Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu data

yang disuguhkan dalam bentuk angka-angka. Metode ini disebut sebagai metode

positivistik karena berlandaskan postivisme, yang digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017:7-8).

Sedangkan sumber data yang digunakan merupakan jenis sekunder. Sumber

sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono,

2017:137).

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan

keuangan perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

bersumber dari laporan tahunan perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI selama tahun 2013 - 2017 yang didokumentasikan

dalam www.idx.co.id ataupun alamat website lainnya.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan – perusahan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman

Kav. 52-53 Jakarta Selatan 12190, Indonesia sebagai lokasi penelitian. Data yang

digunakan pada penelitian ini bersumber dari laporan keuanagan / annual report

pada periode 5 tahun mulai tahun 2013 - 2017. Dipilihnya BEI sebagai tempat

57
penelitian karena BEI merupakan bursa pertama di Indonesia, yang dianggap

memiliki data yang lengkap dan telah terorganisasi dengan baik.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2017:39). Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih penulis yaitu Pengaruh

Corporate Social Responsibility (CSR), Manajemen Laba dan Penghindaran Pajak

terhadap Harga Saham maka penulis mengelompokan variabel yang digunakan

dalam penelitian ini menjadi variabel independen dan variabel dependen. Adapun

penjelasannya sebagai berikut :

3.3.1 Variabel Dependen

Variable dependen yang sering disebut sebagai variable ouput, kriteria,

konsekuen merupakan variable yang di pengaruhi atau menjadi akibat, karena

adanya variable bebas (Sugiyono, 2017:39). Variable dalam penelitian ini adalah

Harga Saham.

Harga saham merupakan harga penutupan pasar saham selama periode

pengamatan untuk tiap-tiap jenis saham yang dijadikan sampel dan

penggerakannya senantiasa diamati oleh para investor. Harga saham di ukur

dengan nilai pasar yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu. Menurut Hantiyo

(2017) harga saham yang digunakan adalah harga saham pada saat penutupan

pada 30 Maret di tahun berikutnya, dengan asumsi laporan tahunan dan laporan

keuangan diterbitkan 90 hari setelah tutup buku (31 Desember). Harga saham

58
pada saat penutupan tersebut akan diukur dengan menggunakan rumus rasio

perubahan harga saham. Adapun proksi utama yang digunakan dalam penelitian

ini sebagai berikut :

Keterangan

Pt+1 : Harga saham 30 Maret tahun berikutnya

Pt : Harga saham 30 Maret tahun sekarang

3.3.2 Variabel Independen

Variable yang sering disebut sebagai variable stimulus, predictor,

antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.

Variable bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2017:39).

Variable independen dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility

(CSR), manajemen laba dan penghindaran pajak. Dalam penelitian ini terdapat 3

variabel independen, yaitu :

1. Corporate Social Responsibility (CSR)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Corporate Social

Responsibility yang diproksikan ke dalam pengungkapan CSR. Penelitian ini

menggunakan check list yang mengacu pada indikator pengungkapan yang

digunakan oleh Sembiring (2005) dalam Yoehana (2013) karena lebih sesuai

59
dengan keadaan perusahaan di Indonesia, dimana pegungkapan CSR-nya masih

bersifat umum dan belum rinci. Indikator ini terdiri atas tujuh kategori, yaitu

indikator lingkungan, indikator energi, indikator kesehatan dan kesalamatan

bekerja, indikator lain-lain tenaga kerja, indikator produk, indikator keterlibatan

masyarakat, indikator umum. Pengukuran dilakukan dengan mencocokan item

pada check list dengan item yang diungkapkan perusahaan. Apabila item y

diungkapkan maka diberikan nilai 1, sebaliknya jika item y tidak diungkapkan

perusahaan oleh perusahaan maka diberikan nilai 0 pada check list. Setelah

mengidentifikasi item yang diungkapkan oleh perusahaan di dalam laporan

keuangan tahunan, serta mencocokkannya dengan check list, hasil pengungkapan

perusahaan dihitung indeksnya dengan proksi Corporate Social Responsibility

Index (CSRI). Adapun rumus untuk menghitung CSRI adalah sebagai berikut:

Keterangan :

: Indeks luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan

perusahaan i.

: Nilai 1 = jika item y diungkapkan, 0 = jika item y tidak

di ungkapkan .

: Jumlah item untuk perusahaan i < 78.

60
2. Manajemen Laba (Earnings Management)

Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau

mempertanggung jawaban manajemen. Ukuran manajemen laba dalam penelitian

ini adalah menggunakan nilai Discretionary Accruals (DA) dengan menggunakan

model Modified Jones (1991) dalam Cahyani (2016). Laba dengan menggunakan

Modified Jones membagi total akrual menjadi dua, yaitu komponen non-

discretionary accruals dan komponen discretionary accruals. Discretionary

accruals mencerminkan komponen yang dapat dimanipulasi oleh manajer yang

meliputi empat tahapan, salah satunya yaitu:

….5

Keterangan :

: total accruals perusahaan i pada periode t

: total asset perusahaan i tahun t

NDAit : non-discretionary accrual perusahaan I pada tahun t

Nilai discretionary accruals yang semakin mendekati nol mengindikasikan

bahwa semakin kecil kemungkinan suatu perusahaan melakukan manajemen laba.

Apabila discretionary accruals menunjukan nilai yang positif hal tersebut berarti

bahwa manajemen laba dilakukan dengan meningkatkan laba perusahaan.

Sedangkan bila discretionary accruals menunjukan nilai yang negatif berarti

bahwa manajemen laba dilakukan dengan menurunkan laba perusahaan.

61
3. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) merupakan hambatan-hambatan dalam

pemungutan suatu pajak sehingga berkurangnya pemasukan kas Negara. Untuk

mengukur variable Tax avoidance dalam penelitian ini adalah menggunakan

pengukuran Cash Effective Tax Rat (Cash ETR) yaitu kas yang dikeluarkan untuk

biaya pajak dengan laba sebelum pajak. Penggunaan pengukuran cash ETR dalam

mengukur tax avoidance menurut Dyreng, et, al (2008) dalam Ningtias (2015)

baik digunakan untuk menggambarkan kegiatan penghindaran pajak oleh

perusahaan karena Cash ETR tidak berpengaruh dengan adanya perubahan

estimasi seperti penyisihan penilaian atau perlindungan pajak.

Adapun rumus untuk menghitung Cash ETR sebagai berikut :

3.3.3 Operasional Variabel Penelitian

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis dan indikator

variabel - variabel yang digunakan dalam penelitian. Selain itu, proses ini juga

dimaksud untuk menentukan skala pengukuran dari masing-masing variabel

sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu statistika dapat

dilakukan secara benar. Berikut adalah operasional variabel dalam penelitian ini:

1. Corporate Social Responsibility (CSR) (X1)

2. Manajemen Laba (X2)

3. Penghindaran Pajak (X3)

62
4. Harga Saham (Y)

Table 3.1

Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Indikator Skala


Corporate Social Responsibility
(CSR) (X1)
1 Rasio
(Yoehana, 2013)

Manajemen Laba (X2)


2 Rasio
(Risma Cahyani, 2016)
Penghindaran Pajak (X3)
(Kusufiyah dan Dina, 2018)
3 Rasio

4 Harga Saham (Y) Rasio


(Candra Sukma Hantiyo, 2017)

Sumber : Diolah dari berbagai referensi, 2019.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017: 80).

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sub sektor

makanan dan minuman sebanyak 22 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia selama 5 tahun periode 2013 – 2017. Adapun alasan peneliti memilih

perusahaan manufaktur sebagai populasi perusahaan adalah karena:

63
1. Permasalahan dalam perusahaan manufaktur lebih kompleks sehingga

diharapkan akan lebih mampu menggambarkan keadaan perusahaan di

Indonesia.

2. Sektor manufaktur memiliki jumlah terbesar dibandingkan dengan sektor

yang lainnya.

3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada dipopulasi, maka sampel yang diambil dari populasi harus betul-

betul representatif (Sugiyono, 2017 : 81).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non

probability sampling dengan metode purposive sampling. Metode Purposive

Sampling merupakan teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2017:85). Kriteria-kriteria dalam pengambilan sampel secara

purposive sampling dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan Manufaktur sub sektor Makanan dan Minuman yang terdaftar di

BEI tahun 2013 - 2017.

2. Perusahaan mempublikasikan annual report dan laporan pengungkapan

Corporate Social Responsibility tahun 2013 - 2017.

3. Perusahaan tidak mengalami kerugian atau memperoleh laba selama tahun

penelitian.

4. Perusahaan yang menggunakan satuan nilai rupiah dalam laporan

keuangannya.

64
3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat di lakukan dalam berbagai setting, berbagai

sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya data dapat dikumpulkan

pada setting alamiah (natural setting), pada labolatorium, dengan metode

eksperimen dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan

data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Selanjutnya bila

dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan

data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi

(pengamatan), dan gabungan ketiganya, (Sugiyono, 2017:137). Metode

pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan:

1. Metode Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan data dengan mencatat dokumen yang berkaitan dengan

penelitian ini, terutama yang berhubungan dengan variabel yang diteliti dan

didapat dari www.ibx.co.id.

2. Metode Studi pustaka

Yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi dan mengkaji berbagai

literatur pustaka seperti buku-buku, jurnal, majalah dan sumber-sumber lain

yang berkaitan dengan penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu metode atau cara untuk mengolah sebuah

data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah untuk

dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan tentang

sebuah penelitian. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

65
statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan

bantuan perangkat lunak Microsoft Excel dan SPSS (Statistic Product and Service

Solution) versi 24.

3.6.1 Uji Statistik Deskriptif.

Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi

suatu data apa adanya yang dilihat dari nilai rata – rata (mean), standar deviasi,

kuartil, median, modus, distribusi frekuensi dan ukuran stastistik lainnya. Statistik

deskriptif berkaitan dengan penerapan metode statistika untuk mengumpulkan,

mengolah, menyajikan, dan menganalisis data kuantitatif secara deskriptif,

(Ghozali, 2016:19). (Sujarweni, 2016:43) dalam (Susanty, 2019) mengungkapkan

bahwa data statistik diperoleh dari hasil sensus, survey, dan pengamatan lainnya.

Kemudian data tersebut diringkas dengan baik dalam bentuk table atau presentasi

grafik sebagai dasar pengambilan keputusan.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dilakukan untuk menguji kualitas data sehingga dapat

memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki

ketetapan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Pengujian asumsi klasik ini

menggunakan empat uji, yaitu : uji normalitas, uji heteroskedatisitas, uji

multikolinieritas, dan uji autokolerasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa

uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

66
Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah

sample kecil, (Ghozali, 2016:154). Uji normalitas data dapat dilakukan dengan

menggunakan Test Normality Kolmogorov-Smirnov. Uji statistik Test Normality

Kolmogorov-Smirnov ini melihat angka probabilitasnya dengan ketentuan:

1) Nilai signifikan atau nilai probabilitasnya > 0,05, maka distribusi dari model

regeresi adalah normal.

2) Nilai signifikan atau nilai probabilitasnya < 0,05, maka distribusi dari model

regerensi adalah tidak normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas, (Ghozali,

2016:134). Cara memprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu

model dapat dilihat dengan gambaran scatterplot, regresi terjadi jika :

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0

dan pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar varaibel bebas (independen). Model regresi yang

67
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variable independen. Jika variabel

independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.

Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama

variabel independen sama dengan nol, (Ghozali, 2016:103). Untuk mengetahui

hasil uji dari uji multikolinieritas dapat dilihat dari beberapa cara, yakni sebagai

berikut:

1. Apabila nilai tolerancenya sendiri lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF

(Variance Inflation factor) lebih kecil dari 10 maka dapat disimpulkan tidak

terjadi multikolinieritas.

2. Sedangakan bila nilai tolerancenya lebih kecil dari 0,10 atau sama dengan

0,10 dan nilai VIF (Variance Inflation factor) lebih besar atau sama dengan

10, maka kesimpulan yang didapat adalah terjadi multikolinieritas.

4. Pengujian Autokolerasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan

ada problem autokolerasi, (Ghozali, 2016:107). Prasyarat yang harus terpenuhi

adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang

sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan

sebagai berikut:

1. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka Ho ditolak, yang

berarti terdapat autokorelasi.

68
2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka Ho diterima, yang berarti tidak

ada autokorelasi.

3. Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak

menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang

bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan.

3.6.3 Uji Kelayakan Model Regresi (Uji F)

Uji F dikenal dengan Uji serentak atau uji Model/Uji Anova, digunakan

untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan

mempengaruhi variabel dependen, (Ghozali, 2016:171). Atau untuk menguji

apakah model regresi yang kita terhadap variabel terikatnya. Atau untuk menguji

apakah model regresi yang kita buat baik/signifikan atau tidak baik/non

signifikan. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F

Tabel, yaitu :

1. Jika Fhitung > dari Ftabel (Ho di tolak Ha diterima) atau jika p value <0,05,

maka secara simultan variabel independen mempunyai pengaruh yang

signifikan atau bisa dilihat dalam kolom signifikansi pada Fhitung.

2. Jika Fhitung < Ftabel atau jika p value >0,05, maka secara simultan variable

independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, hal ini juga ditandai

nilai kolom signifikansi (%) akan lebih besar dari alpha.

3.6.4 Uji Analisis Regrensi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau

lebih variabel independen (X1, X2, X3….Xn) dengan variabel dependen (Y).

69
Menurut Sugiyono (2017:277) Analisis regresi liniear berganda bermaksud

meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium),

bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediator dimanipulasi

(dinaik turunnya nilai). Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.

Rumus analisis Persamaan regresi linear berganda untuk menguji hipotesis –

hipotesis adalah sebagai berikut:

Y’ = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ∈

Keterangan:

Y’ = Harga saham

X1 = Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR)

X2 = Pengaruh Manajemen laba

X3 = Pengaruh penghindaran pajak

α = Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)

β1 β2 β3 = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

∈ = Eror

3.6.5 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian ketetapan fungsi regresi sample dalam menaksir nilai aktual

secara statistik yang dapat diukur salah satunya dengan nilai uji koefisien

determinasi. Uji ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan sebuah

model dalam menerangkan variasi variable Dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti variasi variabel dependen sangat

terbatas. Dan nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel – variabel independen

70
sudah dapat memberi semua informasi yang di butuhkan untuk memprediksi

variabel dependen (Ghozali, 2016:95).

Kelemahan mendasar penggunaan determinasi adalah bias terhadap

jumlah variabel independen yang dimasukan kedalam model. Setiap tambahan

variabel independen, maka nila R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel

tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak.

Oleh karena itu, digunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi model

regresi karena dapat naik atau turun berdasarkan signifikansi variabel independen

(Ghozali, 2016:95).

Rumus :

4 KD =r2 x 100

3.6.6 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t dikenal dengan uji parsial, digunakan untuk mengetahui pengaruh

maisng-masing variabel independen terhadap vaiabel dependen, (Ghozali,

2016:171). Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan t hitung dengan t

tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung. Dasar

Pengambilan Keputusan Untuk Uji t (Parsial) Dalam Analisis Regresi:

1. Jika nilai thitung > ttabel, atau Jika nilai Sig. < 0,05, maka variabel independen

(X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

2. Jika nilai thitung < ttabel atau Jika nilai Sig. > 0,05, maka variabel independen

(X) tidak berpengaruh terhadap variael dependen (Y).

71

Anda mungkin juga menyukai