Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TUBERKULOSIS PADA ANAK


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Tugas
Praktek Klinik Keperawatan Pelayanan Kesehatan Primer
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Dosen Pembimbing : H. Tantan Hadiansyah, S.Kep., Ners.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9

LISTI PUJI 18082 SOFI FAUZIAH 18048


NADYA SARAH 18136 BAGUS IMAM 18065
SHOPI AULIA 18147 VIKA YULIA 18156
MUHAMAD ALIP 18134 RANDI DWI 18087
DEVI PANGESTI 18016 NURCAHYONO 18038
INDAH SILVIANI 18024 BAMBANG SRI 18010
SITI NUR AISYAH 18150

AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT DUSTIRA


CIMAHI
2021
A. ANALISA SUMBER BELAJAR
1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan kepada masing-masing warga binaan kelompok 9,


dengan tingkat pendidikan SMA,pengkajian dilakukan menggunakan metode
wawancara dan observasi, hasil pengkajian sebagai berikut :
a. Faktor Predisposisi
1) Riwayat kesehatan
Sebagian anak dari warga binaan kelompok 9 memiliki
masalah penyakit tuberkulosis dan warga binaan kelompok 9
belum mengerti tentang penyakit tuberkulosis serta
pengobatan yang tepat untuk penyakit tuberkulosis.
2) Motivasi belajar
Warga binaan kelompok 9 mengatakan memiliki motivasi
untuk mengetahui tentang penyakit tuberkulosis serta
pengobatan yang yang tepat untuk penyakit tuberkulosis.
3) Kesiapan belajar
Warga binaan kelompok 9 bersedia mendapatkan
penyuluhan kesehatan pada hari Kamis,11 Februari 2021
pukul 10.00 s.d selesai di rumah masing - masing melalui
aplikasi zoom meeting.
4) Kemampuan membaca
Mampu membaca dan menulis dibuktikan ketika mengisi
biodata klien bisa mengisi semuanya dengan benar. Sehingga
metode ceramah, dan menggunakan media booklet.
b. Faktor Pemungkin
1) Keterampilan penyuluh
Penyuluh harus mempunyai pengetahuan yang cukup
mengenai materi yang akan disampaikan.
2) Sumber daya
Tersedia alat bantu berupa booklet.
c. Faktor Penguat
1) Penampilan tenaga medis
Penyuluh berpenampilan rapih, menggunakan seragam
lengkap beserta almameter dan bersikap sopan dan mampu
menjadi role play bagi pasien sehingga warga binaan
semakin berkeinginan untuk mengetahui materi yang akan
disampaikan
2) Dukungan keluarga
Warga mendukung adanya penyuluhan dengan tujuan agar
meningkatkan pengetahuan seputar kesehatan lingkungan.
2. Analisa data

Data Masalah Penyebab


DS : Kurangnya pengetahuan Kurang keterpaparan informasi
- Keluarga kurang pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis
mengenai penyakit tuberkulosis serta dan cara pengobatan yang
pengobatan yang tepat untuk penyakit tepat untuk penyakit
tuberkulosis tuberkulosis
- Keluarga melakukan perilaku yang
tidak tepat mengenai penyakit
tuberkulosis.

DO :

- Tampak warga binaan kelompok 9


belum mengerti dan memahami
mengenai penyakit tuberkulosis

3. Diagnosis Keperawatan
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
4. Perencanaan
Berkaitan dengan diagnose keperawatan diatas, akan dilakukan penyuluhan
kesehatan terhadap warga binaan kelompok 9.

B. SATUAN ACARA PENYULUHAN


Hari : Kamis

Tanggal : 11 Februari 2021

Waktu : 30 menit

Tempat : Room Zoom Meeting

Sasaran : Warga Binaan Kelompok 9

Topik Kegiatan : Tuberkulosis dan cara pengobatan yang tepat

1. Latar belakang

TB Paru adalah penyakit infeksi kronis yang sering terjadi atau ditemukan pada tempat
tinggal dengan lingkungan yang padat penduduk atau daerah urban, yang kemungkinan
besar telah mempermudah proses penularan dan berperan terhadap peningkatan jumlah
kasus TB Paru (Amin & Bahar, 2010).
Penyakit TB Paru telah menjadi masalah kesehatan yang paling utama di dunia. Secara
global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TB Paru (CI 8,8 juta – 12 juta)
yang dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus
tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan (Global Tuberculosis
Report, 2017). Jumlah kasus TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017
(data per 17 Mei 2018). Kasus insiden TB Paru di Provinsi Riau berjumlah 3955 kasus
dengan penderita laki-laki sebanyak 2525 (63,84%) dan penderita perempuan sebanyak
1430 (36,16%) (Profil Kesehatan Provinsi Riau, 2017).
Berdasarkan riset kesehatan dasar ( Riskesdas ). 2010 ditemukan bahwa prapelensi TB
nasional dengan pemeriksaan BTA Microsopis pagi-suwaktu dengan dua slide BTA
positif adalah 289/100.000 Penduduk, sedangkan repelensi TB nasional dengan Satu slide
BTA positif adalah 415/100.000 Penduduk ( Balidbangkes Depkes RI 2010).
Penemuan pasien langkah pertama dalam kegiatan program penanggulanggan TB.
Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat
menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB dimasyarakat dan sekaligus
merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat.
Angka penemuan kasus (Case Detection Rate=CDR), diindonesia telah mencapai 73%
dari target yang ditetapkan yaitu target minimal sebesar 70%. Meskipun pelaksanan
program pengendalian TB ditingkat nasional menunjukan perkembangan berarti dalam
keberhasilan penemuan kasus dan pengobatan, namun kinerja ditingkat provinsi
menggambarkan kesenjangan antar daerah. 25 provinsi diindonesia belum mencapai CDR
70% dan hanya 7 provinsi yang mampu memenuhi target CDR 70% dan 85%
keberhasilan pengobatan ( Kemenkes RI 2011).

2. Tujuan

a. Tujuan Umum :

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan ini diharapkan warga binaan kelompok 9


mengetahui dapat mengetahui dan memahami tentang TBC dan Pengobatannya.
b. Tujuan Khusus :

Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran penyuluhan mampu :

1. Mengetahui Pengertian TBC

2. Mengetahui Penyebab TBC pada anak

3. Mengetahui Macam-Macam infeksi TBC pada anak

4. Mengetahui Tanda dan Gejala TBC pada anak

5. Mengetahui Upaya mencegah gejala penyakit TBC pada anak

6. Mengetahui Pengobatan TBC pada anak

7. Mengetahui Metode Pemeriksaan TBC pada anak

8. Memahami cara bagaimana jika TBC terjadi pada diri sendiri?

3. Sasaran

Warga binaan kelompok 9

4. Materi :

a. Pengertian TBC
b. penyebab TBC pada anak
c. Infeksi TBC pada anak
d. Tanda dan gejala TBC pada anak
e. Upaya mencegah penyakit TBC
f. Pengobatan TBC pada anak
g. Metode pemeriksaan TBC pada anak
h. Bagaimana jika saya mengalami gejala TBC?

5. Strategi pelaksanaan

No. Tahap Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta


1. Pendahuluan 5 menit a. Membuka acara dengan a. Menjawab salam
mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri b. Memperhatikan
c. Menyampaikan topik c. Mendengarkan
dan tujuan topik
d. Kontrak waktu d. Menyetujui
e. Mengkondisikan kesepakatan waktu
lingkungan untuk pelaksanaan
berkonsentrasi e. Memperhatikan
2. Kegiatan inti 20 menit a. Memberikan penjelasan a. Mendengarkan dan
tentang materi yang memperhatikan
akan diberikan b. Menanyakan hal-
b. Memberikan hal yang tidak
kesempatan untuk dimengerti
bertanya
c. Menjawab pertanyaan c. Menjawab hal-hal
dari pemateri yang ditanyakan
pemateri
3. Kegiatan penutup 5 menit a. Mengklarifikasi a. Memperhatikan
pemahaman materi
b. Menutup kegiatan dan b. Menjawab salam
mengakhiri dengan
salam

6. Metode Media
Ceramah dan diskusi

7. Media

Booklet

8. Evaluasi

a. Evaluasi struktur
1) SAP sudah siap
2) 80% alat dan bahan yang diperlukan sudah siap
b. Evaluasi proses
1) Kegiatan berlangsung tepat waktu
2) Peserta yang hadir warga binaan kelompok 9
3) 90% peserta berada ditempat sesuai waktu yang telah ditentukan
4) 90% peserta tetap mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai
c. Evaluasi hasil
1) Peserta dapat Mengetahui Pengertian TBC
2) Peserta dapat Mengetahui Penyebab TBC pada anak
3) Peserta dapat Mengetahui Macam-Macam infeksi TBC pada anak
4) Peserta dapat Mengetahui Tanda dan Gejala TBC pada anak
5) Peserta dapat Mengetahui Upaya mencegah gejala penyakit TBC pada
anak
6) Peserta dapat Mengetahui Pengobatan TBC pada anak
7) Peserta dapat Mengetahui Metode Pemeriksaan TBC pada anak
8) Peserta dapat Memahami cara bagaimana jika TBC terjadi pada diri
sendiri?
C. MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
1. Dasar teori
a) Pengertian
TBC adalah suatu penyakit bakteri menular yang
berpotensi serius yang terutama mempengaruhi paru-
paru. Bakteri TB menyebar ketika orang yang
terinfeksi batuk atau bersin.

b) Penyebab TBC

TBC pada anak terjadi karena anak menghirup bakteri Mycobacterium


tuberculosis yang berada di udara. Bakteri tersebut kemudian berdiam
di paru-paru dan dapat berkembang ke bagian tubuh yang lain, seperti
tulang belakang, ginjal, bahkan otak.

Anak-anak yang terkena TBC atau tuberkulosis kemungkinan besar


tidak tertular dari teman- teman sebayanya, melainkan dari orang
dewasa yang menderita penyakit tersebut.

Ketika orang dewasa yang menderita TBC batuk atau bersin, bakteri
penyebab TBC akan menyebar ke udara. Pada saat itulah, penularan
penyakit TBC ke orang-orang di sekitarnya dapat terjadi, baik ke anak-
anak maupun orang dewasa. Anak-anak yang memiliki sistem
kekebalan tubuh lemah, misalnya karena HIV pada anak atau kurang
gizi, memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena TBC anak.

c) Rokok bisa meningkatkan Risiko TBC

Merokok dapat menyebabkan kerusakan silia atau rambut-rambut getar


pada saluran pernapasan,silia merupakan pertahanan organ pernapasan
yang ada di sepanjang saluran napas. Jika silia rusak maka tidak ada
lagi pertahanan sehingga kuman bisa masuk,termasuk kuman TB.
Selain itu kerusakan juga berimbas pada kekebalan tubuh.

d) Infeksi TBC pada Anak


Penyakit TBC, atau biasa disebut TB, dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

1. Tahap paparan (exposure)


Pada tahap ini, anak sudah terinfeksi kuman TBC. Namun jika daya
tahan tubuh anak kuat, kuman TBC dapat ditekan pertumbuhannya
sehingga tidak menimbukan gejala apa pun. Sebagian kasus TBC anak,
khususnya pada anak yang sudah lebih besar, infeksi hanya sampai
pada tahap paparan. Jika seperti ini, anak tidak mengalami keluhan apa
pun meskipun hasil pemeriksaan tuberkulin menunjukkan bahwa ia
pernah terpapar kuman TBC.

2. Tahap penyakit TB aktif

Bila daya tahan tubuh anak tidak mampu melawan


kuman TBC yang masuk, maka kuman tersebut
akan berkembang biak dan menyebabkan penyakit
TBC.

e) Tanda dan Gejala

1. Batuk lama yang tidak kunjung sembuh, biasanya hingga lebih dari
3 minggu.
2. Demam hingga lebih dari 2 minggu.
3. Batuk darah.
4. Tubuh lemah.
5. Kehilangan nafsu makan.
6. Berat badan tidak kunjung bertambah.
7. Sesak napas.
8. Berkeringat di malam hari.
9. Pembengkakan kelenjar getah bening.
10. Pertumbuhan terhambat.

f) Upaya mencegah penyakit TBC

1. Vaksin BGC

Jika belum pernah mengalami penyakit TBC dan belum pernah


mendapatkan vaksin BCG saat kecil, Anda bisa mendapatkan vaksin
ini guna mencegah terjadinya TBC. Namun, tentunya setelah Anda
berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
2. Pola hidup sehat

Jika Anda tidak memiliki gejala apa pun atau sudah dinyatakan
sembuh dari TBC, selalu terapkan pola hidup yang sehat untuk
memperkuat sistem kekebalan tubuh, supaya risiko kambuhnya
penyakit TBC menurun.

3. Antibiotik pencegah TB

Jika Anda didiagnosis memiliki TB laten, Anda mungkin akan


diberikan antibiotik pencegah TB selama 9 bulan. Minumlah semua
obat dengan teratur hingga masa pengobatan selesai, agar bakteri TB
tidak menjadi aktif dan menular.

3. Jaga lingkungan tetap bersih, tidak lembab, dan sinar


matahari dapat masuk ke dalam rumah.

Lingkungan dengan kriteria tersebut dapat mencegah


perkembangbiakan bakteri penyebab TB sehingga menurunkan
kemungkinan tertular.

g) Pengobatan TBC pada anak

1. Jika anak sudah dinyatakan positif TBC, maka pengobatan perlu


segera dilakukan. Pengobatan TBC diberikan pada anak yang
sudah dalam tahap TBC aktif, maupun anak yang sudah terinfeksi
kuman TBC meskipun belum menampakkan gejala. Penyakit ini
bisa ditangani oleh dokter anak atau dokter anak ahli respirologi.

2. Anak yang baru terinfeksi bakteri TBC dan belum menunjukkan


gejala TBC aktif akan diberikan obat antituberkulosis (OAT)
isoniazid, yang harus dikonsumsi setiap hari selama sembilan
bulan.

3. Sementara pada anak yang telah dipastikan terdiagnosis TBC aktif,


dokter akan memberikan pengobatan yang terdiri dari tiga jenis
OAT, yaitu isoniazid, pyrazinamid, dan rifampicin. Obat-obatan
ini harus dikonsumsi setiap hari selama 2 bulan.
Kemudian untuk 4 bulan selanjutnya, hanya dua jenis obat
yang diteruskan, yaitu rifampicin dan isoniazid.

4. Tidak semua obat TBC untuk dewasa dapat digunakan pada anak.
Anak-anak umumnya tidak diberikan OAT jenis ethambutol,
karena obat ini dapat memberikan dampak yang berbahaya bagi
penglihatan anak.

5. Hingga saat ini, Indonesia masih merupakan salah satu negara


dengan kasus TBC terbanyak di dunia. Melalui berbagai program
pemerintah dan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya pemeliharaan kesehatan, diharapkan
jumlah penderita TBC pada anak bisa menurun.

6. Dengan menjalani pengobatan sampai tuntas sesuai durasi yang


telah ditentukan oleh dokter, anak-anak dapat pulih total dari TBC
dan terhindar dari komplikasi. Penyakit ini bisa ditangani oleh
dokter anak atau dokter anak ahli penyakit infeksi tropis.

h) Metode pemeriksaan TBC pada anak

Meski sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan foto Rontgen dada, bisa
saja tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi TBC pada anak.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, dokter akan melakukan
tes kulit tuberkulin atau tes Mantoux. Tes tuberkulin dilakukan untuk
mengetahui apakah anak pernah terpapar bakteri tuberkulosis. Jika
hasil tes tuberkulin positif, maka kemungkinan besar anak telah
terinfeksi, apalagi jika gejalanya memang mendukung.

Selain melakukan tes tuberkulin, dokter juga akan melakukan


pemeriksaan dahak dan kultur dahak untuk mengetahui apakah kuman
TBC ada di dalam tubuh anak, khususnya di saluran pernapasan.

i) Bagaimana jika saya mengalami gejala TBC?

Jika Anda mengalami gejala penyakit TBC atau didiagnosis


mengalami TB aktif, Anda memiliki tanggung jawab untuk mencegah
penyebaran penyakit ini. Batasi kontak Anda dengan orang lain dan
kenakanlah masker bedah saat Anda berada di sekitar orang lain.
Selain itu, tutup mulut Anda saat tertawa, bersin, atau batuk.Meminum
obat antituberkulosis (OAT) dengan rutin dapat mengatasi gejala
penyakit TBC. Namun, bukan berarti Anda bisa berhenti mengonsumsi
obat ini setelah gejala mereda. Konsumsi obat harus dilanjutkan
hingga tuntas, sesuai instruksi dokter.Sebagian besar kasus TBC bisa
diobati hingga tuntas, terutama jika dokter mendeteksi gejala penyakit
TBC lebih awal. Jika terlambat diobati, penyakit ini dapat
menyebabkan komplikasi yang serius, seperti kerusakan paru-paru
yang permanen.Oleh karena itu, segera periksakan diri ke dokter jika
Anda mengalami gejala penyakit TBC seperti yang sudah disebutkan
di atas, untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Thomas, T.A. (2017). Tuberculosis in Children. Pediatric Clinics of


North America. 64(4), pp. 893-909.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2016). Petunjuk Teknis
Manajemen dan Tatalaksana TB Anak. University of Rochester
Medical Center. Health Encyclopedia. Tuberculosis (TB) in Children.
Stanford Children's Health. Tuberculosis (TB) in Children.
American Lung Association (2018). Tuberculosis
Symptoms, Causes & Risk Factors. Baby Center.
Tuberculosis in Toddlers.
Healthy Children, American Academy of Pediatrics (2016).
Tuberculosis in Children. Kidshealth, Nemours (2014). For
Parents. Tuberculosis.
Batra, V. Medscape (2018). Drugs & Diseases. Pediatric Tuberculosis.

Anda mungkin juga menyukai