Anda di halaman 1dari 18

PERAN KEARIFAN LOKAL SUKU SASAK DALAM MENANGKAL

KENAKALAN REMAJA DI ERA DISRUPSI


( STUDI KASUS DI MAN 1 LOTIM)

MAN 1 LOTIM

Diusulkan oleh:

Hj. Siti Surodiana.SP (NIP. 197802042002122001)

MAN 1 LOMBOK TIMUR


2019
1. Lembar Pengesahan

1.Judul karya tulis : PERAN KEARIFAN LOKAL SUKU SASAK DALAM


MENANGKAL KENAKALAN REMAJA DI ERA
DISRUPSI ( STUDI KASUS DI MAN 1 LOTIM)

2.Ketua pelaksana kegiatan


a.Nama lengkap : Hj. Siti Surodiana.SP
b.NIP : 197802042002122001
c.Sekolah : MAN 1 Lombok Timur
d.Alamat rumah : Jl. TGKH. M Zainuddin Abd Majid No 49 Pancor
Lotim
Telp/Hp:e.Alamat e-mail : 0819179771262 / surodiana.adam@gmail..com

Mengetahui
Kepala MAN 1 Lotim Ketua

M. Nurul Wathoni,M.Pd Hj. Siti Surodiana.SP


NIP. NIP. 197802042002122001
PERAN KEARIFAN LOKAL SUKU SASAK DALAM MENANGKAL
KENAKALAN REMAJA DI ERA DISRUPSI
( STUDI KASUS DI MAN 1 LOTIM)
Hj. Siti Surodiana.SP
MAN 1 LOTIM

Abstrak.

Kearifan lokal sebagai suatu kekayaan budaya yang mengandung nilai pandangan
dan kebijkan hidup. Masyarakat suku Sasak memiliki berbagai bentuk kearifan lokal,
yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter. Namun keberadan kearifan lokal
masyarakat suku Sasak belum dimanfaatkan secara optimal dalam menangkal
kenakalan remaja. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendiskripsikan
bentuk bentuk kenakalan remaja diera disrupsi; 2) mendeskripsikan bentuk bentuk
kearifan lokal suku sasak yang dapat menangkal kenakalan remaja; 3) mengetahui
peran kearifan lokal suku Sasak dalam menangkal kenakalan remaja di MAN 1
LOTIM. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Hasil penelitian ini meunjukkan bahwa bentuk kenalakan remaja yang
ditemukan di MAN 1 LOTIM yaitu mencontek,membolos,berkata kurang sopan
terhadap teman dan sering tidur dikelas dan kecanduan game online Sedangkan
bentuk kerifan lokal masyarakat suku Sasak yang dapat dijadikan sebagai penangkal
kenakalan remaja di MAN 1 LOTIM yaitu awiq awiq, karma, kemaliq, sesengak,
lelakaq dan cerita rakyat. Sementara itu peran kearifan lokal masyarakat suku sasak
dalam menangkal kenakalan remaja di MAN 1 LOTIM yaitu dengan menerapkan
kearifan lokal dalam pembelajaran sosiologi dan dipagi hari sebelum jadwal KBM
dimulai dengan cara menuggu siswa dengan tradisi sapa salam.

Kata Kunci: Kearifan lokal, Suku Sasak, kenakalan Remaja, era disrupsi
PERAN KEARIFAN LOKAL SUKU SASAK DALAM MENANGKAL
KENAKALAN REMAJA DI ERA DISRUPSI
( STUDI KASUS DI MAN 1 LOTIM)
Hj. Siti Surodiana.SP
MAN 1 Lombok Timur

A. Pendahuluan

Bangsa Indonesia pada era globalisasi ini sedang menghadapi tantangan yang
kian berat, baik yang muncul dari akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Namun dibalik kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut juga
tidak sedikit menimbulkan dampak negatif bagi banyak manusia, apalagi dalam era
globalisasi sekarang ini yang sangat berkaitan erat dengan moral bangsa. Ancaman
yang mungkin kurang disadari oleh generasi saat ini berkaitan dengan munculnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah degradasi moral bangsa.
Pendidikan mengambil peran yang sangat penting dalam mengatasi polemik yang
terjadi ini. Pendidikan dimaksudkan sebagai mesin dalam menciptakan generasi
bangsa untuk menghadapi masa depan dan menjadikan bangsa ini memiliki
peradaban serta bermartabat diantara bangsa lain di dunia. Zaman yang selalu
berkembang menuntut pendidikan untuk selalu menyesuaikan diri dan menjadi
motor dalam proses pendewasaan dan pembangunan bangsa. Dalam konteks
globalisasi. Pendidikan di Indonesia perlu membiasakan anak anak untuk
mempertanyakan eksistensi bangsa dalam perdebatan dengan eksistensi bangsa
bangsa lain dan segala macam perbincangan dunia.berkaitan dengan perkembangan
zaman kita telah mengaktifkan era yang mengacau tekhnologi. Pada era ini
diperlukan manusia disamping berpikir logis juga harus cakap dalam menyikapi
perkembangan informasi yang telah diikemas dalam system digital, (Jati, 2013)

Di era ini terjadi berbagai macam perubahan dan kemajuan, baik dari segi
teknologi, informasi ataupun dalam bidang ekonomi. Perubahan ini memiliki
dampak negatif dan positif. Lunturnya nilai-nilai kebudayaan ikut memperparah
perubahan zaman ini, remaja sebagai generasi muda penerus bangsa sangatlah
memegang peranan penting di era disrupsi ini. untuk dapat memiliki perilaku
adaptif remaja perlu memiliki nilai sopan santun, karena generasi muda perlu
melestarikan nilai-nilai budaya Indonesia. Nilai budaya sopan santun sudah luntur
dikalangan masyarakat. Agar para remaja dapat mengontrol dirinya dan terhindar
dari dampak negatif perubahan zaman, remaja hendaknya membentengi diri mereka
dengan iman, wawasan yang luas, serta nilai-nilai budaya seperti menjunjung tinggi
nilai sopan santun agar remaja dapat berperilaku sesuai dengan nilai dan norma. Di
era ini remaja cenderung kehilangan etika dan sopan santun dalam kehidupannya
sehari-hari.

Perubahan sosial yang begitu cepat diera disrupsi ini menyebabkan nilai nilai
luhur budaya bangsa menjadi luntur bahkan nilai nilai kearifan lokal seringkali
diabaikan karena dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zamannya. Era
disrupsi ini banyak mendatangkan budaya asing yang berpengaruh terhadap
perkembangan kearifan budaya lokal

Di Nusa Tenggara Barat khususnya pulau Lombok yang sukunya adalah suku
sasak banyak terdapat nilai nilai kearifan lokal yang dapat mengatasi kenakalan
remaja seperti tertuang dalam nyanyian tradisional lelakaq,cerita rakyat,gendang
belek,peresean ,begawe dan begibung dan proses budaya. Kearifan lokal dapat
tercermin dari budaya,adat istiadat,bahasa,seni dan norma norma social. Kearifan
lokal yang merupakan cirri khas dari suku sasak yang harus dilestarikan salah satu
caranya dengan menerapkan nilai nilai kearifan lokal suku sasak.

Sementara nilai kearifan lokal Suku Sasak dapat dijelaskan melalui penjelasan
Djuwita (2011: 119) yaitu nilai-nilai kearifan tradisional mengandung nilai-nilai adi
luhung,peninggalan para leluhur etnik Sasak. Nilai-nilai kearifan masyarakat Sasak
banyak bercirikan kebersamaan, kepatuhan, dan kepasrahan (Rais, 2012: 25).
Kearifan budaya sasak terakumulasi dalam nilai-nilai tradisional, solah
(baik/kebaikan), soleh (saleh/kesalehan), rapah (damai/kedamaian), reme
(bersama/kebersamaan). Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman rujukan sistem
perilaku masyarakat secara perorangan maupun kelompok, guna menciptakan
kehidupan masyarakat yang diliputi kebaikan, kedamaian, keakraban, kebersamaan,
dan saling pengertian yang mendalam dalam memecahkan permasalahan yang ada
(Djuwita, 2011: 122). Nilai-nilai kearifan lokal tersebut menunjukkan nilai karakter
yang harus dijunjung tinggi oleh masyarakat dan generasi muda Suku Sasak
sebagai benteng untuk melindungi diri dari pengaruh modernisasi dan globalisasi
yang membawa dampak berkembangnya teknologi informasi. Berkaitan dengan hal
itu Efendi (2008) juga mengatakan bahwa teknologi informasi mampu menggeser
sistem pola hidup masyarakat dan memicu berbagai gejala sosial, termasuk juga
menggeser nilai budaya dan agama.

Teknologi informasi mengakibatkan perubahan disegala aspek kehidupan


individu, keluarga, masyarakat. Bahkan atribut-atribut budaya lokal terancam
akibat budaya global, itu disebabkan oleh pengaruh teknologi infomasi yang tidak
terkendali.Generasi muda harus dipersiapkan untuk mampu bertahan dan memfilter
perkembangan teknologi informasi dengan memberikan bekal tentang nilai kearifan
lokal. Sehingga dapat memberi arti penting untuk menjaga identitas dirinya dan
mampu memberikan saringan terhadap budaya luar, terutama budaya yang datang
dari barat. Sebagaimana Meliono (2011) mengatakan bahwa di tengah-tengah
kemajuan modernisasi dan globalisasi disegala bidang, pemuda Indonesia harus
dilengkapi dengan pemahaman tentang berpikir Nusantara, kearifan lokal, dan
multikulturalisme, sehingga mereka dapat mengembangkan rasa identitasnya.
Namun saat ini kearifan lokal masih belum difungsikan secara oftimal,padahal
kearifan lokal suku Sasak dapat dijadikan sebagai rujukan modal dalam
pengelolaan konflik terutama masalah kenakalan remaja.di MAN 1 LOTIM

Permasalahan yang terjadi di MAN 1 LOTIM terkait dengan kenakalan


remaja sebagai akibat dari era disrupsi yaitu dimana siswa MAN 1 LOTIM mulai
meninggalkan nilai nilai yang ditanamkan dalam kearifan lokal suku sasak itu
sendiri namun lebih banyak memunculkan sikap intoleransi teman
dikelas,kehilangan sopan santun,penggunaan bahasa yang tidak santun ketika
berkomunikasi dengan guru, sering tidur diikelas dan suka membolos saat jam
pelajaran bahkan sikap individualisme akan Nampak jelas diera disrupsi hal ini
bertolak belakang dengan konsep zoon politicon yang dikemukakan oleh aris toteles
yang menerangkan bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan
berinteraksi satu sama lain. Sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana :

1) Bentuk bentuk kenakalan remaja di MAN 1 LOTIM di era disrupsi


2) Bentuk bentuk Kearifan lokal suku sasak yang mampu menangkal
kenakalan remaja
3) Peran kearifan lokal suku sasak dalam menangkal kenakalan remaja.

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas peneliti terdorong untuk


melakukan penelitian di MAN 1 LOTIM dengan judul “ Peran kearifan lokal dalam
menangkal kenakalan remaja diera disrupsi (studi Kasus Di MAN 1 LOTIM

B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk bentuk kenakalan remaja diera disrupsi
2. Untuk mengetahui bentuk bentuk kearifan lokal suku sasak yang mampu
menangkal kenakalan remaja diera disrupsi
3. Untuk mendiskripsikan peran kearifan lokal suku sasak dalam menangkal
kenakalan remaja di MAN 1 LOTIM

Metode Penelitian
Pendekatan/ Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena data yang dihasilkan
dalam penelitian ini berupa kata-kata atau deskripsi tentang peran kearifan lkal
suku sasak dalam menangkal kenakalan remaja bukan dalam bentuk angka-
angka. Selain itu, alasan menggunakan pendekatan kualitatif yakni karena objek
kajian yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah fenomena kenakalan remaja
yang berkembang dalam masyarakat khususnya di MAN 1 LOTIM. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Bogdan Taylor (dalam Moleong, 2010:4) bahwa
metodedologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deksriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara utuh.
Dalam artian tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam
variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu
keutuhan.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di MAN 1 LOTIM Kecamatan selong.
Alasan mengambil tempat tersebut karena gejala disrupsi mulai Nampak
dikalangan siswa MAN 1 LOTIM. Waktu penelitian bulan Juli-Agustus 2019.

3.2 Data dan Sumber Data


Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data, yaitu data primer dan data
skunder. Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah kata-kata
dan tindakan yang diamati atau diwawancarai melalui siswa siswi MAN 1 lOTIM
.Data utama dalam penelitian ini dicatat melalui catatan tertulis atau perekaman
berupa video, audio, dan foto. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh
Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2010:157) bahwa sumber data utama
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Sumber data skunder dalam penelitian ini adalah diluar kata atau tindakan,
jadi sumber data skunder adalah sumber tertulis seperti jurnal ilmiah, koran,
internet, buku, dan refrensi yang relevan dengan tradisi Suku Sasak yang
berkaitan dengan nilai nilai kearifan lokal suku sasak

Teknik Pengumpulan Data


Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik berikut:
a. Wawancara
Teknik wawancara bertujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang
akibat era disrupsi dikalangan siswa secara langsung. Adapun kriteria
responden yang akan diwawancarai untuk memperoleh data dalam penelitian
ini adalah siswa siswi MAN 1 LOTIM yang melakukan kenakalan remaja.
Sedangkan jenis wawancara yang digunakan yakni wawancara terbuka
dengan tujuan agar pertanyaan sesuai dengan data yang ingin diperoleh.
Selain itu tujuan menggunakan wawancara terbuka adalah untuk mengurangi
sedapat mungkin variasi yang biasa terjadi antara terwawancara dengan yang
lain.

b. Dokumentasi
Teknik dokumentasi bertujuan untuk mencatat data yang relevan
dengan permasalahan yang dikaji dan untuk mencatat bentuk-bentuk kearifan
lokal (dalam Sosiowati, 2013:129) menegaskan bahwa dokumentasi
dijabarkan menjadi pengumpulan data, verifikasi data, dan data yang
dihasilkan lebih akurat.
c. Observasi.
Teknik observasi bertujuan untuk melakukan pengamatan langsung ke
lapangan, yakni peneliti secara langsung terjun ke MAN 1 LOTIM.

3.4 Teknik Analisis Data


Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode deskriptif karena
mendeskripsikan atau memberikan gambaran tentang peran kearifan local dalam
menangkal kenakalan remaja diera disrupsi sebagai upaya penanaman nilai
karakter kearin local bagi peserta didik di MAN 1 LOTIM. Data yang diperoleh
dalam penelitian akan dianalisis dengan cara yang dikemukakan oleh Janice Mc
Drury. Adapaun tahap analsisis tersebut adalah sebagai berikut:
a. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada
dalam data.
b. Mempelajari kata-kata kunci dan berupaya menemukan nilai-nilai dan makna
yang terkandung dalam nilai nilai kearifan local yang akan dijadikan sebagai
media pendidikan untuk menangkal kenakalan remaja pada era disrupsi di
MAN 1 LOTIM
c. Data yang berupa nilai-nilai yang mengandung kearifan lokal suku sasak
dijadikan sebagai salah satu cara menangkal kenakkalan remaja ditengah era
disrupsi di MAN 1 LOTIM.
d. Setelah itu, dilakukan tahap interpretasi data untuk memperoleh arti dan
peran kearifan lokal suku sasak dalam menangkal kenakalan remaja diera
disrupsi secara mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang akan
dilakukan.
e. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian
secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi yang akurat dari
lapangan.
4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mulai bulan Juni-Agustus 2019
tentang peran kearifan lokal Suku Sasak dalam menangkal kenakalan remaja di era
disrupsi (Studi Kasus di MAN 1 LOTIM) maka diperoleh hasil penelitian sebagai
berikut:
4.1.2.Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja MAN 1 LOTIM di Era Disrupsi
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK, guru mata pelajaran dan
siswa yang melakukan kenakalan remaja di MAN 1 LOTIM maka ditemukan
beberapa bentuk data kenakalan remaja sebagai berikut:
a. Bolos dijam Pelajaran
Membolos adalah salah satu bentuk kenakalan remaja yang sering kali kita
dengar dan dilakukan siswa . Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa pada hari
Selasa, 6 Agustus 2019 jam 10.15 WITA di kantin MAN 1 LOTM,
“siswa yang bolos dijam pelajaran karena terkadang karena tidak
mengirimkan surat disebabkan lokasi rumah yang jauh dan juga kaena faktor
kurang rasa malas yang disebabkan karena masalah keluarga dimana orang
tua tidak bertegur sapa akhirnya dia sebagai seorang anak merasa bingung
lebih lebih dia sebagai anak tertua. Siswa mengungkapkan sambil matanya
berkaca kaca menahan rasa sedih tentang kondisi dari keluarganya. Haini
yang membuat siswa tersebut kurang Fokus sehingga lebih memilih untuk
tidak masuk sekolah walauppun dari rumah dia berseragam tapi tidak sampai
disekolah” kurangnya motivasi dan faktor hubungan keluarga yang tidak
normal (broken Home). Broken home terutama perceraian atau perpisahan
orang tua dapat mempengaruhi perkembangan anak. Dalam keadaan ini anak
frustasi, konflik psykologis sehingga keadaan ini menyebabkan anak menjadi
nakal. Hal ini dikuatkan berdasarkan hasil wawancara dengan Guru BK yang
berinisial F Mengungkapkan .
“ Di MAN 1 LOTIM, siswa membolos memang sebenarnya tidak disengaja,
namun karena mereka tidak ada tempat menitip surat. Namun, ada juga
siswa yang membolos berangat dari rumah dengan menggunakan seragam
namun tidak sampai di sekolah dikarenakan pelajaran pada hari itu termasuk
pelajaran yang sulit yaitu pelajaran bahasa Arab ditambah dengan adanya
PR yang belum diselesaikan sehingga mereka takut masuk dan memilih
tinggal di kos temannya. Hal lain juga disebabkan oleh faktor dari dalam
keluarga yang kurang harmonis sehingga menyebabkan siswa tersebut
kurang semangat dan tidak Fokus dalam belajar karena anak selalu ingat
kondisi yang terjadi pada keluarga” (hasil wawancara dengan guru BK
inisial F pada hari Rabu tanggal 7 Agustus Pukul 13.00 Bertempat diruang
BK MAN 1 LOTIM.)
b. Sering Tidur Dikelas karena kecanduan game online
Sering tidur dikelas akibat dari adanya era disrupsi dimana siswa tidak bisa jauh
dari gadget Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan siswa berinisial R pada
hari kamis, 9 Agustus 2019 Pukul 10.00
“Siswa mengakui seringnya tidur dikelas saat jam pelajaran berlangsung tidak
bisa dihindari, hal ini disebabkan karena selalu menghabiskan waktu untuk
bermain game oline pada malam hari. Seharusnya waktu itu dipakai untuk
belajar,namun siswa ini mengungkapkan karena dengan bermain game online itu
hanya untuk refreshing untuk mengalihkan kepenatan dari tugas tugas sekolah
yang sangat Banyak. Game online membutuhkan kuota yang cukup banyak,siswa
ini mengungkapkan untuk meminta pulsa pada orang tua dengan alasan untuk
mencari materi pelajaran padahal yang dilakukan bukan belajar tapi malah untuk
bermain game online ini diungkapkan sambil tertawa dan malu saat
diwawancarai. Siswa ini mengakui bahkan siap didepan gadget berjam jam dan
tidur selalu diatas jam 12 malam berakibat bangunnya kesiangan sehingga
terlambat dan jarang sekali mengikuti imtaq yang merupakan program Imtaq
MAN 1 LOTIM. Pengakuan dari siswa ini merasakan badan terasa lemah dan
mata berkunang kunang dan bahkan hasil wawancara dengan temannya
mengatakan bahwa “dia suka minum obat penambah darah bu”akibat dari
kecanduan game online dan dikelas sering menyendiri” Hal tersebut
diiungkapkan pula oleh salah satu guru mata pelajaran. Berikut ini hasil
wawancara dengan guru mata pelajaran berinsial W mengatakan :
“siswa inisial R ini memang selalu tidur saat jam pelajaran, bahkan kondisinya
sangat berbeda dibandingkan dulu dengan dengan sekarang. Tekhnologi memang
memiliki andil yang cukup besar terlebih era diisrupsi saat ini. Anak mulai
kehilangan perannya sebagai seorang siswa. Didalam kelas pun siswa kurang
memperhatikan bahkan sering kali kaget kalau namanya dipanggil.Kondisi siswa
ini menyebabkan presatsinya sangat rendah bahkan jarang menyelesaikan
tugasnya dengan baik” Hal ini juga diungkapkan berdasarkan hasil wawancara
dengan guru BK pada hari Rabu 8 Agustus 2019 bertempat diruang BK)
“Kecanduan game online sebagai gangguan psikis dan mempengaruhi
kemampuan penggunanya yang dapat menyebabkan masalah hubungan sosial
dengan temannnya dimana menyebabkan anak kehilangan waktu penting dalam
membina hubungan dengan temannya. Kenyataan yang terjadi siswa yang sering
tidur dikelas menghabiskan waktunya sampai tengah malam,seharusnya
dipergunakan untuk berisirahat. Kondisi ini disebabkan karena kecanduan game
online. Hal ini juga dikuatkan oleh pernyataan guru BK bahwa anak yang sering
tidur dikelas disebabkan oleh penggunaan game online bahkan menyebabkan
adanya pergeseran nilai-nilai dalam perilaku sosial yang terjadi setelah mengenal
teknologi informasi. Nilai yang semulanya diaplikasikan dalam perilaku,
sekarang ini bisa dikatakan telah hilang dan sirna, diganti dengan nilai-nilai yang
baru yang tidak sesuai dengan kehidupannya. Nilai yang ada terus mengalami
pergeseran, karena seiring dengan perkembangan teknologi sebagai pengaruh
dari era disrupsi”
c. Berkata kurang sopan dalam berkomunikasi dengan guru. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru mata pelajaran berinisial A
mengatakan “bahwa hubungan guru dengan siswa sesungguhnya tidak hanya
terjadi pada saat melaksanakan tugas saja namun walaupun dengan dalam
keadaan tidak melaksanakan tugas harusnya tetap terjaga yang diekspresikan
dengan sikap santun dalam berbagai bentuk seperti senyuman,sapaan,cium
tangan,mengangukkan kepala. Namun dalam beberapa tahun ini terakhir budaya
keramahan dan sopan santun itu mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari
siswa yang cenderung kehilangan etika dan sopan santun terhadap guru” (hasil
wawancara pada hari kamis 9 Agustus 2019 jam 10.15 Wita di ruang guru
MAN 1 LOTIM ).

d. Perkelahian pelajar
Sejauh ini perkelahian pelajar memang cukup sulit untuk dikendalikan.
karena bagi sebagian besar pelajar khususnya pelajar laki laki. Tindakan kekerasan
ini seolah menjadi cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah.
Beerdasarkan hasil wawancara dengan guru BK bahwa:
“DI MAN 1 LOTIM siswa melakukan tawuran karena merasa tidak terima
terhadap perlakuan oleh kakak kelas. Kemudian karena merasa punya kakak
akhirnya kejadian tersebut dilaporkan kepada kakaknya yang merupakan siswa dari
SMAN 2 SELONG, kemudian kakaknya merasa kasian liat adeknya akhirnya
terjadilah perkelahian pelajar antara siswa yang berbeda sekolah. Informasi yang
didapatkan adalah siswa tersebut melakukan perkelahian pellajardisebabkan oleh
teman sebaya” (hasil wawancara dengan guru BK hari sabtu,10 Agustus 2019 jam
08.00 WITA di Ruang BK MAN 1 LOTIM).
Perkelahian pelajar ini bila di dilihat dari sosialisasi faktor penyebab
terjadinya perkelahian pelajar adalah karena proses sosialisasi sub kebudayaan yang
menyimpang. Tanpa kita sadari peran teman sebaya sebagai sosialisasi sekunder
sangat besar dalam menentukan prilaku sesorang. Ketika rumah tidak lagi
memberikan kenyamanan dan ketenangan,maka anak akan mencari kenyamanan
dan ketenangan ditempat lain. Salah satunya dengan mencari teman yang dapat
membuatnya lebih merasa nyaman.

4.1.3. Bentuk Bentuk Kearifan Lokal Suku Sasak


Bentuk bentuk kearifan lokal suku sasak yang mampu menangkal kenakalan
remaja di MAN 1 LOTIM adalah sebagai berikut :
1) Awiq awig adalah suatu aturan yang ada dalam masyarakat sasak yang tidak
terulis namun dijadikan sebagai aturan dan kebudayaan dalam masyarakat
sasak untuk menjalankan kehidupannya sesuai dengan adat suku sasak. Awiq
awig yang sering kali diajarkan dalam suku sasak adalah bagaimana budaya
tabek dan budaya hormat terhadap orang yang lebih tua tetap dilestarikan
terlebih kondisi saat ini di era diisrupsi. Salah satu budaya tabek itu kalau ada
yang dituakan sedang duduk hendaknya kita memberi hormat dengan
melontarkan kata “TABEK”. Budaya TABEK ini selalu ditanamakan oleh
suku sasak terlebih pada sosialisasi primer dan sekunder.
2) Lelakaq merupakan salah satu nilai kearifan lokal dalam suku sassak yang
memiliki signifiksi nilai dan sangat coccok diterapkan Dalam kehidupan saat
ini maupun masa yang akan dating yaitu nilai nilai yang terdapat dalam
ungkapan bahasa yang dipegang teguh dalam kehidupan sehari hari dalam
pribahasa atau pepatah sebagai perekat pergaulan masyarakat sasak. Dalam
lelakaq banyak terkandung ajaran ajaran dan nilai nilai kearifan suku sasak
seperti mengajarkan tentang ketuhanan,pendidikan,moral,hukum dan
sebagainya. Beberapa contohnya antara lain:
a. Adeqte tao jauq aiq (supaya kita dapat membawa air) maknanya bahwa
dalam suatu perselisihan atau pertengkaran yang sedang terjadi dan
memanas,maka kita harus mampu menjadi pendingin sebagai mediator.
b. Besual /besiaq cara anak kemidi (bertengkar seperti cara cara pemain
ssandiwara). Maknanya boleh saja berselisih pendapat, tetapi tidak boleh
menyimpan dendam.
c. Aiq meneng,tanjung tilah,empaq bau,(air tetap jernih,teratai tetap
utuh,ikan pun dapat ditangkap) maknya adalah bahwa dalam mengatasi
dan menyelesaikan suatu perselisihan,diupayakan agar suasana tetap
tenang,masyarakat tidak panic,lingkungan maasyarakat tidak
terganggu,masalah atau perselesihan terselesaikan dengan damai.
d. Solah mun gaweq,solah eam daet,bayoq mun gaweq bayoq eam daet
(baik yang dikerjakan ,maka akan mendapat kebaikan,buruk yang
dikerjakan akan mendapat keburukan )
3) Cerita rakyat adalah sebuah legenda atau cerita yang memberikan nilai nilai
moral yang tertanamkan sebagai salah satu bentuk kearifan lokal suku sasak.
Adapun bentuk bentuk cerita rakyat seperti : Cerita Cupak Gurantang, Dewi
Anjani,putri mandalika.Cerita cupak gerantang memberikan pesan pesan
moral untuk bertindak harus dilandasi sikap kejujuran yang pasti membawa
keberkahan, sikap ketidakjujuran pasti akan membawa kesengsaraan.

Peran Kearifan Lokal Masyarakat Suku Sasak dalam Menangkal Kenakalan


Remaja di Era Disrupsi
Kearifan lokal masyarakat suku Sasak memiliki peran dalam menangkal
kenakalan remaja di era disrupsi. Berikut bentuk kearifan lokal masyarakat suku
Sasak yang dapat dijadikan sebagai penangkal kenakalan remaja di era disrusi:
1. Kearifan Lokal Awik-awik
Masyarakat suku Sasak memiliki banyak awik-awik yang digunakan untuk
menanamkan nilai-nilai karakter pada masyarakat agar sesuai dengan norma
dan nilai-nilai yang sudah berkembang di tengah-tengah masyarakat. Bentuk
awik-awik yang dapat menangkal kenakalan remaja yaitu sebagai berikut:
a. Dendek Telat Ojok Sekolah Laun Te Patuk Isiq Manuq
Awik-awik tersebut mengisyaratkan bahwa seseorang tidak boleh telat
dalam pergi menuntut ilmu atau mencari rezeki karena nanti rezeki
duluan diambil sama ayam. Peran dari awik awik ini mampu
menangkal kenakalan remaja seperti membolos. Melalui awik awiik
diharapkan siswa yang melakukan penyimpangan dalam hal ini
membolos dapat lebih terarah dan dapat tercipta suasana yang
harmonis, didalamnya terdapat nilai nilai kepatuhan, kepasrahan,
kesopanan,solah soleh rapah dan reme. Nilai tersebut merupakan
pedoman bagi setiap individu dalam menjalankan kehidupannya.
2. Kearifan Lokal Lelakaq
. kan pendekatan kearifan local salah satunya adalah lelakaq. Lelakaq adalah
ungkapan traditional yang menyerupai pantun,terdiri dari empat baris dua
bariis smppiran dan dua baris digunakan dalam adat traditional suku sasak.
Lelakaq bertujuan untuk menyampaian pikiran masyarakat yang tumbuh dan
dan berkembang dari waktu kewaktu,khusus dalam pendidikan untu
menangkal kenakalan remaja.kenakalan remaja nilai nilai kebaikan terutama
pada siswa siswi man 1 Lombok Timur. agar menjadi tambahan dalam
membentuk kepribadian pada diri remaja menjadi lebih baik.
lelakaq bertujuan untuk mengkomunikasikan pikiran masyarakat yang tumbuh dan
berkembang dari waktu kewaktu. Lelakaq yang hidup dan berkembang ditengah
tengah masyarakat sasak merupakan salah satu media yang efekif untuk
menyebarkan nilai nilai kebaikan kepada masyarakat sasak.lelakaq sasak banyak
sekali macam nya seperti lelakaq bajang (pantun anak muda),lelakaq anak
anak.lelakag beboyean,lelakaq agama dan lain lain.

Wujud Nilai Kearifan Lokal


Wujud nilai kearifan lokal tertera dalam lelakaq diharapkan
Siswa siswi dalam lingkungan MAN 1 Lotim hidupnya menjadi terarah dan dapat
menciptakan suasana yang harmonis, di dalamnya terdapat nilai kepatuhan,
kepasrahan, kesopanan, solah, soleh, rapah, dan reme, nilai tersebut merupakan
pedoman bagi setiap individu yang berada di dalamnya, karena itu merupakan dunia
intersubjektif anak-anak remajanya. Artinya anak-anak remaja tunduk dan patuh
terhadap dunia intersubjektifnya. Meskipun pada kenyataannya anak-anak remaja
tidak lagi berada di dunia intersubjektifnya melainkan mereka terus mencoba ke luar
dari dunia intersubjektifnya. Anak-anak remaja terus berusaha untuk ke luar dari
pedoman itu untuk menemukan sebuah kebebasan dan mencari jati dirinya.
Usaha tersebut dibuktikan dengan berbagaima macam perilaku seperti
membolos,suka mengolok teman,kurang konsentrasi belajar,kurang menghargai
teman. Perilaku sosial anak-anak remaja yang terus memberontak untuk keluar dari
lingkaran dunia intersubjektifnya menunjukkan kebosanan dan kejenuhan di
dalamnya. Nilai kearifan lokal yang diharapkan sebagai pedoman untuk menjadikan
anak-anak remaja tetap berada dalam dunia intersubjektif yang telah ditentukan,
sudah kehilangan bentuk wujud yang sebenarnya. Wujud nilai kearifan
lokal telah tergantikan oleh wujud nilai-nilai baru yang menjadikan anak-anak
remaja semakin bebas, rusak dan jauh dari harapan. Perilaku Sosial Siswa tersebut
sudah terjadinya pergeseran, siswa tidak lagi mengindahkan nilai-nilai kearifan
lokal yang ada. Banyak sekali perilaku siswa yang merugikan dirinya sendiri dan
orang lain. Perilaku yang mereka tunjukkan diantaranya,
remaja dalam berperilaku tidak lagi ditentukan oleh dunia intersubjektifnya seperti
yang dikatakan dalam teori fenomenologi, bahwa perilaku individu ditentukan oleh
dunia intersubjektifnya yaitu kehidupan sosial dan struktur ciptaan leluhur mereka
dalam hal ini nilai-nilai kearifan lokal. Sebaliknya yang terjadi ialah tidak lagi
menjadikan dunia intersubjektifnya sebagai pedoman atau pegangan dalam
berperilaku. Nilai-Nilai Kearifan Lokal yang Bergeser.Setiap suku mempunyai nilai-
nilai kearifan lokal tersendiri yang harus terus dijunjung tinggi dalam setiap aspek
kehidupannya. Begitu juga dengan masyarakat Suku Sasak, mempunyai nilai
kearifan lokal tersendiri yang menjadi pedoman bagi setiav individu yang berada di
dalamnya. Sehingga setiap perilaku individu harus berpedoman kepada nilai yang
ada. Pergeseran nilai kearifan lokal sebenarnya merupakan hal yang biasa terjadi
dalam era disrupsi ini, akan tetapi pergeseran yang perlu diperhatikan ialah
pergeseran ke arah yang negatif yang dapat berakibat menghilangkan ciri khas jati
diri nilai kearifan lokal. nilai kearifan lokal Suku Sasak yang ada sudah terjadinya
pergeseran yang bisa dikatakan jauh dari nilai kearifan lokal yang ada.
Pergeseran nilai-nilai kearifan lokal yang dimaksud ialah pergeseran dalam perilaku
siswa . Nilai-nilai kepatuhan, kepasrahan, kesopanan, baik/kebaikan,
saleh/kesalehan, damai/kedaamaian, dan bersama/kebersamaan. Kesemuanya sudah
tidak ada lagi dalam perilaku siswa tersebut, perilakunya tidak menunjukkan dan
mengaplikasikan nilai tersebut.. Faktor-faktor terjadinya pergeseran nilai dalam
perilaku sosial siswa MAN 1 Lotim sebagai berikut; pertama, faktor pergaulan.
Faktor pergaulan yang menjadikan siswa ikut terjun ke dalam perbuatan yang
melanggar nilai, bahkan perilaku yang dilakukan di dukung oleh teman-teman
bergaulnya. Ini menunjukkan, bahwa pergaulan juga memiliki peran penting dalam
membuat pergeseran nilai. Kedua, faktor keluarga. Anak-anak remaja tidak bisa
disalahkan sepenuhnya dengan terjadinya pergeseran nilai dalam perilakunya,
melainkan keluarga juga ikut andil dalam pergeseran nilai yang dilakukannya,
dengan memberikan peluang terjadinya pergeseran nilai. Peluang yang diberikan
oleh orang tua seolah-olah memberikan perintah untuk melakukan perilaku di luar
nilai. Ketiga, faktor teknologi informasi.

KESIMPULAN
Berdasarkan temuan data di lapangan dan setelah peneliti melakukan analisis
terhadap temuan data tersebut.Maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
Siswa dalam berperilaku sosial tidak lagi dipengaruhi atau berpedoman pada nilai-
nilai kearifan lokal, melainkan mengabaikan dan meremehkan nilai-nilai yang ada.
Sehingga dengan begitu terjadinya pergeseran nilai-nilai karena disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor pergaulan, keluarga, teknologi informasi, dan
pengetahuan. Banyaknya masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan yang
menimbulkan banyak akses negative yang sangat merisaukan terutama d MAN 1
Lombok Timur. Akses tersebut antara lain makin maraknya berbagai kenakalan
remaja.
Kenakalan remaja yaitu tindakan perbuatan remaja yang melanggar norma
norma social yang berlaku dalam lingkungan pendidikan. Adapun yang termasuk
kenakalan remaja meliputi:
a) Berkata tidak jujur dan tidak sopan
b) Membolos saat jam pelajaran
c) Sering tidur dikelas
d) Menganggu Teman dan sebagainya.
Prilaku kenakalan remaja tersebut diatas dapat diatasi dengan menerapkan
peran peran nilai kearifan lokal suku sasak. Peran kearifan local suku sasak
teruutama dengan penggunaan lelakaq mampu menangkal kenakalan remaja yang
dilakukan oleh siswa siswi MAN 1 lotim hal ini karena tanpa disadari nilai nilai
moral yang tertanam dalam lelakaq mampu diserap oleh siswa bahkan bisa
sebagai bahan perenungan untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
nilai dan norma suku sasak. Penerapan kearifan lokal yang dilakukan di MAN 1
LOTIM bermula pada saat pagi hari guru guru menyambut kedatangan siswa
dengan senyum,sapa dan salam,kemudian dilanjutkan dengan membaca alquran
disertai dengan ceramah ceramah keagamaan yang mampu menangkal kenakalan
remaja.salah satu yang dilakukan adalah siswa secara bergiliran untuk
memberikan ceramah dengan berbahasa sasak sebagai upaya untuk
mempertahankan kearifan lokal ditengah era disrupsi. Bagi siswa yang sering
terlambat dengan dilakukan pembimbingan baik secara individu maupun secara
berkelompok. Hal ini dilakukan untuk mengatasi siswa yang sering teerlambat.
Dengan diterapkan kearifan lokal suku sasak yang dilakukan selesai imtaq pagi
maka mampu untuk menangkal kenakalan remaja di MAN 1 Lotim.
DAFTAR PUSTAKA

Handitya, B. (2018). Peran Pendidikan dalam Membangun Moral Bangsa di Era


Disrupsi. Prosiding Seminar Nasional Jurusan Politik Dan Kewarganegaraan.

Hutabarat, R. L. (2014). Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja (studi kasus


pengguna narkoba di desa Perumnas Simalingkar kecamatan Pancur Batu).
Jurnal Universitas Sumatra Utara.

Ida Bagus Brata. (2016). Kearifan BudayaLokal Perekat Identitas Bangsa. Jurnal
Bakti Saraswati. https://doi.org/10.1007/s11104-008-9614-4

Jati, W. R. (2013). KEARIFAN LOKAL SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK


KEAGAMAAN. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan.
https://doi.org/10.21580/ws.2013.21.2.251

Prasetyo, B., & Trisyanti, U. (2018). Revolusi industri 4.0 dan tantangan perubahan
sosial. “Strategi Pembangunan Nasional Menghadapi Revolusi Industri 4.0.”

SUMARA, D. S., HUMAEDI, S., & SANTOSO, M. B. (2017). KENAKALAN


REMAJA DAN PENANGANANNYA. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian
Kepada Masyarakat. https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14393

Anda mungkin juga menyukai