POST OPERATIF
DISUSUN OLEH
TRI WULANDARI
(PO.71.20.4.16.036)
DOSEN PEMBIMBING
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Pengertian......................................................................................... 3
B. Ruang Perawatan Pasca Anesthesia................................................. 3
C. Kriteria Pasien Yang di Perbolehkan Keluar Dari Recovery Room
..........................................................................................................
4
D. Tugas Perawat Ruangan Setelah Menerima Pasien dari Recovery
Room................................................................................................
5
E. Komplikasi Pasca Operatif .............................................................. 6
F. Asuhan Keperawatan....................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar
klien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini
dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga
adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien
merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi.
Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti
karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama jantung, paru,
pernafasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan
menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-
benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari post operatif?
2. Apa itu ruang perawatan pasca anesthesia?
3. Apa saja kriteria pasien yang di perbolehkan keluar dari Recovery Room?
4. Apa saja tugas perawat ruangan setelah menerima pasien dari Recovery
Room?
5. Apa saja komplikasi pasca operatif?
6. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada post operatif?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari post operatif
2. Mengetahui apa itu ruang perawatan pasca anesthesia
3. Mengetahui kriteria pasien yang di perbolehkan keluar dari Recovery
Room
4. Mengetahui tugas perawat ruangan setelah menerima pasien dari Recovery
Room
5. Mengetahui komplikasi pasca operatif
6. Mengetahui asuhan keperawatan pada post operatif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan
perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada
menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat
dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya
dengan cepat, aman dan nyaman.
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian segera pasien bedah saat kembali ke unit klinik terdiri atas
yang berikut:
a Respirasi : Kecepatan jalan napas, kedalaman, frekuensi, dan
karakter pernapasan, sifat dan bunyi napas.
b Sirkulasi : Tanda-tanda vital termasuk tekanan darah dan kondisi
kulit.
c Tingkat kesadaran : Respon secara verbal terhadap pertanyaan atau
reorientasi terhadap tempat terbangun ketika dipanggil namanya.
d Drainase : Adanya drainase, keharusan untuk menghubungkan
selang ke sistem drainase yang spesifik, adanya dan kondisi balutan.
e Kenyamanan : Tipe nyeri dan lokasi, mual atau muntah, perubahan
posisi yang dibutuhkan.
f Psikologi : Sifat dari pertanyaan pasien, kebutuhan akan istirahat dan
tidur, gangguan oleh kebisingan, pengunjung, ketersediaan bel
pemanggil atau lampu pemanggil.
g Keselamatan : Kebutuhan akan pagar tempat tidur, drainase selang
tidak tersumbat, cairan IV terinfus dengan tepat dan letak IV terbebat
dengan baik.
h Peralatan : Diperiksa untuk fungsi yang baik.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pada pengkajian, diagnosa keperawatan mayor dapat
mencakup yang berikut:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan efek depresan
dari medikasi dan agens anestetik.
b. Nyeri dan ketidaknyamanan pasca operatif.
c. Risiko terhadap perubahan suhu tubuh : hipotermia.
d. Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan status pasca
anetesia.
e. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
f. Perubahan eliminasi urinarius yang berhubungan dengan penurunan
aktivitas, efek medikasi, dan penurunan masukan cairan.
g. Konstipasi yang berhubungan dengan motilitas lambung dan usus
selama periode intraoperatif.
h. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan
intoleransi aktivitas, dan pembatasan aktivitas yang diresepkan.
i. Ansietas tentang diagnosis pasca operatif, kemungkinan perubahan
dalam gaya hidup, dan perubahan dalam konsep diri.
b. Diagnosa ke-2
Intervensi :
1) Meredakan nyeri
2) Anjurkan pasien untuk melakuakn strategi distraksi
3) Kaji mual dan muntah
4) Hilangkan distress abdomen dan nyeri akibat gas
5) Hilangkan cegukan
c. Diagnosa ke-3
Intervensi:
1) Observasi tanda-tanda hipotermia dan laporkan pada dokter
2) Pertahankan ruangan pada suhu yang nyaman dan sediakan selimut
untuk mencegah menggigil
3) Pantau kondisi pasien terhadap disritmia jantung
Evaluasi : Pasien memeprtahankan suhu tubuh normal
1) Menunjukkan suhu tubuh inti normal
2) Bebas dari menggigil
3) Tidak menunjukkan tanda-tanda kedinginan
4) Tidak mengalami disritmia jantung
d. Diagnosa ke-4
Intervensi :
1) Lindungi pasien dari penyebab yang dapat mencedrai diri
2) Anjurkan menggunkaan restrain bila dibutuhkan
3) Deteksi masalah-masalah sebelum mereka mengakibatkan cedera
Evaluasi :
1) Terhindar dari cedera
2) Menerima untuk menaikkan pagar tempat tidur ketika dibutuhkan
3) Bebas dari cedera yang berhubungan dengan kesalahan posisi,
terjatuh dan bahaya lainnya.
4) Mencapai kembali sensorium yang normal
e. Diagnosa ke-5
Intervensi :
1) Auskultasi abdomen untuk mendeteksi adanya paralisis ileus, dan
bising usus normal
2) Kembalikan pasein pada masukan diet normal bila pasien telah
pulih benar dari efek anestesi dan tidak merasa mual
3) Observasi berat badan pasien sebelum dan sesudah operasi
Evaluasi : Pasien memepertahankan keseimbangan nutrisi
1) Menunjukkan motilitas gastrointestinal yang meningkat dan tidak
adanya paralisis ileus, bising usus normal.
2) Kembali pada pola diet normal bila memungkinkan
3) Mengalami penambahan berat badan ke berat badan sebelum
operasi.
f. Diagnosa ke-6
Intervensi :
1) Kaji pasien apakah berkemih atau dengan kateter
2) Haluaran urin kurang dari 30 ml selama 2 jam berurutan harus
dilaporkan
3) Masukan dan haluaran dicatat bagi semua pasien setelah prosedur
operatif urologic atau prosedur yang kompleks dan bagi semua
pasien lansia
Evaluasi : Fungsi perkemihan normal kembali
1) Berkemih adekuat tanpa menggunakan kateter
2) Menunjukkan tidak adanya berkemih dalam jumlah yang sedikit
(menunjukkan retensi)
3) Menerima untuk bertanggung jawab terhadap masukan cairan
yang adekuat
g. Diagnosa ke-7
Intervensi :
1) Auskultasi abdomen untuk mendeteksi adanya bising usus, jika
bising usus terdengar, diet pasien secara bertahap sitingkatkan.
2) Auskultasi abdomen atau usus untuk mendeteksi adanya distress
abdomen, nyeri akibat gas, dan konstipasi
3) Observasi pola eliminasi usus pasien
Evaluasi : Pasien mengalami fungsi usus yang kembali normal
1) Menunjukkan bising usus yang normal dan efektif saat auskultasi
2) Bebas dari distress abdomen, nyeri akibat gas, dan konstipasi
3) Menunjukkan pola eliminasi usus yang lazim
h. Diagnosa ke-8
Intervensi :
1) Menyesuaikan antara aktivitas dan istirahat
2) Secara progresif meningkatkan ambulasi
3) Melanjutkan aktivitas normal dalam kerangka waktu yang
ditetapkan
4) Melakukan aktivitas yang berhubungan dengan perawatan diri
5) Ikut serta dalam program rehabilitasi (bila memungkinkan)
Evaluasi : Pasien dapat melakukan ambulasi dalam keterbatasan pasca
opertatif dan rencana rehabilitatif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan
perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada
menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat
dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya
dengan cepat, aman dan nyaman.
Komplikasi dari post operatif, yaitu syok, hemorrhagi, thrombosis
vena profunda (VTP), embolisme pulmonal, komplikasi pernapasan, retensi
urin, komplikasi gastrointestinal.
Jadi, Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan
mencegah masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan
penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah
komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membayakan
diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan post operatif sama
pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
Fase pasca operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang
pemulihan (recovery room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada
tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktivitas keperawaan mecakup
renatang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus
pengkajian meliputi efek agen anstesi dan memantau fungsi vital serta
mencegah komplikasi. Aktivitas keprawatan kemudian berfokus pada
peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan
tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi
serta pemulangan.
B. Saran
Bagi perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan post operatif harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian
mana saja dari asuhan keperawatan pada klien dengan post operatif ini yang
perlu ditekankan.
Untuk pasien semestinya harus lebih tanggap terhadap pengkajian-
pengkajian yang dilakukan perawat dalam memeberikan asuhan keperawatan
khususnya dalam asuhan keperawatan pada klien dengan post operatif, karena
peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan
tindak lanjut dan rujukan untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta
pemulangan sangat penting bagi pasien maupun perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Edisi 8
Vol 1. EGC. Jakarta.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Edisi 4 Vol 2.
EGC. Jakarta.
http://okditiar.wordpress.com/2010/07/02/asuhan-keperawatan-post-operatif/
SOP PERAWATAN LUKA POST OPERASI
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi perasaan klien
2. Menyimpulkan hasil kegiatan
3. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan
5. Mencuci dan membereskan alat
6. Mencuci tangan
7. Dokumentasi : Mencatat tanggal dan jam perawatan luka Mencatat
Kondisi luka
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TEKNIK RELAKSASI
NAPAS DALAM
dan gangguan.
d. Tarik napas dalam, rasakan perut dan dada anda terangkat perlahan
setiap kesulitan