berukuran lebih kecil akan mempunyai (X) atau
elektronegativita yang lebih besar.

 Dan sebaliknya, bila dua buah atom mempunyai ukuran atom


sama tetapi berbeda muatan inti efektifnya  atom yang
mempunyai muatan inti efektif lebih tinggi , akan mempunyai
(X) lebih besar.
 Sebagai contoh logam ALKALI :
Li (X=1.0) atom-atom ini bertambah besarnya ukuran atom jauh
lebih cepat daripada bertambahnya muatan inti efektif 
Na X akan menurun

K Pada kolom (periodic system) golongan Alkali atau Halo-


Rb genida, semakin kebawah  ukuran atom bertambah
besar dengan cepat  X semakin menurun
Cs
Fr (X=0.7)

 Golongan HALOGENIDA :
F (X=4.0) serupa dengan golongan logam Alkali, semakin kebawah
mempunyai elektronegativitas semakin kecil
Cl 3.0
Br 2.8
I 2.5
 K-sp dari : Kelarutan : dX :

 AgCl = 1.78 x 10 – 10 1.35 x 10 – 5 1.2

 AgBr = 4.27 x 10 – 13 6.53 x 10 – 7 1.0

 AgI = 8.30 x 10 – 17 9.11 x 10 – 9 0.7

 Catatan : dX suatu senyawa semakin kecil, maka


kelarutannya juga semakin kecil
 Pada golongan LOGAM TRANSISI :

 K – Ca – Sc – Ti – V – Cr – Mn – Fe – Co – Ni – Cu
semakin kekanan ukuran atom bertambah kecil 
X : bertambah besar

 Sedangkan pada kelompok berikut, semakin


kebawah, ukuran atom boleh dikatakan konstan
maka :
Cu muatan inti efektif bertambah ,
 X : bertambah
Ag
Au
 MnS FeS CoS NiS CuS ZnS CdS

 pK-sp 12.6 17.3 21.3 22.0 35.1 22.8 27.3

 X logam 1.4 1.45 1.50 1.5 1.7 1.5 1.5

 X sulfida 2.0

 Catatan : dX semakin kecil  pK-sp semakin besar 


kelarutan semakin kecil
 Sebagai contoh pelarut polar adalah : H20 , yang mempunyai
perbedaan elektronegativitas dX = 1.4

 Struktur H20 digambarkan sebagai berikut : antara atom-


atom H dengan atom O membentuk sudut 105o, sehingga
pada molekul H20 terdapat muatan (+) dan (– ) yang saling
tarik menarik.

 Jika suatu zat dilarutkan dalam air (H20) , apabila zat


tersebut melarut berarti terjadi daya tarik molekul H20
terhadap zat tadi lebih kuat daripada antara molekul-molekul
H20 itu sendiri.

 Sebagai contoh NaCl (dX=2.0), garam ini mudah larut dalam


air dengan dX=1.4 , ini disebabkan karena daya tarik menarik
antara ion Na+ dengan ion Cl– lebih kecil bila dibandingkan
terhadap daya tarik menarik antara ion-ion tersebut dengan
mol–mol. H20.
 Demikian sebaliknya AgI (dX=0.7) , mempunyai
daya tarik menarik antara ion-ionnya yaitu Ag+
dengan I – lebih kuat atau lebih besar bila
dibandingkan dengan tari menarik ion-ion tersebut
dengan molekul-molekul H20 sehingga
menyebabkan AgI (dX = 0.7) sukar larut dalam air
atau sukar terdisosiasi menjadi ion-ion
penyusunnya.

 Suatu garam dengan dX semakin kecil artinya daya


tarik menarik antara ion-ion penyusun senyawa
tersebut besar sehingga cenderung membentuk :
ikatan kovalen yang mempunyai kelarutan dalam
air kecil.
 Jika suatu garam yang sukar melarut mengendap, maka
mula-mula beberapa ion bergabung membentuk kristal kecil
dan ini memerlukan konsentrasi yang lebih besar dari
konsentrasi yang dihitung berdasarkan harga Ksp.

 Misalnya kristal yang terbentuk merupakan kristal kubus,


senyatanya bahwa delapan ion mula-mula yang akan
membentuk inti kristal tersebut adalah semuanya ion-ion tepi
dan pembentukan inti semacam ini mungkin sangat sukar.

 Peristiwa pembentukan inti yang mula-mula adalah sangat


berlainan dengan pembentukan kristal sesudahnya.
 Suatu larutan lewat jenuh, dimana tak terlihat adanya kristal
atau endapan, sesungguhnya dalam larutan tersebut terdapat
beribu-ribu ion yang masih berserakan sebagai kisi-kisi
kristal.
 Dalam hal ini ion-ion tersebut hanya memerlukan untuk
memposisikan secara teratur maka terbentuklah kristal.
 Peristiwa terjadinya kristal ini sebenarnyalah komplek sekali,
banyak factor yang mempengaruhinya.

 Garam yang mudah membentuk larutan lewat jenuh


diantaranya : BaC204 , CaCr04.

 Dalam larutan lewat jenuh ,sekali terjadi kristal maka


pengendapan akan terus berlangsung sehingga harga Ksp tak
terlampaui lagi.
 Biasanya untuk mempercepat terjadinya pengendapan dalam
larutan lewat jenuh dapat dimasukkan kristal sejenis dari luar
kedalam larutan tersebut (kristal ini dinamakan : seed ).
V1
 BaS04 (s) === BaS04 (aq) === Ba2+ + S04=
kristal/padatan larutan V2 ion

 pada keadaan kesetimbangan, kecepatan berubahnya BaS04


 Ba2+ dan S04= ( melarut) akan sama dengan terbentuknya
kembali : BaS04 (mengendap) dari Ba2+ dan S04=

 V1 = k1 x S dan V2 = k2 x S x (Ba2+) x (S04=)


 V1 : kecepatan melarut (reaksi kekanan)
 V2 : kecepatan mengendap (reaksi kekiri)
 S : surface (luas permukaan partikel / padatan)
 Dalam keadaan kesetimbangan :
V1 = V2
k1 x S = k2 x S x (Ba2+) x (S04=)
(k1) / (k2) = K  K = (Ba2+) (S04=) 
Ksp = (Ba2+) (S04=) atau
K solubility product (hasilkali kelarutan)
Suatu senyawa :
Kn Am (s) === Kn Am (aq) === n K m+ + m An-

(Km+)n x (An-)m > Ksp  mengendap


< Ksp  tidak mengendap
= Ksp  tepat jenuh
 Larutan lewat jenuh bilamana hasilkali konsentrasi ion –ion
penyusun > harga Ksp nya, tetapi tak terjadi endapan
 Contoh Ksp : Ag2C03 (s) === Ag2C03 (aq) === 2 Ag+ + C03=

 Ksp = (Ag+)2 x (C03=)

Bi2S3 (s) === Bi2S3 (aq) === 2 Bi3+ + 3 S=

 Ksp = (Bi3+)2 x (S=)3

 Kelarutan : Ag2C03 = ½ (Ag+) = (C03=) = solubility (s huruf


kecil) 1 mol Ag2C03  2 mol Ag+ atau 1 mol C03=

Bi2S3 = ½ (Bi3+) = 1/3 (S=)


1 mol Bi2S3  2 mol Bi3+ atau 3 mol S=
a. Hitunglah kelarutan Ag2Cr04 dalam 200 ml air bila
mempunyai Ksp = 1.7 x 10-12 dan Mr = 331.7

Ag2Cr04 === 2 Ag+ + Cr04=  mis. kelarutan = X


(2X) (X)

 Ksp = (Ag+)2 x (Cr04=) = (2X)2 x (X) = 4X3


 4X3 = 1.7 x 10-12  X = 7.52 x 10- 5 = kelarutan

 Kelarutan dalam 200 ml air = (200/1000) x 7.52x10- 5 x 331.7 g


= 4.9888 mg
b. Kelarutan Pb3(P04)2 dalam 250 ml air
Ksp = 1.5x10-32 dan Ar dari Pb = 207.0, P=30.1, O=16

 Pb3(P04)2 === 3 Pb2+ + 2 P043-  mis. kelarutan = X


(3X) (2X)

 Ksp = (Pb2+)3 x (P043-)2 = (3X)3 x (2X)2 = 108 X5


 1.5x10-32 = 108 X5  X = 1.69 x 10-7

 Berat mol. Pb3(P04)2 = (3x207.0) + (2x30.1) + (8x16)


= 809.2

 Kelarutan = (250 / 1000) x 1.69 x 10-7 x 809.2


= 0.0342 mg
 1. ION SEJENIS : kelarutan Ag2Cr04 dalam 0.01M AgN03
( dalam hal ini ion yang sejenis adalah ion Ag+ )

 Ag2Cr04 === 2 Ag+ + Cr04=


 Ksp = (Ag+)2 x (Cr04=)
=(2X + 0.01)2 x (X) = 1.7x10-12
 AgN03  Ag+ + N03-
 0.01M  0.01  Total (Ag+) = (2X + 0.01) dan (Cr04=) = X

 (0.01)2 x (X) = 1.7 x 10-12 , maka : X = 1.7 x 10- 8


Kelarutan dalam air (contoh diatas) = 7.52 x 10- 5

 Kesimpulan : ion sejenis memperkecil kelarutan


 Ksp  Kap = didasarkan pada aktivita ion penyusun atau
kekuatan semua ion yang ada dalam larutan

 Mis. Ag2CrO4
  Kap Ag2Cr04 = (a-Ag+)2 x (a-Cr04=) :
tetapan termodinamik
a = Aktivita = Konsentrasi x Koefisien aktivita
= C x f-ion atau (ion) x f-ion

 Ksp Ag2CrO4 = (Ag+)2 x (CrO4=)


 Ag2Cr04 === 2 Ag+ + Cr04=
 2x7.52x10- 5 7.52x10- 5

 Debye – Huckel :
µ =(kekuatan ion) = ½ x Σ (Z-ion)2 x C-ion

 µ = I = ½ [ (Z-Ag+)2 x C-Ag+ + (Z-Cr04=)2 x C-Cr04= ]


= ½ [ (1)2 x 2x7.52x10- 5 + (2)2 x 7.52x10- 5 ]
= 2.256x 10- 4
 - log f-ion = ½ x (Z-ion) x √(I)  bila I < 0.01
2

 atau = ½ x (Z-ion)2 x √(I) / [1 + √(I)]  bila I > 0.01


 - log f-Ag+ = ½ x (1)2 x √(2.256 x 10-4) = 0.0075
 f-Ag+ = 10 – 0.0075 = 0.9829

 -log f-Cr04= = ½ x (2)2 x √(2.256x10-4) = 0.0300


  f-Cr04= = 10 – 0.0300 = 0.9333

 Kap = [ (f-Ag+)xC-Ag+) ]2 x [ (f-Cr04=)xC-Cr04= ]


= [ 0.9829 x 2 x 7.52x10-5 ]2 x [ 0.9333 x 7.52x10-5 ]
= 1.53 x 10-12 < harga Ksp : 1.7 x 10-12
 1. menetapkan Kap terlebih dahulu dengan berdasarkan Ksp
dan kekuatan ion dari Ag2CrO4 itu sendiri

 2. dengan adanya K2SO4  µ = I akan berubah  f-Ag+ dan


f-CrO4= juga berubah

 3. dengan µ = I (baru) dan f-Ag+ & f-CrO4= (baru) 


dng rumus : Kap = (a-Ag+)2 x (a-CrO4=) atau
[(f-Ag+) x (Ag+)]2 x [(f-CrO4=) x (CrO4=)]

  kelarutan dapat dihitung = ½ (Ag+) = (CrO4=)


µ = I (baru) = ½ { [(Z-Ag+)2 x C-Ag+] + [(Z-Cr04=)2 x C-Cr04=]
+
[(Z-K+)2 x C-K+] + [(Z-S04=)2 x C-S04=] }

 K2S04 === 2 K+ + S04=


 0.01  0.02 0.01

µ = I (baru)
= ½ { [(1)2 x 2x7.52x10-5 ] + [(2)2 x 7.52x10-5 ] + [(1)2 x 0.02] + [(2)2 x 0.01] }
= 0.03

 - log f-Ag+ = ½ x(1)2 x √(0.03) / [1+√(0.03)]  f-Ag+


= 0.8437

 - log f-Cr04= = ½ x(2)2x√(0.03) / [1+√(0.03)]  f-Cr04=


= 0.5066
 Kap = { [(f-Ag+) x C-Ag+]2 x [(f-Cr04=) x C-Cr04=] }
 X: kelarutan

 1.53 x 10-12 = { [0.8437 x 2X]2 x (0.5066 x X) }


 X = 1.02 x 10- 4  > dari 7.52 x 10- 5 (kelarutan dlm air)

 Kesimpulan : ion asing dapat memperbesar kelarutan


 Berapa kelarutan AgBr dengan Ksp = 3.3 x 10-13
dalam NH40H 2M, bila K-inst. Ag(NH3)2+ = 7.0 x
10-8 ?

 AgBr (s) === AgBr (aq) === Ag+ + Br-


  kelarutan = (Ag+) = (Br-) = √(Ksp) = 5.74 x 10-7

 Ag+ + 2 NH3 === Ag(NH3)2+

 K-inst. Ag(NH3)2+ = (Ag+) (NH3)2 / [ Ag(NH3)2+]

 7.0 x 10- 8 = (Ag+) (2)2 / [Ag(NH3)2+] 


 [Ag(NH3)2+] = (Ag+) / (1.75 x 10- 8)
 Setelah ada + NH3  (Br-) = (Ag+) + [Ag(NH3)2+] karena
sebagian Ag+  Ag(NH3)2+

  Ksp = (Ag+) x { (Ag+) + [Ag(NH3)2+] }


 3.3 x 10-13 = (Ag+) x { (Ag+) + [(Ag+) / 1.75x10- 8] }

  (Ag+) = 7.60 x 10-11 dan [Ag(NH3)2+] = 4.34 x 10- 3


  (Br-) = (7.60 x 10-11) + (4.34 x 10- 3) = 4.34 x 10- 3

 Kesimpulan : kelarutan bertambah besar, yaitu dari :


5.74 x 10- 7  4.34 x 10- 3 .
 AgBr + 2 NH3 === Ag(NH3)2+ + Br-
 0.01 2  (0.01) 0.01

 Ag(NH3)2+ === Ag+ + 2 NH3


(0.01 – X) X 2X

 Setelah reaksi berlangsung :


 Sisa NH3 = 2 – (2 x 0.01) = 1.98  total NH3 = (1.98 + 2X)
 (Ag+) = X
 [Ag(NH3)2+] = (0.01 – X)
 K-inst. = (Ag+) (NH3)2 / [Ag(NH3)2+]
 7.0 x 10- 8 = (X) x (1.98 + 2X)2 / (0.01 – X)
 2X diabaikan thd 1.98 dan X diabaikan thd 0.01

  X = 1.79 x 10- 10

 Tinjauan pengendapan :

 (Ag+) = 1.79 x 10-10


 (Br-) = 0.01
 (Ag+) x (Br-) = (1.79 x 10-10) X (0.01)
1.79 x 10-12 > Ksp (3.3 x 10-13)

  terjadi endapan AgBr atau AgBr tak larut sempurna .


 Reaksi :
 Ag2Cr04 + 4 NH3 === Cr04= + 2 Ag(NH3)2+ == Ag+ + 2
NH3
0.1 4 0.1 0.2 X 2X

 Setelah kesetimbangan :
(NH3) total = (4 – 4 x 0.1) + 2X = (3.6 + 2X)
(Ag+) =X
[Ag(NH3)2+] = (0.2 – X)

 K-inst. = (Ag+) x (NH3)2 / [ Ag(NH3)2+ ]


 7.0 x 10-8 = (X) x (3.6 + 2X)2 / (0.2 – X)
 2X diabaikan thd 3.6 dan X diabaikan thd 0.2

  X = 1.08 x 10 -9
 Tinjauan larut sempurna atau ada endapan :

 (Ag+) = 1.08 x 10 -9 dan (Cr04=) = 0.1

  (Ag+)2 x (Cr04=) = (1.08 x 10-9)2 x (0.1)


= 1.17 x 10-19
 ternyata lebih kecil dari harga Ksp = 1.70 x 10-12

  tak terjadi endapan atau Ag2Cr04 diatas dapat


larut sempurna dalam NH40H 4M
 Bila kedalam larutan yang mengandung ion-ion Cl- 0.01M
dan Cr04= 0.02M , kedalamnya ditambahkan sedikit-sedikit
larutan AgNO3 sampai terjadi endapan.Ion manakah yang
akan mengendap lebih dahulu ?
 Ksp AgCl = 10 x 10-10 dan
 Ksp Ag2Cr04 = 1.70 x 10-12

 Pengendapan akan terjadi bilamana : hasilkali konsentrasi


ion-ion penyusun senyawa dipangkat dengan koefisien dari
reaksi pembentukan mempunyai harga > Ksp-nya
  untuk mengendapkan : Cl- + Ag+  AgCl
(Cl-) (Ag+) = Ksp
0.01 x (Ag+) = 1.0 x 10-10  (Ag+) = 1.0 x 10-8

 Artinya
+
: untuk mengendapkan AgCl-8
diperlukan konsentrasi
Ag minimal 1.0 x 10
 untuk mengendapkan : Cr04= + 2 Ag+  Ag2Cr04
 (Cr04=) x (Ag+)2 = Ksp
 (0.02) x (Ag+)2 = 1.70 x 10-12  (Ag+) = 9.22 x 10- 6

 Artinya : untk mengendapkan Ag2Cr04 diperlukan


konsentrasi
 Ag+ minimal 9.22 x 10- 6

 Kesimpulan : untuk mengendapkan AgCl diperlukan jumlah


Ion Ag+ < dari pengendapan Ag2Cr04, pada kondisi :
[Cl-] = 0.01M dan [CrO4=] = 0.02M
( 1.0 x 10- 8 < 9.22 x 10- 6 )

  AgCl akan mengendap lebih dulu dari Ag2Cr04


 PELARUT YANG DIGUNAKAN :
◦ Apakah air murni
◦ Air yang mengandung ion sejenis
ion asing
pembentukan senyawa komplek
a. Dengan pelarut Air murni :
- menjabarkan Ksp = [Kation]m x [Anion]n : harus benar
 baca dengan teliti harga Ksp yang diketahui
- volume air harus diperhatikan sebab dalam perhitungan
hasil yang diperoleh berdasarkan harga Ksp adalah dalam
satuan M dan Volume = 1000 ml

- kalau kelarutan yang diminta misal dalam : mg / 200 ml


air
 kelarutan = s (diatas) x (200 / 1000) x BM zat x 1000
mg
 Menuliskan ionisasi dari senyawa yang sukar larut
 Menuliskan ionisasi dari zat yang ada dalam pelarut

 Menjabarkan Ksp = [Kation]m x [Anion]n

dimana [Kation] atau [Anion] besarnya merupakan jumlah dari


ion sejenis yang ada dalam pelarut ;
yang dalam perhitungan, konsentrasi dari ion sejenis
umumnya jauh lebih besar dari yang berasal dari kelarutan
zat  dapat dilakukan pengabaian untuk mempermudah
perhitungan
Contoh :
Pb3(PO4)2 === 3 Pb2+ + 2 PO43-
3s 2s  total [PO43-] = (2s +0.1)
Na3PO4 (0.1M) ----- 3 Na+ + PO43- (0.1M)
 Menetapkan dulu harga Kap berdasarkan Ksp, dengan urutan :
- mencari kelarutan,  mencari [Kation] dan [Anion]
- menetapkan µ = I berdasarkan [Kation] dan [Anion] diatas
dimana µ = I = ½ x Σ { (Z-Kt.)2 x [Kt.] + (Z-An.)2 x [An.] }
- menghitung f-Kation dan f-Anion berdasarkan rumus :
log f-Kt. = - ½ x (Z-Kt.)2 x √ (µ) , bila µ < 0.01
log f-An. = - ½ x (Z-An.)2 x √ (µ) atau
log f-Kt. = - ½ x (Z-Kt.)2 x √(µ) / ( 1 + √(µ) ) , bila µ > 0.01
log f-An. = - ½ x (Z-An.)2 x √(µ) / ( 1 + √(µ) ) , bila µ > 0.01

- menghitung Kap = { (f-Kt.) x [Kt.] }m x { (f-An.) x [An.] }n


. Menghitung µ dengan adanya ion asing :
µ = ½ x Σ{ (Z-Kt.)2 x [Kt.] + (Z-An.)2 x [An.] + (Z-Kt.a)2 x
[Kt.a] +(Z-An.a)2 x [An.a] }
dimana dalam perhitungan umumnya [ion asing] > >
 [Kt.] maupun [An.] diabaikan terhadap [ion asing]

. Menghitung f-Kt. dan f-An. baru berdasarkan µ baru diatas

. Menghitung kelarutan berdasarkan f-ion baru dan Kap diatas :

Kap = { (f-Kt.) x [Kt.] }m x { (f-An.) x [An.] }n

Mis. Pb3(PO4)2 , dimana s = kelarutan = 1/3 [Pb2+] atau ½


[PO43-]
 1. Pengaruh pH : terutama pada garam dari asam lemah
Ag3PO4 === 3 Ag+ + PO43-
 H3PO4 (tak terdisosiasi /sedikit)

H3O+
semakin banyak H3O+, pembentukan H3PO4 semakin besar
sebab merupakan asam lemah sehingga disosiasinya juga
kecil atau boleh dikatakan bentuk asam lemah cukup stabil,
 reaksi berjalan kekanan atau kelarutan bertambah besar
 2. Pengaruh jenis pelarut :
Mengikuti azas : like dissolved like, artinya senyawa polar
lebih mudah larut dalam pelarut polar daripada pelarut non
polar, demikian sebaliknya bahwa senyawa non polar lebih
mudah larut dalam pelarut non polar.
Contoh :
- NaCl (polar) lebih mudah larut dalam air daripada eter (non
polar)
- Phenobarbital (non polar) mudah larut dalam eter dan sukar
larut dalam air.
- Kelarutan KClO4 dalam gram / 100 gram pelarut :

Air Aceton Metanol Etanol n-butanol


2.02 0.155 0.105 0.012 0.0045
 3. Pengaruh ukuran partikel / kristal :
Semakin kecil ukuran kristal semakin mudah larut, sebab senyawa
dengan diameter kristal kecil mempunyai luas permukaan yang
besar
sehingga kontak dengan pelarut juga akan semakin banyak 
mudah larut.

Misalnya : BaSO4 dengan diameter kristal 10- 4 cm mempunyai


kelarutan 2 x lebih besar dari yang berukaran 10- 3 cm

4. Pengaruh suhu :
Semakin tinggi suhu maka kelarutan semakin besar. Panas
merupakan energi yamg dapat mempercepat penetrasi pelarut
kedalam kisi kristal dari senyawa/zat.
Kelarutan zat dalam mg / liter

 Zat : suhu :
 10o 25o 50o 100o
 AgCl 0.89 1.72 5.23 21.1
 BaSO4 2.2 2.8 3.36 3.9
 PbCl2 : mudah larut dalam air panas
dalam air dingin relatif tidak larut.

5. Pengaruh pengadukan

6. Pengaruh tekanan
 GARAM + H2O (pelarut)  larutan bersifat : - asam
(H+ + OH – ) - basa
- netral

Garam  Kation (basa kuat) & Anion (asam kuat)  lar.


Netral
Na+ , K+ Cl – , NO3 – , SO4 =

NaCl : elektrolit kuat,  Na+ dan Cl –


Na+ : basa kuat maka tak berikatan dng OH – dari mol
H2O, sebab NaOH  Na+ + OH – lagi

Cl – : asam kuat, juga tak berikatan dng H+ dari mol H2O,


sebab HCl  H+ + Cl – lagi.
 GARAM : basa lemah dan asam kuat (NH4 Cl )
Cl – : tak bereaksi dng H+ , sebab HCl  H+ + Cl –

NH4+ : kation basa lemah  OH –  NH4OH


 pada kondisi ini : OH – dari air : menurun
H+ dari air : bertambah
 [H+] x [OH – ] = konstan

NH4Cl  NH4+ + Cl –
NH4+ + H2O === NH4OH + H+

 interaksi antara KATION dan H2O : hydrolysis


 GARAM : basa kuat dan asam lemah ( K Ac )
K+ : tak bereaksi dng OH – , sebab KOH  K+ + OH –

Ac – : anion asam lemah  H +  H Ac


 pada kondisi ini : H+ dari air : menurun
OH – dari air : bertambah
 [H+] x [OH – ] = konstan

K Ac  K+ + Ac –
Ac – + H2O === H Ac + OH –

 interaksi antara ANION dan H2O : hydrolysis


B Cl  B+ + Cl – (B+ : kation basa lemah)
B+ + H2O === B OH + H+

[B OH] x [H+] [B OH] x [H+]


_____________ = K  K hydr. = _____________
[B+ ] x [H2O] [B+]

K hydr. : konstanta hydrolisa,


merupakan fungsi dari Kb (tetapan basa)
Kw (tetapan air)

Kw = [H+ ] x [OH – ]
 [B OH] x [H+] x [OH –] Kw
_____________________ = ____ = K hydr.
[B+ ] x [OH – ] Kb

B+ + H2O === B OH + H+  [B OH] = [H+ ]


B Cl  B+ + Cl – ,  [B+ ] = [Cl – ] = c – [B OH]
kecil
[[B OH] x [H+ ] [H +] 2 Kw
______________ = ______ = ____
[B + ] c Kb

[H+ ] = V ( Kw / Kb) x c

 Atau [OH – ] = V (Kw / Ka] x c


 Pustaka untuk melihat kelarutan :

◦ 1. Farmakope Indonesia Edisi IV 1995, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

◦ 2. The Merck Index, an Encyclopedia of Chemicals,


Drugs and Biologicals ;
Thirthteenth Edition 2001, Published by Merck
Research Laboratories Division of Merck & Co, Inc.
Whitehouse station, NJ.
SEKIAN
dan
TERIMA KASIH

SELAMAT BELAJAR SEMOGA SUKSES


 Reaksi :
 Ag2Cr04 + 4 NH3 === Cr04= + 2 Ag(NH3)2+
 0.1 4 0.1 0.2
 Ag(NH3)2+ == Ag+ + 2 NH3
 (0.2 – X) X 2X

 Setelah kesetimbangan :
 (NH3) total = (4 – 4 x 0.1) + 2X = (3.6 + 2X)
 (Ag+) =X
 [Ag(NH3)2+] = (0.2 – X)

 K-inst. = (Ag+) x (NH3)2 / [ Ag(NH3)2+ ]


 7.0 x 10-8 = (X) x (3.6 + 2X)2 / (0.2 – X)
 2X diabaikan thd 3.6 dan X diabaikan thd 0.2

  X = 1.08 x 10-9
 Tinjauan larut sempurna atau ada endapan :

 [Ag+ ] = 1.08 x 10-9 dan [Cr04= ] = 0.1

  [Ag+ ]2 x [Cr04= ] = (1.08 x 10-9)2 x (0.1)


= 1.17 x 10-19
 ternyata lebih kecil dari harga Ksp = 1.70 x 10-12

  tak terjadi endapan atau Ag2Cr04 diatas dapat


larut sempurna dalam NH40H 4M
 Commercial Grade = technical grade, teknis
Masih mengandung beberapa pengotor (impurities), tidak
umum digunakan sebagai reagensia tetapi sebagai bahan
dasar dalam industri.

 Pharmaceutical Grade = derajad kemurnian farmakope


Sudah dimurnikan, lebih murni dari bahan teknis, masih
mengandung beberapa pengotor yang tidak harus diuji,
tidak boleh mengandung pengotor yang bersifat toksik.
Beberapa bahan ini cukup baik digunakan sebagai reagensia,
umumnya digunakan dalam industri farmasi.

 Chemically Pure Grade = CP


Lebih murni dari pharmaceutical grade tetapi kemurnian
dari masing-masing produsen (pabrik pembuatnya) tidak
sama.
 Reagent/Analyzed Grade = guaranted grade (GR), pro
analyzed (p.a.)
Telah dimurnikan dan diuji  tidak melampaui batas
maksimum kadar pengotor yang telah dipersyaratkan.
Umumnya sebagai reagensia.

 Primary Standard Grade


Mengandung sejumlah tertentu bahan yang telah
diketahui (kemurnian mendekati 100%).

 Supra Pure Grade


Paling murni dan hanya digunakan dalam analisis yang
memerlukan ketelitian super teliti.
 SAP grade : standar LIPI. Kemurnian lebih rendah dari p.a.,
dan digunakan sebagai pengganti pada pembuatan pereaksi
BAHAN BAKU / STANDAR
Baku Primer:
 murni, kering, tidak higroskopis
 mudah diuji pengotornya dan ditetapkan kadarnya
 stabil selama penyimpanan atau selama penimbangan
 berat ekivalen tinggi  kesalahan penimbangan kecil
 reaksi sempurna, stoikiometri, dan cepat
 sruktur/rumus kimia: tetap
 mudah didapat
 Contoh:
H2C2O4.2H2O, KIO3, NaCl, KBrO3,
Na2B4O7.10H2O, K2Cr2O7, ZnSO4.7H2O, As2O3

Baku Sekunder:  murni


 Contoh:
NaOH, AgNO3, Na2S2O3, I2, EDTA
 Larutan Baku Primer:
Larutan standar, sudah diketahui konsetrasinya dengan
tepat  berdasarkan penimbangan menggunakan neraca
analitis dan dilarutkan dalam labu ukur volume tertentu.
Satuan konsentrasi: M (molar) atau N (normal)
misalnya: 0.1025 M atau 0.0986 N.

 Larutan Baku Sekunder:


Larutan yang konsentrasi tepatnya baru diketahui setelah
dilakukan pembakuan (titrasi) dengan larutan baku
primer.

Anda mungkin juga menyukai