Anda di halaman 1dari 3

Nama : Santri Ayu (1721508040)

Matkul : Hukum Acara Perdata

Dosen : Makmur Ratno Jaya, S.H.,


M.H.

Prodi : Hukum Keluarga

Lokal : R ( lantai 3 Fasya)

1. Syarat Formil dan Materil sebuah Gugatan.

Syarat formil adalah gugatan didaftarkan di pengadilan Negeri sesuai


dengan kewenangan relatif, diberi tanggal, ditandatangani oleh penggugat
atau kuasanya, serta adaya identitas para pihak. Sedangkan syarat materil
ialah dasar gugatan atau dasar tuntutan (fundamentum petendi), dan tuntutan
(petitum) penggugat yang nantinya diputuskan oleh hakim berdasarkan
gugatan atau dasar tuntutan tersebut.

2. Hal-hal apa saja yang dapat membuat gugatan ditolak oleh pengadilan.

Yang harus diperhatikan untuk alasan putusan tidak dapat diterima (niet
onvankelijk verklaard no),artinya no tidak boleh di kasasi : Surat kuasa cacat
(pemberi/menerima kuasa surat kuasa khusus), Identitas penggugat dan
tergugat tidak jelas, Gugatan kurang pihak, Gugatan kabur dan tidak jelas,
Perkara masih dalam proses upaya hukum, Perkara sudah pernah diputus dan
final (tidak boleh mengajukan gugatan kembali) namun ada hak atas banding.

Alasan: Gugatan salah pihak, Yang digugat direktur atau unsur


manajemen, Gugatan terlalu dini (prematur), yaitu Defiasi, Downgrade,
Terminate dan Fraud, Gugatan tidak melampirkan risalah (pasal,83 risalah)
atau anjuran mediator/konsiliator, Gugatan sedang diproses oleh arbiter
Amandemen UU Nomor 21.
Yang menyebabkan gugatan ditolak : Posisi perkara lemah, Kuasa
hukum tidak memahami masalah secara benar sehingga
menyajikan perkara/gugatan dengan tidak benar, Gugatan tidak didukung
dengan bukti-bukti yang kuat, Pengugat tidak serius dengan gugatannya.

3. Sebutkan tatacara mengajukan gugatan Class Action.

Pertama, latar belakang (posita) dan tuntutan gugatan class action dibuat
secara mendalam dan terperinci. Posita harus merangkum kepentingan
kelompok yang teridentifikasi dan yang belum teridentifikasi. Tuntutan
gugatan class action harus mencakup mekanisme ganti kerugian yang
diinginkan oleh Penggugat. Sedangkan dalam gugatan biasa positanya hanya
yang dialami penggugat dan tuntutan ganti ruginya juga sudah langsung jelas.

Kedua, setelah gugatan diajukan oleh wakil kelompok, maka Hakim


melakukan proses sertifikasi, yakni pemeriksaan apakah sebenarnya gugatan
bisa atau tidak diajukan melalui gugatan class action. Setelah diteliti dan
dianggap memenuhi syarat, maka Hakim akan mengeluarkan penetapan
bahwa gugatan perwakilan tersebut sah. Tahap ini tidak ada dalam proses
gugatan biasa.

Ketiga, adanya proses notifikasi. Proses ini dilakukan dengan berbagai


cara yang sifatnya lebih efektif agar semua anggota kelas mengetahui adanya
gugatan class action tersebut. Terdapat dua macam mekanisme notifikasi
yang dikenal, yakni mekanisme opt-in dan opt-out.

4. Perbedaan dan persamaan gugatan voluntair dan gugatan contentiosa.

a. Di dalam permohonan atau gugatan sukarelawan hanya merupakan


kepentingan sepihak saja. Sementara di dalam gugatan atau contentiosa
ada sengketa dengan pihak lain / para pihak, yang minimal setuju 2 pihak .
b. Dalam gugatan voluntair , hanya ada satu pihak yang diundang atau
diterima satu pihak (ex-parte). Sementara di dalam contentiosa pihak
lawan atau pihak ketiga yang terlibat dengan perbedaan kepentingan
c. Gugatan voluntair diproses DENGAN sederhana kemudian diberikan
Penetapan. Sementara dalam gugatan contentiosa dilakukan secara
kontradiktor, seperti replik - duplik, dan seterusnya, yang mana masing-
masing pihak yang berhak diberikan masing-masing untuk melakukan
penyanggahan atau pembelaan sesuai dengan alat yang telah disediakan,
sampai menghasilkan putusan pengadilan.

5. Penjelasan upaya hukum yang dapat dilaksanakan terhadap terhadap putusan


pengadilan yang telah inkracht.

a. Penetapan atas permohonan merupakan putusan tingkat pertama dan


terakhir Sesuai dengan doktrin dan praktik yang berlaku, penetapan yang
dijatuhkan dalam perkara yang berbentuk permohonan atau voluntair, pada
umumnya merupakan putusan yang bersifat tingkat pertama dan terakhir.
b. Tehadap putusan peradilan tingkat pertama yang bersifat pertama dan
terakhir, tidak dapat diajukan banding.Terkadang undang-undang sendiri
secara tegas mengatakan bahwa penetapan atas permohonan itu, bersifat
tingkat pertama dan terakhir. Namun ada kalanya tidak dinyatakan secara
tegas. Akan tetapi, ada juga yang secara tegas mengatakan terhadap
penetapan yang dijatuhkan atas permohonan, tidak tunduk pada peradilan
yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai