Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH HEMOFILIA

DOSEN PEMBIMBING : Efa Nur Aini,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Nama Kelompok :

1. Anggela Permata K (201801013)

2. Ani Koryatun Nisa (201801014)

3. Anjar Putri M (201801015)

4. Fadila Nur O (201801041)

5. Fahim Risalatul K (201801042)

6. Faniko Nanda S (201801043)

7. Ni Luh Sri W (201801071)

8. Niken Angelia (201801072)

9. Nila Ayu SWL (201801073)

10. Wahidatul Umami (201801098)

11. Wahyu Bagas P (201801099)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat kesehatan yang
diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “HEMOFILIA“ ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya tak lupa juga sholawat serta salam tetap tercurah
limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SWT .

Kami sadar bahwa makalah ini msih belum sempurna dan masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu , kami mohon saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat lebih baik dari sebelumnya .

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Kediri, 24 September 2019


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i

KATA PENGANTAR................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2

C. Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3

A. Pengertian Hemofilia ........................................................................ 3

B. Etiologi............................................................................................... 4

C. Manifestasi Klinis.............................................................................. 5

D. Patofisiologi....................................................................................... 6

E. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................... 7

F. Penatalaksanaan ................................................................................ 7

G. Komplain............................................................................................ 9

H. Terapi Hemofilia

I. Asuhan Keperawatan hemofilia ........................................................ 9

J. Contoh kasus hemofilia

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN HEMOFILIA.................................. 15

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................ 15
B. Saran................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemofilia merupakan penyakit keturunan dengan manifestasi berupa kelainan
pembekuan darah, yang sudah sejak lama dikenal di berbagai belahan dunia termasuk
di Indonesia. Namun masih banyak menyimpan banyak persoalan khususnya masalah
diagnostik dan besarnya biaya perawtan penderita khususnya pemberian komponen
darah sehingga sangat memberatkan penderita maupun keluarganya.
Penyakit hemofilian bila ditinjau dari kata demi kata: hemo berarti darah dan
filia berarti suka. Hemofilia berarti penyakit suka berdarah. Di daratan Eropa
hemofilia ini sudah dikenal sejak beberapa ratus tahun yang lalu, penderitanya banyak
dari keluarga-keluarga bangsawan kerajaan di eropa. Sedang di Amerika penyakit ini
pertama kali ditemukan sekitar awal tahun 1800 pada seorang anak laki-laki yang
diturunkan dari ibu dengan carier Hemofilia.
Dugaan adanya penururnan genetik hemofilia pertama kali dikenal pada masa
Babylonia, ketika seorang pendeta memberikan izin untuk dilakukan sirkumsisi
(sunatan) pada seorang anak laki-laki dari seorang anita yang diketahui merupakan
pembaa he ofilia (carier hemofilia), akibatnya terjadi perdarahan yang berat dan
mengakibatkan kematian.
Pada keadaan normal bila seorang mengalami suatu trauma atau luka pada
pembuluh darah besar atau pembuluh darah halus / kapiler yang ada pada jaringan
lunak maka sistem pembekuan darah / koagulation cascade akan bekerja dengan
mengaktifkan seluruh faktor koagulasi secara beruntun sehingga akhirnya terbentuk
gumpalan darah berupa benang-benang fibrin yang kuat dan akan menutup luka atau
perdarahan, proses ini berlangsung tanpa pernah disadari oleh manusia tu sendiri dan
ini berlangsung selama hidup manusia.
Sebaliknya pada penderita hemofilia akibat terjadinya kekurangan F VIII dan
F IX akan menebabkan pembentukan bekuan darah memerlukan waktu yang cukup
lama dan sering bekuan darah yang terbentuk tersebut mempunyai sifat yang kurang
baik, lembek dan lunak sehingga tidak efektif menyumbat pembuluh darah yang
mengalami trauma, hal ini dikenal sebagai prinsip dasar hemostasismofilia.
Nasib Penderita kelainan darah hemofilia di Indonesia masih sangat
memprihatinkan. Dari puluhan ribu penderita yang ada, hanya segelintir saja yang
tercatat, terdiagnosis dan tertangani. Sedangkan sisanya tidak terdiagnosis dan
mendapatkan pengobatan yang sesuai.
Berdasarkan data yang dimiliki Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia
(HMHI), jumlah penderita diperkirakan sekitar 20.000 orang. Namun hingga Maret
2010 tercatat hanya 1.236 penderita hemofilia dan kelainan perdarahan lainnya yang
teregistrasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian hemofilia?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi hemofilia?
3. Bagaimana manifestasi / tanda dan gejala hemofilia ?
4. Bagaimana Patofisiologi dari hemofilia?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari hemofilia ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari Hemofilia?
7. Apa saja komplikasi klinis dari Hemofilia?
8. Asuhan keperawatan Hemofilia?
9. Bagaimana contoh kasus hemofili?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep penyakit hemofilia dan Asuhan Keperawatan Penyakit
Hemofilia

2. Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi Konsep Penyakit Hemofilia
b) Mengidentifikasi Asuhan Keperawatan Hemofilia
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit genetik/turunan, merupakan suatu bentuk kelainan
perdarahan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya dimana protein yang
diperlukan untuk pembekuan darah tidak ada atau jumlahnya sangat sedikit.
Penyakit ini ditandai dengan sulitnya darah untuk membeku secara normal.
Apabila penyakit ini tidak ditanggulangi dengan baik maka akan menyebabkan
kelumpuhan, kerusakan pada persendian hingga cacat dan kematian dini akibat
perdarahan yang berlebihan. Penyakit ini ditandai dengan perdarahan spontan yang
berat dan kelainan sendi yang nyeri dan menahun. .

Penyakit ini diturunkan orang tua kepada seorang anak melalui kromosom X
yang tidak muncul. Saat wanita membawa gen hemofilia, mereka tidak terkena
penyakit itu. Jika ayah menderita hemofilia tetapi sang ibu tidak punya gen itu, maka
anak laki-laki mereka tidak akan menderita hemofilia, tetapi anak perempuan akan
memiliki gen itu. Jika seorang ibu adalah pembawa dan sang ayah tidak, maka anak
laki-laki akan berisiko terkena hemofilia sebesar 50 persen, dan anak perempuan
berpeluang jadi pembawa gen sebesar 50 persen.

Darah pada seorang penyakit hemofilia tidak dapat membeku dengan


sendirinya.secara normal. proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia
tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal.ia akan lebih banyak
membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.

Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah


kulit,seperti luka memar jika sedikit mengalami benturan ,atau luka memar timbul
dengan sendirinya jika penderita telah melakukan aktifitas yang berat,pembengkakan
pada persendiaan seperti lutut,pergelangan kaki atau siku tangan.
Penderita hemofilia tidak boleh mendapat suntikan kedalam otot karena bisa
menimbulkan luka atau perdarahan. hemofilia memiliki dua tipe, yakni hemofilia
terbagi atas dua jenis yaitu:
1. Hemofilia A, yang dikenal juga dengan nama:
a. Hemofilia Klasik: karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak
kekurangan faktor pembekuan pada darah.
b. Hemofilia kekurangan faktor VIII: terjdi karena kekurangan factor VIII
(dimana gen faktor VIII terletak di dekat ujung lengan panjang kromosom X
dan gen ini sangat besar, terdiri dari 26 ekson). protein pada darah yang
menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
c. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak laki-laki yang mewarisi gen defektif
pada kromosom X dari ibunya. Ibu biasanya bersifat heterozigot dan tidak
memperlihatkan gejala. Akan tetapi 25% kasus terjadi akibat mutasi baru pada
kromosom X.
2. Hemofilia B:
a. Christmas Disease: karena di temukan untuk pertama kalinya pad seorang
bernama Steven Christmas asal kanada
b. Hemofilia kekurangan faktor IX: terjadi akibat kekurangan faktor 9 (factor IX)
protein pada darah yang menyebabkan masalah proses pembekuan darah
3. Hemofilia C
Tipe hemofilia C tergolong lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan
hemofilia A dan B. Hemofilia tipe C sendiri disebabkan oleh tubuh yang
kekurangan faktor pembeku darah XI. Selain itu, hemofilia C juga sulit untuk
diketahui diagnosis-nya. Pasalnya, meski perdarahannya berlangsung lama, tapi
aliran darahnya sangat ringan sehingga lebih sulit diketahui.

B. Etiologi
1) Faktor genetik
Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen-gen factor VIII (F VIII) atau factor IX
(F IX), diklasifikasikan sebagai hemophilia A atau B. Kedua gen ini terletak pada
Kromosom X, menyebabkan gangguan resesif terkait-X.
Hemofilia A terjadi pada sekitar satu dalam 10.000 kelahiran anak laki-laki, di
wariskan pada kromosom X. Tiap anak laki-laki mempunyai resiko 50% mewarisi
gen cacat, tiap anak perempuan mempunyai resiko 50% pembawa (carrier)
Sampai saat ini dikenal 2 macam hemofilia yang diturunkan secara sex-linked
recessive yaitu:
1. Hemofilia A (hemofilia klasik), akibat defisiensi atau disfungsi factor pembekuan
VIII
2. Hemofilia B (christmas disease)akibat defisiensi atau tidak adanya aktivitas factor
IX
2) Faktor defisiensi Vitamin K
Trombocyt adalah bagian sel darah berupa keping-keping darah yang berperan
dalam pembekuan darah. Di dalam tubuh setiap CC mengandung 200 – 300 ribu
butir trombocyt. Bagian lain yang ikut berperan dalam pembekuan darah adalah
protein darah yang ada di plasma darah yaitu protrombin dan fibrinogen selain
vitamin K dan ion calsium.
Trombin adalah protein yang membantu proses pembekuan berupa enzim
pembekuan darah. Enzim ini hanya dihasilkan di tempat yang terluka yang
terbentuk karena reaksi kimia antara protein protrombin, enzim trombokinase dan
Vit.K serta kalsium jumlahnya tidak boleh melebihi ataupun kurang dari yang
diperlukan. Ketika enzim trombin mencapai jumlah yang memadai dalam tubuh,
fibrinogen yang ada di plasma darah berupa protein-protein membentuk juluran
benang di sebut fibrin. Dalam waktu singkat, sekumpulan serat membentuk jaring
yang terbentuk di tempat keluarnya darah. Ketika luka telah sembuh sama sekali,
gumpalan tersebut akan hilang.
Bila terjadi luka, trombosit akan pecah mengeluarkan trombokinase atau
tromboplastin. Trombokinase akan mengubah protrombin menjadi trombin.
Trombin mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang yang terbentuk benang-benang
yang menjerat sel darah merah dan membentuk gumpalan sehingga darah
membeku. Protrombin adalah senyawa globulin yang larut dan dihasilkan di hati
dengan bantuan vItamin K (perubahan protrombin yang belum aktif menjadi
trombin yang aktif dipercepat oleh ion kalsium). Fibrinogen adalah protein yang
larut dalam plasma darah.
Legg mengklasifikasikan hemofilia menjadi:

Berat Sedang Ringan


Aktivitas F VIII-U/ml% <0,01-(<1) 0,01-0,05(1,5) >0,05(>5)
Frekuensi Hemofilia 70 15 15
A(%)
Frekuensi Hemofilia 50 30 20
B(%)
Usia awitan < 1 tahun 1-2 tahun >2 tahun
Gejala neonatus Sering PCB Sering PCB Tak pernah
kejadian ICH Jarang ICB PCB Jarang
sekali ICB
Peradarahan otot/ sendi Tanpa trauma Trauma ringan Trauma cukup
kuat
Perdarahan SSP Resiko tinggi Resiko sedang jaranng
Perdarahan post operasi Sering & fatal Butuh bebat Pada operasi
besar
Peradarah oral (trauma Sering terjadi Dapat terjadi Kadang terjadi
cabut gigi)

C. Manifestasi Klinis

Berikut adalah Manifesasi Hrmofilia :

 Hemartrosis ( penadarahan hebat dalam sendi )


 Mudah memar & pemebentukan Hematomkulit dengan trauma minor
 ( misal suntikan ).
 Pendarahan dari Gusi & pendarahan lama setelah cidera mimor/terpotong.
 Pendarahan Gastro Intestinal ( GI ), dengan hematemesis ( darah dalam muntahan ),
darah samar dalam feses, nyeri lambung, atau nyeri abdomen.
 Hematuria spontan atau Epistaksis ( pendarahan hidung ).
 Nyeri atau Paralisis akibat tekanan Hematoma pada saraf.
 Hemoragi Intrakranial adalah manifestasi hemofilia yang berpotensi mengancam jiwa
D. WOC HEMOFILIA

Faktor Kongiental: Genetik Faktor Lainnya : Defisiensi Vit. K

Faktor Genetik Defisiensi Vit. K

Penurunan sintesis Gg pembentukan faktor VIII , IX


faktor VIII dan IX
proses koagulasi terganggu

Faktor X tdk teraktivasi


Luka tidak tertutup

Pemanjangan APTT
perdarahan
Trombin lama terbentuk

Stabilitas fibrin kurang mencukupi

Perdarahan

Darah sukar membeku

HEMOFILIA

Kehilangan Kumpulan Absorpsi usus


Vasokonstriksi pembuluh
banyak darah trombosit menurun
darah otak
menurun

Hb menurun Defisit faktor Sari makanan tdk


Sirkulasi darah ke dpt diserap
pembekuan darah
jantung menurun
Aliran darah dan O2
ke paru menurun Nekrosis jaringan otak Perub. Nutrisi
Iskemik miokard kurang dr
kebutuhan
Hipoksia Pengisian vasokontriksi Defisit fungsi neurologis
tubuh
menurun
Dispneu letargi
CO menurun
Gangguan pola
Resiko cedera
nafas
G3 perfusi jaringan
1. Penjelasan WOC Hemofilia
Hemofilia disebabkan oleh dua faktor yakni :
a. Faktor Kongiental, meliputi faktor genetik,
Faktor genetik tadi menyebabkan penurunan sintesis faktor pembekuan darah
VIII dan IX, dan karena penurunan faktor pembekuan darah tadi menyebabkan fator
X tidak teraktivasi sehingga terjadi pemanjangan APTT (Activated Patrial
Thromboplastin Time) dan menyebabkan proses pembentukan trombin menjadi lama
sehingga stabilitas fibrin pun menjadi tidak memadai sehingga terjadi pendarah dan
menyebabkan darah sukar membeku.
b. Faktor lain, meliputi defisiensi Vitamin K
Defisiensi vitamin K menyebabkan gangguan faktor VIII dan IX sehingga
menjadikan proses koagulasi terganggu dan luka pun menjadi tidak tertutup dan
menyebabkan perdarahan.
Dari kedua hal tersebut menyebabkan terjadinya hemofilia, lantaran hemofilia
tersebut menyebabkan beberapa hal :
Yang pertama, karena perdarahan dari hemofilia dalam pernafasan tersebut
menyebabkan banyaknya kehilangan darah sehingga menyebabkan Hb turun dan
mengakibatkan aliran darah ke paru pun menurun dan menyebabkan hipoksia
sehingga terjadi dispneu dan lataran hal ini terjadi gangguan pola nafas.
Yang kedua, karena perdarahan tersebut pada darah menyebabkan kumpulan
trombositpun menurun sehingga sirkulasi darah ke jantungpun terganggu dan terjadi
iskemik miokard karena iskemik miokard tersebut pengisian darah ke ventrikel
kiripun menurun dan menyebabkan cardic out pun menurun karena hal tersebut
terjadilah intoleransi aktivitas.
Yang ketiga, karena pendarahan tersebut pada otak menyebabkan
vasokonstriksi pada pembuluh darah otak sehingga terjadi defisit faktor pembekuan
darah dan menyebabkan nekrosis pada jaringan otak sehingga otak mengalami
defisit fungsi neurologisnya dan menyebabkan letargi, lantaran hal ini maka
menyebabkan terjadinya resiko cedera.
Yang keempat, karena perdarahan tersebut pada GI menyebabkan absorpsi
ususpun menurun sehingga sari makanan pun tidak dapat diserap sehingga
menyebabkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Hemopilia A Defisiensi factor IX Penyakit von
Willebrand
pewarisan Terkait jenis kelamin Terkait jenis kelamin Dominan (tidak
lengkap)
Lokasi utama Otot,sendi,pascatrauma Otot,sendi,pascatraum Membrane
pendarahan atau pasca operasi a atau pasca operasi mukosa,luka kulit,
pascatrauma atau
pasca operasi
Jumlah trombosit Normal Normal normal
Masa pendarahan Normal Normal Memanjang
Masa protrombin Normal Normal Normal
Masa tromboplastin Memanjang Memanjang Memanjang atau
pasial normal
Factor VIII Rendah Normal Mungkin berkurang
sedang
Faktor IX Normal Rendah Normal
VWF Normal Normal Rendah
Agregasi trombosit Normal Normal Terganggu
yang diinduksi
ristocetin

F. Penatalaksanaan
 Bantu keluarga dan pasien dalam menghadapi kondisi ini karena sifatnya yang kronis,
menyebabkan banyak keterbatasan dalam kehidupan mereka, dan merupakan
gangguan yang diwariskan sehingga dapat diturukan ke generasi berikutnya.
 Sejak masa kanak kanak, bantu pasien menghadapi kondisi ini dan mengidentifikasi
aspek positif dalam kehidupan mereka.
 Dorong pasien untuk mandiri dan mempertahankan kemadirian dengan mencegah
trauma yang seharusnya terjadi

 Pasien yang mengalami defisiensi faktor ringan dan tidak terdiaknosis sampai masa
dewasa memerlukan penyuluhan lebih dalam tentang pembatasan aktifitas dan
tindakan perawatan diri untuk menghilangkan kemungkinan hemoragi dan komplikasi
pendarahan : tekankan masalah keselamatan dilingkungan rumah dan tempat kerja.
 Instruksikan pasien untuk meghindari setiap agen yang menganggu agregrasi
trombosit, seperti aspirin, obat anti inflamasi non steroid (NSAID), herbal, suplemen
nutrisi, dan alkohol. (Termasuk pula obat obat yang dijual bebas seperti obat flu)
 Tingkatkan higiene gigi yang baik sebagai upaya pefentif sebab tindakkan cabut gigi
adalah hal yang membahayakan.
 Jelakan kepada pasien bahwa menekan luka kecil mungkin cukup untuk mengontrol
perdarahan jika defisiensi faktor tidak berat, hindari menyumpal hidung.
 Belat dan alat ortopedik lainnya mungkin bermanfaat untuk pasien yang mengalami
hemoragi sendi / otot.
 Hindari semua jenis injeksi : minimalkan prosedur infasif (mis, indoskopi, fungsi
lumbal) atau lakukan setelah pemberian penggani faktor pembekuan yang sesuai.
 Kaji dengan seksama perdarahan selama episode hemoragi : pasien yang beresiko
mengalami gangguan berat (mis, perdarahan kedalam saluran nafas atau otak ) harus
menjalani opserfasi ketat dan pengkajian yang sistematis untuk mengetahui adannya
komplikasi (mis, gawat nafas,perubahan tingkat kesadaran).
 Jika pasien baru saja menjalani pembedahan, kaji area bedah dengan seksama dan
sering untuk melihat adannya pendarahan : tanda-tanda vital harus dipantau secara
sering sampai perawat yakin tidak ada perdarahan yang berlebihan pasca operatif.
 Berikan analgesik sesuai kebutuhan : perbolehkan paien mandi hangat tetapi jangan
pada saat terjadi perdarahan.
 Pasien yang terpajan infeksi (mis, Infeksi HIV, hepatitis) melalui tranfusi sebelumnya
mungkin memerlukan bantuan dalam menghadapi diagnosis dan konsekuensinya
 Pemeriksaan genetik dan konseling yang direkomendasikan bagi wanita pembawa
(carier) sehingga mereka dapat membuat keputusan termaklum tentang keinginan
untuk memiliki anak dan menggatur kehamilan.
 Sarankan pasien untuk membawa atau mengenakan identifikasi medis.

G. Komplikasi
Kompikasi terpenting yang timbul pada hemophilia A dan B adalah :
1. Timbulkan inhibitor

Suatu inhibitor terjadi jika system kekebalan tubuh melihat konsentrat factor
VIII atau factor IX sebagai benda asing dan menghancurkannya.. inhibitor adalah cara
tubuh untuk melawan apa yang dilihatnya sebagai benda asing yang masuk. Hal ini
berarti segera setelah konsentrat factor diberikan tubuh akan melawan dan akan
menghilangkannya.

2. Kerusakan sendi akibat pendarahan berulang.

Kerusakan sendi adalah kerusakan yang disebabkan oleh perdarahan yang


berulang didalam dan disekitar rongga sendi. Kerusakan yang menetap dapat
disebabkan oleh satu kali perdarahan yang berat (hemarthrosis). Namun secara normal,
kerusakan merupakan akibat dari perdarahan berulang ulang pada sendi yang sama
selama beberapa tahun. Makin sering perdarahan dan makin banyak perdarahan dan
makin besar kerusakan. Kerusakan sendipada hemophilia bias sebagai “artropati
hemofila”.

3. `infeksi yang dutularkan oleh darah seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C yang
ditularkan melalui konsentart factor pada waktu sebelumnya.

Dalam 20 tahun terakhir, komplikasi hemophilia yang paling serius adalah


infeksi yang ditularkan oleh darah. Diseluruh dunia banyak penderita hemofilia yang
tertular HIV, hepatitis B, hepatitis C. mereka terkena infeksi ini dari plasma,
cryopresipitat dan khususnya dari konsentrat factor yang dianggap akan membuat hidup
mereka normal.

H. Terapi Hemofilia

Menggunakan metode terapi RICE :

R = Rest
Artinya mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sedangkan bagian tubuh
yang tidak cidera boleh tetap melakukan aktivitas. Tujuan mengistirahatkan bagian
tubuh yang cedera adalah :

1. Mencegah cidera lebih lanjut

2. Membuat proses penyembuhan luka lebih cepat

Segera setelah cidera sebaiknya jangan gunakan pada bagian cidera sama
sekali atau istirahatkan total sekitar 15 menit. Kemudian, istirahatkan sampai nyeri
pada cidera hilang, atau hingga 48 jam.

I = Ice

Artinya secara umum manfaat penggunaan es pada cidera jaringan lunak adalah :

1. Membatasi pembegkakan

2. Mengurangi nyeri

3. Mengurangi spasme otot

Pemberian es ini dilakukan dengan memasukkan pecahan es kedalam kantung


plastik seluas area cidera atau lebih. Setelah itu bungkus plastic dengan handuk yang
sudah dibasahi, kemudian ditempelkan pada area yang cidera. Pemberian es sebaiknya
dilakukan dalam waktu 10 menit atau sesegera mungkin setelah cidera selama 15-
20menit, kemudian diulang setiap 2-4 jam. Pemberian es secara berkala ini dilakukan
selama 24 jam pertama setelah cidera.

C = Compression

Kompresi adalah aplikasi gaya tekan terhadap lokasi cedera. Kompresi


digunakan untuk membantu aplikasi es dan membatasi pembengkakan yang
merupakan faktor utama untuk mempercepat masa rehabilitasi.oleh karena itu
kompresi sering dilakukan dengan melilitkan Elastic verban pada bagian cedera, yaitu
dengan merenggangkan verban hingga 75% panjangnya. Perlu diperhatikan saat
melakukan pembebatan jangan terlalu ketat karena dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi dengan gejala-gejala seperti kesemutan, peningkatan rasa nyeri.
Lilitan ini harus meliputi seluruh area cedera dan diaplikasikan secara terus-
menerus selama 24 jam pertama sesudah kejadian cedera. Dalam kasus dimana terjadi
perdarahan, kompresi juga dapat membantu menghentikan perdarahan.

E = Elevation

Elevasi adalah meninggikan bagian yang mengalami cedera melebihi


ketinggian jantung sehingga dapat membantu mendorong cairan keluar dari daerah
pembengkakan. Elevasi juga akan membantu pembuluh darah vena untuk
mengembalikan darah dari area cedera kejantung sehingga mencegah terjadinya
akumulasi atau pooling darah diarea cerera. Bagian yang mengalami cedera diangkat
sehingga berada 15-25 cm diatas ketinggian jantung. Elevasi sebaiknya dilakukan
hingga pembengkakan menghilang.

I. Konsep Asuhan Keperawatan Hemofilia


a. Pengkajian Hemofilia
1. Riwayat Kesehatan: episode perdarahan sebelumnya dengan atau tanpa
trauma, riwayat mudah memar, hematoma, epitaksis perdarahan gusi,
hematuria, darah dalam muntahan, atau nyeri sendi, pemakaian aspirin,
riwayat hemofilia atau gangguan perdarahan dalam keluarga.
2. Pemeriksaan diagnostik: CBC mencakup hemoglobin, hematokrit, dan hitung
trombosit, assay faktor pembekuan, pemeriksaan mengenai adanya darah
samar (urine, feses, emesis), hasil sinar-x dan scan mengenai adanya tanda
perdarahan.
b. Diagnosis Hemofilia
Diagnosis Keperawatan
1. Resiko gangguan pola nafas berhubungan dengan proses aliran darah dan
O2 ke paru-paru kurang efektif atau menurun
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sirkulasi darah ke jantung
menurun, iskemik miokard
3. Resiko cedera berhubungan dengan defisit fungsi neurologis, letargi
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan
dengan kagagalan atau menurun nya fungsi GIT

c. Intervensi Hemofilia
No diagnosa NANDA NIC NOC
Gangguan Definisi: Inspirasi dan atau Definisi: Inspirasi dan Definisi: Inspirasi dan atau
pola nafas ekspirasi yang tidak memberi atau ekspirasi yang ekspirasi yang tidak
ventilasi adekuat. tidak memberi ventilasi memberi ventilaisi adekuat
Batasan karakteristik: adekuat. Outcome untuk mengukur
 Pola nafas abnormal Intervensi keperawatan penyelesaian dari
 Perubahan ekskursi dada yang di sarankan untuk diagnosis:

 Bradipnea menyelesaikan masalah:  Respon

 Penurunan tekanan  Manajemen penyampaian

ekspirasi jalan nafas ventilasi mekanik:

 Penurunan tekanan  Penghisapan Dewasa status

inspirasi lender pada jalan pernafasan

 Penurunan ventilasi nafas Outcome tambahan untuk

semenit  Pengurangan mengukur batasan


kecemasan karakteristik:
 Penurunan kapasitas
vital  Manajemen  Respon alergi:
alergi Sistemik
 Dyspnea
 Manajemen  Status pernafasan:
 Peningkatan diameter
jalan nafas Kepatenan jalan
anterior posterior
buatan nafas
 Pernafasan cuping
 Manajemen Outcome yang berkaitan
hidung
asma dengan faktor yang
 Ortopnea
 Manajemen berhubungan atau
 Fase ekspirasi
batuk outcome menengah
memanjang
 Pemberian obat  Keparahan respirasi
 Takipnea
 Monitor asidosis akut.
 Penggunaan otot bantu
pernafasan  Keparahan
pernafasan
 Pemberian respiratori Alkalosis
 Penggunaan posisi tiga
analgesic akut.
titik
 Perawatan gawat  Tingkat kecemasan
Faktor yang berhubungan:
darurat  Kognisi
 Ansietas
 Pengaturan  Konservasi energy
 Posisi tubuh yang
posisi  Kelelahan efek yang
menghambat ekspansi
paru mengganggu
 Keletihan Tingkat kelelahan
 Hiperventilasi  Status neurologi:
 Obesitas Otonomik

 Nyeri  Status NEurologi:

 Keletihan otot Sensori tulang

pernafasan punggung/fungsi

Kondisi terkait: motorik

 Deformitas tulang Tingkat nyeri

 Deformitas didin dada  Organisasi


(pengelolaan) bayi
 Sindrom hipoventilasi
primatur
 Gangguan
 Menejemen diri:
musculoskeletal
Asma
 Imaturitas neurologis
 Manajemen diri:
 Gangguan neurologis
Penyakit paru
 Disfungsi neuromuscular
obstruktif kronik
 Cedera medulla spinalis
 Perilaku berhenti
merokok
 Berat badan: Masa
tubuh

NO NANDA NIC NOC


DIAGNOSA
Resiko Definisi : Rentan mengalami Definisi : berisiko Definisi : berisiko
Cidera cedera fisik akibat kondisi mengalami cedera mengalami cedera akibat
00035 lingkungan yang berinteraksi sebagai akibat kondisi kondisi lingkungan
dengan sumber adaptif dan lingkungan yang berinteraksi dengan pribadi
sumber defensive individu, yang berinteraksi dengan yang sumber-sumbernya
dapat mengganggu kesehatan. sumber adaptif dan adaptif dan defense
Factor risiko : sumber deffensif Outcome untuk menilai
- Kurang sumber nutrisi individu dan mengukur kejadian
- Pajanan pada pathogen Intervensi actual dari diagnosis
pemajanan zat kimia keperawatan yang Kejadian jatuh
toksik disarankan akan Keparahan cedera fisik
- Tingkat imunisasi di menyelesaikan Outcome yang
komunitas masalah : berhubungan dengan
- Kurang pengetahuan - Dukungan factor resiko
tentang factor yang dapat perlindungan - Respon alergi :
diubah terhadap sistemik
- Malnutrisi kekerasan - Ambulasi
- Agens nosocomial - Dukungan - Ambulasi : kursi
- Hambatan fisik perlindungan roda
- Moda transportasi tidak terhadap - Keseimbangan
aman perlindungan - Koagulasi darah
Populasi berisiko anak - Kadar glukosa darah
- Usia ekstrim - Dukungan - Kepuasan klien :
- Gangguan mekanisme perlindungan keamanan
pertahanan primer terhadap - Orientasi kognitif
Kondisi terkait pasangan
- Status imun
Profil darah abnormal - Perlindungan
- komunitas
terhadap lansia
- Gangguan fungsi - Control risiko
- Menegemen
kognitif komunitas : penyakit
lingkungan :
- Gangguan psikomotor menular
pencegahan
- Gangguan sensasi - Koordinasi
kekerasan
- Disfungsi autoimun pergerakan
- Menegemen
- Disfungsi biokimia - Tingkat delirum
imunisasi atau
- Disfungsi efektor - Tingkat demensia
vaksinasi
- Disfungsi imun - Resiko
- Perlindungan
- Disfungsi integrasi kecenderungan
terhadap laser
sensori perilaku melarikan
- Perlindungan
- Hipoksia jaringan diri
terhadap latex
- Perilaku pencegahan
- Terapi nutrisi
jatuh
- Pengekangan
- Cara berjalan
fisik
- Respon imun
- Perawatan pasca
hipersensitif
anastesi - Status imunitas
- Perawatan luka - Perilaku imunisasi
tekan - Memproses
- Tindakan informasi
pencegahan - Pengetahuan :
dalam mekanik tubuh
pembedahan - Pengetahuan :
- Menegemen keamanan fisik anak
terapi - Pengetahuan :
trombolitik pencegahan jatuh
- Menegemen - Pengetahuan :
jalan napas keamanan pribadi
- Menegemen - Pergerakan
asma - Status nutrisi :
- Perawatan asupan nutrisi
kehamilan - Kinerja pengasuhan :
- Perawatan keamanan fisik
kehamilan remaja
resiko tinggi - Kinerja pengasuhan :
- Perlindungan keamanan fisik
infeksi kehidupan masa
- Pemberian obat awal/tengah anak-
- Perawatan anak
waktu istirahat - Kinerja pengasuhan
- keamanan fisik
bayi/batita
- Kinerja pengasuhan :
keamanan
psikososial
- Perilaku keamanan
pribadi
- Control resiko
- Deteksi resiko
- Keamanan
lingkungan rumah
- Keluyuran yang
aman
- Control kejang
sendiri
- Status perawatan diri
- Fungsi sensori
- Fungsi sensori :
pendengaran
- Fungsi sensori :
penglihatan
- Integritas jaringan :
kulit dan membrane
mukosa
- Perfusi jaringan
- Kemampuan
berpindah

NO NANDA NIC NOC


DIAGNOSA
Definisi : suatu pola Definisi : asupan nutrisi
supan nutrisi yang cukup tidak cukup untuk
untuk memenuhu memenuhi kebutuhan
kebutuhan metabolic dan metabolic
dapat ditingkatkan Outcome untuk
Intervensi keperawatan mengukur penyelesaian
yang disarankan untuk dari diagnosis
menyelesaikan masalah : status nutrisi bayi
- Manajemen status nutrisi
hiperglikemi status nutrisi : asupan
- Manajemen nutrisi
hipoglikemi outcome tambahan
- Konseling nutrisi untuk mengukur
- Bantuan pasien batasan karakteristik
untuk mengontrol - Nafsu makan
pemberian - Eleminasi usus
analgesic - Keberhasilan
- Peningkatan menyusui : bayi
efikasi diri - Tingkat
- Fasilitasi ketidaknyamanan
tanggung jawab - Pengetahuan :
diri sehat
- Manajemen berat - Status nutrisi :
badan pengukuran
- Manajemen biokimia
nutrisi - Status nutrisi :
- Monitor nutrisi energy
- Bantuan - Status nutrisi :
perawatan diri: asupan makanan
pemberian makan dan cairan
- Pengajaran: - Kesehatan mulut
peresepan diet - Tingkat nyeri
- Bantuan - Fungsi sensori :
peningkatan berat pengecap dan
badan pembau
- Bantuan - Status menelan
penurunan berat - Perfusi jaringan :
badan perifer
- Berat badan
- Massa tubuh
Outcome yang berkaitan
dengan factor yang
berhubungan atau
outcome menengah
- perilaku patuh :
diet yang sehat
- Perilaku patuh :
diet yang
disarankan
- Tingkat depresi
- Control diri
terhadap kelainan
makan
- Kelelahan : efek
yang mengganggu
- Fungsi gastro
intenstinal
- Kepercayaan
mengenai
kesehatan
- Kepercayaan
mengenai
kesehatan :
sumber-sumber
yang diterima
- Pengetahuan :
menegemen
kelainan makan
- Pengetahuan :
menegemen
penyakit
peradangan usus
- Pengetahuan : diet
yang disarankan
- Pengetahuan :
menegemenn
berat badan
- Keparahan mual
dan muntah
- Perilaku
kesehatan prenatal
- Perawatan diri :
makan
- Status menelan :
fase oral
- Status menelan :
fase faringel

DIAGNOSA NANDA NIC NOC


Ketidakefektifa Definisi : penurunan sirkulasi Definisi: penurunan Definisi: kecukupan
n perfusi darah ke perifer yang dapat fungsi darah ke perifer aliran darah melalui
jaringan perifer mengganggu kesehatan yang dapat mengganggu pembuluh kecil di ujung
kesehatan kaki dan tangan untuk
Batasan karakteristik: 1. Perawatan gawat mempertahankan fungsi
1. Perubahan tekanan darurat jaringan.
darah ekstremitas 2. Manajemen 1. Pengisian kapiler
2. Penurunan nadi perifer cairan jari kaki
3. Kelambatan 3. Terapi oksigen 2. Kekuatan denyut
penyembuhan luka 4. Terapi nutrisi nadi femoralis
perifer 5. Manajemen kanan
4. Nyeri ekstremitas sensasi perifer 3. Nilai rata-rata
6. Pengaturan posisi tekanan darah
Faktor yang berhubungan : 7. Manajemen syok 4. Muka pucat
- 8. Pengecekan kulit 5. Kelemahan otot
Kondisi terkait: 9. Monitor tanda- 6. Kerusakan kulit
Trauma tanda vital
10. Manajemen nyeri

d. Evaluasi Hemofilia
 Melaporkan kepuasan dengan tingkat nyeri dan ketidaknyamanan saat ini
 Mengalami lebih sedikit keletihan dan aktivitas meningkat
 Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
 Mengatasi ansietas dan duka cita
 Tidak mengalami komplikasi
BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HEMOFILIA
A. Kasus Semu
Tn. A usia 23 th seorang mahasiswa mengalami kecelakaan saat perjalanan
menuju kampus dengan luka pada bagian lutut sebelah kanan dan bagian
lengan bawah sebelah kanan. Karena Tn. A mengidap hemofilia jadi langsung
dibawa ke rumah sakit. Selama perjalanan perdarahan tidak berhenti meskipun
sudah dibalut dan di tekan, sampainya di UGD dilakukan pemeriksaan dan
didapatkan hasil pemeriksaan fisik : Suhu tubuh 36.5 o C, TD: 100/60 mmHg,
Nadi: 60x/menit, RR: 28x/menit. Pasien mengalami nafas cuping hidung,
anemis, lemas, bibir dan muka pucat, dan kaki terlihat bengkak dan kelemahan
otot pada kaki kanan. Pasien Mengeluh nyeri pada bagian Lutut dan menjalar
ke kaki bagian bawah.
B. Pengkajian
1) Identitas
Nama : Tn. A
Usia : 23 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Pare
2) Keluhan Utama
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga: Ibu dari Tn. A sebagai pembawa hemofilia
Riwayat psikososial : -
C. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath) : 28X/menit, terlihat sesak dengan nafas cuping hidung
B2 (Blood) : TD: 100/60 mmHg, pasien anemis
B3 (Brain) : kepala pusing, pandangan kabur
B4 (Bladder) : -
B5 (Bowel) : mual,
B6 (Bone) : Nyeri pada sendi dan tulang
P: karena benturan ketika kecelakaan
Q: nyeri seperti tertekan
R : pada sendi lutut dan menjulur ke kaki kiri bawah
S: 6
T: Ketika pasien dalam perjalanan ke RS, dan nyeri bertahap karena terjadi
pembengkakan pada lutut
D. Analisis Data

NO Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1 DS: Faktor penyebab Gangguan pola
1) Pasien nafas tidak efektif
mengatakan Kehilangan banyak (D.0005) SDKI
sedikit sesak darah
DO:
S: 36.5oC, Hb menurun
TD: 90/60 mmHg, Nadi:
60x/menit, Aliran darah dan O2
RR: 28x/menit. ke paru menurun

Hipoksia

Dispneu

Gangguan pola nafas

Mk: pola nafas tidak


efektif

2 DS: Faktor penyebab Gangguan Perfusi


1. Pasien Jaringan Jaringan
mengatakan nyeri Trombosit menurun (00228) NANDA
pada kaki
DO : Sirkulasi darah ke
1) Perdarahan pada jantung menurun
bagian luka
2) Pembengkakan Iskemik miokard
pada ekstremitas
bawah bagian Pengisian
kanan vasokontriksi
3) Kaki terlihat menurun
bengkak
4) Bibir terlihat pucat CO menurun
P: karena benturan ketika
kecelakaan G3 perfusi jaringan
Q: nyeri seperti tertekan
R : pada sendi lutut dan Mk: Gangguan
menjulur ke kaki kiri perfusi jaringan
bawah
S: 6
T: Ketika pasien dalam
perjalanan ke RS, dan
nyeri bertahap karena
terjadi pembengkakan
pada lutut

S: 36.5oC,
TD: 90/60 mmHg, Nadi:
60x/menit,
RR: 28x/menit.

3 DS: Faktor penyebab Resiko Cedera


1) Pasien Vasokonstriksi (00035) NANDA
mengatakan pembuluh darah otak
cedera akibat jatuh
dari sepeda motor Defisit faktor
DO: pembekuan darah
1. Terjadi perdarahan
pada lutut dan Nekrosis jaringan
lengan bagian otak
bawah sebelah
kanan Defisit fungsi
2. Hambatan gerak neurologis
fisik pada lutut
dan lengan kaki Letargi
bagian bawah
Mk: Resiko cedera

E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko gangguan pola nafas berhubungan dengan proses aliran darah
dan O2 ke paru-paru kurang efektif atau menurun
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sirkulasi darah ke
jantung menurun, iskemik miokard
3. Resiko cedera berhubungan dengan defisit fungsi neurologis, letargi
F. Intervensi

Diagnosa Intervensi (NIC)


Tujuan dan Kriteria (NOC)

Gangguan 1. Pengurangan Setelah di lakukan tindakan


pola nafas kecemasan diharapkan infeksi dapat
tidak efektif 2. Monitor pernafasan diatasi dengan kriteria hasil:
(D.0005) 3. Pemberian 1. Rasa cemas pasien
SDKI analgesic dapat berkurang
4. Perawatan gawat 2. Pasien bisa bernafas
darurat dengan normal
5. Pengaturan posisi 3. Dengan posisi
6. Pemberian obat tersebut sesak
berkurang
4. TTV normal
Gangguan 1. Awasi tanda vital, kaji Setelah di lakukan tindakan
Perfusi pengisian kapiler diharapkan infeksi dapat
Jaringan 2. Tinggikan tempat tidur diatasi dengan kriteria hasil:
(00228) pada bagian kepala 1. Kekuatan denyut
NANDA 3. Ajarkan pasien femoralis (kanan)
melakukan perubahan 2. Nilai rata-rata
posisi tekanan darah
4. Kaji riwayat nutrisi, 3. Muka pucat
termasuk makanan 4. Kelemahan otot
yang disukai 5. Rubor
Resiko 1. Perlindungan infeksi Setelah di lakukan tindakan
Cedera 2. Pengekangan fisik diharapkan infeksi dapat
(00035) 3. Terapi nutrisi diatasi dengan kriteria hasil:
NANDA 4. Perlindungan infeksi 1. Status imunitas
2. Perilaku pencegahan
jatuh
3. Status nutrisi :
asupan nutrisi
4. Deteksi resiko

G. Implementasi

Diagnosa Tgl/jam Tindakan Paraf

Gangguan pola Senin,24 september


nafas tidak efektif 2109 7. Melakukan tindakan
(D.0005) SDKI untuk mengurangi
08.00 wib
kecemasan
8. memonitor
pernafasan
08.00 wib
9. memberikan obat
analgesik analgesic
10. melakukan tindakan
08.00 wib
perawatan gawat
darurat
11. melakukan tindakan
08.00 wib
pengaturan posisi
12. melakukan pemberian
08.00 wib obat

08.00 wib

Gangguan perfusi Senin, 24 september


jaringan (00228) 2019 5. melakukan pengukuran
NANDA TTV dan mengawasi
08.00 wib
tanda vital
6. Meninggikan tempat
tidur pada bagian
08.00 wib
kepala
7. Mengajarkan pasien
untuk melakukan
perubahan posisi
08.00 wib

Resiko cedera Senin, 24 september


(00035) 2019
5. Melakukan tindakan
08.00 wib
dengan hati-hati untuk
pencegahan infeksi
6. Mengurangi aktivitas
fisik untuk mencegah
08.00 wib resiko cedera lebih
parah
7. Memonitor adanya
luka baru yang di
timbulkan atau tidak
08.00 wib

H. Evaluasi
Diagnosa Tanggal / Jam Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan

Gangguan pola nafas Rabu, 25 september S:


tidak efektif 2019 1. Pasien Mengatakan
rasa cemas berkurang
2. Dengan posisi setengah
duduk pasien tidak
begitu sesak
O:
1. Pasien tidak ada nafas
cuping hidung
S: 36.5oC,

TD: 110/70 mmHg,

Nadi: 70x/menit,

RR: 23x/menit.

A : masalah teratasi sebagian

P: Intervensi di lanjutkan

Gangguan perfusi Rabu, 25 september S: Pasien mengatakan bahwa


jaringan 2019 sudah ada sedikit kekuatan
otot pada kaki kanan
O:
6. Wajah pucat lagi
S: 36.5oC,

TD: 110/70 mmHg,

Nadi: 70x/menit,

RR: 23x/menit.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi di lanjutkan

Resiko cedera Rabu, 25 september S: Pasien mengatakan dapat


2019 berhati-hati untuk menghindari
resiko jatuh
O:

S: 36.5oC,

TD: 110/70 mmHg,

Nadi: 70x/menit,

RR: 23x/menit.

A: Masalah Teratasi

P: Intervensi dihentikan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
penyakit hemofilia merupakan penyakit menurun / genetik yang sampai sekarang
belum ditemukan obatnya. Hemofilia merupakan suatu bentuk kelainan perdarahan
yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya dimana protein yang diperlukan untuk
pembekuan darah tidak ada atau jumlahnya sangat sedikit.
Hemofilia termasuk suatu gangguan yang berdampak tidak hanya pada fisik saja,
namun juga pada aspek psikososial orang tersebut dan keluarganya. Pendekatan yang
dilakukan tidak cukup hanya dari pendekatan biologis saja, tapi juga diperlukan pula
pendekatan secara psikologis. Mengingat banyaknya aspek yang terkait, diperlukan
yang komprehensif, saling menunjang dan terpadu. Diharapkan dengan pendekatan
demikian prognosis anak dengan hemofilia akan lebih baik.
Hemofilia A dan B menyebabkan komplikasi berbahaya seperti timbulnya
inhibitor, kerusakan sendi akibat perdarahan berulang, dan infeksi yang di tularkan
oleh darah sepeerti HIV, hepatitis B dan hepatitis C yang ditularkan melalui
konsentrat faktor pada waktu sebelumnya.

B. Saran
1. Diharapkan pemerintah dapat memfasilitaasi sarana dan prasarana yang memadai
bagi para penderita hemofilia
2. Sebaiknya penderita hemofilia segera melakukan pengobatan apabila terjadi
perdarahan
3. Sebaiknya penderita berhati-hati dalam beraktifitas, untuk mencegah terjadi
trauma
4. Keluarga penderita hemofilia diharapkan senantiasa memberikan semangat, dan
menjaga penderita
5. Sebaiknya keluarga atau kerabbat tidak mendiskriminasi penderita agar dapat
membawa dampak positif bagi psikologi penderita.
DAFTAR PUSTAKA

Andi Sulistyo H & Wiwik Handayani, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gngguan
Sistem Hematologi.2008.Jakarta:Salemba Medika. Tanggal 23 September 2019. Pukul 15.00

A.V. Hoffbrand, dkk. Kapita Selekta Hematologi edisi 4.2005.jakarta:EGC Tanggal 23


September 2019. Pukul 15.05

Marlene Hurst, Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah Vol.1.2011.Jakarta:EGC


Tanggal 23 September 2019. Pukul 15.05

Karen M.Burke dkk. Buku Ajara Keperawatan Medikal Bedah Vol.3


Edisi.5.2011.Jakarta:EGC. Tanggal 23 September 2019 Pukul 15.10

http://www.scrib.com/doc/80411893/prognosis-hemofilia-angga/. Tanggal 16 September


2019. Pukul 07.10 WIB

http://jundul.wordpress.com/2008/11/27/hemofilia/. Tanggal 16 September 2019. Pukul


07.10 WIB

Suddarth, Brunner.Keperawatan Medikal Bedah ed.12.2013.jakarta:EGC Tanggal 16


September 2019. Pukul 10.20 WIB

Kusuma Hardi, Amin Huda N.Asuhan Keperawatan Praktis ed.rev jilid


1.jogjakarta:Medication Jogjakarta Tanggal 18 September 2019. Pukul 11.15 WIB

Anda mungkin juga menyukai