Anda di halaman 1dari 18

RESPONSI

SEORANG G1P0A0 PEB HELLP SYNDROME PADA


PRIMIGRAVIDA HAMIL PRETERM BELUM INPARTU DENGAN
OBESITAS KELAS I, OLIGOHIDRAMNION, INSUFISIENSI
RENAL DAN HIPOGLIKEMIA

Disusun oleh :
Bagas Muhammad G99182004
Saiful Hidayat G99
Raisa Wibowo G99
Shannia Revenna M G99

Pembimbing :
dr. Hafi Nurinasari, M.Kes., Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RS DR MOEWARDI SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Preeklampsia merupakan suatu sindroma komplikasi medis yang sering


terjadi pada wanita hamil. Preeklampsia didefinisikan sebagai sindroma yang
ditandai dengan adanya hipertensi dan proteinuria yang mempengaruhi 5-7 %
kehamilan. Preeklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
(kematian) ibu, janin, neonatal serta penyebab utama kelahiran prematur yang
terkait dengan morbiditas neonatal dan telah dikaitkan dengan penyakit
kardiovaskular dan penyakit metabolik pada bayi baru lahir (Lindheimer et al.,
2008; Rugolo et al., 2011). Pada negara sedang berkembang frekuensi eklampsia
dilaporkan berkisar antara 0,3-0,7%, sedang di negara-negara maju angka
eklampsia lebih kecil, yaitu 0,05-0,1%. Oleh karena itu diagnosis dini
preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu
(AKI) dan anak. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari
tanda preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat
dan eklampsia, di samping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang
lain. Tanda dan gejala lain yang dapat ditemukan adalah gangguan penglihatan,
sakit kepala, nyeri epigastrik, dan adanya edema (American College of
Obstetrics and Gynecology, 2013; Lim et al., 2014).
Insidensi preeklampsia sekitar 5% sampai 10% dari seluruh kehamilan,
dengan insidensi yang lebih tinggi pada kehamilan pertama, kehamilan kembar,
dan wanita dengan riwayat preeklampsia sebelumnya (Lindheimer et al., 2008;
Rugolo et al., 2011). Di Indonesia, preeklampsia berat dan eklampsia merupakan
penyebab kematian ibu berkisar 1,5-25%, sedangkan kematian bayi antara 45-
50%. Kematian preeklampsia dan eklampsia merupakan kematian obsetrik
langsung, yaitu kematian akibat langsung dari kehamilan, persalinan atau akibat

2
komplikasi tindakan pertolongan sampai 42 hari pascapersalinan (Djannah dan
Arianti, 2010).
Banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya insiden preeklampsia
pada ibu hamil. Faktor risiko yang dapat meningkatkan insiden preeklampsia
antara lain mola hidatidosa, nulipara, usia <20 tahun atau >35 tahun, janin lebih
dari satu, multipara, hipertensi kronis, diabetes mellitus atau penyakit ginjal.
Preeklampsia/eklampsia dipengaruhi juga oleh paritas, genetik dan faktor
lingkungan. Kehamilan dengan preklampsia lebih umum terjadi pada
primigravida, sedangkan pada multigravida berhubungan dengan penyakit
hipertensi kronis, diabetes melitus dan penyakit ginjal (Artikasari, 2009; Djannah
dan Arianti, 2010).
Penyebab preeklampsia/eklampsia sampai sekarang belum diketahui
secara pasti. Banyak teori yang menerangkan namum belum dapat memberi
jawaban yang memuaskan. Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan adalah
iskemia plasenta. Namun teori ini tidak dapat menerangkan semua hal yang
berkaitan dengan kondisi ini. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor yang
menyebabkan terjadinya preeklampsia/eklampsia (Wibowo dan Rachimhadi,
2009).

3
BAB II
STATUS PASIEN

A. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 28 Februari 2020 pukul 09:30 WIB
terhadap pasien.
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Kebakkramat, Karanganyar
Status Perkawinan : Menikah 1 kali selama 9 bulan
Paritas : G1P0A0
HPMT : 29 Oktober 2017
HPL : 5 Agustus 2018
UK : 38+1 minggu
Tanggal Masuk : 22 Juli 2018
No.RM : 313-xxx
Berat badan : 70 kg
Tinggi Badan : 146 cm
2. Keluhan Utama
Tekanan darah tinggi saat hamil 8 bulan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien G1P0A0, 32 tahun, hamil preterm UK 34+1 minggu, rujukan dari
RSUD Karanganyar dengan keterangan PEB HELLP Syndrome. Pasien rutin
kontrol kehamilan di poli obsgyn RSUD Karanganyar, lalu diberi MgSO4 4gr

4
20% jam 13:10 kemudian diberi metildopa 3x250mg jam 12.30. Nyeri kepala
(-), pandangan kabur (-), pusing (-), sesak nafas (-), mual (-) dan muntah (-)
Kenceng-kenceng belum dirasakan pasien. Terpasang infus RL dan
DC dari RSUD Karanganyar. Gerak janin masih dirasakan. Kenceng-kenceng
teratur belum dirasakan. Air kawah belum dirasakan keluar. Lendir daran (-),
BAB dan BAK tidak ada keluhan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat penyakit jantung : disangkal
c. Riwayat diabetes mellitus : disangkal
d. Riwayat asma : disangkal
e. Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat hipertensi : (+) diketahui saat hamil
UK 26 minggu
mendapat obat
nifedipin 3x10 mg
b. Riwayat penyakit Jantung : disangkal
c. Riwayat diabetes mellitus : disangkal
d. Riwayat asma : disangkal
e. Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
6. Riwayat Fertilitas
Baik
7. Riwayat Obstetri
I : Hamil saat ini
8. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Pasien rutin melakukan ANC sebanyak 5x sejak awal kehamilan, 3x
kontrol di bidan dan 2x kontrol di dr. Sutiyono. SpOG.

5
9. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 13 tahun
b. Lama menstruasi : 5-7 hari
c. Siklus menstruasi : 28 hari
10. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, selama 9 bulan
11. Riwayat Keluarga Berencana (KB)
Disangkal.
12. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dirumah
13. Riwayat Kebiasaan
Pasien jarang olahraga
14. Riwayat Nutrisi
Pasien biasa makan 2-3 kali sehari dengan nasi, lauk pauk, dan sayur

B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : baik, compos mentis, gizi kesan cukup
b. Tanda Vital :
Tensi : 210/130 mmHg
Nadi : 120 x/menit
Frekuensi nafas : 21 x/menit
Suhu : 360 C
SpO2 :
c. Kepala : Mesocephal
d. Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
e. THT : Discharge (-/-)
f. Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar
g. Thorax :

6
1) Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
2) Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : sonor // sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara napas tambahan
(-/-), wheezing (-)
h. Abdomen :
- Inspeksi : Dinding perut lebih tinggi dinding dada,
striae gravidarum (+)
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal
intrauterine, memanjang, punggung kiri, presentasi
kepala, kepala berada di bidang hodge I, HIS (-), DJJ
133x/menit/regular, TFU 23 cm → 1550 gram.
- Perkusi : redup
i. Genital : v/u tenang, dinding vagina dalam batas normal,
portio lunak mencucu di belakang, pembukaan 0 cm,
effacement 20 %, kulit ketuban dan penunjuk belum
dapat dinilai, AK (+), STLD (-), nitrazin test (+).

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Darah tanggal 27 Februari 2020 pukul 09:39 WIB
Hematologi rutin
a. Hemoglobin : 12.4 g /dL
b. Hematokrit : 36 %

7
c. Eritrosit : 4.03 x 106/μL
d. Leukosit : 18.7 x 103/μL
e. Trombosit : 128 x 103/μL
Kimia Klinik
a. GDS : 99 mg/dL
b. SGOT : 250 u/l
c. SGPT : 224 u/l
d. Albumin : 3.2 g/dl
e. Creatinin : 1.4 mg/dl
f. Ureum : 34 mg/dl
g. LDH : 1170
h. Na : 138
i. K : 2.8
Urin
a. Test Kehamilan : Positif
Protein Kualitatif
a. Protein urin : positif 3 (+++)
2. Ultrasonografi (USG) tanggal 25 Februari 2020 (05:18)
Tampak janin tunggal intrauterine, presentasi kepala, punggung di kiri, DJJ
(+) dengan Fetal biometri:
 BPD : 8,04 cm
 FL : 28,06 cm
 AC : 24,53 cm
 EFBW : 1536 gram
Tampak plasenta insersi di corpus grade III, air ketuban kesan sedikit,
tak tampak jelas kelainan kongenital mayor.
Kesimpulan: janin dalam keadaan baik

8
3. CTG tanggal 25 Februari 2020 (21.49)
 Baseline : 135 x / menit
 Variabilitas : 5-10
 Akselerasi : (-)
 Deselerasi : (-)
 Fetal movement : (+)
 Kontraksi : (-)
 Kesimpulan : NST kategori I

D. Diagnosis Awal
PEB HELLP Syndrome pada primigravida hamil preterm belum inpartu dengan
obesitas kelas I, oligohidramnion, insufisiensi renal dan hipoglikemia
E. Prognosis
Dubia
F. Terapi dan Planning
1. Pro SCTP-Em + Ins IUD
2. Protab PEB
 O2 3lpm
 Inf RL 12tpm
 Inj MGSO4 4gr initial dose lanhut 5gr/jam selama 24 jam
 Metildopa 3x10mg
3. Cervical ripening 25 mcg/4 jam
4. Lanjut oxy 5 cc dalam 500 ml RL
5. Observasi 10
6. Inj. Dexametason 2 Ampul
G. Simpulan
Seorang G1P0A0, 32 tahun, usia kehamilan 34+1 minggu. Riwayat obstetri dan
fertilitas belum dapat diketahui. Tekanan darah 210/130mmHg, teraba janin

9
tunggal intrauterine, memanjang, preskep, puki, kepala belum masuk panggul,
HIS (-), DJJ (+) 133x/menit, TFU 23cm, TBJ 1550gram, portio lunak mecucu,
belum ada pembukaan, lendir darah (-), kreatinin serum 1.4 mg/dl, protein urin
(+++) positif 3.
H. Outcome
Telah lahir perabdominal jenis kelamin laki-laki, BBL 1500 gr, PB 46 cm,
AS(7/8/9), Anus (+), BAK (+), Kelainan kongenital (-)

I. FOLLOW UP
1. Evaluasi tanggal 24 Februari 2020 pukul 22:15
WIB (DPH-0)
Post Operasi SCTP-em + Ins IUD
P1A0, 32 tahun
Instruksi post partus SCTP-em + Ins IUD:
1. Awasi keadaan umum, vital sign, dan tanda perdarahan
2. Puasa hingga bising usus sudah ada
3. Rawat HCU
4. Terapi :
a. Inf. Paracetaol 3x500mg
b. Vitamin C 2x50mg
c. Protab PEB :
 O2 3lpm
 Inf. RL 12tpm
 Inj MgSO4 0,5gr/ja selama 24 jam
 Nifedipiin 3x10mg bila tekanan darah 160/110 mmHg
 Awasi tanda impending eklamsia
 Balance cairan
d. Terapi lain sesuai TS jantung

10
Instruksi 2 Jam Post Operasi SCTP-em + Ins IUD
Keluhan : Nyeri luka post operasi (+)
Keadaan Umum : Sedang, composmentis
Tanda Vital :
Tekanan darah: 120/70 mmHg RR : 20 x/menit
Nadi : 92 x/menit Suhu : 36,70C
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorak : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+) di sekitar luka operasi, tampak luka
tertutup perban
Genital : darah (-), discharge (-)
Diagnosis :Post SCTP-em + Ins IUD ai PEB HELLP syndrome pada
primipara hamil preterm dengan obese kelas 1,
oligohidramnion, insufisiensi renal dan hipokalemia
Terapi :
a. Amoxillin 3x500mg
b. Inf. Paracetaol 3x500mg
c. Vitamin C 2x50mg
d. Protab PEB :
 O2 3lpm
 Inf. RL 12tpm
 Inj MgSO4 0,5gr/ja selama 24 jam
 Nifedipiin 3x10mg bila tekanan darah 160/110 mmHg
 Awasi tanda impending eklamsia
 Balance cairan
e. Terapi lain sesuai TS jantung

11
2. Evaluasi tanggal 25 Februari 2020 pukul 06.00 WIB
(DPH-1)
P1A0, 32 tahun
Keluhan : Luka bekas operasi (+), nyeri kepala (-), pandangan
kabur (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-).
Keadaan Umum : baik, compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah: 170/100 mmHg RR : 20 x/menit
Nadi : 100 x/menit Suhu : 36,70C
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorak : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+) di sekitar luka operasi, tampak luka
tertutup perban.
Genital : darah (-), discharge (-)
Diagnosis : Post SCTP-em + Ins IUD ai PEB HELLP syndrome pada
primipara hamil preterm dengan obese kelas 1,
oligohidramnion, insufisiensi renal dan hipokalemia
Terapi :
a. Inf. Paracetaol 3x500mg
b. Vitamin C 2x50mg
c. Protab PEB :
 O2 3lpm
 Inf. RL 12tpm
 Inj MgSO4 0,5gr/jam selama 24 jam (Selesai 25/2/20 24.00)
 Nifedipiin 3x10mg
 Awasi tanda impending eklamsia
 Balance cairan

12
d. Metildopa 3x500mg
e. KSR 3x600mg
f. Terapi lain sesuai TS jantung

3. Evaluasi tanggal 26 Februari 2020 pukul 06.00 WIB


(DPH-2)
P1A0, 32 tahun
Keluhan : Luka bekas operasi (+), nyeri kepala (-), pandangan
kabur (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-).
Keadaan Umum : baik, compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah: 128/78 mmHg RR : 20 x/menit
Nadi : 70 x/menit Suhu : 36,70C
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorak : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+) di sekitar luka operasi, tampak luka
tertutup perban.
Genital : darah (-), discharge (-)
Diagnosis : Post SCTP-em + Ins IUD ai PEB HELLP syndrome pada
primipara hamil preterm dengan obese kelas 1,
oligohidramnion, insufisiensi renal dan hipokalemia
Terapi :
a. Protab PEB selesai
b. Aff infus
c. Aff DC
d. Nifedipin 3x10mg
e. Metildopa 3x500mg
f. Asam mefenamat 3x500mg
g. Vitamin C 2x50mg

13
4. Evaluasi tanggal 27 Februari 2020 pukul 06.00 WIB
(DPH-3)
P1A0, 32 tahun
Keluhan : Luka bekas operasi (+), nyeri kepala (-), pandangan
kabur (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-).
Keadaan Umum : baik, compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah: 140/90 mmHg RR : 20 x/menit
Nadi : 76 x/menit Suhu : 36,70C
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorak : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+) di sekitar luka operasi, tampak luka
tertutup perban.
Genital : darah (-), discharge (-)
Diagnosis : Post SCTP-em + Ins IUD ai PEB HELLP syndrome pada
primipara hamil preterm dengan obese kelas 1,
oligohidramnion, insufisiensi renal dan hipokalemia
Terapi :
a. Protab PEB selesai 25/02/20 jam 24.00
b. Diet TKTP
c. Nifedipin 3x10mg
d. Metildopa 3x500mg
e. Asam Mefenamat 3x500mg
f. Vitamin C 2x50mg
g. Hemafort 1x1
h. Medikasi luka

14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

B. Klasifikasi

C. Diagnosis

D. Penatalaksanaan (Pencegahan Tersier)

E. Prognosis

15
BAB IV
ANALISIS KASUS

BAB V
KESIMPULAN

16
DAFTAR PUSTAKA

Sibai BM. 2007. Expectant management of severe preeclampsia remote from term:
patient selection, treatment, and delivery indications. Am J Obstet Gynecol.
196:514e.-.e9

POGI. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Diagnosis dan Tatalaksana


Pre-Eklamsia.

Churchill D DL.2010. Interventionist versus expectant care for severe preeclampsia


before term (Review). Cochrane database. 1-19.

Frias AE. 2003. Post Magpie: how should we be managing severe preeclampsia? Curr
Opin Obstet Gynecol. 15:489 - 95.

Task Force on Hypertension in Pregnancy, American College of Obstetricians and


Gynecologist. 2013. Hypertension in Pregnancy. Washington: ACOG.

Canadian Hypertensive Disorders of Pregnancy Working Group, Diagnosis,


Evaluation, and Management of the Hypertensive Disorders of Pregnancy:
Executive Summary. 2013. Journal of Obstetrics Gynecology Canada. 36(5); 416-
438

Duley L. 2005. Evidence and practice: the magnesium sulphate story. Clinical
Obstetrics and Gynaecology. 19(1):57-74.

Sibai BM. 2005. Magnesium Supfate Prophylaxis in Preeclampsia: Evidence From


Randomized Trials Clinical Obstetrics and Gynecology. 48 478-88.

Witlin AG SB. 1998. Magnesium sulphate therapy in preeclampsia and eclampsia.


Clinical Obstetrics and Gynecology. 92(5):883-9.

Group TMtC. 2002. Do women with pre-eclampsia, and their babies, benefit from
magnesium sulphate? The Magpie Trial: a randomised placebocontrolled trial.
Lancet. 359(1877-90).

17
Duley L H-SD, Walker GJA, Chou D. 2010. Magnesium sulphate versus diazepam
for eclampsia (Review). The Cochrane Collaboration. (12).

RCOG. 2006. The management of severe preeclampsia/eclampsia.

Duley L GlA, Henderson-Smart DJ, Chou D. 2010. Magnesium sulphate and other
anticonvulsants for women with pre-eclampsia (Review). The Cochrane
Collaboration. (11).

Duley L H-SD, Chou D. 2010. Magnesium sulphate versus phenytoin for eclampsia
(Review). The Cochrane Collaboration. (10).
Montan S. 2004. Drugs used in hypertensive diseases in pregnancy. Curr Opin Obstet
Gynecol. 16:111-5.

LA Magee MO, P von Dadelszen. 1999. Management of hypertension in pregnancy.


BMJ. 318:1332-6.

Alex C. Vidaeff; Mary A. Carroll SMR. 2005. Acute hypertensive emergencies in


pregnancy. Crit Care Med. 33:S307-S12.

Meyeon Park UCB.2007. Management of preeclampsia. Hospital Physician. 25-32


Magee LA. 2001. Antihypertensives. Best Practice & Research Clinical Obstetrics
and Gynaecology. 15:827-45.

P. SCOTT BARRILLEAUX JNM. 2002. Hypertension therapy during pregnancy.


Clinical Obstetrics and Gynecology. 45:22-34.

D Robert, S Dalziel. 2006. Antenatal corticosteroids for accelerating fetal lung


maturation for women at risk of preterm birth (review). Cochrane database of
systematic review. (3).

FC Brownfoot, CA Crowther, P Middleton. 2008. Different corticosteroids and


regimens for accelerating fetal lung maturation for women at risk of preterm birth
(review). Cochrane database of systematic review. (4).

18

Anda mungkin juga menyukai