KELOMPOK 6
1. FEMY LIA UTAMI (PO. 71.20.4.16.009)
2. LENNY ALFIANI (PO. 71.20.4.16.018)
3. RHEVIANI ATRISHA (PO. 71.20.4.16.027)
4. TRI WULANDARI (PO. 71.20.4.16.036)
Pengertian Ablasio Retina
Ablasio berasal dari bahasa Latin pembuangan atau terlepasnya salah satu
bagian badan, Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan
batang retina dengan dari sel epitel retina. Lepasnya retina atau sel kerucut dan
batang koroid atau sel pigmen epitel akan mengakibatkan gangguan nutrisi
retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama akan
mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap
Klasifikasi Ablasio retina
1. Ablasio Retina Regmatogenosa
Ablasio regmatogenosa berasal dari kata Yunani rhegma, yang berarti diskontuinitas atau istirahat. Pada
ablasi retina regmatogenosa dimana ablasi terjadi adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke
belakang antara sel pigmen epitel dengan retina.
2. Ablasio Retina Non Regmatogenosa
a. Ablasio Retina Eksudatif
Ablasio retina eksudatif terjadi akibat adanya penimbunan cairan eksudat di bawah retina (subretina) dan
mengangkat retina hingga terlepas. Penyebab ablasio retina eksudatif yaitu penyakit sistemik yang meliputi
Toksemia gravidarum, hipertensi renalis, poliartritis nodos dan karena penyakit mata yang meliputi inflamasi
(skleritis posterior, selulitis orbita).
b. Ablasio Retina Traksi
Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut, Ablasio
retina tipe regmatogenosa yang berlangsung lama akan membuat retina semakin halus dan
tipis sehingga dapat menyebabkan terbentuknya proliferatif vitreotinopathy (PVR)
c. Ablasio Retina Campuran ( Regamatogenosa dengan Traksional ).
Tipe campuran ini merupakan hasil traksi retina yang kemudian menyebabkan
robekan. Traksi fokal pada daerah proliferasi jaringan ikat atau fibrovaskular dapat
mengakibatkan robekan retina dan menyebabkan kombinasi ablatio retinae
regmatogenosa-traksional.
Gejala Klinis
pasien yang mengalami ablasio retina, pasien dengan miopia tinggi dengan usia berkisar 50 tahun, baik laki-laki
ataupun perempuan, yang tiba-tiba mengalami gejala “flashes dan floaters”, yang biasanya terjadi secara spontan
atau sesaat setelah menggerakkan kepala.
1. Flashes (Photopsia)
gejala ini bisa terjadi sepanjang waktu, tetapi paling jelas saat suasana gelap. Gejala ini cenderung terjadi
terutama sebelum tidur malam. Kilatan cahaya (flashes) biasanya terlihat pada lapangan pandang perifer.
2. Floaters
Titik hitam yang melayang di depan lapangan pandang adalah gejala yang sering terjadi, tetapi gejala ini bisa
menjadi kurang jelas pada pasien gangguan cemas. Tetapi jika titik hitamnya bertambah besar dan muncul tiba-
tiba, maka ini menjadi tanda signifikan suatu keadaan patologis.
3. Shadows
Saat robekan retina terjadi, akan muncul bayangan hitam pada lapangan pandang perifer.
Namun, beberapa saat gejala akan berkurang, tetapi dalam kurun waktu beberapa hari
hingga tahunan gejala ini akan timbul lagi.
Jika retina yang terlepas berada pada bagian atas, maka bayangan akan terlihat pada
lapangan pandang bagian bawah
4. Penurunan tajam penglihatan
Penderita mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin lama
semakin luas. Pada keadaan yang berlanjut, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan
yang berat.
5. Ada semacam tirai tipis berbentuk parabola yang naik perlahan-lahan dari mulai bagian
bawah bola mata dan akhirnya menutup pandangan
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Tujuan dari tatalaksana ablasio retina adalah mengembalikan kontak antara neurosensorik retina yang terlepas dengan
RPE dan eliminasi kekuatan traksi
Scleral Buckling
Pembedahan Scleral buckling adalah metode pendekatan ekstraokuler dengan membuat lekukan pada dinding mata
untuk mengembalikan kontak dengan retina yang terlepas.
Pneumatic Retinopexy
Pada metode ini, gas inert atau udara diinjeksi ke dalam vitreus. Dengan cara ini,
retina akan terlekat kembali. Cryosurgery dilakukan sebelum atau sesudah injeksi gas
atau koagulasi laser dilakukan di sekitar defek retina setelah perlekatan retina
Pars Plana Vitrektomi (PPV)
Dengan operasi menggunakan mikroskop, korpus vitreus dan semua traksi epiretina
dan subretina dapat disingkirkan. Retina kemudian dilekatkan kembali dengan
menggunakan cairan perfluorocarbon dan kemudain digantikan dengan minyak silikon
atau gas sebagai tamponade retina.
Kompilkasi
2. Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata
3. Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)
4. Diplopia
5. Kesalahan refraksi
6. Astigmatisme
Patofisiologi
Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga vesikel optik
embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar, pada mata yang matur dapat berpisah . Jika
terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat memasuki ruangan
subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio regmatogenosa).
Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina, misalnya seperti
pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional).
Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat proses
eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina eksudatif)
.
Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina atau lubang retina. Sering terjadi
pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia. Perubahan yang merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi retina
perifer (degenerasi kisi-kisi/lattice degeration), pencairan sebagian badan kaca yang tetap melekat pada daerah retina
tertentu, cedera, dan sebagainya.
Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi di koroid. Sklerosis dan sumbatan pembuluh
darah koroid senil akan menyebabkan berkurangnya perdarahan ke retina. Hal semacam ini juga bisa terjadi pada miopia
karena teregangnya dan menipisnya pembuluh darah retina. Perubahan ini terutama terjadi di daerah ekuator, yaitu tempat
terjadinya 90% robekan retina. Terjadinya degenerasi retina pada mata miopia 10 sampai 15 tahun lebih awal daripada
mata emetropia. Ablasi retina delapan kali lebih sering terjadi pada mata miopia daripada mata emetropia atau hiperopia.
Ablasi retina terjadi sampai 4% dari semua mata afakia, yang berarti 100 kali lebih sering daripada mata fakia.
Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada mata miopia satu dasawarsa lebih awal daripada mata
normal. Depolimerisasi menyebabkan penurunan daya ikat air dari asam hialuron sehingga kerangka badan kaca
mengalami disintegrasi. Akan terjadi pencairan sebagian dan ablasi badan kaca posterior. Oleh karenanya badan kaca
kehilangan konsistensi dan struktur yang mirip agar-agar, sehingga badan kaca tidak menekan retina pada epitel
pigmen lagi. Dengan gerakan mata yang cepat, badan kaca menarik perlekatan vireoretina. Perlekatan badan kaca
yang kuat biasanya terdapat di daerah sekeliling radang atau daerah sklerosis degeneratif. Sesudah ekstraksi katarak
intrakapsular, gerakan badan kaca pada gerakan mata bahkan akan lebih kuat lagi. Sekali terjadi robekan retina, cairan
akan menyusup di bawah retina sehingga neuroepitel akan terlepas dari epitel pigmen dan koroid.
ASUHAN KEPERAWATAN
ABLASIO RETINA
Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya keluhan pada penglihatan seperti penglihatan kabur,
melihat kilatan—kilatan kecil, adanya tirai hitam yang menutupi area penglihatan, adanya
penurunantajam penglihatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang berhubungan dengan timbulnya
ablasio retina yaitu adanya miopi tinggi,retinopati, trauma pada mata.
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga lain yang mengalami penyakit sepertiyang dialami pasien dan miopi
tinggi.
5. Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar
sebelum maupun sesudah sakit. Apakah pasienmengalami kecemasan, rasa takut,
kegelisahan karena penyakit yangdideritanya dan bagaimana pasien menggunakan koping
mekanisme untukmenyelesaikan masalah yang dihadapnya.
Pengkajian
6. Pola-pola fungsi kesehatan
Masalah yang sering muncul pada pasien dengan post ablasio retina apabila tidak terdapat
komplikasi, adalah sebagai berikut :
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana persepsi pasien tentang hidup sehat, dan apakah dalam melaksanakan
talaksana hidup sehat penderita membutuhkanbantuan orang lain atau tidak.
b. Pola tidur dan istirahat
Dikaji berapa lama tidur, kebiasaan disaat tidur dan gangguan selama tidur sebelum
pelaksanaan operasi dan setelah palaksanaan operasi. Juga dikaji bagaimana pola tidur
dan istirahat selama masuk rumah sakit.
c. Pola aktifitas dan latihan
Apa saja kegiatan sehari-hari pasien sebelum masuk rumah sakit. Juga ditanyakan aktifitas
pasien selama di rumah sakit, sebelumdan setelah pelaksanaan operasi.
Pengkajian
d. Pola hubungan dan peran
Bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya. Apakah peranan pasien dalam
keluarga dan masyarakat. Juga ditanyakan bagaimana hubungan pasien dengan pasien lain
dirumahsakit,sebelum dan setelah pelaksanaan operasi.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana body image, harga diri, ideal diri, dan identitas diri pasien. Apakah ada perasaan
negatif terhadap dirinya. Juga bagaimanapasien menyikapi kondisinya setelah palaksanaan
operasi.
f. Pola sensori dan kogntif
Bagaimana daya penginderaan pasien. Bagaimana caraberpikir dan jalan pikiran pasien.
g. Pola penanggulangan stress
Bagaimana pasien memecahkan masalah yang dihadapi danstressor yang paling sering
muncul pada pasien.
Pemeriksaan
a. Status kesehatan umum
Bagaimana keadaan penyakit dan tanda-tanda vitalnya.
b. Pemeriksaan mata
Pemeriksaan pada mata dibagi berdasarkan segmen-segmen, yaitu :
-Pemeriksaan segmen anterior :
Adanya pembengkakan pada palpebrae atau tidak, biasanya pada klien post operasi
ablasio retina, palpebraenya akan bengkak.
Keadaan lensa, bila tidak ada komplikasi lain, maka keadaan lensanya adalah jerih.
Bagaimana keadaan pupilnya, pupil pada klien ablasio retina yang telah masuk rumah sakit
akan melebar sebagai akibat dari pemberian atropin.
Kamera Okuli Anteriornya biasanya dalam.
Bagaimana keadaan konjungtivanya, biasanya pasien post operasi akan mengalami
hiperemi pada konjungtivanya.
Pemeriksaan
- Pemeriksaan segmen posterior:
• Corpus vitreum ada kelainan atau tidak.
• Ada atau tidak pupil syaraf optiknya.
- Pemeriksaan diagnostic:
• Visus, untuk mengetahui tajam penglihatan, adakah penurunan atau tidak danuntuk
mengetahui sisa penglihatan yang masih ada.Pengujian ini dengan menggunakan kartu
snelen yang dibuat sedemikian rupa sehingga huruf tertentu yang dibaca dengan pusat
optik mata membentuk sudut 508 untuk jarak tertentu. Pada ablasio retina didapatkan
penurunan tajam penglihatan.
• Fundus kopi, untuk mengetahui bola mata seperti warna retina,keadaan retina, reflek dan
gambaran koroid.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Kolaborasi :
persepsi panca • Rujuk pasien dengan masalah penglihatan
indera ke agen yang sesuai
(penglihatan) • Gunakan resep obat mata dengan benar
Pendidikan kesehatan
Beri informasi bagi keluarga/pasien pentingnya
menciptakan lingkungan rumah yang aman
bagi pasien
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Hasil Noc : Hasil Nic :
Tujuan/Kriteria
Evaluasi