Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Praktikum mata kuliah pertanian organik pada tahun akademik 2020/2021
Program Studi Agroteknologi Sekolah Tinggi Pertanian Kewirausahaan Banau
ialah berupa pembudidayaan tanaman, khususnya tanaman-tanaman lokal
Halmahera Barat yang sudah jarang ditemukan saat ini atau bahkan hampir punah
seperti cabai lokal, timun lokal, tomat lokal, bawang merah Topo, dan kacang
tunggak.
Kelompok kami mendapatkan komoditi sawi hijau dengan sistem budidaya
hidroponik. Sebenarnya berdasarkan pedoman SNI 6729 (2016) tentang sistem
pertanian organik, dalam budidaya organik diperhatikan pula aspek perbenihan
(asal benih), namun karena ketersediaan benih sawi hijau atau caisin dapat
dikatakan belum ada di Halmahera Barat sehingga ada toleransi mengenai hal ini.
Tanaman sawi hijau (Brassica junce L.) merupakan jenis sayuran yang
sangat dikenal di kalangan masyarakat. Sawi hijau (Brassica juncea L.) selain
dimanfaatkan untuk bahan makanan sayuran, juga dapat dimanfaatkan untuk
pengobatan bermacam-macam penyakit sehingga sawi hijau sebagai salah satu
bagian dari golongan sayuran yang mempunyai peran penting untuk memenuhi
kebutuhan pangan, gizi, dan obat bagi masyarakat ( Istarofah, Salama Z, 2017).
Tanaman sawi hijau (Brasicca juncea L.) tumbuh baik pada baik pada tanah
yang subur, gembur, mudah mengikat air, dan kaya bahan organic. Keasaman tanah
yang baik untuk pertumbuhan ini adalah pH 6-7. Salah satu cara untuk memperolah
tanaman yang baik ialah dengan pemupukan. Pemupukan merupakan suatu usaha
penambahan unsur-unsur hara kedalam tanah yang dapat meningkatkan kesuburan
tanah, produktivitas dan mutu tanaman baik itu berupa pupuk organik maupun
anorganik.
Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan sebagai altenatif untuk
mempertahankan dan meningkatkan hasil tanaman adalah pupuk organik cair
(POC) berbahan dasar bonggol pisang atau biasa disebut MOL bonggol pisang.
Bonggol pisang diketahui mengandung mikrobia pengurai bahan organik. Mikrobia
tersebut terletak pada bonggol pisang bagian luar maupun bagian dalam (Suhastyo,
2011). Jenis mikrobia yang telah diidentifikasi pada MOL bonggol pisang antara
lain Bacillus sp, Aeromonas sp, dan Aspergillus nigger. Selanjutnya, bonggol
pisang mengandung karbohidrat sebesar 66,2% dalam 100 g bahan, bonggol pisang
kering mengandung karbohidrat 66,2 g, dan pada bonggol pisang segar
mengandung karbohidrat 11,6 g (Wulandari et al, 2009).
MOL bonggol pisang memilik peranan dalam meningkatkan pertumbuhan
vegetatif tanaman dan lebih toleran terhadap penyakit. Kadar asam fenolat yang
tinggi membantu pengikatan ion-ion Al, Fe, dan Ca sehingga membantu
ketersediaan fosfor (P) tanah yang berguna pada pembungaan dan pembuahan
(Setyaningsih R, 2009).
Faktor penentu hasil tanaman salah satunya juga ialah media tanam. Media
tanam berfungsi sebagai tempat berjangkarnya akar tanaman dan juga sebagai
penyedia unsur hara. Perbedaan media tanam, kemungkinan besar berpengaruh
terhadap produksi tanaman. Media yang digunakan dalam praktikum ini ialah arang

1
sekam, air, dan tanah. Oleh karena itu dalam praktikum ini menggunakan media
tanam yang berbeda demi melihat perbedaan produksi sawi hijau (Brassica juncea
L.) dengan pemberian MOL bonggol pisang.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah


praktikum ialah :
1) Bagaimana produktivitas tanaman sawi hujau (Brassica juncea L.) dengan
pemberian MOL bonggol pisang?
2) Sejauhmana perbedaan produksi sawi hijau (Brassica jencea L.) antara media
tanam arang sekam, air, dan tanah?

Tujuan Praktikum

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan praktikum


ini ialah :
1) Mengetahui produksi tanaman sawi hijau (Brassica jencea L.) dengan
pemberian MOL bonggol pisang.
2) Mengetahui perbedaan produksi sawi hijau (Brassica juncea L.) diantara
media tanam arang sekam, air, dan tanah.

TINJAUAN PUSTAKA

Sawi Hijau (Brassica juncea L.)

Sawi hijau atau caisin (Brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim,
berbatang pendek hingga hampir tidak terlihat. Daun Caisin berbentuk bulat
Panjang serta berbulu halus dan tajam, urat daun utama lebar dan berwarna putih.
Daun caisin ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang mentah rasanya agak
pedas. Pola pertumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang muncul terlebih
dahulu menutup daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk krop bulat
panjang yang berwarna putih. Susunan dan warna bunga seperti kubis (Sunarjono,
2004).
Adapun klasifikasi tanaman caisin menurut Fahrudin F, (2009) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub-kingdom : Tracheobionta
Super-divisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Familia : Brassicaceae

2
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea (L.)

Di Indonesia dikenal tiga jenis sawi yaitu: sawi putih atau sawi jabung, sawi
hijau dan sawi huma. Sawi putih (B. Juncea L. Var. Rugosa Roxb. & Prain)
memiliki batang pendek, tegap dan daun lebar berwarna hijau tua, tangkai daun
panjang dan bersayap melengkung ke bawah. Sawi hijau, memiliki ciri-ciri batang
pendek, daun berwarna hijau keputih-putihan, serta rasanya agak pahit, sedangkan
sawi huma memiliki ciri batang kecil-panjang dan langsing, daun panjang-sempit
berwarna hijau keputih-putihan, serta tangkai daun panjang dan bersayap (Fahrudin
F, 2009).
Di antara sayuran daun, sawi hijau dan selanjutnya dalam makalah ini
disebut caisin merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial dan digemari
masyarakat Indonesia. Konsumen menggunakan daun caisim baik sebagai bahan
pokok maupun sebagai pelengkap masakan tradisional dan masakan cina. Selain
sebagai bahan pangan, caisim dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di
tenggorokan pada penderita batuk. Caisin pun berfungsi sebagai penyembuh sakit
kepala dan mampu bekerja sebagai pembersih darah (Haryanto et al., 2001).
Manfaat tanaman caisim/sawi adalah daunnya digunakan sebagai sayur dan bijinya
dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat makanan. Tanaman caisin banyak
disukai karena rasanya serta kandungan beberapa vitaminnya. Pada daun sawi 100
gr terkandung 6460 IU Vitamin A, 102 mg Vit B, 0,09 mg Vit C, 220 mg kalsium
dan kalium (Arief, 1990).

MOL Bonggol Pisang

Pisang merupakan jenis tanaman yang mempunyai beberapa komposisi baik


pada kandungan karbohidrat, protein, fosfor dan kandungan lainnya yang penting
dan dibutuhkan oleh manusia. Komposisi antara satu jenis pisang dengan lainnya
hampir sama hanya jumlah kandungan gizinya yang berbeda. Adapun kandungan
dalam bonggol pisang ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Kandungan Gizi dalam Bonggol Pisang


No. Kandungan Gizi Bonggol Basah Bonggol Kering
1. Kalori (kal) 43,00 425,00
2. Protein (gram) 0,36 3,45
3. Lemak (gram) 0 0
4. Karbohidrat (gram) 11,60 66,20
5. Kalsium (mg) 15,00 60,00

6. Fosfor (mg) 60,00 150,00


7. Zat besi (mg) 0,50 2,00
8. Vitamin A (SJ) 0 0
9. Vitamin B1 (mg) 0,01 0,04
10. Vitamin C (mg) 12,00 4,00
11. Air 86,00 20,00

3
12. Bagian yang dapat 100 100
dikonsumsi (%)
Sumber: Maudi, et al. (2008)

Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar berasal
dari berbagai sumberdaya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung
unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai
perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai agen pengendali
hama dan penyakit (Purwasasmita M, 2009).
Menurut Sari et al (2012) MOL bonggol pisang mengandung hormon yang
berfungsi sebagai perangsang tumbuhan untuk lebih memacu perkembangan sel-sel
tanaman, seperti giberelin, sitokinin, dan auksin. Selain itu, dalam MOL bonggol
pisang juga mengandung beberapa mikroorganisme yang berguna bagi tanaman
yaitu Rhizobium sp, Azospirilium sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp,
dan bakteri pelarut phospat.

TANAH

Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-
komponen padat, cair, dan gas yang mempunyai sifat dan perilaku yang dinamik.
Benda alami ini terbentuk oleh hasil kerja interaksi antara iklim, dan jasad hidup
terhadap bahan organaik yang dipengaruhi relief tempatnya terbentuk, dan waktu
(Arsyad S, 2010).
Sebagai sumber daya alam pertanian, tanah mempunyai dua fungsi utama
yaitu, sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tersimpan, dan
sebagai sumber unsur hara bagiu tanaman (Arsyad S, 2010).

AIR

Air merupakan benda alam paling berharga. Dapat dipastikan tanpa air,
tidak mungkin terdapat kehidupan. Air tidak saja perlu untuk kehidupan semua
makhluk hidup, akan tetapi merupakan media pengangkutan (transport), sumber
energi, berbabagai keperluan lainnya (Arsyad S, 2010).
Fungsi air dalam perspektif pertanian ialah sebagai sumber kehidupan bagi
tanaman, sebagai pelarut unsur, berperan dalam proses fotosintesis, dan sebagai
media pendistribusian zat-zat makanan.

METODE PRAKTIKUM

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, sekop,
parang, ember, jerigen, dan polybag. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu benih

4
caisin varietas Shinta, timbangan, gula merah, air kelapa, air beras, dan bonggol
pisang.

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dimulai sejak Februari 2020 sampai Maret 2020 dan
bertempat di lahan praktikum Pertanian Organik Agroteknologi Kampus Goal
STPK Banau.

Variabel Kerja

Praktikum pertanian organik T.A 2020 kami mendapat bagian untuk


budidaya caisim yang direncanakan secara organik dan menggunakan media air,
arang sekam, dan cocopiet. Kami juga membudidayakan ikan nila, menanam
pisang, jahe merah, dan sayur lilin.

Variabel Pengamatan

Parameter pengamatan dalam praktikum budidaya caisin ini ialah berat


segar tajuk. Dihitung dengan menimbang tajuk tanaman yang masih segar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pembuatan MOL Bonggol Pisang

Kegiatan praktik pembuatan MOL bonggol pisang dimulai dengan memilih


bonggol pisang yang sudah selesai masa panen dan menyediakan bahan-bahan yang
diperlukan, seperti gula merah, air, air cucian beras, dan air kelapa. Adapaun
sumber bahan yang digunakan dalam komposisi pembuatan MOL memiliki
kegunaan masing-masing. Bonggol pisang sebagai bahan dasar pembuatan MOL
memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi. Kandungan yang terdapat pada
batang pisang sebagian besar berisi air dan serat (selulosa), di samping bahan
mineral kalium, kalsium, forfor, dan besi (Satuhu S, Supriadi A, 1999).
Menurut Maspary (2012), mengemukakan di dalam bonggol pisang
mengandung zat pengatur tumbuh giberelin dan sitokinin, serta tujuh mikrobia yang
berguna bagi tanaman, yaitu Azospirilium, Azotobacter, Bacillus, Aeromonas,
Aspergillus, mikrob pelarut fosfat, dan mikrobia selulolitk yang dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk cair.

5
Gambar 1. Pengupasan Kelapa Gambar 2. Pencacahan Bonggol

Pembersihan Areal Praktikum


Kegiatan pembersihan dilakukan Rabu, 12 Februari 2020. Areal
pembersihan pada depan dan sekitar kolam ikan Agroteknologi serta samping ruang
kuliah yang digunakan sebagai lokasi penanaman pisang. Pisang yang ditanama
dengan nama-nama lokal diantaranya pisang Goroho, pisang Kapi, pisang
Mulubebe, dan pisang Tandu.

Gambar 3. Pembersihan areal Gambar 4. Pembersihan areal


praktikum praktikum

Penyemaian
Kegiatan penyemaian dilakukan pada Senin, 17 Februari 2020. Penyemaian
dilakukan pada sebuah bak kecambah ukuran 40 cm x 60 cm. Media semai
merupakan kombinasi tanah dan bokhasi dengan perbandingan 2:1. Dua polybag
(20 x 20 cm) tanah dan satu polybag (20 x 20 cm) bokhasi.
Penyemaian caisin berlangsung selama 14 hari. Seharusnya persemaian
hanya seminggu lamanya namun karena keterlambatan penyediaan media tanam
sehingga waktu penyemaian harus diulur.

6
Gambar 5. Bak kecambah dan Gambar 6. Benih caisin umur 7 hst
media semai

Penanaman
Penanaman dilakukan pada 26 Februari 2020. Penanaman pertama terdiri
dari 70 Polybag yang terbagi atas 15 polybag media tanah, 1 polybag cocopiet, dan
54 polybag sekam bakar.

Gambar 7. Penanaman pada Gambar 8. Penanaman pada


media tanah media air

Pemupukan
Pengaplikasian MOL bonggol menggunakan dosis 200 ml/tanaman. Dosis
tersebut diambil dari pengalaman penulis pada saat praktikum budidaya caisin pada
mata kuliah Ilmu Nutrisi. Dosis 200ml/tanaman merupakan dosis yang menunjukan
hasil produksi terbaik. Pengaplikasian MOL dilakukan seminggu sekali.
Sebelum dilakukan pengaplikasian MOL diencerkan terlebih dahulu dengan
perbandingan 1:20. Satu liter MOL dan dua puluh liter air.

7
Gambar 9. Pengenceran MOL Gambar 10. Pengaplikasian MOL

Panen

Berat Segar Tajuk


Berat segar tajuk terdiri atas batang dan daun. Semakin banyak jumlah daun
maka berat segar tajuk tanaman juga akan meningkat. Berdasarkan hasil panen
pertama (24 Maret 2020) secara keseluruhan berat segar tajuk ialah 8 ons.

Gambar 11. Penimbangan caisin

Pembahasan

Kandungan Unsur MOL Bonggol pisang


Selain kandugan gizi yang telah dicantumkan pada tabel 1, zat pengatur tumbuh,
mikrobia yang bermanfaat bagi tanaman, MOL bonggol pisang juga mengandung
unsur lain. Kandungan unsur tersebut ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 2. Kandungan Unsur MOL Bonggol Pisang.

Kandungan Unsur Hara MOL Bonggol Pisang


NO3- (ppm) 3087

8
NH4- (ppm) 1120
P2O5 (ppm) 439
K2O (ppm) 574
Ca (ppm) 700
Mg (ppm) 800
Cu (ppm) 6,8
Zn (ppm) 65,2
Mn (ppm) 98,3
Fe (ppm) 0,09
C-Org (%) 1,06
C/N 2,2
Sumber : Suhastyo (2011)
Beragam kandungan unsur-unsur yang dicantumkan diatas dan
juga kandungan zat pengatur tumbuh (sitokinin dan giberelin) serta
mikrobia Azospirillium, Azotobacter, Bacillus, Aeromonas,
Rhizobium, Aspergillus, BPF (bakteri pelarut fosfat) menjadikan MOL
bonggol menjadi sumber nutrisi yang sangat baik.

PENUTUP

Kesimpulan

MOL bonggol pisang menjadi nutrisi (pupuk) yang baik bagi tanaman
caisin. Kandungan zat pengatur tumbuh, mikrobia yang bermanfaat bagi tanaman,
serta beragam unsur hara mikro dan makro yang terdapat pada MOL bonggol pisang
menjadikan MOL ini menjadi sumber nutrisi yang sangat baik bagi tanaman caisin
(Brassica juncea L.)

Saran

Demi mengatahui pengaruh MOL bonggol pisang terhadap produksi caisin,


perlu dilakukan penelitian atau pengkajian lebih detail menggunakan analisis data
yang dapat menunjukan keakuratan pengaruhnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Arief A. 1990. Hortikultura. Jakarta : Penebar Swadaya.

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.

Fahrudin F. 2009. Budidaya caisim (Brassica juncea L.) menggunakan ekstrak teh
dan pupuk kascing [Skripsi]. Surakarta : Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret.

Haryanto ET, Suhartini, Rahayu E. Sawi dan Selada. Jakarta : Penebar Swadaya.

Istarofah, Salama Z. 2017. Pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica junce L.)
dengan pemberian kompos berbahan dasar daun paitan. Jurnal Bio-site.
Volume 4 (1) : 39-46.

Maudi, et al. 2008. Pemanfatan bonggol pisang sebagai bahan pangan alternative
melalui program pelatihan pembuatan steak dan nugget bonggol pisang di
Desa Cihedeung Udik, Kabupaten Bogor. Jurnal BPSB Yogyakarta. Volume
6 (2) : 12-17.

Maspary. 2012. Apa Kehebatan MOL Bonggol Pisang. Jakarta : Gramedia.

Purwasasmita M. 2009. Mikroorganisme lokal sebagai pemicu siklus kehidupan


dalm bioreactor tanaman. Jurnal Agromast. Volume 2 (2) : 1-12.

Wulandari et al. 2009. Penerapan mol (mikro-organisme lokal) bonggol pisang


sebagai biostarter pembuatan kompos. Jurnal PKM-P. Volume 4 (4) : 95-103.

Setyaningsih. 2009. Kajian pemanfaatan pupuk organik cair mikroorganisme lokal


(MOL) dalam priming. Jurnal BPDHT-padi. Volume 3 (1) : 1-9.

Sunarjono. 2004. Bertanam Sawi dan Selada. Jakarta : Penebar Swadaya.

Sari, et al. 2012. Pengaruh pemberian mikroorganisme lokal (MOL) bonggo pisang
nangka terhadap produksi rosela. Jurnal UNPAK. Volume 1 (1) : 45-52.

Satuhu S, Supriyadi A. 1999. “Pisang” Budidaya Pengolahan dan Prospek Pasar.


Jakarta : Penebar Swadaya.

Suhastyo. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat Kimia Mikroorganisme Lokal yang
Digunakan pada Budidaya Padi Metode SRI (System of Rice Intenssification)
[Tesis]. Bogor : Istitut Pertanian Bogor.

10

Anda mungkin juga menyukai