Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Heuvel-Panhuizen (1998) dan Verchaffel-De Corte (1977) menyatakan bahwa

pendidikan matematika seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk

“menemukan kembali” matematika dengan berbuat matematika. Pembelajaran

matematika harus mampu memberi siswa situasi masalah yang dapat dibayangkan atau

mempunyai hubungan dengan dunia nyata. Lebih lanjut mereka menemukan adanya

kecenderungan kuat bahwa dalam memecahkan masalah dunia nyata siswa tergantung

pada pengetahuan yang dimiliki siswa tentang dunia nyata tersebut.

Pembelajaran matematika haruslah lebih berkembang, tidak hanya terfokus pada

kebiasaan dengan strategi atau urutan penyajian sebagai berikut: diajarkan definisi,

diberikan contoh-contoh dan diberikan latihan soal. Namun hasil perolehan nilai beberapa

mata pelajaran dalam kenyataannya masih ada yang belum memenuhi standar, tidak

terkecuali untuk mata pelajaran matematika. Salah satu faktor penyebabnya adalah latihan

soal umumnya jarang sekali berbentuk soal cerita yang berkaitan dengan terapan

matematika atau kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sangat memungkinkan siswa telah

mengalami kesulitan dalam menerima konsep matematika, karena cenderung tidak

berasosiasi dengan pengalama5n sebelumnya.

Fenomena umum dibanyak sekolah ini, terjadi pula pada MTs NW Pancor.

Beberapa hal yang lazim terjadi pada pembelajaran matematika di MTs.NW Pancor

adalah (1) Teknik mengajar masih relatif monoton. Metode guru dalam menyampaikan

1
materi masih terbatas dengan metode ceramah, hanya mendikte atau menuliskan catatan

atau tugas siswa, demikian halnya pada saat pembahasan soal-soal latihan. (2) Interaksi

belajar mengajar antara guru dan siswa yang ada di MTs.NW Pancor termasuk lemah.

Guru tidak ubahnya seperti pendongeng cerita, yang akan berakhir dengan soal atau

pertanyaan dan seolah-olah tidak begitu bermakna. Hal yang menyebabkan kegiatan

kosultatif antara guru dan siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang berkategori sulit

jarang terjadi. (3) Di dalam kelas, guru jarang sekali berkeliling melihat pekerjaan siswa

dibarisan belakang, guru lebih sering berinteraksi dengan anak-anak dibarisan depan. Bagi

siswa yang ada dibarisan belakang, baru akan mendapatkan peran apabila ada giliran

untuk maju ke depan mengerjakan soal. Padahal beberapa siswa yang ada dibelakang

mungkin sekali mengalami kesulitan belajar matematika yang apabila dibiarkan dapat

melemahkan motivasi belajar siswa. (4) Matematika masih dianggap sebagai pelajaran

yang menakutkan atau bahkan membosankan. Siswa-siswi MTs.NW Pancor seringkali

masih merasa kesulitan, ragu-ragu, agak takut, dan kuatir salah jika menjawab pertanyaan

dari guru, dan terlebih lagi siswa malu untuk bertanya. Hal ini salah satu hal yang

menyebabkan disetiap jam pelajaran matematika siswa cenderung merasa enggan dan

malas.

Keadaan ini jika dibiarkan maka nilai pelajaran matematika akan semakin

menurun dan gagal dalam memperoleh nilai ketuntasan minimal yang telah ditentukan.

Untuk mengatasi masalah tersebut seorang guru harus mampu memberikan motivasi

terhadap siswa melalui pengelolaan kelas yang menarik dan melibatkan siswa dalam

menemukan konsep.

Pengalaman peneliti sebagai guru matematika di MTs.NW Pancor sebelum

melaksanakan pembelajaran sudah berusaha maksimal, mulai dari persiapan RPP, media

hingga strategi pembelajaran dan pengelolaan kelas. Namun disisi lain peneliti sebagai

2
guru memang masih cenderung menggunakan metode mengajar yang monoton yaitu

metode ceramah, kondisi ini ternyata membuat siswa menjadi bosan, jemu dan tidak

tertarik untuk belajar. Guru kurang mampu mengelola kelas dengan baik, sehingga banyak

diantara siswa yang acuh tak acuh terhadap pembelajaran yang sedang dilakukan oleh

guru bahkan sebagian diantaranya lebih sering mengerjakan tugas lain. Dalam

pembelajaran guru tidak menggunakan alat bantu pembelajaran. Hal inilah yang diduga

menyebabkan lemahnya siswa dalam memahami konsep-konsep dasar matematika, hal

ini bisa dilihat dari hasil belajar yang rendah.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan langkah-langkah yang dapat

dilaksanakan baik oleh siswa maupun guru. Bentuk dari tindakan guru dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa ini diwujudkan dengan memilih metode diskusi dan

penemuan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas,maka rumusan masalah yang dapat disimpulkan

adalah:”Apakah penggunaan metode diskusi dan penemuan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ( SPLDV ) dalam proses

pembelajaran matematika kelas VIII D semester ganjil MTs.NW Pancor tahun pelajaran

2013/2014?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas,maka penelitian tindakan

kelas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penggunaan metode diskusi dan

penemuan ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran

3
matematika pada materi SPLDV siswa kelas VIII D semester ganjil MTs.NW Pancor

tahun pelajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:

a. Bagi Guru

Dapat memilih metode dan alat bantu pembelajaran yang sesuai.

b. Bagi Siswa

1) Dengan pembelajaran yang menyenangkan siswa bergairah belajar sehingga hasil

belajar meningkat.

2) Membangkitkan minat siswa untuk mempelajari matematika.

c. Bagi Lembaga (sekolah)

Memberikan masukan terhadap pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas dan

hasil belajar siswa.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini akan membantu peneliti mengatasi kelemahan-kelemahan siswa

dalam pembelajaran matematika,terutama dalam upaya meningkatkan hasil belajar

siswa.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Belajar menurut Nana Sudjana (1988; 28), adalah suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan menurut Slamento (1995;

2) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan menurut Pasaribu (1983;59) belajar diartikan sebagai suatu proses

perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat

disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara

seseorang seperti kelelahan atau disebabkan oleh obat-obatan. Perubahan kegiatan

yang dimaksud mencangkup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku. Perubahan ini

diperoleh melalui latihan (pengalaman) bukan perubahan yang dengan sendirinya

karena pertumbuhan kematangan atau karena keadaan sementara seperti mabuk.

Belajar menurut Engkoswara (1988; 2) adalah suatu proses perubahan tingkah

laku, yaitu dalam bentuk prestasi yang telah direncanakan terlebih dahulu. Dari

definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu pola penguasaan

terhadap suatu pengetahuan .

1. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar

Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.

Prinsip dari belajar adalah terjadinya perubahan terhadap diri seseorang. Belajar

5
yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada,

diantaranya adalah: seperti yang dikemukakan oleh A. Tabrani ( 1992; 23-24 )

yaitu :

a) Peserta didik yang belajar harus melakukan banyak kegiatan.

b) Belajar memerlukan latihan dengan Relearning, Recall, dan Review, agar

pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai, dan yang belum dikuasai akan

menjadi milik peserta didik.

c) Belajar akan lebih berhasil jika peserta didik merasa berhasil dan

mendapat kepuasan.

d) Peserta didik yang belajar mengetahui apakah ia gagal atau berhasil dalam

belajar.

e) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman

belajar, antara yang lama dan yang baru secara berurutan diasosiasikan .

f) Pengalaman masa lampau dan pengertian yang dimiliki siswa besar

peranannya dalam proses belajar.

g) Kesiapan belajar. Maksudnya peserta didik yang telah siap belajar akan

dapat melakukan kegiatan-kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.

h) Minat dan Usaha. Maksudnya adalah dengan minat dan usaha yang baik

akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik.

i) Fisiologis. Kondisi badan peserta didik sangat mempengaruhi proses

belajar mengajar .

B. Pengertian Hasil Belajar

Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Menurut
6
pendapat Winata Putra dan Rosita (1997; 191 ) tes hasil belajar adalah salah satu alat

ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam

suatu proses belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program

pendidikan. Adapun dasar-dasar penyususan tes hasil belajar adalah sebagai berikut:

a) Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses

pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam

kurikulum yang berlaku.

b) Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang

telah dipelajari.

c) Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek

tingkat belajar yang diharapkan.

d) Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar

mengajar.

A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar adalah suatu proses

yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan

berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan,terutama bila diinginkan

hasil yang lebih baik .

C. Tipe Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (1988; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai

dalam suatu pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan

yang harus nampak sebagai hasil belajar. Nana Sudjana (1988;50-54) juga

mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek pengajaran adalah

sebagai berikut :
7
Tipe hasil belajar bidang kognitif

Tipe ini terbagi menjadi 6 poin, yaitu tipe hasil belajar :

a. Pengetahuan hafalan (Knowledge), yaitu pengetahuan yang

sifatnya faktual. Merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar

lainnya.

b. Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap makna

atau arti dari suatu konsep

c. Penerapan (aplikasi), yaitu kesanggupan menerapkan dan

mengabtraksikan suatu konsep. Ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru,

misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu.

d. Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu

intergritas (kesatuan ynag utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai

arti .

e. Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian

menjadi satu integritas.

f. Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang

nilai sesuatu berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang

dipakainya.

Tipe hasil belajar afektif

Bidang afektif disini berkenaan dengan sikap. Bidang ini kurang

diperhatikanoleh guru, tetapi lebih menekankan bidang kognitif. Hal ini didasarkan

pada pendapat beberapa ahli yang mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat

diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat

tinggi.
8
Beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar dari

yang sederhana ke yang lebih komplek yaitu :

a. Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam

menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk

masalah situasi dan gejala.

b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan

seseorang terhadap stimulus dari luar .

c. Valuing atau penilaian, yakni berhubungan dengan nilai dan

kepercayaan terhadap stimulus.

d. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam system

organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan

kemantapan prioritas yang dimilikinya .

e. Karakteristik nilai atau internalisasi, yakni keterpaduan dari

semua nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian

dan tingkah lakunya

Tipe hasil belajar bidang psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan,

kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan ketrampilan yaitu :

a. Gerakan refleks yaitu ketrampilan pada gerakan tidak sadar.

b. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c. Kemampuan pesreptual termasuk di dalamnya membedakan

visual , adaptif, motorik, dan lain-lain.

d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan keharmonisan

dan ketetapan.
9
e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari dari ketrampilan sederhana

sampai pada ketrampilan yang kompleks .

f. Kemampuan yang berkenaan dan komunikasi non decorsive

seperti gerakan ekspresif, interpretatif.

D. Metode Pembelajaran

Metode merupakan salah satu “sub-system” dalam “sistem pembelajaran”,

yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Metode adalah cara yang dianggap efisien

yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada

siswa-siswa agar tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan

pembelajaran dapat tercapai dengan efektif. Setiap mata pelajaran mempunyai metode

tertentu sesuai dengan kekhususan mata pelajaran tersebut. Oleh sebab itu guru

hendaknya dapat menentukan metode apa yang paling efisien bagi mata pelajarannya

sehingga tujuan pengajaran tercapai secara maksimal dan efektif. Metode

pembelajaran merupakan salah satu cara yang digunakan dalam mengajar.

Penggunaan sebuah metode mengajar harus tepat, efisien dan efektif, sehingga siswa

dapat menerima, memahami, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran.

E. Metode Diskusi Dan Penemuan

a. Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok

orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau

informasi,pengambilan kesimpulan,atau pemecahan masalah ( Usman,1995:94 )

b. Heuvel-Panhuizen (1998) dan Verchaffel-De Corte (1977) menyatakan bahwa

pendidikan matematika seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk

“menemukan kembali” matematika dengan berbuat matematika. Pembelajaran

matematika harus mampu mmeberi siswa situasi masalah yang dapat

10
dibanyangkan atau mempunyai hubungan dengan dunia nyata. Lebih lanjut

mereka menemukan adanya kecenderungan kuat bahwa dalam memecahkan

masalah dunia nyata siswa tergantung pada pengetahuan pada pengetahuan yang

dimiliki siswa tentang dunia nyata tersebut.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan,metode diskusi dan penemuan adalah

suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap

muka dengan berbagai pengalaman dan informasi yang mampu memberi siswa

situasi masalah yang dapat dibayangkan atau mempunyai hubungan dengan dunia

nyata.

F. Pengertian Belajar Matematika

Ada beberapa pendapat tentang belajar matematika seperti yang

dikemukakan oleh Herman Hudoyo (1990:25-27) :

a. Robert Gane berpendapat bahwa belajar matematika harus didasarkan kepada

pandangan bahwa tahap belajar yang lebih tinggi berdasarkan atas tahap belajar

yang lebih rendah.

b. J. Bruner berpendapat bahwa belajar matematika ialah belajar tentang konsep-

konsep dan struktur matematikanyang terdapat dalam materi yang dipelajari serta

mencari hubungan antara konsep - konsep dan struktur-struktur matematika.

c. Z.P Dienes berpendapat bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat

dimengerti secara sempurna hanya jika pertama-tama disajikan kepada siswa

dalam bentuk konkrit.

d. Sedangkan menurut Aussebel, bahan pelajaran yang dipelajari harus bermakna,

artinya bahan pelajaran itu cocok dengan kemampuan siswa harus sesuai dengan

11
struktur koginitif yang dimiliki siswa. Denga kata lain pelajaran baru harus

dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada sedemikian sehingga konsep-

konsep yang sudah ada sedemikian sehingga konsep-konsep itu benar-benar

terserap.

Sementara itu Sri Wardani (2003:3-4) mengemukakan pendapat beberapa

pakar seperti berikut :

a. Kolb (1949) mendefinisikan belajar matematika sebagai proses memperoleh

pengetahuan yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui

transformasi pengalaman individu siswa. Pendapat Kolb ini intinya menekankan

bahwa dalam belajar siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya mengkontruksi

sendiri pengetahuan yang dipelajari dan siswa harus didorong untuk aktif

berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sehingga dapat memperoleh

pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya.

b. Heuvel-Panhuizen (1998) dan Verchaffel-De Corte (1977) menyatakan bahwa

pendidikan matematika seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk

“menemukan kembali” matematika dengan berbuat matematika. Pembelajaran

matematika harus mampu mmeberi siswa situasi masalah yang dapat

dibanyangkan atau mempunyai hubungan dengan dunia nyata. Lebih lanjut

mereka menemukan adanya kecenderungan kuat bahwa dalam memecahkan

masalah dunia nyata siswa tergantung pada pengetahuan pada pengetahuan yang

dimiliki siswa tentang dunia nyata tersebut.

c. Goldin (1992) menyatakan bahwa matematika ditemukan dan dibangun oleh

manusia sehingga dalam pembelajaran matematika harus lebih dibangun oleh

siswa daripada ditanamkan oleh guru. Pembelajaran matematikan menjadi lebh

12
aktif bila guru membantu siswa menemukan dan memecahkan masalah dengan

menerapkan pembelajaran bermakna.

d. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar matematika

adalah belajar tentang rangkaian-rangkaian pengertian (kosnep) dan rangkaian

pertanyaan-pertanyaan (sifat, teorema, dalili, prinsip). Untuk mengungkapkan

tentang pengertian dan pernyataan diciptakan lambang-lambang, nama-nama,

istilah dan perjanjian-perjanjian (fakta). Konsep yaitu pengertian abstrak yang

memungkinkan seseorang dapat membedakan suatu obyek dengan yang lain.

G. Kerangka Berpikir

Hasil belajar adalah pencapaian tujuan pembelajaran yang diperoleh siswa

melalui proses belajar mengajar.Jadi,dalam penelitian ini peningkatan hasil belajar

yang dimaksud adalah ranah kognitif,afektif,dan psikomotor.

Metode diskusi dan penemuan adalah metode pembelajaran yang melibatkan

anak secara individu dan kelompok untuk bisa saling berbagi pengetahuan dan

informasi yang terkait dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari yang

selanjutnya dapat dituangkan dalam materi pelajaran,sehingga mereka

memperoleh pengetahuan yang bermakna.Jadi,proses belajar dengan metode

diskusi dan penemuan memberi ruang lebih luas pada pembangunan seluruh

potensi siswa.Dengan demikian bisa dibuat dugaan bahwa hasil belajar siswa yang

belajar dengan metode diskusi dan penemuan akan dapat di tingkatkan.

H. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas,maka hipotesis tindakan

penelitian ini adalah “Penggunaan metode diskusi dan penemuan dapat


13
meningkatkan hasil belajar pada materi sistem persamaan linear dua variabel

dalam mata pelajaran matematika siswa kelas VIII D MTs. NW Pancor tahun

pelajaran 2013/2014”.

14
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MTs. NW Pancor, Kecamatan Selong, Kabupaten

Lombok Timur. Adapun subyek penelitian adalah siswa kelas VIII D MTs. NW

Pancor, sebanyak 34 siswa. Pelaksanaan penelitian ini melibatkan 1 orang rekan guru

sebagai pengamat terhadap aktivitas dan kegiatan pengelolaan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru.

B. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/ 2014

1) Persiapan pada minggu I bulan September 2013

2) Pelaksanaan tindakan I pada bulan Februari minggu II yaitu tanggal 12,14,16

3) Pelaksanaan tindakan II pada bulan Februari minggu II yaitu tanggal 19, 21, 23

4) Penyusunan data pada tanggal 24 sampai dengan 28 September 2013

5) Pelaporan pada tanggal 7 Oktober 2013

C. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya

realistik dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun hasil penelitian dapat

diterapkan oleh orang lain yang mempunyai konteks yang sama dengan peneliti.

Dalam buku Pedoman Teknis Pelaksanaan Clasroom Action Research (CAR) atau

15
Penelitian Tindakan Kelas (PTK Depdiknas (2001:5) disebutkan penelitian bersiklus,

tiap siklus terdiri dari:

a) Persiapan/perencanaan (Planning)

b) Tindakan/pelaksanaan (Acting)

c) Observasi (Observing)

d) Refleksi (Reflecting)

a. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 siklus yaitu :

1) Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai

berikut :

1. Mengidentifikasikan bahan pembelajaran

2. Menyusun silabus dan RPP tentang sistem persamaan linear dua

variabel

3. Menyiapkan alat bantu pembelajaran

4. Menyiapkan lembar tes sistem persamaan linear dua variabel

5. Menyiapkan lembar observasi

b. Tindakan / pelaksanaan (Acting)

Dalam tahap ini merupakan tahap pelaksanaan apa yang telah tertuang

dalam rencana pembelajaran dengan modifikasi pelaksanaan sesuai

dengan situasi yang terjadi :

1. Tindakan Siklus 1

16
Pertemuan 1, 2 dan 3 tentang persamaan linear 2 variabel (PLDV)

dan sistem persamaan linear 2 variabel (SPLDV)

Materi Pembelajaran :

1. Persamaan PLDV dan

SPLDV (konsep)

2. Bentuk soal-soal latihan

PLDV dan SPLDV

3. Cara penyelesaian soal-soal

latihan PLDV dan SPLDV dengan teknik eliminasi dan substitusi

Langkah-langkah tindakan:

Pertemuan dan Materi Langkah tindakan Tujuan


1. √ guru memotivasi √ menghid
SPLDV (konsep) siswa untuk antuasias dalam upkan suasana
mengikuti materi PLDV dan pembelajaran
SPLDV dengan cara guru √ menggal
mengajukan pertanyaan pada i pengetahuan siswa
siswa √ memberi
√ guru membagi siswa kan peluang
dalam beberapa kelompok kerjasama kepada
siswa
√ guru memberikan √ menguat
tugas kepada masing-masing kan penguasaan
siswa untuk menunjukkan konsep siswa
persamaan dan perbedaan
PLDV dan SPLDV
√ bersama siswa guru
memulai diskusi kelas
√ guru menunjuk salah
seorang siswa untuk
mempresentasikan hasil
pekerjaan kelompoknya
√ guru dan siswa
bersama-sama menyimpulkan
hasil pembelajaran yang telah
dilakukan
2. √ guru menunjukkan √ pengenal
latihan PLDV dan kepada siswa bentuk-bentuk an bentuk soal
SPLDV soal PLDV dan SPLDV PLDV dan SPLDV
√ guru menunjukkan √ memban
17
kepada siswa yang bukan tu siswa dalam
merupakan bentuk-bentuk soal menganalisa soal
PLDV dan SPLDV
√ guru menunjuk salah √ menumb
seorang siswa untuk uhkan kemampuan
memberikan contoh seperti dan keberanian
yang telah ditunjukkan guru siswa
kepadanya
√ guru membagikan √ menumb
tugas kepada masing-masing uhkan kerjasama
kelompok diantara siswa
√ melatih
√ bersama siswa guru kemampuan
memulai diskusi kelas komunikasi siswa
√ guru menunjuk salah √ menumb
seorang siswa untuk uhkan keberanian
mempresentasikan hasil siswa dalam
pekerjaan kelompoknya menyatakan
pendapat
√ guru dan siswa
bersama-sama menyimpulkan
hasil pembelajaran yang telah
dilakukan
3. √ guru menunjukkan √ pengenal
soal-soal latihan kepada siswa bentuk-bentuk an bentuk – bentuk
PLDV dan SPLDV teknik penyelesaian soal PLDV teknik penyelesaian
dan SPLDV soal kepada siswa
√ guru menunjukkan
kepada siswa beberapa tahapan √ membela
teknik penyelesaian bentuk soal jarkan teknik
PLDV dan SPLDV, kemudian penyelesaian soal
siswa diminta membandingkan
mana yang menurutnya lebih
mudah √ menguji
√ guru menunjuk salah kemampuan dan
seorang siswa untuk pemahaman siswa
mengerjakan contoh soal yang
telah ditunjukkan guru
kepadanya di depan kelas √ menumb
√ guru membagikan uhkan kerjasama
tugas kepada masing-masing diantara siswa
kelompok √ melatih
kemampuan
√ bersama siswa guru komunikasi siswa
memulai diskusi kelas √ menumb
√ guru menunjuk salah uhkan keberanian
seorang siswa untuk siswa dalam
mempresentasikan hasil menyatakan
pekerjaan kelompoknya pendapat
18
√ guru dan siswa
bersama-sama menyimpulkan
hasil pembelajaran yang telah
dilakukan

Beberapa hal yang diharapkan dalam siklus ini adalah:

1. Siswa mengalami peningkatan minat

belajar dan aktivitas di kelas selama guru melakukan kegiatan

pembelajaran

2. Terdapat peningkatan pemahaman

konsep tentang PLDV dan SPLDV dengan baik, agar nantinya

memudahkan siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh

guru

3. Terjalin komunikasi dan kerjasama

yang baik antara siswa dalam kelas

4. Siswa memiliki keberanian dalam

menyampaikan gagasan dan mampu berinisiatif

c. Observasi (Observing)

Dalam tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama

kegiatan berlangsung, juga teman guru yang diminta bantuan untuk ikut

mengamati selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi

aktifitas guru.

d. Refleksi (Reflecting)

19
Tahap ini merupakan tahap menganalisa hasil catatan selama

kegiatan proses pembelajaran menggunakan instrumen lembar observasi

keaktifan siswa, lembar observasi aktivitas guru dan hasil tes siswa.

Dalam refleksi melibatkan guru peneliti, siswa, dan teman sejawat yang

membantu mengamati selama kegiatan pembelajaran. Refleksi dilakukan

dengan mendiskusikan kekurangan - kekurangan yang dilakukan oleh

guru selama kegiatan pembelajaran di kelas serta masalah - masalah

yang muncul pada saat itu. Hasil refleksi ini digunakan untuk melakukan

perbaikan perencanaan pada siklus berikutnya.

2) Siklus II

a. Persiapan/ perencanaan (Planning)

Sebelum melaksanakan tindakan siklus II , peneliti melakukan

perbaikan-perbaikan terkait dengan temuan-temuan pada siklus I yang

menyangkut hal-hal sebagai berikut :

1. Bahan ajar

2. Alat peraga

3. RPP

4. Soal tes

5. Lembar observasi

b. Tindakan/ pelaksanaan (Acting)

Pertemuan 1, 2 dan 3 tentang persamaan linear 2 variabel (PLDV) dan

sistem persamaan linear 2 variabel (SPLDV)

Materi Pembelajaran :

20
1. Teknik substitusi persamaan PLDV dan SPLDV (konsep)

2. Teknik eliminasi PLDV dan SPLDV

3. Teknik grafik soal-soal latihan PLDV dan SPLDV

Langkah-langkah tindakan:

Pertemuan dan Materi Langkah tindakan Tujuan


1. Teknik substitusi √ guru menunjukkan √ menghid
persamaan PLDV kepada siswa bentuk-bentuk upkan suasana
dan SPLDV (konsep) teknik penyelesaian soal PLDV pembelajaran
dan SPLDV √ menggal
√ guru menunjukkan i pengetahuan siswa
kepada siswa yang tahapan √ memberi
teknik penyelesaian metode kan peluang
substitusi pada bentuk-bentuk kerjasama kepada
soal PLDV dan SPLDV, siswa
kemudian siswa diminta √ menguat
membandingkan mana yang kan penguasaan
menurutnya lebih mudah konsep siswa
√ guru menunjuk salah
seorang siswa untuk
mengerjakan contoh soal yang
telah ditunjukkan guru
kepadanya didepan kelas
√ guru membagikan
tugas kepada masing-masing
kelompok

√ bersama siswa guru


memulai diskusi kelas
√ guru menunjuk salah
seorang siswa untuk
mempresentasikan hasil
pekerjaan kelompoknya

√ guru dan siswa


bersama-sama menyimpulkan
hasil pembelajaran yang telah
dilakukan
2. Teknik eliminasi √ guru menunjukkan √ pengenal
PLDV dan SPLDV kepada guru menunjukkan an bentuk soal
kepada siswa bentuk-bentuk PLDV dan PSDV
teknik penyelesaian soal PLDV √ memban
dan SPLDV tu siswa dalam
√ guru menunjukkan menganalisa soal
kepada siswa yang tahapan
teknik penyelesaian metode √ menumb
21
eliminasi pada bentuk-bentuk uhkan kemampuan
soal PLDV dan SPLDV, dan keberanian
kemudian siswa diminta siswa
membandingkan mana yang
menurutnya lebih mudah √ menumb
√ guru menunjuk salah ukan kerjasama
seorang siswa untuk diantara siswa
mengerjakan contoh soal yang √ melatih
telah ditunjukkan guru kemampuan
kepadanya didepan kelas komunikasi siswa
√ guru membagikan √ menumb
tugas kepada masing-masing uhkan keberanian
kelompok siswa dalam
menyatakan
√ bersama siswa guru pendapat
memulai diskusi kelas
√ guru menunjuk salah
seorang siswa untuk
mempresentasikan hasil
pekerjaan kelompoknya

√ guru dan siswa


bersama-sama menyimpulkan
hasil pembelajaran yang telah
dilakukan
3. Teknik grafik √ guru menunjukkan √ pengenal
soal-soal latihan kepada siswa bentuk-bentuk an bentuk
PLDV dan SPLDV teknik penyelesaian soal PLDV penyelesaian soal
dan PSDV kepada siswa
√ guru menunjukkan
kepada siswa yang tahapan √ membela
teknik penyelesaian metode jarkan teknik
grafik pada bentuk-bentuk soal penyelesaian soal
PLDV dan SPLDV, kemudian
siswa diminta membandingkan
mana yang menurutnya lebih
mudah
√ guru menunjuk salah √ menguji
seorang siswa untuk kemampuan dan
mengerjakan contoh soal yang pemahaman siswa
telah ditunjukkan guru
kepadanya didepan kelas
√ guru membagikan √ menumb
tugas kepada masing-masing ukan kerjasama
kelompok diantara siswa
√ melatih
√ bersama siswa guru kemampuan
memulai diskusi kelas komunikasi siswa
√ guru menunjuk salah √ menumb
22
seorang siswa untuk uhkan keberanian
mempresentasikan hasil siswa dalam
pekerjaan kelompoknya menyatakan
pendapat
√ guru dan siswa
bersama-sama menyimpulkan
hasil pembelajaran yang telah
dilakukan

Harapan yang dimungkinkan muncul dalam siklus II D ini adalah

bahwa :

1. Siswa mampu menyelesaikan soal PLDV dan SPLDV dengan

menggunakan metode substitusi, eleminasi dan grafik

2. Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dapat meningkat

dengan baik

3. Inisiatif siswa dalam menyelesaikan soal dengan metode yang

menurutnya mudah semakin meningkat

c. Observasi (Observing)

Pada tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan

berlangsung, peneliti juga meminta bantuan teman guru untuk

mengamati kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan lembar observasi aktifitas guru dan lembar keaktifan

siswa.

d. Refleksi (Reflecting)

Dari hasil pengamatan pada siklus kedua dapat digunakan untuk

melakukan refleksi apakah hasil ulangan siswa sudah memenuhi

ketuntasan secara klasikal maupun individual.

23
D. Perangkat penelitian

Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas digunakan beberapa perangkat

penelitian sebagai berikut :

a. Rencana Pembelajaran

Skenario pembelajaran dengan pokok bahasan perpangkatan dan akar yang

berisi tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, tentang

bagaimana menerapakan metode variasi sehingga mampu meningkatkan minat

siswa terhadap pembelajaran

b. Media Pembelajaran

Alat bantu pembelajaran yang digunakan oleh peneliti, dalam rangka

mempermudah proses pembelajaran dengan metode variasi

E. Instrumen Penelitian

Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan beberapa analisa,

antara lain :

1. Lembar observasi

Lembar observasi guru digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran antara lain contoh lembar observasi seperti pada lampiran.

2. Soal tes

Berupa tes hasil belajar berbentuk soal pilihan ganda dan uraian. Soal tes

dikerjakan secara invidu oleh siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan gambaran

hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, tes diadakan setiap

akhir siklus. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua dapat ditarik kesimpulan ada
24
tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil

ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun

individual.

3. Angket/ Kuisioner

Angket diberikan setelah proses pembelajaran berakhir pada akhir siklus.

Tujuannya untuk mengetahui respon siswa tentang kekurangan, kelebihan atau

kendala yang ada serta saran siswa terhadap proses pembelajaran. Contoh angket

dapat dilihat dalam lampiran.

F. Tehnik Analisis Data

Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas teknik analisis terhadap data

yang telah dikumpulkan sebagai berikut :

1. Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa adalah data kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

selanjutnya diobservasi dengan mengkaitkannya dalam kategori;

Baik apabila tercatat ≥ 10 tally

Sedang apabila tercatat ≥ 6 tally

Rendah apabila tercatat ≤ 6 tally

Indikator observasi ini meliputi; memperhatikan penjelasan guru, mengajukan

pertanyaan, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan soal ke papan tulis, dan

menyelesaikan tugas mandiri. (Lebih lanjut dapat dilihat dalam lampiran form

pengamatan)

2. Data Hasil Tes Belajar Siswa

25
Data hasil tes adalah data yang diperoleh oleh peneliti setelah melakukan tes

formatif terhadap siswa setelah pembelajaran. Tes belajar siswa dilakukan selama

2 (dua) kali, pada setiap siklus yang dilakukan. Dari hasil tes pada siklus satu dan

dua nantinya akan dibandingkan sehingga dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya

peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil ulangan

siswa digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual.

Ketuntasan individiual ditentukan dengan ketentuan:

Adapun rumusan yang digunakan di dalam ketuntasan belajar adalah

sebagai berikut :

a). Ketuntasan secara individu


Rumus persentase
Jumlah skor yang diperoleh
x 100 %
Jumlah skor maksimal

b) Ketuntasan secara klasikal


Rumus persentase ketuntasan :
Jumlah siswa yang tuntas
X 100 %
Jumlah seluruh siswa

Ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas apabila tingkat persentase

ketuntasan minimal mencapai 65 %, sedangkan untuk tingkat klasikal minimal

mencapai 85 % (Depdikbud, 1994, dalam Kustantini:10)

3. Angket/ Kuisioner

26
Data yang diperoleh melalui angket siswa dianalisis dengan menggunakan jumlah

responden yang telah menjawab setiap pertanyaan angket. Kategori jawaban

terbagi menjadi 3 (tiga) macam: ya, tidak dan cukup.

27
DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1993. GBBP SD 1994. Jakarta : Depdikbud.

Eman Suherman dan Udin S. Winatapura. 1993. Materi Pokok Strategi Mengajar. Jakarta
: Depdikbud.

Holstein. 1986. Murid Belajar Mandiri. Bandung : Remadja Karya.

IG.A.K. Wardani, Kuswaya W, Noehi Nasoetion. 2004. Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta : Universitas Terbuka.

Sudiyono, Triyo Supriyatno, Padil. 2000. Strategi Pembelajaran Partisipatori di


Perguruan Tinggi. Malang : UIN Malang.

Syaodih, Nana. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda.

Sunardi. 2006. Mengakrabkan MATEMATIKA Pada Anak. Yogyakarta : Kedaulatan


rakyat.

Wagiman, Setiyandoko, dkk. 2005. Belajar dan Bermain MATEMATIKA untuk SD/MI
Kelas 5. Malang : Universitas Negeri Malang.

28
Lampiran 1

29
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Judul
.
PENGGUNAAN METODE DISKUSI DAN PENEMUAN
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA
MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS VIII.D SEMESTER GANJIL MTs. NW PANCOR
TAHUN PELAJARAN 2013/2014 .

Oleh :
HADIATUN HAIRIANI,S.Pd
NIP.198401282009012006

KEMENTERIAN AGAMA
BALAI DIKLAT KEAGAMAAN DENPASAR
JUNI 2013

30
31

Anda mungkin juga menyukai