DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
DO :
3. Diagnosis Keperawatan
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
4. Perencanaan
Berkaitan dengan diagnose keperawatan diatas, akan dilakukan penyuluhan
kesehatan terhadap warga binaan kelompok 9.
Waktu : 30 menit
1. Latar belakang
TB Paru adalah penyakit infeksi kronis yang sering terjadi atau ditemukan pada tempat
tinggal dengan lingkungan yang padat penduduk atau daerah urban, yang kemungkinan
besar telah mempermudah proses penularan dan berperan terhadap peningkatan jumlah
kasus TB Paru (Amin & Bahar, 2010).
Penyakit TB Paru telah menjadi masalah kesehatan yang paling utama di dunia. Secara
global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TB Paru (CI 8,8 juta – 12 juta)
yang dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus
tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan (Global Tuberculosis
Report, 2017). Jumlah kasus TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017
(data per 17 Mei 2018). Kasus insiden TB Paru di Provinsi Riau berjumlah 3955 kasus
dengan penderita laki-laki sebanyak 2525 (63,84%) dan penderita perempuan sebanyak
1430 (36,16%) (Profil Kesehatan Provinsi Riau, 2017).
Berdasarkan riset kesehatan dasar ( Riskesdas ). 2010 ditemukan bahwa prapelensi TB
nasional dengan pemeriksaan BTA Microsopis pagi-suwaktu dengan dua slide BTA
positif adalah 289/100.000 Penduduk, sedangkan repelensi TB nasional dengan Satu slide
BTA positif adalah 415/100.000 Penduduk ( Balidbangkes Depkes RI 2010).
Penemuan pasien langkah pertama dalam kegiatan program penanggulanggan TB.
Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat
menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB dimasyarakat dan sekaligus
merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat.
Angka penemuan kasus (Case Detection Rate=CDR), diindonesia telah mencapai 73%
dari target yang ditetapkan yaitu target minimal sebesar 70%. Meskipun pelaksanan
program pengendalian TB ditingkat nasional menunjukan perkembangan berarti dalam
keberhasilan penemuan kasus dan pengobatan, namun kinerja ditingkat provinsi
menggambarkan kesenjangan antar daerah. 25 provinsi diindonesia belum mencapai CDR
70% dan hanya 7 provinsi yang mampu memenuhi target CDR 70% dan 85%
keberhasilan pengobatan ( Kemenkes RI 2011).
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
3. Sasaran
4. Materi :
a. Pengertian TBC
b. penyebab TBC pada anak
c. Infeksi TBC pada anak
d. Tanda dan gejala TBC pada anak
e. Upaya mencegah penyakit TBC
f. Pengobatan TBC pada anak
g. Metode pemeriksaan TBC pada anak
h. Bagaimana jika saya mengalami gejala TBC?
5. Strategi pelaksanaan
6. Metode Media
Ceramah dan diskusi
7. Media
Booklet
8. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1) SAP sudah siap
2) 80% alat dan bahan yang diperlukan sudah siap
b. Evaluasi proses
1) Kegiatan berlangsung tepat waktu
2) Peserta yang hadir warga binaan kelompok 9
3) 90% peserta berada ditempat sesuai waktu yang telah ditentukan
4) 90% peserta tetap mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai
c. Evaluasi hasil
1) Peserta dapat Mengetahui Pengertian TBC
2) Peserta dapat Mengetahui Penyebab TBC pada anak
3) Peserta dapat Mengetahui Macam-Macam infeksi TBC pada anak
4) Peserta dapat Mengetahui Tanda dan Gejala TBC pada anak
5) Peserta dapat Mengetahui Upaya mencegah gejala penyakit TBC pada
anak
6) Peserta dapat Mengetahui Pengobatan TBC pada anak
7) Peserta dapat Mengetahui Metode Pemeriksaan TBC pada anak
8) Peserta dapat Memahami cara bagaimana jika TBC terjadi pada diri
sendiri?
C. MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
1. Dasar teori
a) Pengertian
TBC adalah suatu penyakit bakteri menular yang
berpotensi serius yang terutama mempengaruhi paru-
paru. Bakteri TB menyebar ketika orang yang
terinfeksi batuk atau bersin.
b) Penyebab TBC
Ketika orang dewasa yang menderita TBC batuk atau bersin, bakteri
penyebab TBC akan menyebar ke udara. Pada saat itulah, penularan
penyakit TBC ke orang-orang di sekitarnya dapat terjadi, baik ke anak-
anak maupun orang dewasa. Anak-anak yang memiliki sistem
kekebalan tubuh lemah, misalnya karena HIV pada anak atau kurang
gizi, memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena TBC anak.
1. Batuk lama yang tidak kunjung sembuh, biasanya hingga lebih dari
3 minggu.
2. Demam hingga lebih dari 2 minggu.
3. Batuk darah.
4. Tubuh lemah.
5. Kehilangan nafsu makan.
6. Berat badan tidak kunjung bertambah.
7. Sesak napas.
8. Berkeringat di malam hari.
9. Pembengkakan kelenjar getah bening.
10. Pertumbuhan terhambat.
1. Vaksin BGC
Jika Anda tidak memiliki gejala apa pun atau sudah dinyatakan
sembuh dari TBC, selalu terapkan pola hidup yang sehat untuk
memperkuat sistem kekebalan tubuh, supaya risiko kambuhnya
penyakit TBC menurun.
3. Antibiotik pencegah TB
4. Tidak semua obat TBC untuk dewasa dapat digunakan pada anak.
Anak-anak umumnya tidak diberikan OAT jenis ethambutol,
karena obat ini dapat memberikan dampak yang berbahaya bagi
penglihatan anak.
Meski sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan foto Rontgen dada, bisa
saja tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi TBC pada anak.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, dokter akan melakukan
tes kulit tuberkulin atau tes Mantoux. Tes tuberkulin dilakukan untuk
mengetahui apakah anak pernah terpapar bakteri tuberkulosis. Jika
hasil tes tuberkulin positif, maka kemungkinan besar anak telah
terinfeksi, apalagi jika gejalanya memang mendukung.