KELOMPOK 9
NAMA ANGGOTA :
Pada Anak
d. Masyarakat mengerti Pencegahan Penyakit TB Pada
Anak
e. Masyarakat mengerti Tindakan Lanjut Anak dengan
Penyakit TB
8. Metode : Penyuluhan dan tanya jawab
9. Media : LeafLet
10. Materi : Terlampir
11. Kegiatan
audience
- Memperkenalkan diri
- Mohon izin dan menjelaskan
akan disampaikan
secara menyeluruh
- Memberikan saran kepada
partisipasinya
pada anak?
c. Apakah Masyarakat mengerti gejala klinis penyakit TB pada anak ?
d. Apakah Masyarakat mengerti pencegahan penyakit TB pada anak?
e. Apakah Masyarakat mengerti tindakan lanjut pada anak dengan TB?
TB PADA ANAK
Latar Belakang
disebut dengan TB paru. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian atau
organ lain dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari TB paru.1
dengan angka tertinggi di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Tuberkulosis, terutama
tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab
negara maju. Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di
Indonesia adalah 583.000 orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar
Berbeda dengan TB dewasa, gejala TB anak sering kali tidak khas. Diagnosis
pasti ditegakkan dengan menemukan kuman TB. Pada anak, sulit didapatkan
pada anak, sering terjadi overdiagnosis yang diikuti overtreatment. Di lain pihak,
sumber penyebaran TB umumnya adalah orang dewasa dengan sputum basil tahan
Definisi
disebut dengan TB paru. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian atau
organ lain dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari TB paru. Bila
kuman TB menyerang otak dan sistem saraf pusat, akan menyebabkan meningitis
TB. Bila kuman TB menginfeksi hampir seluruh organ tubuh, seperti ginjal,
jantung, saluran kencing, tulang, sendi, otot, usus, kulit, disebut TB milier atau TB
ekstrapulmoner.
oleh anak <15 tahun.1 Seorang anak dikatakan terpapar TB jika anak memiliki
kontak yang signifikan dengan orang dewasa atau remaja yang terinfeksi TB, pada
tahap ini test tuberkulin negatif, rontgen toraks negatif. Infeksi terjadi ketika
tersebut menetap secara intraseluler pada jaringan paru dan jaringan limfoid
sekitarnya, pada tahap ini rontgen toraks bisa normal atau hanya terdapat
granuloma atau kalsifikasi pada parenkim paru dan jaringan limfoidnya serta
didapatkan uji tuberkulin yang positif. Sementara itu, seseorang dikatakan sakit
TB jika terdapat gejala klinis yang mendukung serta didukung oleh gambaran
tuberkulosis.
kuman TB atau basil ke udara. Seseorang dapat terpapar dengan TB hanya dengan
menghirup sejumlah kecil kuman TB. Penderita TB dengan status TB BTA (Basil
lain setiap tahunnya. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB.
Seseorang yang tertular dengan kuman TB belum tentu menjadi sakit TB. Kuman
membentuk suatu dinding sel berupa lapisan lilin yang tebal. Bila sistem
lebih besar. Seseorang yang sakit TB dapat disembuhkan dengan minum obat
Etiologi
Terdapat 60 lebih spesies Mycobacterium, tetapi hanya separuhnya yang
varian humanus.
berkapsul, nonmotil, pleomorfik, dan termasuk bakteri gram positif lemah, serta
Tuberkulosis tumbuh optimal pada suhu 37-410C dan merupakan bakteri aerob
obligat yang berkembang biak secara optimal pada jaringan yang mengandung
banyak udara seperti jaringan paru. Dinding sel yang kaya akan lipid menjadikan
basil ini resisten terhadap aksi bakterisid dari antibodi dan komplemen. Sebagian
besar dari dinding selnya terdiri atas lipid (80%), peptidoglikan, dan
BTA dan kuman ini tahan terhadap gangguan kimia dan fisika. Oleh karena
stabil antara asam mikolat pada dinding selnya dengan berbagai zat pewarnaan
golongan aryl methan seperti carbolfuchsin, auramine dan rhodamin. Kuman ini
dapat bertahan hidup di udara yang kering atau basah karena kuman dalam
keadaan dorman. Dan dari keadaan dorman ini kuman dapat reaktivasi kembali.
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yaitu di dalam
Kuman ini bersifat aerob, sifat ini menunjukan bahwa kuman ini menyenangi
jaringan yang tinggi mengandung oksigen sehingga tempat predileksi penyakit ini
adalah bagian apikal paru karena tekanan O2 pada apikal lebih tinggi dari pada
tempat lainnya.
Tuberkulosis dapat tumbuh pada medium klasik yang terdiri kuning telur
dengan waktu generasi 12- 24 jam. Pengisolasian dari spesimen klinis dari media
sintetik yang solid membutuhkan waktu 3-6 minggu dan untuk uji sensitivitas
medium cair yang selektif seperti BACTEC dan uji sensitivitas terhadap obat
Patogenesis
sehingga dari studi Wallgren dan peneliti lain dapat disusun suatu kalender
biasanya positif dalam 4-8 minggu setelah kontak awal dengan kuman TB. Pada
awal terjadinya infeksi TB, dapat dijumpai demam yang tidak tinggi dan eritema
nodosum, tetapi kelainan kulit ini berlangsung singkat sehingga jarang terdeteksi.
dalam 3-6 bulan pertama setelah infeksi TB, begitu juga dengan meningitis TB.
Tuberkulosis pleura terjadi dalam 3-6 bulan pertama setelah infeksi TB.
Tuberkulosis sistem skeletal terjadi pada tahun pertama, walaupun dapat terjadi
pada tahun kedua dan ketiga. Tuberkulosis ginjal biasanya terjadi lebih lama,
yaitu 5-25 tahun setelah infeksi primer. Sebagian besar manifestasi klinis sakit TB
terjadi pada 5 tahun pertama, terutama pada 1 tahun pertama, dan 90% kematian
Manifestasi klinis
bervariasi dan bergantung pada faktor kuman TB, penjamu serta interaksi diantara
sedangkan faktor penjamu bergantung pada usia dan kompetensi imun serta
Tanda dan gejala pada balita dan dewasa muda cenderung lebih signifikan
sedangkan pada kelompok dengan rentang umur diantaranya menunjukkan
Manifestasi sistemik
Manifestasi sistemik adalah gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik
karena dapat disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain. Beberapa
1. Demam lama (>2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas, yang
dapat disertai keringat malam. Demam pada umumnya tidak tinggi. Temuan
2. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan
dengan penanganan gizi atau naik tetapi tidak sesuai dengan grafik
pertumbuhan.
3. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan
multipel.
5. Batuk lama lebih dari 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan, tetapi
TB Asimptomatis
Infeksi asimptomatis (atau laten) didefinisikan sebagai infeksi yang
gejala klinis dan manifestasi radiologis. Dari CT scan dapat dilihat pembesaran
nodus limfe di rongga dada, walaupun pada rontgen hasil dapat normal. Kadang-
TB Paru Primer
limfadenitis regional. Tanda yang khas pada penyakit ini adalah daerah adenitis
yang relatif besar berbanding lokus pada paru. Karena aliran limfatik thorak
berlangsung secara predominan dari kiri ke kanan, nodus pada bagian kanan atas
Interpretasi ukuran nodus limfe intratoraks pada rontgen sulit, tapi akan
Apabila nodus limfe membesar, obstruksi parsial dari bronkus dapat menimbulkan
ini mirip penyakit yang disebabkan oleh aspirasi benda asing. Atelektasis
diameter saluran nafas berbanding nodus limfe parenkim. Simptom yang paling
sering adalah batuk non produktif dan dispneu. Gangguan respiratorik contohnya
obstruksi bronkus dengan tanda adanya air trapping dan gejala wheezing jarang
dikeluhkan.
TB Paru Progresif
Kompleks primer yang menjadi fokus awal paru yang tidak mengalami kalsifikasi
individu lainnya. Dapat terjadi diseminasi lanjut basil tuberkel ke lobus lain dan
dengan demam tinggi, batuk sedang sampai berat, keringat malam, dullness pada
TB Paru Kronis/Reaktivasi
jarang ditemukan pada anak. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak-anak
yang mempunyai strata sosioekonomi yang rendah, anak perempuan dan pada
anak dengan diagnosis TB yang lambat ditegakkan. Penyakit ini sering ditemukan
pada remaja berbanding anak dengan gambaran radiologis mirip pada orang
dewasa, dengan gambaran infiltrat pada lobus atas dan kavitas. Anak dengan
Efusi pleura
Efusi pleura yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat dilokalisir atau
digeneralisir, unilateral atau bilateral. Efusi pleura TB jarang ditemukan pada anak
kurang dari 2 tahun dan hampir tidak ditemukan pada anak usia dibawah 5 tahun.
Onset dari pleurisy berlangsung cepat mirip pneumonia bakteri, dengan gambaran
klinis nyeri dada, sesak nafas, perkusi dullness dan penurunan bunyi nafas.
Demam tinggi dan jika tidak dirawat dapat berlangsung beberapa minggu.
Pemeriksaan penunjang
Uji tuberkulin
antigenik yang kuat. Jika disuntikkan secara intrakutan kepada seseorang yang
telah terinfeksi TB, maka akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan.
Uji tuberkulin cara mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml PPD RT-23
2TU secara intrakutan di bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48-
timbul. Jika tidak timbul indurasi sama sekali hasilnya dilaporkan sebagai
negatif.
Secara umum hasil uji tuberkulin dengan diameter indurasi 10 mm
oleh imunisasi BCG atau infeksi M. atipik. Pada anak balita yang telah
tertentu, diantaranya antigen dari kuman TB. Bila sebelumya limfosit T tersebut
hingga saat ini belum dapat membedakan antara infeksi TB dan sakit TB.
Radiologi
Gambaran foto Rontgen toraks pada TB tidak khas, kelainan-kelainan
hingga saat ini belum ada satupun pemeriksaan serologis yang dapat
mendapatkan sputum sehingga harus dilakukan bilas lambung. Dari hasil bilas
kultur hasil dinyatakan positif jika terdapat minimal 10 basil per milliliter
spesimen. Saat ini PCR masih digunakan untuk keperluan penelitian dan belum
kecil, terbentuk dari agregasi sel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit.
langhans.
Untuk memudahkan diagnosis TB paru pada anak, IDAI merekomendasiskan diagnosis TB anak dengan sistem skoring, yaitu
Parameter 0 1 2 3
Batuk - ≥ 3 minggu - -
Pembengkakan - Ada - -
tulang / sendi pembengkakan
panggul, lutut,
falang
Foto Thorak Normal/kelainan Gambaran - -
tidak jelas sugestif TB
Catatan:
Demam dan batuk tidak ada respon terhadap terapi sesuai baku.
Pada anak yang diberi imunisasi BCG, bila terjadi reaksi cepat BCG (≤ 7
13).
Jika ditemukan gambaran milier, kavitas atau efusi pleura pada foto toraks,
Penatalaksanaan
Obat TB utama (first line, lini utama) saat ini adalah rifampisin (R),
isoniazid (H), pirazinamid (Z), etambutol (E), dan Streptomisin (S). Rifampisin
dan isoniazid merupakan obat pilihan utama dan ditambah dengan pirazinamid,
etambutol, dan streptomisin. Obat lain (second line, lini kedua) adalah para-
** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena
dapat mengganggu bioavailabilitas rifampisin. Rifampisin diabsorpsi
dengan baik melalui sistemgastrointestinal pada saat perut kosong (satu
jam sebelum makan.
Panduan Obat TB
pertama) dan sisanya fase lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB minimal tiga
macam obat pada fase intensif dan dilanjutkan dengan dua macam obat pada fase
lanjutan (4 bulan atau lebih). Pemberian panduan obat ini bertujuan untuk
membunuh kuman intraselular dan ekstraselular. Pemberian obat jangka panjang,
kekambuhan. Berbeda pada orang dewasa , OAT diberikan pada anak setiap hari,
bukan dua atau tiga kali dalam seminggu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
ketidakteraturan menelan obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak ditelan
setiap hari. Saat ini panduan obat yang baku untuk sebagian besar kasus TB pada
anak adalah panduan rifampisin, isoniazid dan pirazinamid. Pada fase intensif
milier, meningitis TB, TB sistem skletal, dan lain-lain, pada fase intensif diberikan
atau streptomisin). Pada fase lanjutan diberikan rifampisin dan isoniazid selama
10 bulan. Untuk kasus TB tertentu yaitu meningitis TB, TB milier, efusi pleura
(prednison) dengan dosis 2-4 mg/kgBB/hari dibagi dalam tida dosis, maksimal
60mg dalam satu hari. Lama pemberian kortikosteroid adalah 2-4 minggu dengan
Isoniazid
Rifampisin
Pirazinamid
Etambutol
Streptomisin
Prednison
anak sulit dan tidak jarang terjadi salah diagnosis. Evaluasi pengobatan dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu evaluasi klinis, evaluasi radiologis, dan pemeriksaan
LED. Evaluasi yang terpenting adalah evaluasi klinis, yaitu menghilang atau
nafsu makan dan lain-lain. Apabila respon pengobatan baik, maka pengobatan
dilanjutkan.
secara rutin, kecuali pada TB dengan kelainan radiologis yang nyata/luas seperti
TB milier, efusi pleura atau bronkopneumonia TB. Pada pasien TB milier, foto
rontgen toraks perlu diulang setelah 1 bulan untuk evaluasi hasil pengobatan,
setelah 2 minggu. Laju endap darah dapat digunakan sebagai sarana evaluasi bila
Apabila respon setelah 2 bulan kurang baik, yaitu gejala masih ada dan
tidak terjadi penambahan BB, maka OAT tetap diberikan sambil dilakukan
evaluasi lebih lanjut mengapa tidak terjadi perbaikan. Kemungkinan yang terjadi
adalah misdiagnosis, mistreatment, atau resistensi terhadap OAT. Bila awalnya
pasien ditangani di sarana kesehatan terbatas, maka pasien dirujuk ke sarana yang
lebih tinggi atau ke konsultan paru anak. Evaluasi yang dilakukan meliputi
Setelah pengobatan 6-12 bulan dan terdapat perbaikan klinis, pengobatan dapat
dihentikan. Foto rontgen toraks ulang pada akhir pengobatan tidak perlu
pengobatan 6 bulan
cukup sering terjadi pada pemberian isoniazid dan rifampisin adalah gangguan
gastrointestinal, hepatotoksisitas, ruam dan gatal serta demam. Salah satu efek
U/I) disertai dengan gejala, peningkatan bilirubin total lebih dari 1,5 mg/dl, serta
yang terjadi. Anak dengan gangguan fungsi hati ringan mungkin tidak
enzim transaminase yang tidak terlalu tinggi (moderate) dapat mengalami resolusi
rifampisin cukup aman digunakan jika diberikan dengan dosis yang dianjurkan
batas normal disertai dengan gejala, maka semua OAT dihentikan, kemudian
dilakukan dengan cara memberikan isoniazid dan rifampisin dengan dosis yang
Putus obat
klinis saat pasien datang kembali, sudah berapa lama menjalani pengobatan dan
berapa lama obat telah terputus. Pasien tersebut perlu dirujuk untuk penanganan
selanjutnya.
terhadap dua atau lebih OAT lini pertama, minimal terhadap isoniazid dan
rifampisin. Kecurigaan adanya MDR-TB adalah apabila secara klinis tidak ada
penggunaan paduan obat yang tidak memadai termasuk pencampuran obat yang
tinggi. Akan tetapi diakui bahwa MDR-TB merupakan masalah besar yang terus
di dunia. Data mengenai MDR-TB yang resmi di Indonesia belum ada. Menurut
WHO, bila pengendalian TB tidak benar, prevalens MDR-TB mencapai 5,5 %,
1,6% saja.
Nonmedikamentosa
Keteraturan pasien untuk menelan obat dikatakan baik apabila pasien menelan
obat sesuai dengan dosis yang ditentukan dalam panduan pengobatan. Keteraturan
dalam menelan obat ini menjamin keberhasilan pengobatan serta mencegah relaps
dan terjadinya resistensi. Salah satu upaya untuk meningkatkan keteraturan adalah
Apabila kita menemukan seorang anak dengan TB, maka harus dicari
penularan adalah orang dewasa yang menderita TB aktif dan kontak erat dengan
sumbernya, perlu pula dilakukan pelacakan sentrifugal, yaitu mencari anak lain di
disekitarnya atau yang kontak erat harus ditelusuri ada atau tidaknya infeksi TB
yang cukup lama, maka biaya yang diperlukan cukup besar. Selain itu, diperlukan
juga penanganan gizi yang baik, meliputi kecukupan asupan makanan, vitamin,
medikamentosa saja tidak akan tercapai hasil yang optimal. Edukasi ditujukan
kepada pasien dan keluarganya agar mengetahui mengenai TB. Pasien TB anak
tidak perlu diisolasi karena sebagian besar TB padak anak tidak menular kepada
orang disekitarnya. Aktivitas fisik pasien TB anak tidak perlu dibatasi, kecuali
pada TB berat.
Pencegahan
Imunisasi BCG
bulan. Dosis untuk bayi sebesar 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml, diberikan secara
intrakutan di daerah insersi otot deltoid kanan (penyuntikan lebih mudah dan
lemak subkutis lebuh tebal, ulkus tidak menggangu struktur otot dan sebagai tanda
baku). Bila BCG diberikan pada usia lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji
Manfaat BCG telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, yaitu antara 0-80%.
klinik sekitar 70% TB berat dengan biakan positif telah mempunyai parut BCG.
aman, jarang timbul efek samping yang serius. Efek samping yang sering
ditemukan adalah ulserasi lokal dan limfadenitis (adenitis supuratif) dengan
imunokompromais, misalnya defisiensi imun, infeksi berat, gizi buruk, dan gagal
tumbuh. Pada bayi prematur, BCG ditunda hingga bayi mencapai berat badan
optimal.
Kemoprofilaksis
ini diberikan pada anak yang kontak dengan TB menular, terutama dengan BTA
sputum positif, tetapi belum terinfeksi (uji tuberkulin negatif). Pada akhir bulan
ketiga pemberian profilaksis dilakukan uji tuberkulin ulang. Jika tetap negatif dan
sumber penularan telah sembuh dan tidak menular lagi (BTA sputum negatif),
maka INH profilaksis dihentikan. Jika terjadi konversi tuberkulin positif, evaluasi
status TB pasien. Jika didapatkan uji tuberkulin negatif dan INH profilaksis telah
belum sakit, ditandai dengan uji tuberkulin positif, sedangkan klinis dan
varisela, atau pertusis, mendapat obat imunosupresif yang lama (sitostatik dan
kortikosteroid), usia remaja, dan infeksi TB baru (konvensi uji tuberkulin dalam
sekunder adalah 6-12 bulan. Baik profilaksis primer, profilaksis sekunder dan
terapi TB, tetap dievaluasi tiap bulan untuk menilai respon dan efek samping obat.
Komplikasi
penyebaran ke ginjal, mata, telinga tengah dan kulit dapat terjadi. Bayi yang
dilahirkan dari orang tua yang menderita tuberkulosis mempunyai risiko yang
nafas yang mengancam jiwa harus dipikirkan pada pasien dengan pelebaran
Prognosis
Pada pasien dengan sistem imun yang prima, terapi menggunakan OAT terkini
sensitif dan pengobatan lengkap, kebanyakan anak sembuh dengan gejala sisa
yang minimal. Terapi ulangan lebih sulit dan kurang memuaskan hasilnya.
Perhatian lebih harus diberikan pada pasien dengan imunodefisiensi, yang resisten
terhadap berbagai rejimen obat, yang berespon buruk terhadap terapi atau dengan
meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena para dokter meresepkan
menjalanin pengobatan.
angka kesembuhan menjadi hanya 50%, bahkan lebih rendah lagi. Dengan OAT
milier. Tanpa terapi OAT pada TB milier maka angka kematian hampir mencapai
100%.
Kesimpulan
menyebar ke bagian atau organ lain dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih
Manifestasi sistemik adalah gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik
turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan ,anoreksia
tidak sakit dan biasanya multiple, batuk lama lebih dari 3 minggu, diare
Prinsip dasar pengobatan TB minimal tiga macam obat pada fase intensif
dan dilanjutkan dengan dua macam obat pada fase lanjutan (4 bulan atau
lebih). Obat TB utama (first line, lini utama) saat ini adalah rifampisin
(R), isoniazid (H), pirazinamid (Z), etambutol (E), dan Streptomisin (S).
Saran