c
Di masa mendatang sekitar 20 tahun lagi, negara kita diprediksikan akan
dihuni oleh penduduk yang mencapai sekitar 273 juta jiwa, dengan laju
pertumbuhan penduduk sekitar 0.9% sampai 1.3 % per tahun (BPS, 2007).
Adanya jumlah penduduk yang sangat besar menyebabkan kebutuhan akan
pangan menjadi meningkat, terutama terhadap beras, ditambah dengan adanya
beragam permasalahan krusial lainnya yang terkait erat dengan bidang pertanian,
seperti (diantaranya): produksi beberapa komoditas yang masih belum mencukupi
kebutuhan/stok dalam negeri (misalnya padi, kedelai dan jagung), adanya
penurunan produktivitas lahan, tingginya laju konversi lahan pertanian ke non-
pertanian (sekitar 50 ribu ha per tahun).
Dari cerminan diatas, Indonesia diperkirakan akan mengalami krisis
pangan yang secara langsung dapat mengganggu ketahanan pangan nasional. Dan
selanjutnya akan mengganggu stabilitas negara. Oleh karena itu peningkatan
produksi pertanian perlu terus diupayakan seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk. Peningkatan produksi pertanian dapat dilakukan melalui program
ekstensifikasi, intensifikasi dan diversifikasi. Tanah atau lahan yang subur
terkonsentrasi di Pulau Jawa, sementara itu lahan yang dapat ditanami di P. Jawa
dari tahun ke tahun semakin berkurang dengan pengurangan kurang lebih 50.000
ha tiap tahun. Pada umumnya lahan pertanian berubah fungsi menjadi
pemukiman, jalan dan industri.
Dengan demikian arah perluasan areal tanam adalah keluar Pulau Jawa.
Tanah atau lahan di luar Pulau Jawa kondisinya tidak sebaik di Jawa. Pada
umumnya merupakan lahan kering golongan Podsolik Merah Kuning, tanah-tanah
rawa, tanah rawa pasang surut dan tanah gambut.
Agar program ekstensifikasi dapat terlaksana dengan baik pada lahan-
lahan di luar P. Jawa tersebut yang kurang menguntungkan atau sub optimal,
maka diperlukan varietas-varietas yang mampu beradaptasi pada lahan marginal
dan terhadap cekaman lingkungan salah satunya adalah tanah salin, keracunan
aluminium, besi, pH rendah, dan kekeringan adalah kendala yang umum terjadi
pada sebagian besar lahan ekstensifikasi di luar Pulau Jawa.
Tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila terjadi
keseimbangan antara faktor biotik dan abiotik, namun apabila salah satu faktor
tersebut berlebihan atau mengalami kekurangan maka tanaman akan mengalami
cekaman atau stress. Cekaman atau stress adalah gangguan, hambatan atau justru
percepatan proses metabolisme normal sehingga dipandang tidak baik bagi
organisme atau menyebabkan suatu kedaan negatif bagi organisme. Cekaman
lingkungan berarti terdapatnya perbedaan potensi di lingkungan dan di dalam
organisme sehingga terdapat gaya penggerak untuk memindahkan energi atau
bahan ke dalam atau keluar organisme yang menyebabkan respon cekaman.
Kekeringan merupakan salah satu kendala utama dalam produksi tanaman.
Dengan adanya pengembanagn areal pertanaman ke kawasan marjinal gering
perlu diantisipasi dengan bahan tanam yang toleran dengan kekurangan air.
Cekaman air mempengaruhi semua fase pertumbuhan tanaman baik pertumbuhan
vegetatif maupun pertumbuhan generatif yang pada akhirnya akan mempengaruhi
hasil tanaman.
º
Tempat praktikum ini bertempat di Laboratorium Teknologi Benih dan
Pemuliaan Tanaman, Universitas Jember. Praktikum dilakukan pada pukul 14.00
WIB, hari Jumat 26 November 2010.
c
c
1. Benih kedelai 2 var. lokal dan 1 var. hibrida
2. NaCl
3. Aquadest
4. Kapas/tissue
1. Pinset
2. *elas ukur
3. Petridish
4. Alat Pengecambah
1. Membuat larutan NaCl dengan konsentrasi 0% ; 2% ; 4% atau 0 ; 2 ; 4 m.
Dalam 0,2m (setara 7,6 atmosfir tekanan osmose) dengan cara melarutkan
11,7gr NaCl dalam 1 liter air, sedangkan konsentrasi 0% tanpa NaCl cukup
diberi air.
2. Merendam substrat kertas merang pada larutan dengan konsentrasi yang telah
dibuat hingga semua bagian kertas basah merata.
3. Menanam benih kedelai lokal dan hibrida pada substrat tersebut dengan metode
UKDdp sebanyak 25 butir perulangan dan diulang sebanyak 3 kali.
1. Mengamati kecambah normal dan mati pada hari ke-3 (3x24 jam) dan ke-5
(5x24 jam).
2. Menghitung kekuatan tumbuh benih berdasarkan presentase kecambah normal
pada hari ke-3 (3x24 jam) dan ke-5 (5x24 jam).
3. Mengamati bobot basah dan kering dari tajuk dan akar pada hari ke-5 (5x24
jam). Bobot kering tajuk dan akar diperoleh dengan cara mengoven kecambah
pada suhu 70º selama 2x24 jam (berat kering konstan). Kemudian menimbang
bobot keing masing-masing bagian tanaman.
4. Menganalisis hasil percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan membedakan 9 macam perlakuan (tiga macam varietas dengan tiga
macam konsentrasi NaCl) dalam tiga ulangan
5. Membandingkan masing-masing kombinasi perlakuan, dan berikan kesimpulan
saudara benih mana yang tahan terhadap kekeringan atau NaCl berdasarkan
parameter yang diamati. Apabila benih jagung berkecambah normal hari ke-5
75% dikategorikan sebagai benih bervigor tinggi atau tahan terhadap cekaman
air atau NaCl.
c c!
c
!"#
!"##$%&&''
V
!"#( $'&&''
V
!º(c
c#
!("
Berdasarkan hasil praktikum uji ketahanan benih melalui uji cekaman, yang
diaplikasikan dengan metode pemberian tiga konsentrasi NaCl yang berbeda
yakni 0 %, 2%, dan 4% pada perkecambahan benih jagung, didapatkan data
setelah 3 hari dan 5 hari pengamatan serta data berat basah dan berat kering bibit
tanaman.
Pada pengamatan hari ke-3 dan hari ke-5 didapatkan kesimpulan pada
semua kelompok bahwa konsentrasi NaCl 0% lebih memperlihatkan daya
tumbuh yang tingi dibandingkan dengan konsentrasi NaCl 2% dan 4%. Jika
dilihat dari varietas benih, benih varietas lokal lebih toleran terhadap cekaman
PE*.
Pada pengamatan berat basah dan berat kering menunjukkan perlakuaan
tanpa cekaman lebih memperlihatkan berat basah dan berat kering yang lebih
tinggi daripada dengan perlakuan cekaman.
Kahat air (a ) dapat didefinisikan sebagai kandungan air
jaringan atau sel yang berada kurang dari kandungan air tertinggi yang
ditunjukkan oleh status yang paling terhidrasi. Ketika kekurangan air terjadi
cukup perlahan untuk memungkinkan perubahan dalam proses perkembangan,
cekaman air mempunyai beberapa efek terhadap pertumbuhan, satu di antaranya
adalah pembatasan perluasan daun. Luas daun adalah penting karena
fotosintesis biasanya sebanding dengan itu. Tetapi perluasan daun yang cepat
dapat merugikan ketersediaan air.
Baik dalam kondisi pertanian maupun alamiah, tumbuhan sering terpapar
pada cekaman lingkungan. Beberapa faktor lingkungan seperti suhu udara, kadar
air, ketersediaan unsur hara, dan faktor kadar garam pada tanah dapat
menyebabkan cekaman. Secara garis besar cekaman merupakan faktor lingkungan
yang mampu mengimbas ketegangan (strain dan potensial menimbulkan
kerusakan pada tanaman atau organisme hidup lainnya. Cekaman biasanya
didefinisikan sebagai faktor eksternal yang memberikan pengaruh tidak
menguntungkan pada tumbuhan. Konsep cekaman sangat mudah dihubungkan
dengan konsep toleransi terhadap cekaman (stress tolerance) yang artinya
kebugaran dari tumbuhan untuk menghadapi lingkungan yang tidak bersahabat.
Dalam literatur istilah (pertahanan terhadap cekaman) sering
tertukar dengan istilah toleransi terhadap cekaman ( ) walaupun
istilah terakhir yang lebih disukai. Perhatikan bahwa lingkungan yang
menimbulkan cekaman terhadap satu tumbuhan belum tentu menimbulkan
cekaman pada tumbuhan lainnya. Sebagai contoh yaitu cekaman kekeringan
mempengaruhi proses fisiologis yang berbeda-beda.
Produktivitas tumbuhan pada keadaan air terbatas tergantung pada jumlah total air
tersedia dan pada efisiensi pemakaian air dari tumbuhan itu. Tumbuhan yang
mampu memperoleh lebih banyak air atau yang mempunyai efisiensi pemanfaatan
air yang lebih tinggi akan bertahan terhadap kekeringan lebih baik.
Pada tanaman pertanian seperti jagung, kacang merah, kacang polong, tomat
dan bunga matahari, pertumbuhan dan berat kering mengalami penurunan jika
tanaman ditumbuhkan dalam media salin. Pada kacang merah, pelebaran daun
terhambat oleh cekaman. Berkurangnya pelebaran daun dapat berakibat
berkurangnya fotosintesis maupun produktivitas.
Mekanisme resistensi terhadap kekeringan, ada beberapa tipe.
± Pertama, dapat dibedakan antara penundaan desikas i±
(kemampuan untuk menjaga hidrasi jaringan) dan toleransi
desikasi ± (kemampuan berfungsi walaupun terdehidrasi),
yang kadang2 masing2 diacu sebagai toleran kekeringan pada potensi air
tinggi dan rendah.
± Kedua, dalam literatur lama sering dipakai istilah penghindaran kekeringan
(
) ± bukannya
± toleransi kekeringan,
tetapi istilah ini tidak tepat karena kekeringan (drought) adalah kondisi
meteorologis yang ditolerir oleh semua tumbuhan yang mampu bertahan hidup
dan tidak dihindari oleh siapapun.
± Ketiga , pelepasan diri dari kekeringan (
meliputi tumbuhan
yang menyelesaikan siklus hidupnya selama musim basah, sebelum musim
kering mulai. Ini termasuk yang benar benar
(penghindar
kekeringan).
Beberapa proses fisiologis dan biokimia terlibat dalam mekanisme
toleransi dan adaptasi tanaman terhadap salinitas yang mengakibatkan tanaman
dehidrasi. Sebagai contoh cekaman garam menginduksi akumulasi senyawa
organik spesifik di dalam sitosol sel yang dapat bertindak sebagai osmoregulator,
tanaman juga dapat mencegah akumulasi Na dan Cl dalam sitoplasma melalui
eksklusi Na dan Cl ke lingkungan eksternal (media tumbuh), kompartementasi ke
dalam vakuola atau mentranslokasi Na dan Cl ke jaringan-jaringan lain.
Secara tipikal, ketika kandungan air dari tumbuhan turun, selnya mengerut
dan dinding sel mengendor. Penurunan volume sel ini mengakibatkan tekanan
turgor menjadi lebih rendah dan berikutnya solut menjadi pekat dalam sel.
Membran plasma menjadi lebih tebal dan lebih padat karena hanya menutup
luasan yang lebih kecil daripada sebelumnya. Oleh karena penurunan turgor
adalah pengaruh biofisika paling awal yang signifikan dari cekaman air, aktivitas
yang tergantung turgor seperti perluasan daun dan perpanjangan akar adalah
paling peka terhadap kahat air.
Cekaman pada tanaman terdapat faktor yang menyebabkan tanaman
tersebut stress yaitu cekaman akibat faktor abiotik dan faktor biotik. Stress abiotik
didefinisikan sebagai dampak negatif dari faktor-faktor non hidup pada organisme
yang hidup di lingkungan tertentu atau didefinisikan sebagai faktor luar non hidup
yang tidak menguntungkan yang berpengaruh buruk terhadap tanaman atau
kondisi lingkungan yang dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan,
reproduksi, dan kelangsungan hidup tumbuhan. Beberapa macam stres abiotik
tanaman meliputi iklim, cahaya, suhu, tanah, udara, salinitas/alkalinitas, tanah
sulfat masam, kekeringan atau terlalu banyak air. Cekaman biotik didefinisikan
sebagai dampak negatif dari faktor-faktor tumbuh biologis pada organisme di
lingkungan tertentu. Cekaman biotik biasanya disebabkan oleh hama, penyakit,
penyakit, dan gulma.
c c) º
)"#
Pada praktikum kali ini yang berjudul Seleksi Benih Tahan Kering Melalui
Uji Cekaman PE* didapatkan beberapa kesimpulan yaitu;
Cekaman merupakan faktor lingkungan yang mampu mengimbas
ketegangan (strain dan potensial menimbulkan kerusakan pada tanaman atau
organisme hidup lainnya. Cekaman dapat didefinisikan sebagai faktor eksternal
yang memberikan pengaruh tidak menguntungkan pada tumbuhan.
Cekaman dapat diakibatkan faktor abiotik dan faktor biotik. Stress abiotik
didefinisikan sebagai dampak negatif dari faktor-faktor non hidup pada organisme
yang hidup di lingkungan tertentu. Cekaman biotik didefinisikan sebagai dampak
negatif dari faktor-faktor tumbuh biologis pada organisme di lingkungan tertentu.
Salinitas adalah salah satu cekaman abiotik yang sangat mempengaruhi
produktivitas dan kualitas tanaman.
Mekanisme ketahanan dari cekaman yang dibentuk oleh tanaman antara
lain; Avoidance (menghindar) yaitu mecegah stress masuk sehingga tidak dapat
menimbulkan strain; Tolerance (menegang) yaitu tanaman bertahan terhadap
strain tanpa mengalami kerusakan; Escape (lolos) tanaman dapat lolos dari
cekaman karena telah menyelesaikan siklus hidupnya sebelum stress datang
sehingga stress tidak terjadi bersamaan dengan fase pertumbuhan yang rentan.
)
Sebaiknya pada praktikum kali ini diharapkan alat lemari pengecambah
dijaga dan dicegah dari serangan tikus yang dapat memakan hasil percobaan yang
dapat merugikan dan dapat mempengaruhi hasil praktikum.
*º º
*ani, Anischan, 2007. Adaptasi Varietas Padi pada Tanah Terkena Tsunami.
Ñ | . Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sumatera
Utara. Padang. Hal 1-3.
Yuniati, Ratna. 2004. Penapisan *alur Kedelai (L.) Merrill Toleran
terhadap NaCl untuk Penanaman di Lahan Marginal. Ñ
8 (1) : 21-24.Universitas Indonesia. Jakarta.