Anda di halaman 1dari 2

NAMA : EMILIA

NIM : 02011381823316
KELAS : HUKUM PERKAWINAN B

TUGAS HUKUM PERKAWINAN


KASUS :
Jihan sudah menikah dengan Aldo selama 2 (dua) tahun dan belum
mempunyai keturunan dari hasil perkawinan mereka. Dengan alasan Jihan
tidak dapat memberikan keturunan, maka Aldo bermaksud menceraikan
Jihan. Tanpa persetujuan Jihan (istri sah), Aldo menikah lagi dengan Anggi
dan mempunyai 1 (satu) orang anak.

Pertanyaan :
1. Apakah perkawinan Aldo dengan Anggi dikatakan sah menurut UUP
? Jelaskan !
 TIDAK SAH, karena jihan ( istri sah ) pertama tidak menyetujui perkawinan
tersebut.
Sebagaimana dalam UUP No 1 Tahun 1974 disebutkan dalam Pasal 3 ayat (2)
disebutkan bahwa
“Pengadilan ,dapat memberi izin kepada suami untuk beristri lebih dari seorang
apabila dikehendaki oleh pihak pihak yang bersangkutan”
Lebih lanjut dalam pasal 5 ayat 1 (a) diatur bahwa
“Untuk dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan , sebagaimana dimaksud
pada pasal 4 ayat (1)undang undang ini, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Adanya persetujuan dari istri/ istri-istri
b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup
isteri-isteri dan anak-anak mereka;
c. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-
anak mereka.

2. Apa yang dapat dilakukan Jihan sebagai istri sah dari Aldo terhadap
perkawinan Aldo dan Anggi. Dan apa akibat hukumnya ? Jelaskan !
 Terhadap perkawinan Aldo dan Anggi jihan yang masih berstatus sah sebagai istri
dari Aldo dapat melakukan upaya pencegahan perkawinan ( Pasal 15 UUP), dan
pembatalan perkawinan (Pasal 24 UUP). Pencegahan atau pembatalan perkawinan
NAMA : EMILIA
NIM : 02011381823316
KELAS : HUKUM PERKAWINAN B

tersebut dapat dilakukan dengan tidak menguragi ketentuan pasal 3 ayat 2 dan pasal
4 UUP (UU No 1 ) Tahun 1974

3. Apakah Aldo dapat menceraikan Jihan dengan alasan Jihan tidak


dapat memberikan keturunan ? Jelaskan !
 TIDAK,
 Sebagaimana Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat (2) 
untuk dapat melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami dan
isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.
 Kemudian, dalam Pasal 16 PP No 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan UU No 1
Tahun 1974  dikatakan bahwa Pengadilan hanya memutuskan untuk mengadakan
sidang pengadilan untuk menyaksikan perceraian apabila memang terdapat alasan-
alasan seperti yang dimaksud dalam Pasal 19 PP Perkawinan dan Pengadilan
berpendapat bahwa antara suami isteri yang bersangkutan tidak mungkin lagi
didamaikan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
 Jadi pada dasarnya, istri tidak bisa melahirkan keturunan bukan merupakan alasan
yang sah secara hukum bagi suami-istri untuk melakukan perceraian.
 Untuk alasan istri tidak bisa melahirkan keturunan, suami dapat mengajukan
permohonan ke pengadilan untuk menikah lagi hal ini diatur dalam pasal 3 , pasal 4
dan pasal 5 UUP No 1 Tahun 1974

Anda mungkin juga menyukai