MAN 1 LOTIM
Diusulkan oleh:
Mengetahui
Kepala MAN 1 Lotim Ketua
Abstrak.
Kearifan lokal sebagai suatu kekayaan budaya yang mengandung nilai pandangan
dan kebijkan hidup. Masyarakat suku Sasak memiliki berbagai bentuk kearifan lokal,
yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter. Namun keberadan kearifan lokal
masyarakat suku Sasak belum dimanfaatkan secara optimal dalam menangkal
kenakalan remaja. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendiskripsikan
bentuk bentuk kenakalan remaja diera disrupsi; 2) mendeskripsikan bentuk bentuk
kearifan lokal suku sasak yang dapat menangkal kenakalan remaja; 3) mengetahui
peran kearifan lokal suku Sasak dalam menangkal kenakalan remaja di MAN 1
LOTIM. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Hasil penelitian ini meunjukkan bahwa bentuk kenalakan remaja yang
ditemukan di MAN 1 LOTIM yaitu mencontek,membolos,berkata kurang sopan
terhadap teman dan sering tidur dikelas dan kecanduan game online Sedangkan
bentuk kerifan lokal masyarakat suku Sasak yang dapat dijadikan sebagai penangkal
kenakalan remaja di MAN 1 LOTIM yaitu awiq awiq, karma, kemaliq, sesengak,
lelakaq dan cerita rakyat. Sementara itu peran kearifan lokal masyarakat suku sasak
dalam menangkal kenakalan remaja di MAN 1 LOTIM yaitu dengan menerapkan
kearifan lokal dalam pembelajaran sosiologi dan dipagi hari sebelum jadwal KBM
dimulai dengan cara menuggu siswa dengan tradisi sapa salam.
Kata Kunci: Kearifan lokal, Suku Sasak, kenakalan Remaja, era disrupsi
PERAN KEARIFAN LOKAL SUKU SASAK DALAM MENANGKAL
KENAKALAN REMAJA DI ERA DISRUPSI
( STUDI KASUS DI MAN 1 LOTIM)
Hj. Siti Surodiana.SP
MAN 1 Lombok Timur
A. Pendahuluan
Bangsa Indonesia pada era globalisasi ini sedang menghadapi tantangan yang
kian berat, baik yang muncul dari akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Namun dibalik kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut juga
tidak sedikit menimbulkan dampak negatif bagi banyak manusia, apalagi dalam era
globalisasi sekarang ini yang sangat berkaitan erat dengan moral bangsa. Ancaman
yang mungkin kurang disadari oleh generasi saat ini berkaitan dengan munculnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah degradasi moral bangsa.
Pendidikan mengambil peran yang sangat penting dalam mengatasi polemik yang
terjadi ini. Pendidikan dimaksudkan sebagai mesin dalam menciptakan generasi
bangsa untuk menghadapi masa depan dan menjadikan bangsa ini memiliki
peradaban serta bermartabat diantara bangsa lain di dunia. Zaman yang selalu
berkembang menuntut pendidikan untuk selalu menyesuaikan diri dan menjadi
motor dalam proses pendewasaan dan pembangunan bangsa. Dalam konteks
globalisasi. Pendidikan di Indonesia perlu membiasakan anak anak untuk
mempertanyakan eksistensi bangsa dalam perdebatan dengan eksistensi bangsa
bangsa lain dan segala macam perbincangan dunia.berkaitan dengan perkembangan
zaman kita telah mengaktifkan era yang mengacau tekhnologi. Pada era ini
diperlukan manusia disamping berpikir logis juga harus cakap dalam menyikapi
perkembangan informasi yang telah diikemas dalam system digital, (Jati, 2013)
Di era ini terjadi berbagai macam perubahan dan kemajuan, baik dari segi
teknologi, informasi ataupun dalam bidang ekonomi. Perubahan ini memiliki
dampak negatif dan positif. Lunturnya nilai-nilai kebudayaan ikut memperparah
perubahan zaman ini, remaja sebagai generasi muda penerus bangsa sangatlah
memegang peranan penting di era disrupsi ini. untuk dapat memiliki perilaku
adaptif remaja perlu memiliki nilai sopan santun, karena generasi muda perlu
melestarikan nilai-nilai budaya Indonesia. Nilai budaya sopan santun sudah luntur
dikalangan masyarakat. Agar para remaja dapat mengontrol dirinya dan terhindar
dari dampak negatif perubahan zaman, remaja hendaknya membentengi diri mereka
dengan iman, wawasan yang luas, serta nilai-nilai budaya seperti menjunjung tinggi
nilai sopan santun agar remaja dapat berperilaku sesuai dengan nilai dan norma. Di
era ini remaja cenderung kehilangan etika dan sopan santun dalam kehidupannya
sehari-hari.
Perubahan sosial yang begitu cepat diera disrupsi ini menyebabkan nilai nilai
luhur budaya bangsa menjadi luntur bahkan nilai nilai kearifan lokal seringkali
diabaikan karena dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zamannya. Era
disrupsi ini banyak mendatangkan budaya asing yang berpengaruh terhadap
perkembangan kearifan budaya lokal
Di Nusa Tenggara Barat khususnya pulau Lombok yang sukunya adalah suku
sasak banyak terdapat nilai nilai kearifan lokal yang dapat mengatasi kenakalan
remaja seperti tertuang dalam nyanyian tradisional lelakaq,cerita rakyat,gendang
belek,peresean ,begawe dan begibung dan proses budaya. Kearifan lokal dapat
tercermin dari budaya,adat istiadat,bahasa,seni dan norma norma social. Kearifan
lokal yang merupakan cirri khas dari suku sasak yang harus dilestarikan salah satu
caranya dengan menerapkan nilai nilai kearifan lokal suku sasak.
Sementara nilai kearifan lokal Suku Sasak dapat dijelaskan melalui penjelasan
Djuwita (2011: 119) yaitu nilai-nilai kearifan tradisional mengandung nilai-nilai adi
luhung,peninggalan para leluhur etnik Sasak. Nilai-nilai kearifan masyarakat Sasak
banyak bercirikan kebersamaan, kepatuhan, dan kepasrahan (Rais, 2012: 25).
Kearifan budaya sasak terakumulasi dalam nilai-nilai tradisional, solah
(baik/kebaikan), soleh (saleh/kesalehan), rapah (damai/kedamaian), reme
(bersama/kebersamaan). Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman rujukan sistem
perilaku masyarakat secara perorangan maupun kelompok, guna menciptakan
kehidupan masyarakat yang diliputi kebaikan, kedamaian, keakraban, kebersamaan,
dan saling pengertian yang mendalam dalam memecahkan permasalahan yang ada
(Djuwita, 2011: 122). Nilai-nilai kearifan lokal tersebut menunjukkan nilai karakter
yang harus dijunjung tinggi oleh masyarakat dan generasi muda Suku Sasak
sebagai benteng untuk melindungi diri dari pengaruh modernisasi dan globalisasi
yang membawa dampak berkembangnya teknologi informasi. Berkaitan dengan hal
itu Efendi (2008) juga mengatakan bahwa teknologi informasi mampu menggeser
sistem pola hidup masyarakat dan memicu berbagai gejala sosial, termasuk juga
menggeser nilai budaya dan agama.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk bentuk kenakalan remaja diera disrupsi
2. Untuk mengetahui bentuk bentuk kearifan lokal suku sasak yang mampu
menangkal kenakalan remaja diera disrupsi
3. Untuk mendiskripsikan peran kearifan lokal suku sasak dalam menangkal
kenakalan remaja di MAN 1 LOTIM
Metode Penelitian
Pendekatan/ Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena data yang dihasilkan
dalam penelitian ini berupa kata-kata atau deskripsi tentang peran kearifan lkal
suku sasak dalam menangkal kenakalan remaja bukan dalam bentuk angka-
angka. Selain itu, alasan menggunakan pendekatan kualitatif yakni karena objek
kajian yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah fenomena kenakalan remaja
yang berkembang dalam masyarakat khususnya di MAN 1 LOTIM. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Bogdan Taylor (dalam Moleong, 2010:4) bahwa
metodedologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deksriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara utuh.
Dalam artian tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam
variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu
keutuhan.
b. Dokumentasi
Teknik dokumentasi bertujuan untuk mencatat data yang relevan
dengan permasalahan yang dikaji dan untuk mencatat bentuk-bentuk kearifan
lokal (dalam Sosiowati, 2013:129) menegaskan bahwa dokumentasi
dijabarkan menjadi pengumpulan data, verifikasi data, dan data yang
dihasilkan lebih akurat.
c. Observasi.
Teknik observasi bertujuan untuk melakukan pengamatan langsung ke
lapangan, yakni peneliti secara langsung terjun ke MAN 1 LOTIM.
d. Perkelahian pelajar
Sejauh ini perkelahian pelajar memang cukup sulit untuk dikendalikan.
karena bagi sebagian besar pelajar khususnya pelajar laki laki. Tindakan kekerasan
ini seolah menjadi cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah.
Beerdasarkan hasil wawancara dengan guru BK bahwa:
“DI MAN 1 LOTIM siswa melakukan tawuran karena merasa tidak terima
terhadap perlakuan oleh kakak kelas. Kemudian karena merasa punya kakak
akhirnya kejadian tersebut dilaporkan kepada kakaknya yang merupakan siswa dari
SMAN 2 SELONG, kemudian kakaknya merasa kasian liat adeknya akhirnya
terjadilah perkelahian pelajar antara siswa yang berbeda sekolah. Informasi yang
didapatkan adalah siswa tersebut melakukan perkelahian pellajardisebabkan oleh
teman sebaya” (hasil wawancara dengan guru BK hari sabtu,10 Agustus 2019 jam
08.00 WITA di Ruang BK MAN 1 LOTIM).
Perkelahian pelajar ini bila di dilihat dari sosialisasi faktor penyebab
terjadinya perkelahian pelajar adalah karena proses sosialisasi sub kebudayaan yang
menyimpang. Tanpa kita sadari peran teman sebaya sebagai sosialisasi sekunder
sangat besar dalam menentukan prilaku sesorang. Ketika rumah tidak lagi
memberikan kenyamanan dan ketenangan,maka anak akan mencari kenyamanan
dan ketenangan ditempat lain. Salah satunya dengan mencari teman yang dapat
membuatnya lebih merasa nyaman.
KESIMPULAN
Berdasarkan temuan data di lapangan dan setelah peneliti melakukan analisis
terhadap temuan data tersebut.Maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
Siswa dalam berperilaku sosial tidak lagi dipengaruhi atau berpedoman pada nilai-
nilai kearifan lokal, melainkan mengabaikan dan meremehkan nilai-nilai yang ada.
Sehingga dengan begitu terjadinya pergeseran nilai-nilai karena disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor pergaulan, keluarga, teknologi informasi, dan
pengetahuan. Banyaknya masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan yang
menimbulkan banyak akses negative yang sangat merisaukan terutama d MAN 1
Lombok Timur. Akses tersebut antara lain makin maraknya berbagai kenakalan
remaja.
Kenakalan remaja yaitu tindakan perbuatan remaja yang melanggar norma
norma social yang berlaku dalam lingkungan pendidikan. Adapun yang termasuk
kenakalan remaja meliputi:
a) Berkata tidak jujur dan tidak sopan
b) Membolos saat jam pelajaran
c) Sering tidur dikelas
d) Menganggu Teman dan sebagainya.
Prilaku kenakalan remaja tersebut diatas dapat diatasi dengan menerapkan
peran peran nilai kearifan lokal suku sasak. Peran kearifan local suku sasak
teruutama dengan penggunaan lelakaq mampu menangkal kenakalan remaja yang
dilakukan oleh siswa siswi MAN 1 lotim hal ini karena tanpa disadari nilai nilai
moral yang tertanam dalam lelakaq mampu diserap oleh siswa bahkan bisa
sebagai bahan perenungan untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
nilai dan norma suku sasak. Penerapan kearifan lokal yang dilakukan di MAN 1
LOTIM bermula pada saat pagi hari guru guru menyambut kedatangan siswa
dengan senyum,sapa dan salam,kemudian dilanjutkan dengan membaca alquran
disertai dengan ceramah ceramah keagamaan yang mampu menangkal kenakalan
remaja.salah satu yang dilakukan adalah siswa secara bergiliran untuk
memberikan ceramah dengan berbahasa sasak sebagai upaya untuk
mempertahankan kearifan lokal ditengah era disrupsi. Bagi siswa yang sering
terlambat dengan dilakukan pembimbingan baik secara individu maupun secara
berkelompok. Hal ini dilakukan untuk mengatasi siswa yang sering teerlambat.
Dengan diterapkan kearifan lokal suku sasak yang dilakukan selesai imtaq pagi
maka mampu untuk menangkal kenakalan remaja di MAN 1 Lotim.
DAFTAR PUSTAKA
Ida Bagus Brata. (2016). Kearifan BudayaLokal Perekat Identitas Bangsa. Jurnal
Bakti Saraswati. https://doi.org/10.1007/s11104-008-9614-4
Prasetyo, B., & Trisyanti, U. (2018). Revolusi industri 4.0 dan tantangan perubahan
sosial. “Strategi Pembangunan Nasional Menghadapi Revolusi Industri 4.0.”