Anda di halaman 1dari 48

p-ISSN: 2654-4172

e-ISSN: 2655-8793

Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika

Volume 2, Nomor 1, Oktober 2019

Published by:
Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
Relativitas, Vol. 2 No. 1, Oktober 2019 p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

RELATIVITAS
(Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika)

Terbit 2 (dua) kali dalam setahun yaitu bulan April dan Oktober, terbit versi cetak dan
tersedia Full Text pada website jurnal. Berisi hasil riset dari para peneliti baik guru, dosen,
mahasiswa maupun praktisi dalam bidang Pendidikan Fisika yang belum pernah diterbitkan pada
jurnal lain, artikel hasil kajian teoritis maupun hasil penelitian empiris yang ditulis dalam bahasa
Indonesia atau Inggris.

Penanggung Jawab Penyunting


Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Editor In Chief
Safriana, S.Pd., M.Pd

Associate Editor
Mursalin, S.Pd., M.Pd (Universitas Malikussaleh)

Editor Boards
Ade Irfan, S.Pd.I, M.Pd (Universitas Abulyatama)

Layout Editor
Rika Tarmila, S.Pd

Administrasi
Asnawi

Reviewer

Prof. Drs. Motlan. M.Sc. Ph.D (Universitas Negeri Medan)


Dr. Eng. Budi Purnama, S.Si., M.Si (Universitas Negeri Solo)
Dr. Rini Safitri, S.Si., M.Si (Universitas Syiah Kuala)
Dr. A. Halim, M.Si (Universitas Syiah Kuala)

Alamat Redaksi

Gedung B Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Malikussaleh
Jln. Cot Teungku Nie Reuleut - Aceh Utara
e-mail: refisika@yahoo.com
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas
Relativitas, Vol. 2, No. 1, Oktober 2019 p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

DAFTAR ISI

KLASIFIKASI BERAS LOKAL DI KARAWANG BERBASIS ELECTRONIC


NOSE MENGGUNAKAN LARIK SENSOR MQ
1–8
Najmudin Fauji, Ibrahim Ibrahim, Eri Widianto, Vita Efelina, Rizal Hanifi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA


PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA 9 – 19

Nurfarida, Bahtiar, Nevi Ernita

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP


PENINGKTAN MINAT DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA
NEGERI 8 MATARAN TAHUN AJARAN 2018/2019 20 – 27

Yuyun Susanti, Ahmad Zohdi, Ahmad Didik Meiliyadi

PENGARUH MODEL PROBLEM SOLVING MELALUI SIMULASI PhET


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA 28 – 32
PADA MATERI FLUIDA DINAMIS

Ramadhanty Sembiring, Syarifah Rita Zahara, Nuraini Fatmi

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING MELALUI SIMULASI PHET


UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI
ENERGI MEKANIK DI SMA 33 – 39

Fajri Yanti, Muhammad Daud, Syarifah Rita Zahara

PENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA MELALUI MODEL


NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) BERBASIS MULTIMEDIA
40 – 44
Rahma , Fatimah
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

KLASIFIKASI BERAS LOKAL DI KARAWANG


BERBASIS ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN LARIK SENSOR MQ

Najmudin Fauji, Ibrahim, Eri Widianto, Vita Efelina, Rizal hanifi


Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa
Korespondensi: najmudin.fauji@staff.unsika.ac.id

Abstrak: Masyarakat hanya menggunakan cara konvensional untuk mengklasifikasikan


beras-beras yang ada dengan cara melihat tekstur dari beras atau dengan cara mencium aroma
yang dihasilkannya. Kurangnya pengawasan pada sektor distribusi serta minimnya
kepedulian sebagian besar masyarakat terhadap kualitas beras yang dibelinya membuka
kesempatan bagi oknum-oknum untuk meraup keuntungan dengan mencampurkan beras
berkualitas biasa ke dalam beras berkualitas baik. Sehingga perlu dibuat suatu sistem yang
dapat melakukan klasifikasi berdasarkan aroma beras dan pengecekan kualitas dari
beras tersebut. Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan pembuatan
sistem hidung elektronik (electronic nose) yang secara efektif dan cerdas dalam
mengklasifikasi jenis beras. Electronic nose (e-nose) adalah instrumen yang terdiri dari
sensor kimia elektronik dan sistem pengenalan pola yang dapat mengenali aroma sederhana
maupun kompleks. Sensor gas yang digunakan untuk klasifikas beras bertipe MQ sebagai
pengindera, untuk selanjutnya diekstraksi ciri dan dikenali polanya untuk identifikasi. Dalam
penelitian ini dibuat alat klasifikasi beras dengan larik sensor gas MQ berbasis Arduino uno.
Hasil yang diperoleh mendapatkan data referensi beras jenis A dan B pada sensor MQ137,
MQ3, MQ135, MQ8, MQ7 dan MQ136. Beras jenis A dab B mendapatkan hasil beruntun
(688,439,470,485,319,337) dan (704,437,484,459,317,346).

Kata Kunci: Klasifikasi Beras, Electronic Nose, Sensor Gas MQ

LOCAL RICE CLASSIFICATION IN KARAWANG BASED ON ELECTRONIC NOSE


USING MQ SENSOR RANGE

Abstract: People only use conventional methods to classify existing rice by looking at the
texture of rice or by smelling the aroma it produces. Lack of supervision in the distribution
sector and at least the concern of the majority of the community for the quality of rice
purchased for opportunities for individuals to reap profits by mixing high quality rice into
good quality rice. A system is needed that can classify the aroma of rice and check the quality
of the rice. One solution to this problem is the creation of an effective and intelligent
electronic nose system (electronic nose) in classifying types of rice. Electronic nose (e-nose)
is an instrument consisting of electronic chemical sensors and pattern recognition systems
that can support simple or complex scents. The gas sensor which is used for the MQ type rice
classification as a sensing, is then extracted features and the pattern is identified for
classification. In this research, a rice device with MQ gas sensor based on Arduino uno was
made. The results obtained get reference data for rice types A and B on sensors MQ137,
MQ3, MQ135, MQ8, MQ7 and MQ136. Rice type A and B get successive results
(688,439,470,485,319,337) and (704,437,484,459,317,346).

Keywords: Rice classification, electronic nose, MQ gas sensor

1
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

PENDAHULUAN

Padi atau beras diasumsikan telah ada lebih dari 8000 tahun yang lalu. Beras
merupakan jenis biji-bijian atau rumput, seperti gandum, millet, atau barley, yang
mengandung karbohidrat. Di Indonesia terdapat beberapa jenis beras aromatik yang
digolongkan berdasarkan asal daerah penghasilnya, jenis atau varietasnya, serta cara
pemrosesannya. Kabupaten Karawang berada di bagian utara Provinsi Jawa Barat dengan
luas wilayah 1.753,27 km2 atau 3,73 persen dari luas Provinsi Jawa Barat. Karawang
merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan subur di Jawa Barat, sehingga sebagian
besar lahannya digunakan untuk pertanian. Luas lahan sawah di Kabupaten Karawang
sekitar 95.906 Ha. Pada tahun 2016, luas panen padi sawah seluas 186.983,60 Ha,
sementara luas panen padi ladang sebesar 1.569 Ha (Sari, Permana, Trihandoko, Jamaludin,
& Umaidah, 2017).
Hasil panen padi yang melimpah tentunya menghasilkan jenis beras yang
bermacam-macam. Banyaknya varietas beras yang ada, masing-masing beras memiliki
aroma yang berbeda. Masyarakat sampai saat ini hanya menggunakan cara konvensional
untuk mengklasifikasikan beras (Penelitian & Pengabdian, 2013). Untuk mengetahui baik
atau buruknya kualitas beras, masyarakat melihat tekstur atau dengan cara mencium aroma
yang dihasilkannya. Hal ini menyebabkan faktor manusia dapat mempengaruhi penilaian
baik atau buruknya kualitas beras. Kurangnya pengawasan pada sektor distribusi serta
minimnya kepedulian sebagian besar masyarakat terhadap kualitas beras yang dibelinya,
membuka kesempatan bagi oknum-oknum untuk meraup keuntungan. Salah satunya dengan
mencampurkan beras berkualitas biasa ke dalam beras berkualitas baik. Sehingga perlu
dibuat suatu sistem klasifikasi beras berdasarkan aroma beras dan pengecekan kualitas dari
beras tersebut. Seiring dengan perkembangan IPTEK, telah ditemukan sistem yang
berfungsi seperti indra penciuman manusia yang disebut electronic nose.
Electronic nose diciptakan pada tahun 1988 oleh Gardner dan Bartlett yang terdiri
dari larik sensor-sensor kimia elektronik dengan spesifitas parsial dan sistem pengenalan
pola yang tepat, yang mampu mengenali bau sederhana maupun kompleks (Matondang,
Rochima, & Kurniawati, 2015). Electronic nose tersusun dari larik sensor gas yang dapat
membentuk pola karakteristik gas yang terdeteksi dari perubahan tegangan pada masing-
masing sensor. Kinerja dari sistem electronic nose sangat bergantung pada kinerja dari larik
sensor yang digunakan, dimana larik sensor adalah elemen utama. Sensor yang digunakan
yaitu sensor kondutivitas, sensor piezoelectric, MOSFET, sensor optik, dan metode
berbasis spektometri. Terdapat dua jenis sensor konduktif yaitu metal oxide dan polimer,
keduanya menunjukkan perubahan hambatan saat terpapar senyawa organik yang mudah
menguap. Dari kedua jenis sensor tersebut, sensor jenis semikonduktor metal oxide telah
digunakan secara lebih luas dalam instrumen electronic nose dan telah tersedia secara luas
di pasaran (Cortez, 2015) Rouse (2011) mengatakan bahwa awalnya electronic nose
digunakan untuk aplikasi kontrol kualitas makanan, minuman dan kosmetik (Yue et al.,
2017)
Electronic nose banyak dimanfaatkan sebagai instrumen untuk identifikasi dan
klasifikasi. Pemanfaatan electronic nose saat ini meliputi deteksi bau spesifik dari suatu
penyakit untuk diagnosis medis, deteksi polutan dan kebocoran gas. Penelitian ini akan
difokuskan pada klasifikasi beberapa jenis beras lokal di Kabupaten Karawang
menggunakan electronic nose. Untuk dapat mengklasifikasi pola-pola aroma yang ada,
electronic nose harus melalui serangkaian proses pengujian untuk menghasilkan tingkat
keakurasian yang tinggi. Sistem hidung elektronik dibuat menggunakan sistem larik sensor
gas MQ berbasis Adruino uno (Nasution, Asrosa, & Nainggolan, 2018).

2
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

METODE
Bahan penelitian yang digunakan pada penelitian ini meliputi: sampel 2 jenis beras
(A=IR64 dan B=Rojolele) masing-masing 20 gram. Peralatan penelitian yang digunakan
meliputi: Sensor gas MQ (tipe 137,3,135,8,7,136), Arduino uno, dan kabel jumper. E-nose
kemudian diuji keluarannya untuk beras A dan B selama 23 menit.
Perancangan chamber yang terdiri dari 3 ruang, yaitu ruang sensor, ruang instrumen
dan ruang sampel. Pada ruang sensor terdapat sensor gas MQ, dan kipas kecil yang berfungsi
untuk mengalirkan udara bersih ke dalam ruang sensor. Ruang instrumen terdapat arduino
sebagai kontrol sistem dan LCD sebagai data keluaran. Ruang sampel menggunakan beker
glass berukuran 50 ml yang nantinya dipanaskan agar bersifat lebih volatile. Secara jelas
ruang sensor, ruang instrumen dan ruang sampel pada e-nose ditunjukkan pada gambar 1.

a)
Larik Sensor MQ

napple masukan
Kipas sampel pengujian
DC

napple

b) c)
Beker glass
50ml

Arduino

Kabel USB

Layar display

Gambar 1. Rancangan chamber a)ruang sensor, b)ruang instrumen dan c)ruang sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil penelitian yang diperoleh berupa chamber (ruang sensor, ruang instrumen dan
ruang sampel) yang dibuat dengan bahan akrilik, MDF dan beker glass. Pengujian e-nose
dilakukan untuk mengetahui respon sensor pada beras A, dan B.

3
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

Chamber yang dibuat pada penelitian ini terdiri dari 3 ruang yaitu ruang sensor, ruang
instrumen dan ruang sampel. Ruang sensor dan ruang instrument dibuat menggunakan bahan
akrilik dan alasnya dari bahan MDF. Ruang sampel dibuat dengan beker glass 50ml tutupnya
dibuat dengan akrilik. Sensor gas MQ ditempatkan pada ruang sensor yang bertujuan untuk
mendapatkan data input dari aroma sampel yang melewati ruang sensor(Heyasa & Galarpe,
2017). Napple pada ruang sensor dan sampel dihubungkan untuk mengalirkan aroma yang
sudah dipanaskan pada ruang sampel. seperti yang terlihat pada Gambar 2.
a)

c)

b)

Gambar 2. Chamber a)ruang sensor, b)ruang instrument dan c)ruang sampel

Pengujian alat dilakukan dengan 2 sampel yaitu beras A dan B. Sampel diletakan
dalam ruang sensor kemudian dipanaskan untuk mengalirkan aroma. Gambar 3 merupakan
proses pengujian.

Gambar 3. Proses pengujian alat e-nose

Hasil akhir pengujian ditampilkan dalam beberapa grafik hubungan jenis sensor, waktu dan
nilai ADC, 6 jenis sensor ditampilkan dengan garis-garis dengan warna yang berbeda tiap variasi
jenis sensornya. pengujian dilakukan selama rentang waktu 23 menit, rata-rata kemunculan data
setiap 5 detik dan diperoleh 280 data majemuk. Grafik hasil uji sampel beras A dan B
menggunakan e-nose ditampilkan pada Gambar 4 dan 5 Berikut ini:

4
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

Gambar 4. Grafik ADC vs waktu beras tipe A

Gambar 5. Grafik ADC vs waktu beras tipe B

Berdasarkan Gambar 4 dan 5 terlihat nilai ADC sensor MQ membutuhkan waktu respon yang
lama untuk dapat nilai karakteristik dari beras A dan B. Beras jenis A dan B mendapatkan hasil
setelah 20 menit terlihat pada Tabel 1

Tabel 1. Keluaran sensor MQ pada beras A dan B


Jenis beras MQ137 MQ135 MQ3 MQ8 MQ7 MQ136
A 688 439 470 485 319 337
B 704 437 484 459 317 346

5
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

Gambar 6. Karakteristik grafik ADC beras tipe A dan B

Pembahasan
Perancangan Sistem
Secara umum, sistem terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat
keras dari sistem berupa blok modul sensor, minimum sistem Arduino uno, valve dan pompa
udara, ditunjukkan pada Gambar 2. Sedangkan perangkat lunak terdiri atas program
pembacaan ADC, pengaturan valve dan sistem neural network. Deret sensor gas
dihubungkan ke Single Board Computer dengan perantara serial sebagai piranti ADC melalui
Arduino. Data sensor yang nantinya akan dianalisis lebih lanjut dengan NN untuk identifikasi
jenis gas yang diujikan. Gambar 7 menunjukkan diagram blok dari sistem e-nose

Gambar 7. Diagram Blok Sisitem

Rancangan Chamber
Rancangan chamber pada Electronic nose (E-nose) yang telah dibuat, dirancang
kedap udara. Oleh sebab itu, chamber berbahan kaca akrilik, chamber sensor biasanya terbuat
dari teflon atau kaca untuk menghindari adsorpsi uap ke dinding internal (“Chamber Sensor
Electronic Nose Flow System,” 2015). jenis chamber yang telah dibuat meletakkan ruang

6
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

sensor tersekat dengan ruang instrumen dan terpisah dengan ruang sampel. Sensor yang
digunakan ada 6 sensor yaitu MQ 137 (Sensor 1), MQ135 (Sensor 2), MQ3 (Sensor 3),
MQ8 (Sensor 4), MQ 7 (Sensor 5), dan MQ 136 (Sensor 6). Penambahan pompa mini
diafragma dimaksudkan agar udara yang dihantarkan lebih stabil pada chamber tersebut.
Gambar 1 menjelaskan bahwa sampel diidentifikasi menggunakan beberapa sensor
gas yang terdapat pada array sensor dengan karakteristik sensor yang berbeda-beda. Sensor
diletakkan pada ruang sensor dan dipanaskan pada suhu tertentu. Aroma yang dihasilkan oleh
sampel kemudian dialirkan ke ruang sensor oleh kipas dan akan dideteksi oleh sensor.
Sensor kemudian akan menghasilkan sinyal analog yang dikirimkan ke mikrokontroler. ADC
pada mikrokontroler akan merubah sinyal analog yang dikirimkan dari sensor menjadi sinyal
digital. Mikrokontroler kemudian akan membaca nilai tegangan output dari sensor. Data lalu
dikirimkan melalui USB Serial ke komputer. Selanjutnya data yang diterima akan
ditampilkan dalam bentuk grafik pada perangkat (Aini, Siddiquee, & Ampon, 2016).

E- Nose
Electronic Nose (EN atau biasa disebut E-Nose) merupakan instrumen atau alat ukur
yang terbuat dari sensor-sensor kimiawi yang dikombinasikan dengan sistem pengenalan pola.
Fungsi utama dari EN adalah meniru indera penciuman manusia. Reseptor EN memiliki
beberapa sensor kimiawi yang memproduksi sinyal listrik. Sinyal-sinyal listrik ini kemudian
dianalisis dengan software pengenalan pola. Software pengenalan pola ini terhubung dengan
otak yang mampu mengklasifikasi dan mengingat aroma atau bau.
E-Nose yang dipakai dalam penelitian ini memakai enam sensor. Keenam sensor
terdebut adalah sensor MQ 137 (Sensor 1), MQ135 (Sensor 2), MQ3 (Sensor 3), MQ8
(Sensor 4), MQ 7 (Sensor 5), dan MQ 136. Masing-masing sensor memiliki kepekaan
terrhadap jenis gas tertentu seperti yang ditunjukkan di tabel 2. Ketika berinteraksi dengan
senyawa volatil dari suatu sampel, keenam sensor ini akan memberikan respon berupa tegangan
keluaran yang berbeda-beda yang akan membentuk pola unik untuk setiap sampel yang
dideteksi.

Praprosessing Data Dengan Integral Numerik


Tabel 1 di data hasil menunjukkan nilai luasan rata-rata dari kurva data collecting tiap
sensor pada saat pengambilan data. Terdapat data dari beras jenis A dan beras jenis B yang
masing-masing pengambilan data dilakukan satu kali selama 23 menit. Dari data di atas diperoleh
data sebanyak 280 data. Dari 280 data tersebut ditabelkan data pada menit ke 20, setelah
grafik terlihat stabil.
Data yang diperoleh oleh sensor E-Nose berupa data yang belum bisa diolah. Hal ini
dikarenakan data tersebut adalah data majemuk berupa kumpulan data sinyal output tiap
sensor. Agar data dapat diolah dibutuhkan nilai tunggal yang dapat mensifati keseluruhan
data. Dalam penelitian ini menggunakan integral numerik untuk memperoleh data tunggal.
Integral numerik menghitung luas daerah di bawah kurva untuk memperoleh data tunggal.

Data Respon Sensor Selama Pengujian


Untuk mengetahui kontribusi setiap sensor dalam mensensing bau, dilakukan
penghitungan nilai rata-rata luasan sensor selama 23 menit. Dari nilai rata-rata dan grafik yang
dihasilkan, menunjukkan bahwa pada saat pensensingan sampel nilai dari tiap sensor cenderung
tidak stabil. Sensor MQ 137 memiliki nilai respon yang tinggi pada kedua sampel, pada saat
mensensing beras jenis A dan B nilai MQ 137 selalu lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai
sensor yang lain, dengan nilai untuk sampel beras A dan B berturut-turut adalah 688 dan 704.

7
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

Pengolahan Data
Untuk mengetahui respon sensor lebih lanjut, maka perlu dilakukan metode PCA dan score plot
(Nasir, 2016). Principle Component Analysis (PCA) adalah metode yang digunakan untuk
mereduksi banyaknya data ketika terjadi korelasi. Maksudnya adalah untuk mencari bagian dasar
yang kombinasinya linier dari variabel asal (respon sensor) yang menjelaskan tiap sensor.
Selama proses, set data asli berkurang, yaitu, dikompresi, dengan sedikit kehilangan informasi
sebanyak mungkin.

PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Rancang bangun instrumen E-Nose yang di buat pada penelitian ini layak untuk
diaplikasikan dalam proses klasifikasi beras.
2. Sensor jenis MQ 137 memiliki nilai yang paling tinggi dibanding sensor jenis lainnya,
dengan nilai berturut-turut untuk sampel beras A dan B adalah, 688 dan 704.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia yang telah memberikan dana pelaksanaan penelitian ini melalui
Program Hibah Penelitian Dosen Pemula (PDP) tahun 2019.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, B. N., Siddiquee, S., & Ampon, K. (2016). Development of formaldehyde biosensor for
determination of formalin in fish samples; malabar red snapper (lutjanus malabaricus)
and longtail tuna (Thunnus tonggol). Biosensors, 6(3).
Chamber Sensor Electronic Nose Flow System. (2015). Ijeis, (March), 24.
Cortez, C. (2015). Development of Formaldehyde Detector. International Journal of
Information and Electronics Engineering, 5(5), 385–389.
Heyasa, B. B. L., & Galarpe, V. R. K. R. (2017). Preliminary Development and Testing of
Microcontroller-MQ2 Gas Sensorfor University Air Quality Monitoring. IOSR Journal
of Electrical and Electronics Engineering, 12(03), 47–53.
Matondang, R. A., Rochima, E., & Kurniawati, N. (2015). Studi Kandungan Formalin Dan
Zat Pemutih Pada Ikan Asin Di Beberapa Pasar Kota Bandung. Jurnal Perikanan
Kelautan, 6(2(1)).
Nasir, M. (2016). Monitoring Perkembangan Bau Tahu Berfolmalin Dan Tanpa Formalin
Berbasis E-Nose Menggunakan Metode Principal Component Analysis ( Pca ). Skripsi,
1.
Nasution, T. I., Asrosa, R., & Nainggolan, I. (2018). Application of MQ-138 Semiconductor
Sensor for Breath Acetone Detection. Journal of Physics: Conference Series, 1116(3).
Penelitian, L., & Pengabdian, D. A. N. (2013). Pedoman penelitian universitas dian
nuswantoro semarang.
Sari, B. N., Permana, H., Trihandoko, K., Jamaludin, A., & Umaidah, Y. (2017). Prediksi
Produktivitas Tanaman Padi di Kabupaten Karawang Menggunakan Bayesian Networks.
Jurnal Infotel, 9(4).
Yue, X., Zhang, Y., Xing, W., Chen, Y., Mu, C., Miao, Z., … Tong, Z. (2017). Research
Article Brain Tissues, 2017.

8
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING MELALUI SIMULASI PHET


UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
PADA MATERI ENERGI MEKANIK DI SMA

Fajri Yanti1, Muhammad Daud2, Syarifah Rita Zahara2


1
Mahasiswa dan2Dosen Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Unimal, Aceh Utara
Korespondensi: fajriyanti81@gmail.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peningkatan pemahaman


konsep siswa pada materi energi mekanik melalui penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dan simulasi PhET di SMA Negeri 3 Bireuen. Penelitian ini
menggunakan kuasi eksperimen dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group
Design dengan jumlah responden sebanyak 52 orang. Instrumen pengumpulan data
pemahaman konsep adalah tes. Data dianalisis dengan statistik parametris, yaitu uji-t dengan
teknik independent sample t-test. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
melalui simulasi PhET terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi energi
mekanik di kelas XI SMA Negeri 3 Bireuen. Dan dapat dilihat dari hasil uji independent
sample t-test dengan nilai Sig (2-tailed) yaitu 0,002, artinya nilai Sig (2-tailed) 0,002<0,05,
maka sebagaimana dasar pengambilan keputusan dalam uji independent sample t-test dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan rata-rata postest kelas eksperimen
diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Simulasi Phet, Pemahaman Konsep Siswa
APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING THROUGH PHET SIMULATION
TO INCREASE STUDENT CONCEPT UNDERSTANDING
ON MECHANICAL ENERGY MATERIALS IN HIGH SCHOOL

Abstrac: The purpose of this study was to find out how to increase students' understanding of
concepts in mechanical energy material through the application of Problem Based Learning
(PBL) learning models and PhET simulations in SMA N 3 Bireuen. This study used a quasi-
experimental research design with Nonequivalent Control Group Design with 52
respondents. The instrument for understanding data collection concepts is a test. Data were
analyzed with parametric statistics, namely t-test with independent sample t-test techniques.
Based on the results of research and discussion, it can be concluded that there is an influence
of the Problem Based Learning (PBL) learning model through PhET simulations on
improving students' understanding of the concept of mechanical energy in class XI of SMA
Negeri 3 Bireuen. And it can be seen from the results of the independent sample t-test with
the Sig (2-tailed) value that is 0.002, meaning that the Sig (2-tailed) value is 0.002 <0.05,
then as the basis for decision making in the independent sample t-test can be concluded that
Ho was rejected and Ha was accepted. With an average post-grade experimental above KKM
(Minimum completeness criteria).
Keywords: Problem Based Learning (PBL), Phet Simulations , Students' Understanding Of
Concepts

33
PENDAHULUAN
Mata pelajaran fisika adalah salah satu unsur IPA yang memiliki peranan penting
dalam proses perkembangan dan kemajuan IPTEK. Fisika merupakan pengetahuan yang
disusun berdasarkan fakta, fenomena-fenomena alam, hasil pemikiran, dan hasil eksperimen.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mempengaruhi hampir seluruh
kehidupan manusia. Untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kualitas
sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui peningkatan mutu pembelajaran disekolah.
Guru sebagai salah satu komponen dalam proses pembelajaran harus terampil dalam
menggunakan model dan media pembelajaran yang tepat. Tanpa penggunaan model dan
media pembelajaran yang jelas, proses pembelajaran menjadi tidak terarah dan tidak
menghasilkan hasil yang optimal (Suranti, 2016).
Dalam proses pembelajaran fisika, pemahaman siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, karena kualitas suatu metode pembelajaran
merupakan salah satu faktor untuk menentukan hasil belajar siswa. Selain itu, yang paling
penting dalam proses pembelajaran ilmu fisika adalah memahami konsep, khususnya pada
materi energi mekanik. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu menerapkan konsep pada
materi energi mekanik agar siswa dapat memahami konsep energi mekanik dengan jelas
(Agustina, 2016). Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran
seperti menciptakan suasana belajar siswa yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan
agar mereka bergairah dan berkembang sepenuhnya selama proses pembelajaran (Kono dan
Mamu, 2016).
Berdasarkan hasil observasi penulis di SMA Negeri 3 Bireuen, diketahui bahwa
sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menggunakan hukum kekekalan energi.
Menurut siswa energi potensial elastis hanya dimiliki oleh benda yang diregangkan saja,
sedangkan benda yang ditekan tidak. dan siswa juga belum mampu membedakan antara
energi potensial dengan energi kinetik ketika di kaitkan dalam kehidupan nyata. Hal ini
disebabkan oleh proses pembelajaran fisika di kelas XI selama ini dengan menggunakan
model Problem Based Learning (PBL) dan diskusi masih kurang menyenangkan bagi siswa.
Ketika guru menggunakan model Problem Based Learning (PBL) maka hanya siswa yang
aktif saja yang paham terhadap konsep yang diajarkan, sementara guru selama ini lebih
banyak menunggu hasil diskusi yang siswa dapatkan tanpa menyediakan fasilitas yang
memadai. Sehingga menyebabkan siswa kurang dalam memahami konsep pada pembelajaran
fisika khususnya pada materi energi mekanik. Agar tujuan pembelajaran fisika di SMA
Negeri 3 Bireuen dapat dicapai maka perlu adanya inovasi dalam proses pembelajaran fisika
di kelas XI. Inovasi tersebut dapat berupa model pembelajaran dan juga media simulasi yang
dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas XI khususnya pada materi energi
mekanik.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas XI pada materi
energi mekanik adalah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) melalui simulasi PhET. Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran
yang mendorong siswa untuk belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari
penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata (Restiono, 2013). Physics Education Tecnology
atau PhET merupakan sebuah aplikasi yang berisi berbagai simulasi yang berguna untuk
mengajar dan belajar fisika yang dikembangkan oleh Universitas Colorado (Sugiarti, 2013).
Berdasarkan penelitian Dwi (2013) yang bertujuan untuk menguji perbedaan
pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang diajarkan dengan
menggunakan strategi PBL berbasis ICT dan siswa yang dibelajarkan dengan strategi PBL.
Hasil analisis data menunjukkan: (1) terdapat perbedaan pemahaman konsep yang signifikan
antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi PBL berbasis ICT dan strategi
PBL; (2) terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah yang signifikan antara siswa

34
yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi PBL berbasis ICT dan strategi PBL. Rahayu
(2017) yaitu Penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa setelah
dilaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan media simulasi PhET
pada materi gelombang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa penerapan pendekatan saintifik dengan media simulasi PhET dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa.

METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental design dan
menggunakan model nonequivalent control group design. Sebelum diberi treatment, baik
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi test yaitu pretest, dengan maksud untuk
mengetahui keadaan kelompok sebelum treatment pada pokok bahasanenergi kinetik, energi
mekanik dan energi potensial, dengan jumlah responden sebanyak 52 orang. Instrumen
pengumpulan data pemahaman konsep adalah tes. Data dianalisis dengan statistik parametris,
yaitu uji-t dengan teknik independent sample t-test. Penelitian ini dilakukan dalam dua kali
pertemuan. Gambar 3.1
berikut merupakan gambar quasi experimental design model Nonequivalent Control Group D
esign (Setyanto, 2006).

Gambar 1 Nonequivalent Control Group Design

Keterangan :
0 = Kelompok eksperimen sebelum diberi treatment
0 = Kelompok ekperimen setelah diberi treatment
0 = Kelompok kontrol sebelum ada treatment
0 = Kelompok kontrol yang tidak diberi treatment (PBL tanpa PhET)
=Treatment (penggunaan media simulasi PhET)

Populasi dalam penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 3 Bireuen adalah seluruh
siswa kelas XI. Tahun ajaran 2019/2020 kelas XI terdiri dari tiga kelas yaitu kelas XI IPA-1,
XI IPA-2 dan XI IPA-3 dengan total keseluruhan siswa kelas XI yaitu 78 siswa. Dalam
penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu nonprobability sampling dengan teknik
purposive sampling. Adapun Sampel yang dipilih yaitu terdiri dari dua kelas yaitu kelas XI
IPA-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X IPA-2 sebagai kelas kontrol dengan jumlah
peserta didik masing-masing 27 siswa. Laki-laki terdiri dari 5 orang dan perempuan terdiri
dari 22 orang pada masing-masing kelas.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil penelitian ini diperoleh dengan perlakuan pretest dan postest yang berbentuk
soal pilihan ganda sebanyak 35 soal untuk mengukur penguasaan konsep. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis penguasaan konsep peserta didik dengan menerapkan model
Problem Based Learning (PBL) yang dibantu dengan media simulasi PhET terhadap kelas
eksperimen yaitu kelas XI IPA-1 dan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) tanpa
simulasi (PhET) terhadap kelas kontrol yaitu kelas XI IPA-2 yang terdiri dari 27 siswa, laki-

35
laki terdiri dari 5 orang siswa dan perempuan terdiri dari 22 orang siswa pada masing-masing
kelas di SMA Negeri 3 Bireuen pada materi energi mekanik.
Berdasarkan hasil belajar Pretest dapat disimpulkan bahwa dari 27 peserta didik pada
masing-masing kelas, yang di ikut sertakan dalam pretest diperoleh nilai rata-rata pretest
kelas kontrol yaitu 59,00 sedangkan nilai rata-rata pretest kelas eksperimen yaitu 60,85. Nilai
rata-rata pre test baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol masih di bawah KKM. Hal
ini dikarenakan kedua kelas belum mendapatkan media belajar yang tepat. Secara umum
dapat disimpulkan bahwa perolehan pemahaman konsep siswa pada pre test antara kedua
kelas relatif sama. Selanjutnya untuk menguji kenormalan dan kesamaan antara kedua kelas
tersebut, maka dilakukan pengujian normalitas, homogenitas, dan uji independen sample t
test yaitu uji untuk membandingkan dua sampel yang tidak saling berpasangan antara rata-
rata nilai post tes.
Output SPSS hasil uji normalitas diketahui nilai signifikansi uji shapiro wilk untuk
nilai pre test eksperimen (PBL menggunakan PhET) yaitu 0,200>0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa uji shapiro wilk untuk nilai pre test kelas eksperimen (PBL menggunakan
PhET) adalah data populasi berdistribusi normal. Nilai signifikansi uji shapiro wilk untuk
nilai Pos Test eksperimen (PBL menggunakan PhET) yaitu 0,310>0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa uji shapiro wilk untuk nilai Pos Test kelas eksperimen (PBL
menggunakan PhET) adalah data populasi berdistribusi normal. Nilai signifikansi uji shapiro
wilkuntuk nilai Pre Testkontrol (PBL tanpa PhET) yaitu 0,241>0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa uji shapiro wilk untuk nilai Pre Test kelas kontrol (PBL menggunakan PhET) adalah
data populasi berdistribusi normal. Nilai signifikansi uji shapiro wilk untuk nilai Pos Test
kontrol (PBL tanpa PhET) yaitu 0,091>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa uji shapiro wilk
untuk nilai Pos Test kelas kontrol (PBL menggunakan PhET) adalah data populasi
berdistribusi normal. Output SPSS hasil uji homogenitas diketahui nilai Signifikansi (Sig)
adalah sebesar 0.460>0,05, sehingga dapat disimpulikan bahwa varians kelas adalah sama
atau homogen.
Output SPSS Statistik Grup dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan nilai rata-rata antara
kelas eksperimen yang diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
melalui simulasi PhET dengan kelas kontrol Problem Based Learning (PBL) tanpa PhET
dengan nilai nilai rata-ratayaitu 62,00 dan 60,19. Output SPSS Uji Sampel Independen
diketahui nilai signifikan tes levene untuk Kesetaraan Varian adalah sebesar 0,46>0,05 maka
dapat diartikan bahwa varians data antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah
homogen atau sama. Sehingga penafsiran tabel output Uji Sampel Independendi atas
berpedoman pada nilai yang terdapat dalam tabel “Varians yang sama diasumsikan”.
Berdasarkan tabel output ‘‘Uji Sampel Independen” pada bagian “Varians yang sama
diasumsikan”diketahui nilai Sig (2-tailed) sebesar 0.002 < 0.05, maka sebagaimana dasar
pengambilan keputusan dalam Uji Sampel Independen dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak
dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) melalui simulasi PhET terhadap peningkatan
pemahaman konsep siswa pada materi energi mekanik di kelas XI SMA Negeri 3 Bireuen.

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, pengukuran pemahaman konsep siswa dalam penelitian
ini dilakukan setelah memberi perlakuan pada kelas eksperimen. Perlakuan pada kelas
eksperimen yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
melalui simulasi PhET pada materi energi mekanik. Dari hasil postest pemahaman konsep
diperoleh hasil rata-rata kelas eksperimen sebesar 62,00. Sedangkan kelas kontrol yaitu
60,19. Skor tertinggi dan terendah pada kelas eksperimen adalah 66 dan 56. Jadi berdasarkan
hasil uji independent sample t-testdapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh model

36
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) melalui simulasi PhET terhadap peningkatan
pemahaman konsep siswa pada materi energi mekanik di kelas XI SMA Negeri 3 Bireuen,
dengan nilai Sig (2-tailed) yaitu 0,002, artinya nilai Sig (2-tailed) 0,002 <0,05, maka
sebagaimana dasar pengambilan keputusan dalam uji independent sample t-test dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan rata-rata postestkelas eksperimen di
atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan beberapa penelitian lain seperti. 1)model
pembelajaran berbasis masalah berbantuan media PhET berpengaruh terhadap hasil belajar
fisika siswa kelas X SMA N 1 Gunungsari tahun pelajaran 2015/2016 (Wahyudi, 2016). 2)
Implementasi simulasi PhET dan KIT sederhana untuk mengajarkan keterampilan
psikomotor siswa pada pokok bahasan alat optik dapat menuntaskan hasil belajar psimotor
siswa. 3). Penerapan pembelajaran fisika menggunakan media PhET Simulations pada materi
cahaya di kelas VIII SMP Negeri 7 Bojonegoro berlangsung dengan sangat baik dan
berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa serta respon siswa sangat baik (Mubarrok,
2014), serta penerapan media simulasi menggunakan PhET dapat meningkatkan hasil belajar
Fisika sebesar N=0,4 dalam kategori sedang pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah
Limbung (Ekawati, 2014).
Faktor pertama yang mempengaruhi lebih tingginya pemahaman konsep siswa pada
kelas eksperimen terletak di awal pembelajaran. Masalah yang dimunculkan dari simulasi
PhET, Animasi lebih mempermudah siswa dalam memahami sesuatu dari pada yang lain. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Sukiyasa (2013) media animasi lebih tinggi dari hasil belajar
dan motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan media powerpoint. Didukung juga oleh
pernyataan Komaro (2014) multimedia interaktif mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa pada kompetensi perbaikan differential. Beberapa peneliti seperti
Hutagaol (2013); Haji (2012); Putra (2017), mengungkapkan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Faktor kedua yang mempengaruhi lebih tingginya pemahaman konsep siswa pada
kelas eksperimen terletak pada kegiatan inti sebagai akibat dari faktor pertama. Mereka lebih
termotivasi dan lebih berkonsentrasi dalam menyelesaikan tugas, sehingga berpengaruh pada
setiap tahapan pembelajaran berikutnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat putri, (2017),
bahwa orang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar maka akan menimbulkan
minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun sikap dan kebiasaan belajar yang
sehat melalui penyusunan jadwal belajar dan melaksanakannya dengan tekun. Faktor ketiga
yang mempengaruhi lebih tingginya pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen
terletak pada kegiatan penutup berupa tes pemahaman konsep fisika di setiap akhir
pembelajaran. Guru mendidik dan melatih siswa mengerjakan tes pemahaman konsep agar
memiliki pemahaman konsep yang lebih baik.
Dalam mengoptimalkan pemanfaatan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) melalui simulasi PhET hendaknya perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu sebagai
berikut:
(1) Kemampuan awal hendaknya diperhatikan dengan baik agar pelaksanaan pembelajaran
dapat mencapai hasil yang diharapkan;
(2) Dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) melalui
simulasi PhET hendaknya mengatur sebaik mungkin alokasi waktu yang tersedia,
sehingga tiap fase pembelajaran dapat berlangsung secara optimal;
(3) Program simulasi PhET yang dipakai dalam pembelajaran hendaknya adalah Program
PhET yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, agar siswa tidak
kebingungan ketika mengoperasikannya.

37
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning(PBL) melalui simulasi PhET
terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi energi mekanik di kelas XI
SMA Negeri 3 Bireuen. Dan dapat dilihat dari hasil uji independent sample t-test dengan nilai
Sig (2-tailed) yaitu 0,002, artinya nilai Sig (2-tailed) 0,002 <0,05, maka sebagaimana dasar
pengambilan keputusan dalam uji independent sample t-test dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima. Dengan rata-rata post test kelas eksperimendiatas KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal).

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. (2016). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Pemecahan


Masalah Matematika Siswa SMP Negeri 4 Sipirok Kelas VII Melalui Pendekatan
Matematika Realistik (PMR). Jurnal Eksakta Volume 1.
Dwi. (2013). Pengaruh Strategi Problem Based Learning. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia
(Indonesian Journal of Physics Education), 9(1).
Ekawati. (2014). Penerapan Media Simulasi Menggunakan PhET (Physics Education and
Technology) Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X SMA
Muhammadiyah Limbung. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah
Makassar. 3(1).
Hutagaol Kartini. (2013). Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Ilmiah Program
Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 2(1).
Kono dan Mamu. (2016). Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap
Pemahaman Konsep Biologi dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Tentang
Ekosistem dan Lingkungan di Kelas X SMA Negeri 1 Sigi. jurnal Sains dan Teknologi,
5(4): 28–38.
Mubarrok. (2014). Penerapan Pembelajaran Fisika Pada Materi Cahaya Dengan Media Phet
Simulations Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa di SMP. Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika (JIPF). 3.
Putra Fredi Ganda. (2017). Eksperimentasi Pendekatan Kontekstual Berbantuan Hands on
Activity (HoA) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik. Al-Jabar:
Jurnal Pendidikan Matematika. 8(1)
Rahayu. (2017). Penerapan Pendekatan Saintifik Dengan Media Penerapan Pendekatan
Saintifik Dengan Media Simulasi PhET Pada Materi Gelombang Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Siswa SMP. Program Studi Pendidikan Sains Fmipa Universitas.

Restiono Awal. (2013). Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Mengembangkan
Aktivitas Berkarakter dan Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas XI. .Jurnal
Penelitian Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Setyanto Eko. (2006). Memperkenalkan Kembali Metode Eksperimen dalam Kajian
Komunikasi. Jurnal Ilmu Komunikasi. 3(1).
38
Suranti. (2016). Pengaruh Model Project Based Learning Berbantuan Media Visual Terhadap
Penguasaan Konsep Peserta Didik Pada Materi Alat-Alat Optik. Jurnal pendidikan
fisika dan teknologi, 2(2).
Sugiarti. (2013). Peran Sain Dalam Abad 21. jurnal. Prosiding Universitas PGRI Palembang.
Sukiyasa Kadek dan Sukoco. (2013). Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar
dan Motivasi Belajar Siswa Materi Sistem Kelistrikan Otomotif. Jurnal Pendidikan
Vokasi, 3(1).

39
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA


PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Nurfarida, Bahtiar, Nevi Ernita


Program Studi Tadris Fisika, FTK Universitas Islam Negeri Mataram
Korespondensi: nurfrd12@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap hasil belajar siswa fisika pada materi momentum dan impuls di SMA
Negeri 8 Mataram Tahun Pelajaran 2018/2019. Teknik pengambilan sampel menggunakan
Sluster Random Samling. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental design
dengan desain penelitian pretest-posttest control grup desain. Berdasarkan hasil analisis data
dalam penelitian ini dengan menggunakan uji-t diperoleh ttabel = 2,021 dan thitung = 8,35, maka
diketahui nilai thitung (8,35) > ttabel (2,021) dengan dk yang besarnya dk = n1 + n2 - 2 dengan
taraf signifikansinya 5%. Karena thitung lebih besar dari ttabel pada taraf sisgnifikan 5% maka
H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa secara signifikan
terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing pada peningkatkan hasil belajar
fisika siswa pada materi momentum dan impuls di SMA Negeri 8 Mataram Tahun Pelajaran
2018/2019.

Kata Kunci: Model Inkuiri Terbimbing, Hasil Belajar, Pembelajaran Fisika

THE EFFECT OF GUIDED INQUIRY LEARNING MODELS IN PHYSICAL


LEARNING TO IMPROVE STUDENT'S LEARNING OUTCOMES

Abstract: This study aims to determine the effect of guided inquiry learning models on
physics student learning outcomes on the material momentum and impulses at SMA Negeri 8
Mataram in academic year of 2018/2019. The sampling technique uses the Random Samling
Sluster. This type of research is a quasi experimental design with a pretest-posttest control
group design research design. Based on the results of data analysis in this study using the t-
test obtained ttable = 2.021 and tcount = 8.35, it is known the value of tcount (8.35)> ttable (2.021)
with dk the magnitude of dk = n1 + n2-2 with a level the significance is 5%. Because tcount is
greater than ttable at a significant level of 5%, H0 is rejected and Ha is accepted. The results
of this study indicate that there is a significant influence of guided inquiry learning models on
improving student physics learning outcomes in the material of momentum and impulses at
SMA Negeri 8 Mataram in academic year of 2018/2019.

Keywords: Guided Inquiry Model, Learning Outcomes, Physics Learning

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga


tempat mendidik (mengajar). Pendidikan merupakan segala pengaruh yang diupayakan
sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan sekolah agar mempunyai kemampuan
kognitif dan kesiapan mental yang sempurna dan berkesadaran maju yang berguna bagi
mereka untuk terjun ke masyarakat, menjalin hubungan sosial, dan memikul tanggung jawab
mereka sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Dalam keseluruhan proses

9
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti
bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana
proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
Belajar adalah suatu proses atau serangkaian kegiatan yang terjadi secara terus
menerus dan berjenjang, hal ini dimaksudkan untuk mencapai perkembangan yang lebih maju
serta perubahan-perubahan pada diri seseorang. Istilah belajar juga diartikan berubah yaitu
usaha mengubah tingkah laku. Sehingga akan membawa suatu perubahan pada siswa yang
belajar. Perubahan yang terjadi pada siswa yang belajar bisa juga berupa pencapain hasil
belajar yang meningkat.
Meningkatnya hasil belajar siswa salah satunya di pengaruhi oleh begaimana cara
seorang guru mengajarkan materi pembelajaran di dalam kelas. Namun Pada kenyataannya,
pembelajaran di dalam kelas sering ditemui bahwa guru yang lebih aktif dalam proses
pembelajaran sehingga menyebabkan siswa cenderung pasif dan lebih banyak menunggu
sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan atau sikap
yang mereka butuhkan. Dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode
ceramah sehingga penyampaian materi cenderung monoton dan tidak mengaktifkan siswa
yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Fisika merupakan salah satu bagian dari sains yang mendasari perkembangan
teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Salah satu fungsi pembelajaran
fisika yaitu untuk mengembangkan pengalaman siswa dalam merumuskan masalah,
mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan mengumpulkan,
mengolah dan menafsirkan data, serta megkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis. Pembelajaran fisika adalah pelajaran yang sangat penting, meskipun pembelajaran
fisika sangat penting, namun pada kenyataan pembelajaran fisika adalah momok yang
ditakuti oleh siswa, karena dalam porses pembelajaran siswa kurang terlibat secara langsung
dengan kegiatan belajar mengajar. Hal ini menyebabkan siswa kurang dalam pemahaman
konsep fisika dan hasil belajar siswa menjadi rendah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah seorang guru fisika yaitu
Ibu Sri Yulianti di SMA Negeri 8 Mataram, bahwa pembelajaran fisika yang berlangsung
masih didominasi oleh guru serta kurang bervariasi. Proses pembelajaran lebih sering
menggunakan metode ceramah. Pembelajaran yang berlangsung masih konvensional dengan
latihan soal dan penghafalan rumus-rumus saja tanpa mengkaitkan dengan praktik dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga menyebabkan siswa hanya berpatokan pada teori-teori tanpa
ada penerapanya sehingga kurangnya kesempatan siswa untuk memiliki pengalaman belajar
yang nyata dan aktif. Hal ini mengakibatkan aktivitas belajar dan hasil belajar fisika siswa
kurang maksimal. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep fisika
peserta didik dilakukan dengan cara mengevaluasi setiap akhir materi dalam bentuk test
uraian. Hal ini ditunjukan oleh data hasil wawancara yang diperoleh dari gurunya rata-rata
tidak memenuhi standar kelulusan yang di tetapkan. Dimana KKM yang telah ditetapkan di
sekolah 75 sedangkan hasil yang diperoleh peserta didik tidak mencapai KKM.
Keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dapat diamati salah satunya dari hasil
belajar yang dicapai. Menurut Alfiani (dalam Qurroti 2016), pencapaian hasil belajar yang
tinggi tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Guru merupakan faktor
eksternal yang berperan penting dalam penunjang keberhasilan belajar siswa. Kebehasilan
tersebut tidak lepas dari kemapuan guru memilih pendekatan, model, metode, strategi
pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar di dalam kelas
supaya hasil belajar yang merupakan produk dari suatu proses pembelajaran dapat lebih baik.

10
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

Salah satu model yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan sesuai
dengan hakikat fisika yang terdiri atas proses dan produk adalah model inkuiri terbimbing.
Model inkuiri terbimbing adalah model mengajar yang memungkinkan siswa untuk
bergerak selangkah demi selangkah dari mengidentifikasi masalah, mendefinisikan hipotesis,
merumusan masalah, mengumpulan data, memverifikasi hasil, dan generalisasi kesimpulan
(Massialas dalam Qurroti (2016)), Model inkuiri termbimbing sangat memungkinkan siswa
terlibat secara aktif. Karena siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan.
Mereka menggunakan kemampuan berpikirnya untuk mempelajari gagasan, memecahkan
berbagai masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran dengan
menerapkan model inkuiri terbimbing memberikan kebebasan kepada siswa untuk
mengembangkan konsep yang mereka pelajari dan mereka diberi kesempatan untuk
memecahkan masalah yang mereka hadapi secara berkelompok. Jadi dapat ditarik
kesimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model yang bertujuan
untuk melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar menggajar (KBM), dimana dalam
pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan yang cukup luas untuk siswa.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh model
inkuiri terbimbing yaitu peneliti pertama oleh A’yunin Qurroti, dkk. (2016), yang
menunjukan bahwa model inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan terhadap aktivitas
belajar dan hasil belajar siswa. Penelitian yang kedua mengenai model inkuiri terbimbing
dilakukan oleh Sugiarti (2018), yang menunjukan bahwa model inkuiri terbimbing
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan psikomotorik siswa. Penelitian yang ketiga
mengenai model inkuiri terbimbing dilakukan oleh Fahrudin, dkk. (2014), yang menunjukan
bahwa model inkuiri terbimbing berpengaruh positif dan peningkatan yang signifikan
terhadap keterampilan proses sains siswa. Penelitian yang keempat mengenai model inkuiri
terbimbing dilakukan oleh Agustin, dkk. (2014), yang menunjukan bahwa model inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dengan presentase hasil
yang lebih tinggi. Penelitian yang kelima mengenai model inkuiri terbimbing dilakukan oleh
Ernita N, dkk, yang menunjukan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif dan psikomotorik fisika siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penlitian
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Pembelajaran Fisika
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Momentum dan Impuls Kelas X MIA
Di SMA Negeri 8 Mataram”.

METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimental design dengan
menggunakan dua kelompok kelas, yaitu kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada
kelompok kelas eksperimen, diberikan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing sedangkan kolompok kelas kontrol dengan menggunkan
model konvesional. Penelitian ini mengukur peningkatan hasil belajar siswa pada kedua
kelompok kelas tersebut. desain penelitian pretest-postest control grup desain. Desain
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Desain penelitian


Pre-
Kelompok Treatment Post-test
test
Eksperimen Y X Y2
1 1

11
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

kontrol Y1 X2 Y2

Keterangan:
X1 = Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
X2 = Model konvesional
Y1 = Tes Awal (Pre-Test)
Y2 = Tes Akhir (Post-Test)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 8 Mataram
semester kedua tahun ajaran 2018/2019. Berdasarkan karakteristik populasi maka dalam
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampilng yaitu
dengan cara pemilihan kelas dilakukan tanpa memperhatikan adanya pembagian kelas
unggulan karena kelas X MIA terdiri dari 5 kelas yang rata-rata kemampuan belajarnya sama.
Berdasarkan ketentuan pemilihan sampel, maka dipilih dua 2 kelas, yaitu siswa kelas X MIA
2 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X MIA 3 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara memberikan tes soal yang berkaitan dengan
materi momentum dan impuls. Tes ini dibuat dalam bentuk pilihan ganda dan essay sebanyak
25 butir soal.
Analisis data yang digunakan yaitu pengujian normalitas data yang diperoleh dari
hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak, data yang dimaksud adalah skor hasil tes soal
yang diperoleh dari siswa. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah vairans
antara pretest dan posttest sama atau berbeda. Pengujian hipotesis digunakan untuk melihat
apakah hipotesis yang telah dirumuskan didukung oleh data yang telah diperoleh, sehingga
hipotesis tersebut harus harus diuji.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dilihat hasil belajar siswa yang
telah diperoleh dalam pelaksanaan penelitian melalui pretest dan posttest dengan instrumen
berupa soal pilihan ganda dan essay. Data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 1 dan
tabel 2 berikut:
Tabel 1 Data Hasil Pre-Test

Standar
Jumlah Nilai Nilai
Sampel ( ) Deviasi
No Siswa Max Min

Kelas
1 eksperimen 21 81 58 72,48 7,18

Kelas kontrol 10,22


21 67 29 49,76
2

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Pre-Test pada kelas eksperimen dengan
banyak responden 21 siswa memperoleh nilai tertinggi sebesar 48 dan nilai terendah sebesar
14, sehingga mendapatkan nilai rata-rata sebesar 29,90. Sedangkan nilai Pre-Test pada kelas

12
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

kontrol dengan banyak responden 21 siswa memperoleh nilai tertinggi sebesar 43 dan nilai
terendah sebesar 15, sehingga mendapatkan nilai rata-rata sebesar 27,86.

Tabel 2 Data Hasil Post-Test


Standar
Jumlah Nilai Nilai
Sampel ( ) Deviasi
No Siswa Max Min
Kelas 8,86
21 48 14 29,90
1 Eksperimen
Kelas Kontrol 8,24
21 43 15 27,86
2

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Post-Test pada kelas eksperimen dengan
banyak responden 21 siswa memperoleh nilai tertinggi sebesar 81 dan nilai terendah sebesar
58, sehingga mendapatkan nilai rata-rata sebesar 72,48. Sedangkan nilai Pre-Test pada kelas
kontrol dengan banyak responden 21 siswa memperoleh nilai tertinggi sebesar 67 dan nilai
terendah sebesar 29, sehingga mendapatkan nilai rata-rata sebesar 49,76.

Berdasarkan tabel di atas, secara umum dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa dari tes
awal dan tes akhir yang diberikan diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan nilai rata-rata kelas kontrol. Untuk memperjelas gambaran perbandingannya
dapat dilihat pada diagram batang berikut ini:

80
Rata-Rata Skor

60
40 Kelas Kontrol
20 Kelas Eksperimen
0
Pre-Test Post-test
Sumber Data

Gambar 1 Diagram Perbandingan Rata-Rata Nilai Pre-Test dan Post-Test Hasil Belajar
Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan hasil gambar diagram batang di atas, dapat disimpulkan bahwa data hasil
belajar siswa dari tes awal dan tes akhir yang diberikan diperoleh nilai rata-rata kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa
penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh dalam meningkatkan hasil
belajar fisika siswa. Hasil perbandingan nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pembahasan
Pendidikan adalah suatu pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga tempat
mendidik (mengajar). Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini
ditunjukan bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada

13
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Dalam keberhasilan
proses belajar siswa di sekolah diamati salah satunya dari hasil belajar yang dicapai. Menurut
Afiani (dalam Qurroti 2016), pencapai suatu hasil belajar yang tinggi dapat dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Guru adalah faktor eksternal yang memiliki peranan
penting dalam penunjang keberhasilan belajar siswa. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari
kemampuan seorang guru dalam memilih pendekatan, model, metode, strategi pembelajaran
yang dapat membuat siswa lebih akfit dalam proses kegiatan pembelajaran di dalam kelas
supaya hasil belajar yang merupakan produk dari suatu proses pembelajaran dapat lebih baik
lagi. Selain dalam pemilihan model atau metode pembelajaran seorang guru harus pandai
dalam memposisikan penggunaan model atau metode pembelajaran agar waktu yang
digunakan dalam pembelajaran bisa lebih efisien sehingga membuat siswa senang dalam
belajar.
Dalam penelitan ini model pembelajaran yang diterapkan yaitu model inkuiri
terbimbing. Model inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk
melibatakan siswa secara aktif dalam melaksakana kegiatan belajar mengajar, dimana dalam
pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan yang cukup luas untuk siswa. Dengan
menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini siswa diberikan kebebasan untuk
mengembangkan konsep yang mereka pelajari dan siswa diberi kesempatan untuk
memecahkan masalah yang mereka hadapi secara berkelompok dan memberikan semacam
penutup ketika siswa telah mampu memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa merupakan subjek pembelajaran dan
bukan objek pembelajaran, oleh karena itu siswa yang lebih banyak berperan aktif dalam
pembelajaran dari pada guru, guru hanya sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam
proses pemebelajaran sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan uraian
diatas bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model yang memibatkan
siswanya secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat meningkatkan
kemampuan hasil belajaranya tampa harus selalu bergantung pada guru dalam mendapatkan
suatu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan tujuan yang peneliti angkat yaitu tentang Adanya
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada
Materi Momentum dan Impuls Kelas X SMA Negeri 8 Mataram.
Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi momentum dan impuls, maka
peneliti mengadakan tes, tes ini diadakan dalam dua tahap yaitu pre-test dan post-tes. Pre-test
adalah tes yang diberikan sebelum dilaksanakan proses belajar mengajar. Tes ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai materi yang akan diajarkan. Pest-test
adalah tes yang diberikan setelah dilaksanakan proses pembelajaran. Tes ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana tingkatan kemajuan penguasaan materi oleh siswa.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari pre-test, kedua kelas memiliki
nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda. Dimana kelas kontrol memiliki nilai rata-rata sebesar
27,86, dengan nilai tertinggi 43 dan nilai terendah 14. Sedangkan pada kelas eksperimen
memiliki nilai rata-rata 29,90, dengan nilai tertinggi 48 dan nilai terendah 15. Berdasarkan
hasil nilai dari pre-test dapat menunjukan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal
yang sama sebelum diberikan perlakuan. Peningkatan terjadi setelah diterapkan perlakuan,
pada post-test nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 49,76, dengan perolehan nilai tertinggi
sebesar 67 dan perolehan nilai terendah sebesar 29, sedangkan pada kelas eksperimen nilai
rata-rata post-test sebesar 72,48, dengan perolehan nilai tertinggi sebesar 81 dan perolehan
nilai terendah sebesar 58.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t, maka diperoleh
thitung (8,35) > ttabel (2,021), maka dapat diambil keputusan bahawa Ha diterima pada taraf

14
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

signifikan α = 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa “ pengaruh model pembelajaran


inkuiri terbimbing efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa yang lebih tinggi dengan
penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang diajarkan dibandingkan dengan
pembelajaran yang tidak diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi
momentum dan impuls di SMA Negeri 8 Mataram.
Hasil ini juga relevan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Ernita N,
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium
dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik SMA Negeri 8 Mataram”.
Diperoleh bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium berpengaruh
terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa.
Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran pada materi momentum dan impuls
adalah suatu hal sangat penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa, karena materi
momentum dan impuls adalah salah satu materi fisika yang dalam penerapanya banyak sekali
dialam dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa membutuhkan pemahaman dan
menerapkan konsepnya dalam mengkaitakan ke dalam kehidupan, oleh karena itu siswa harus
lebih aktif dalam proses pemebelajaranya. Aktif tidaknya siswa dapat dilihat dari bagaimana
cara siswa aktif dalam suatu kegiatan kelompok maupun individu dalam menemukan sendiri
jawaban dari permasalahan yang diberikan oleh guru.
Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa diperlukan model pembelajaran
yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang menigkatkan keaktifan dan hasil belajar
adalah model inkuiri terbimbing. Penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada
materi Momentum dan Impuls secara signifkan memberikan pengaruh yang berbeda pada
kelas ekperimen sehingga membuat siswa lebih aktif dalam menemukan konsep-konsep
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar fisika. Hal ini diperkuat oleh penelitan yang
telah dilakukan sebelumnya oleh Wahyuni Roni, dkk. (2016) yang menunjukan bahwa nilai
rata-rata tes hasil belajar fisika yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan model
pembelajaran konvesional. Penelitan lain juga yang telah dilakukan oleh Kurniawati Desi,
dkk. (2016) yang menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dilengkapi LKS dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan prestasi belajar siswa, hal
dikarenakan dalam model pembelajaran inkuiri menekankan suatu proses pembelajaran
dengan tahapan ilmiah, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas lebih aktif sehingga
pemahaman konsep dan prestasi hasil belajar siswa meningkat. Berdasarkan penelitan yang
telah dilakukan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi momentum dan impuls.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada kelas eksperimen, siswa antusias
dalam mengikuti setiap kegiatan belajar mengajar, guru mampu menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan bagi siswa dan guru sebagai vasilitator, dimana dalam pembelajaran
lebih dominan oleh siswa yang secara aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung di
kelas. Guru menggunakan model inkuiri terbimbing yakni model pembelajaran yang dimulai
dari pengidentifikasi masalah, mengidentifikasi hipotesis, merumuskan masalah,
mengumpulkan data, memverifikasi hasil dan akhiri dengan membuat kesimpulan yang
dimana dalam penyelsesain siswa diorganisasikan kedalam kelompok kecil.
Dalam kelompok siswa menentukan tiap penyelasiain dari permasalahan yang berikan
oleh guru dengan melaksanakan kegiatan praktikum. Pada tahap ini kemampuan siswa dalam
menyelesaikan permasalahan berdasarkan dari hasil praktikum dan perolehan konsep yang
cari sendri oleh siswa terkait materi momentum dan impuls. Setelah memyelesaikan
permasalah dan memperoleh data para siswa dituntut untuk menarik kesimpulan berdasarkan

15
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

praktikum dan memperesentasikan hasil praktikum di depan kelas dengan mengirimkan


perwakilan satu orang dari tiap kelompok. Sehingga dalam proses belajar siswa tampak lebih
aktif dalam melaksanakan tiap tahap prosedur praktikum, keaktifan dan hasil siswa dapat
juga dilihat dari beberapa jawaban yang berbeda-beda dari tiap kelompok. Hal ini
menunjukan bahwa siswa menggunakan kemampuan berpikirnya untuk mempelajari
gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari sehingga
siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya. Sedangkan pada kelas kontrol antusias siswa
dalam proses belajar mengajar kurang aktif hal ini disebebakan karena siswa tidak mencari
pengetahuannya sendiri dan siswa cenderung menunggu pengetauan yang di sampaikan oleh
guru. Jadi keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar tergantung dari model,
metode, dan strategi yang di gunakan oleh guru.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri
terbimbing cocok untuk dugunakan di jenjang pendidikan sekolah menengah atas (SMA)
karena pada jenjang pendidikan SMA pola pikir anaknya lebih luas, kristis, dan rasa ingin
tahu akan sesuatu lebih besar.
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih mengaktifkan siswa karena
inkuiri terbimbing memiliki kelebihan yaitu antara lain: yang pertaman menekankan pada
perkembangan aspek kognitif, apek afektif, dan aspek psikomotorik. Sehingga dalam
pemebelajarannya siswa dapat mememperoleh ketiga aspek dalam pembelajaran secara
seimbang tanpa meninti beratkan pada satu aspek perkembangan sehingga proses
pembelelajaran dengan inkuiri dapat lebih bermakna. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang
telah dilakukan oleh Sugiarti (2018) yang menunjukan bahwa rata-rata kemampuan
psikomotorik siswa yang menggunakan model pemebelajaran inkuiri terbimbing diperoleh
dengan kategori baik. Karena dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa secara
aktif melakukan semua langkah-langkah dalam proses penyelidikan sesuai dengan tahapan
pembelajaran inkuiri. Sehingga pada setiap pertemuan kemampuan psikomotorik siswa terus
mengalami peningkatan. Penelitiam lain juga yang dilakukan oleh Nasution, dkk. (2016)
yang menunjukan bahwa adanya perbedaan dan interaksi terhadap penggunaan model
pembelajaran inkuiri terbimbing pada kreatifitas dan hasil belajar kognitif tinggi dengan
melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa lebih aktif dan termotivasi
untuk melalukan suatu kegiatan eksperimental, sehingga aspek kognitif tinggi siswa lebih
meningkat dan menhasilkan nilai yang bagus. Kelebihan yang kedua yaitu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Pada kelebihan
kedua ini siswa diberikan kebebasan dalam menentukan gaya belajarnya dimana pada saat
proses belajar siswa dapat mencari atau memperoleh sendiri pengetahuan sesui dengan cara
yang mudah siswa pahami dalam proses belajarnya. Hal ini terbukti dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Nugroho Sugeng (2012) yang menunjukan bahwa
pembelajaran inkuiri terbimbing melalui laboraorium virtuil dan laboratorium riil memilik
pengaruh secara signifikan terhadap gaya belajar siswa yang dapat dilihat dari adanya
pengaruh terhadap prsetasi kognitif dan tidak berpengaruh terhadap prestasi efektif belajar
siswa. Ketiga yaitu adanya perubahan tingkah laku siswa berkat adanya suatu pengalaman.
Maksudnya berdasarkan pengalam disini yaitu dimana siswa akan mengalami perubahan
pada setiap tingkah lakunya dalam mengkaitan setiap materi dengan pengalamannya sendiri
karena dalam inkuiri terbimbing tiap tahap dalam proses pembelajarannya melatih siswa
untuk bisa menjadi seorang memiliki sikap bertanggung jawab terhadap sesuatu yang
diperolehnya. Hal ini juga terbukti dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Fairuzabadi Afrizal, dkk. (2017) yang menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan video berbasis kontekstual dalam pembelajaran IPA dapat

16
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

membuat siswa lebih aktif dan termotivasi dalam pembelajaran sehingga hasil belajar yang
diperoleh siswa lebih baik, karena siswa merasa tertarik dalam kegiatan pembelajaran dengan
melakukan penyelidikan secara ilmiah untuk menemukan konsep dengan disertai media video
berbasis kontekstual dalam model inkuiri terbimbing, siswa dapat mengkaitkan materi
dengan pengalam siswa di kehidupan sehari-hari. Keempat yaitu tidak menghambat siswa
yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Maksudnya siswa yang memiliki kemapuan
belajar di atas rata-rata tidak terhambat oleh siswa yang memiliki kemapuan lemah dalam
belajar karena setiap tahap dalam inkuri terbimbing akan melibatkan setiap siswanya aktif
dalam kegiatan belajar. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Nurcahyati Kartika, dkk. (2018) yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dikarenakan
penggunaan LKS yang berbasi inkuiri terbimbing. Pengaruh yang ditimbulkan dari LKS yang
berbasis model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar dapat terjadi karena
kegiatan pembelajaran yang menggunakan LKS membuat 11siswa menjadi lebih aktif,
sehingga siswa dapat menemukan dan memahami konsep-konsep dasar materi pembelajaran
yang berlangsung.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri
terbimbing sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran karena model inkuiri
terbimbing adalah model yang melibatkan kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari
dan menyelidiki secara sistematik, kritis, logis, dan analisis sehingga siswa dapar
merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh hasil belajar siswa pada pembelajaran Fisika menggunakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing. Hasil tersebut di dapatkan dari perhitungan uji-t, hasil tersebut diperoleh
dari interpretasi nilai thitung = 8,35 dan ttabel = 2,021, maka diperoleh nilai thitung (8,35) > ttabel
(2,021) dengan dk = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikan sebesar (α) sebesar 5%. Karena thitung
lebih besar dari ttabel, maka diperoleh bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Pada hasil penelitian
menunjukan bahwa model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar Fisika
siswa adalah model inkuiri terbimbing. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata skor post-test
dan pre-test. Pada kelas yang diterapkan model inkuiri terbimbing memiliki rata-rata skor
post-test sebesar 72,48, sedangkan rata-rata skor pre-test sebesar 29,90.

UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada semua
pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan
peneliti sampaikan kepada pihak Program Studi Tadris Fisika, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Mataram. Selain itu, penghargaan dan ucapan
terimakasih juga peneliti sampaikan kepada dosen pendidikan fisika yang telah terlibat dalam
penelitian ini, kedua orang tua dan teman-teman yang telah memberikan doa dan semangat
kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

A’yunin, Q., Indrawati, & Subiki. (2016). Penerpan Model Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) pada Pemebalajaran Fisika Materi Listrik Dinamis Di SMK. Jurnal
Pembelajaran Fisika, 5(2),150.

17
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

Bahtiar. (2015). Strategi Belajar Mengajar Sains (IPA). Mataram: CV Sanabil.

Ernita, N., Harjono, A., & Sridana, N. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berbasis Laboratorium dan Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta
Didik SMA Negeri 8 Mataram. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa”, 1(2),
104-107.

Fairuzabadi, A., Prihandono, T., & Purta, P. D. A. (2017). Penerapan Model Pembelajarran
Inkuiru Terbimbing dengan Video Berbasis Kontekstual dalam Pembelajaran IPA
pada Materi Suhu dan Pengukurannya di SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika, 6(1),
107.

Indra, D. N. L., Darmadi, I. W., & Ali, M. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Akuisisi pada Siswa Kelas X SMA
Negeri 5 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 4(2), 1.

Kurniawati, D., Masykuri, M., & Saputro, S. (2016 ). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Dilengkapi LKS untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan
Prestasi Belajar pada Materi Pokok Hukum Dasar Kima Siswa Kelas X MIA 4
SMAN 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Kima
(JIPK), 5(1), 94.

Nasution, R., Bukit, N., & Ginting, E. M. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dan Kreativitas Terhadap Kognitif Tinggi. Jurnal Pendidikan Fisika,
5(2), 5-102.

Nugroho, S., Suparmi, & Sarwanto. (2012). Pembelajaran IPA dengan Metode Inkuiri
Terbimbing Menggunakan Laboratorium Riil dan Virtual Ditinjau Dari
Kemampuan Memori dan Gaya Belajar Siswa. Jurnal Inkuiri, 1(3), 243.

Nurcahyati, K., Distrik, I. W., & Wahyudi, I. (2018). Pengaruh LKS Berbasis Inkuiri
Terbimbing Materi Elastisitas dan Hukum Hooke Terhadap Hasil Belajar Siswa.
Journal Of Physics and Science Learnig, 02(2), 7.

Puspaningtyas, K., & Suparno. (2017). Pengaruh Penerapan Model Inkuiri Terbimbing
terhadap Kemampuan Analilis dan Keterampilan Proses Sains. Indonesia Journal
of Science and Education, 1(1), 10.

Sadirman. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo.

Slameto. (2013). Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiarti. (2018). Penilaian Psikomotorik Siswa pada Pembelajaran Fisika Melalui Model
Pembelajaran Guided Inkuiry. Journal of Physics and Science Learning, 02(1), 79-
83.

18
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

Sumarni S., Santoso, B. B., & Suparman, A. R. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik di SMA Negeri
01 Manokwari. Jurnal Nalar Pendidikan, 5(1), 27.

Soyomukti Nurani. (2015). Teori-Teori Pendidikan (Dari Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-
Sosial, Hingga Postmodern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Wahyuni, R., Hikmawati, & Taufik, M. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dengan Eksperimen terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA
SMAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teknologi, II(4), 164-168.

19
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP


PENINGKTAN MINAT DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 8
MATARAN TAHUN AJARAN 2018/2019
Yuyun Susanti, Ahmad Zohdi, Lalu Ahmad Didik Meiliyadi
Program Studi Tadris Fisika, FTK Universitas Islam Negeri Mataram
Korespondensi: yuyunsusanti36@gmail.com.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran learning
cycle 5E terhadap peningkatan minat dan hasil belajar peserta didik di SMA Negeri 8 Mataram
Tahun Ajaran 2018/2019. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi eksperiment.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes, angket dan dokumentasi. Berdasarkan hasil
tes awal diperoleh rata-rata kelas eksperimen sebesar 52,39 dan kelas control sebesar 47,91.
Hasil tes akhir menunjukan rata-rata kelas ekperimen sebesar 81,93 dan kelas kontrol 71,34.
Data tes akhir peserta didik kelas sampel dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil
analisis data menggunakan uji-t diperoleh thitung sebesar 3,78 dan ttabel pada taraf signifikan 5%
sebesar 2,000, maka thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model
Learning Cycle 5E terhadap peningkatan minat dan hasil belajar peserta didik kelas XI di SMA
Negeri 8 Mataram Tahun Ajaran 2018/2019.
Kata Kunci: Pembelajaran Learning Cycle 5e, Minat Belajar, Hasil Belajar.

THE INFLUENCE OF 5E LEARNING CYCLE MODEL TRHOUGH INTEREST AND


LEARNING OUTCOMES STUIDENTS AT SMA NEGERI 8 MATARAM IN
ACADEMIC YEAR 2018/2019

Abstract: This study aims to determine the effect of the 5E learning cycle learning model to
increase student interest and learning outcomes at SMA Negeri 8 Mataram insearch academic
year 2018/2019. This type of research is a quasi experimental study. Data collection techniques
used tests, questionnaires and documentation. Based on preliminary test results obtained an
average of experimental class of 52,39 and control class of 47,91. Result showed an average of
81,93 experimental classes and 71,34 control classes. Final test data of sample class student were
analyzed using t-test. Based on the results of data analysis used the t-test obtained tcount of 3,78
and ttable at a significant level of 5% of 2,000, then tcount > ttable. Then it can be concluded
that there is an effect of the 5E Learning Cycle model to increase on interest and learning
outcomes of class XI students in SMA Negeri 8 Mataram 2018/2019 Academic year.

Keywords: 5e Learning Cycle, Learning Interest, Learning Outcomes.

PENDAHULUAN
Mata pelajaran fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mengkaji tentang berbagai
fenomena alam dan memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan sains,
teknologi dan konsep hidup harmonis dengan alam. Fisika sebagai salah satu disiplin ilmu yang

20
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

mana aspek penalaran maupun aspek terapannya sangat penting dalam upaya penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap bahwa Fisika
adalah ilmu yang sangat sulit. Pandangan yang demikian itulah yang menyebabkan banyak siswa
yang tidak berminat dengan pelajaran Fisika yang akhirnya berimplikasi pada rendahnya hasil
belajar fisika siswa. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran mendukung siswa
untuk membangun pengetahuannya sendiri, sehingga pembelajaran akan berpusat pada siswa
(student centered) dan bukan pada guru (teacher centered).
Menurut teori konstruktivisme, salah satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa,
tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan
kemudahan dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide
mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar. Belajar adalah suatu proses di mana dalam proses tersebut terjadi
interaksi baik antar individu maupun dengan lingkungannya sehingga membentuk suatu
pengalaman tertentu yang mampu menghasilkan perubahan tingkah laku berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, dan kepribadian. Keberhasilan belajar ditentukan oleh beberapa faktor yang
salah satunya adalah minat belajar. Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu
hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya tidak dibawa sejak lahir,
melainkan diperoleh kemudian. Untuk menciptakan suasana pembelajaran sebagaimana
disebutkan di atas, pemilihan model pembelajaran yang tepat sangat diperlukan. Dengan kata
lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut mampu menerapkan model
pembelajaran yang tepat untuk memotivasi siswa dalam belajar sehingga mampu mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran
fisika dan salah satu siswa di SMA Negeri 8 Mataram 2018/2019, selama ini guru masih
menggunakan metode ceramah (konvensional). Pemblajaran berlangsung masih konvensional
dengan latihan soal atau rumus-rumus tanpa mengkaitkan dengan praktik dalam kehidupan
sehari-hari. Hal tersebut menimbulkan permasalahan yang diindikasikan sebagai faktor penyebab
minat belajar dan hasil belajar fisika siswa kurang maksimal, terlihat bahwa peserta didik lebih
banyak diam dan hanya mendengarkan pembelajaran, tidak aktif dalam proses pembelajaran,
rasa ingin tahu mereka kurang tentang materi yang dipelajari, hanya sedikit peserta didik yang
menunjukkan keaktifan berpendapat dan bertanya. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui
pemahaman konsep fisika peserta didik dilakukan dengan cara mengevaluasi setiap akhir materi
dalam bentuk tes uraian. Hal ini ditunjukan oleh data hasil wawancara yang diperoleh dari guru
fisika rata-rata tidak memenuhi standar kelulusan yang ditetapkan. Dimana KKM yang telah
ditetapkan di sekolah 75 sedangkan hasil yang diperoleh peserta didik tidak mencapai KKM.
Hal ini menuntut guru lebih kreatif dalam menerapkan metode dan model pembelajaran yang
tepat sebagai upaya meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran fisika. Guru memiliki peran
dan tanggung jawab yang sangat besar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Namun pencapaian tujuan pembelajaran juga dipengaruhi oleh berbagai faktor,
salah satu diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan. Keberhasilan dari suatu
proses belajar seorang siswa dapat dilihat dari prestasi belajar yang dihasilkan. Prestasi belajar
selalu identik dengan hasil belajar berupa nilai kognitif, yang dapat dilihat dari perubahan

21
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

tingkah laku, berupa psikomotor yang terjadi pada diri seseorang setelah orang tersebut
melakukan kegiatan belajar.
Sehingga dari observasi awal yang telah dilakukan penggunaan siklus belajar (Learning
Cycle 5E) memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengungkapkan pengetahuan sebelumnya
dan kesempatan untuk menyanggah, mendebat gagasan- gagasan mereka, proses ini
menghasilkan ketidakseimbangan kognitif, sehingga mengembangkan tingkat penalaran yang
lebih tinggi, dan merupakan suatu pendekatan yang baik untuk pembelajaran sains. Berdasarkan
latar belakang di atas maka penulis ingin meneliti tentang Pengaruh Model Pembelajaran
Learning Cycle 5E terhadap Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI SMA
Negeri 8 Mataram Tahun Ajaran 2018/2019.

METODE
Adapaun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment.
Metode quasi eksperiment merupakan metode penelitian yang mempunyai kelompok kontrol,
tetapi tidak dapat sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif dimana dalam penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah diterapkan. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control
group design. Kelompok ekperimen dalam penelitian ini diberi perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran
learning cycle 5E (X), sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan
model konvensional. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Instrumen
tes dan angket.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Dalam suatu penelitian, peran penyajian data sangat penting. Karena penyajian data
merupakan salah satu bukti bahwa kita sudah melakukan penelitian, disamping itu juga sebagai
penunjang keberhasilan dalam penelitian. Data dalam penelitian ini berupa data hasil belajar
peserta didik yang ditunjukkan dengan nilai tes awal dan tes akhir. Pengambilan data untuk nilai
tes awal dan tes akhir menggunakan instrument pengumpulan data yang berupa tes objektif
sebanyak 30 soal yang sudah divalidator.
1) Data Hasil Tes Awal
Pengambilan data pada tes awal untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik kelas
XI SMA Negeri 8 Mataram dalam memahami pokok bahasan alat-alat optik. Pengambilan data
untuk tes awal menggunakan instrumen pengumpulan data yang berupa tes objektif sebanyak 30
soal yang diberikan kepada peserta didik sehingga dapat menegtahui kemampuan awal peserta

22
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

didik tersebut. Rata-rata nilai kemampuan awal hasil belajar ssebesar 52,39 standar deviasinya
sebesar 9,96. Nilai kemampuan hasil belajar terendah yang diperoleh sebesar 27 dan nilai
tertinggi sebesar 67. Sedangkan pada kelas kontrol niali rata-rata sebesar 47,90, standar
deviasinya sebesar 10,14. Nilai kemampuan hasil belajar terendah yang diperoleh sebesar 27 dari
dan nilai kemampuan hasil belajar tertinggi yang diperoleh sebesar 67. Adapun data-data yang
diperoleh disajikan dalam tabel 1:
Tabel 1 Data Hasil Tes Awal

Nilai
No Kelas ∑X ∑X X Sd Nilai Min
Max

1 Eksperimen 1729 93765 52,39 9,96 67 27

2 kontrol 1533 76629 47,90 10,14 67 27

2) Data Hasil Tes Akhir

Setelah diberikan perlakuan pada kedua kelas sampel dilakukan tes akhir (post-test).
Adapun data-data yang diperoleh disajikan dalam tabel 2

Tabel 2 Data Hasil Tes Akhir

Nilai Nilai
No Kelas ∑X ∑X X Sd
Max Min

1 Eksperimen 2704 226540 81,93 12,47 97 50

2 kontrol 2283 166213 71,34 10,37 90 50

Tabel 2 menunjukkan nilai statistik deskripitif perolehan nilai kemampuan hasil belajar
setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka diperoleh bahwa
pada kelas eksperimen dengan banyak responden 33 peserta didik yang diberi perlakuan model
pembelajaran learning cycle 5E diperoleh rata-rata nilai kemampuan hasil belajar ssebesar 81,93
standar deviasinya sebesar 12,47. Nilai kemampuan hasil belajar terendah yang diperoleh
sebesar 50 dan nilai tertinggi sebesar 97. Nilai kemampuan hasil belajar peserta didik kelas
kontrol dengan banyak responden 32 peserta didik yang tidak diberikan perlakuan model
pembelajaran learning cycle 5E diperoleh rata-rata nilai tes 71,34, standar deviasinya sebesar
10.37. Nilai kemampuan hasil belajar terendah yang diperoleh sebesar 50 dari dan nilai
kemampuan hasil belajar tertinggi yang diperoleh sebesar 90.

3) Angket
Angket merupakan salah satu jenis instrumen pengumpulan data untuk mengetahui
tingkat minat peserta didik dengan penerapan model pembelajaran learning cycle 5E. Angket

23
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

diberikan kepada responden yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen pada akhir pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model learning cycle 5E. Butir instrumen angket
yang digunakan sebanyak 30 dengan alternatif jawaban sebanyak 4 opsi. Adapun dalam angket
digunakan kalimat positif dan kalimat negatif.
Berdasarkan pengisian angket para responden diperoleh hasil dari responden yakni kelas
ekesperimen diketahui bahwa tingkat minat belajar peserta didik pada penerapan model
pembelajaran learning cycle 5E adalah kategori sangat berminat dibandingkan kelas kontrol
yang diterapkan metode konvensional. Adapun data-data yang diperoleh disajikan dalam tabel
berikut ini:

Tabel 3 Data Hasil Angket

No Kelas ∑X ∑X X Nilai Max Nilai Min

1 Eksperimen 2748 229778 83,27 98 76

2 kontrol 2471 192183 77,21 97 66

Berdasarkan hasil analisis data dilihat dari test awal, akhir dan nilai angket dapat di
interperstasikan pada grafik dibawah ini:

100
98
96
Ni l ai

94
Eksperimen
92
Kontrol
90
88
86
Posstest Angket

Gambar 1 Grafik Hasil Angket

Pembahasan
Upaya untuk pembangunan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus dilakukan
melalui berbagai institusi pendidikan dengan cara menerapkan berbagai inovasi-inovasi yang
baru, baik inovasi dalam hal teknologi maupun inovasi dalam hal pembelajaran. Inovasi dalam
proses belajar mengajar salah satunya adalah inovasi yang bisa dilakukan oleh guru dalam
penerapan berbagai jenis inovasi dalam pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru
harus memiliki inovasi baik berupa metode atau model pembelajaran yang beragam agar peserta
didik dapat efektif dan efisisen dalam belajar, sehingga dapat berdampak positif terhadap minat
dan hasil belajar yang dilakukan, khususnya dalam proses belajar di dalam kelas. Selain itu Guru

24
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

harus pandai dalam memposisikan penggunaan metode atau model pembelajaran agar waktu
yang digunakan efisien sehingga membuat peserta didik senang dalam belajar.
Dalam penelitian ini model pembelajaran learning cycle 5E merupakan suatu inovasi
yang baru dalam pembelajaran, khususnya pada pelajaran fisika. Penggunaan model
pembelajaran learning cycle 5E merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik
secara aktif pada saat proses belajar dan peserta didik mengakses pengetahuan awal yang telah
dimiliki serta memecahkan masalah itu sendiri baik secara individu maupun kelompok.
Dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran biasa dipakai guru yang
cenderung bersifat klasikal dan dilaksanakan dengan tatap muka. Berikut ini akan disampaikan
pembahasan dari hasil penelitian yang telah dianalisis.
Hasil Penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 8 Mataram. Pelaksanaan peneliti ini
dilakukan pada dua kelas yakni kelas XI MIA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIA1
sebagai kelas control. Setelah diadakan uji hipotesis dengan uji-t pada taraf signifikan 5%
diperoleh bahwa thitung< ttabel dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian
hipotesis bahwa Pembelajaran learning cycle 5E dapat meningkatkan minat dan hasil belajar
peserta didik kelas XI SMA Negeri 8 Mataram dapat diterima.
Berdasarkan data hasil tes akhir siswa (post-test) dapat dilihat dari rata-rata kelas
eksperimen adalah 81,93 sedangkan rata-rata kelas kontrol adalah 71,34 perbedaan tersebut
disebabkan karena pada kelas eksperimen, peserta didik lebih antusias dalam belajar sedangkan
guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, serta siswa yang lebih berperan
aktif dalam berlangsung pembelajaran dikelas. Guru menggunakan model pembelajaran
learning cycle 5E yakni pembelajaran yang dimulai dari pembangkitan minat , kemudian para
peserta didik diorganisasikan dalam suatu kelompok kecil. Dalam kelompok tersebut, peserta
didik menjelaskan permasalahan dengan bahasa dan kalimat mereka sendiri sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki, serta mengembangkan konsep dan keterampilan diri peserta didik.
Pada tahap inilah kemampuan hasil belajar peserta didik dilatih, peserti didik dituntut untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang sederhana. Hal ini menandakan bahwa peserta
didik mempunyai kemampuan untuk meningkatkan hasil belajar . Sedangkan pada kelas kontrol
tidak terjadi peningkatan secara signifikan dapat kita lihat dari nilai rata-rata 71,34, dimana pada
kelas kontrol antusias peserta didik dalam belajar kurang disebabkan karena siswa kurang aktif
dalam belajar, kurang mendapatkan perhatian dari guru, banyak yang bicara sendiri ketika
pembelajaran berlangsung. Faktor guru juga berpengaruh dalam kelas kontrol, guru masih
menggunakan metode pembelajaran konvesional yaitu metode ceramah, sehingga membuat
siswa merasa bosan ketika berada didalam kelas.
Peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen disebabkan karena pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E peserta didik lebih mudah memahami
materi yang diberikan, peserta didik dapat bekerja secara kelompok sesuai kemampua yang
dimiliki, lebih aktif dan berminat dalam proses pembelajaran. Selain itu, adanya keterbukaan
siswa untuk mengungkapkan pertanyaan atau kesulitan dalam memahami materi pelajaran
membuat hasil belajarnya meningkat. Dalam hal ini, guru menanggapi dan berusaha memahami
permasalahan siswa serta menjelaskan tentang hal-hal yang belum dimengerti. Pada akhirnya
guru mengevaluasi kembali materi pelajaran yang telah dipelajari untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan.

25
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

Dari analisis data terdapat hubungan antara Minat Belajar dengan Hasil Belajar peserta
didik Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI SMA Negeri 8 Mataram” bisa diterima. Dengan kata
lain mianat belajar peserta didik mempunyai hubungan dengan hasil belajar peserta didik,
karena hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak terlepas dari minat belajar peserta didik
tersebut. Hasil dalam penelitian ini menegaskan bahwa nilai rata-rata minat belajar sebesar
83,27. Hal ini dibuktikan melalui uji t hasil rhitung lebih besar daripada rtabel (4,09 > 2,000).
Sedangkan hasil belajar dengan nilai rata-rata sebesar 81,93 dibuktikan melalui uji t (3,78
>2,000).
Meningkatnya minat belajar siswa juga disebabkan karena ketertarikan siswa yang tinggi
dalam belajar tentang pelajaranya. Bahwa belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang
kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah
penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar dan proses belajar terjadi berkat siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar itu sendiri. Hasil ini memperjelas bahwa
terdapat hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar yang akan dapat mempengaruhui satu
sama lain. Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E yang
dilakukan pada penelitian ini pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar siswa,
dan siswa dengan guru. Pembelajaran sebagai proses interaksi artinya menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar. Hal inilah yang membuat siswa aktif didalam keingintahuannya tentang
materi atau permasalahan yang tersaji.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, diperoleh bahwa hasil belajar
peserta didik yang diberi model pembelajaran learning cycle 5E telah mencapai ketuntasan
belajar secara meningkat, rata-rata hasil belajar tersebut lebih tinggi dari pada rata-rata hasil
belajar yang diterapkan metode konvensional, dan peningkatan minat belajar peserta didik yang
diberi model pembelajaran learning cycle 5E lebih tinggi dari pada peningkatan minat belajar
yang diberi metode konvensional. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran learning cycle 5E berpengaruh terhadap peningkatan minat dan hasil belajar
peserta didik kelas XI di SMA Negeri 8 Mataram tahun ajaran 2018/2019.

PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini dengan
menggunakan uji-t diperoleh ttabel = 2.000 dan thitung = 3,78 maka diketahui nilai thitung(3,78) >
ttabel (2,000) dengan dk yang besarnya dk = n1 + n2 - 2 dengan taraf signifikansinya 5%. Karena
thitung lebih besar dari ttabel pada taraf sisgnifikan 5% maka Ha diterima dan H0 ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran learning cycle 5E
terhadap peningkatan minat dan hasil belajar peserta didik kelas XI SMA Negeri 8 Mataram
tahun ajaran 2018/2019.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusun artikel ini. Semoga apa yang kita lakukan menjadi amal jariyah dan bermanfaat bagi
semua pembaca.

26
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

DAFTAR PUSTAKA
Asriyadin, Yus’iran, Hafidah Nurul Fikri, (2016). Pengaruh Model Learning Cycle 5E Terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Sman 1 Madapangga Tahun Pelajaran 2016/2017.
Jurnal Pendidikan MIPA, 6(2), 63.

Eva M. Ginting dan Harin Sundari, (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cyclnne
Berbasis Eksperimen Terhadaphasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Zat Dan
Wujudnya. jurnal pendidikan fisika ,1(2), 62.
Slameto, (2013). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.

Nenen Shanti W, Ukit, (2017). Peningatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar 5E (Learning Cyclle 5E) Pada Konsep
Sistem Ekskresi. Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi, 8(1), 19.

Ira Nofita Sari, Dwi Fajar Saputri, Yupensius Beno,(2016). Penerapan Model Learning Cycle
5E Dalammateri Besaran Dan Turunan Di Kelas VII SMP NEGERI SENGAH TEMILA.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 5(2), 281.

Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Nismalasari, Santiani, dan H.Mukhlis Rohmadi, (92). Penerapan Model Pembelajaran Learning
Cycle Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan
Getaran Harmonis. 4(2), 92.

Niluh Asriniasih, Sugiarti, Netti Herawati, (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Learning
Cycle 5E Melalui Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil Belajar IPA Kimia Siswa
Kelas VIII SMPN 30 Makassar (Studi pada Materi Pokok Bahan Kimia. Jurnal Chemica,
15(1), 9.

Helni Senindra, Muhammad Muslim, dan Apit Fathurohman, (2016). Pengaruh Model
Pembelajaran Learning Cycle 5E Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X MAN
Prabumulih. Jurnal Inovasi Dan Pembelajaran Fisika, 3.

M A Tyas , Mulyono, Sugiman, (2015). Keeektifan Model Pembelajaran Learning Cycle 7e


Terhadap Minat Belajar Dan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas X. Unnes
Journal Of Mathematics Education, 4(3), 262.

27
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

PENGARUH MODEL PROBLEM SOLVING MELALUI SIMULASI PhET UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA
MATERI FLUIDA DINAMIS
Ramadhanty Sembiring1, Syarifah Rita Zahara2, Nuraini Fatmi2
1
Mahasiswa dan2Dosen Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Unimal, Aceh Utara
Korespondensi: rdhanty01@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan pemahaman
konsep siswa kelas XI terhadap pembelajaran fluida dinamis dengan menggunakan model
Problem Solving melalui simulasi PhET. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dan
desain penelitian ini adalah pretest-posttest control design group, dengan kelas XI MIPA 1
sebagai kelas kontrol dan XI MIPA 3 sebagai kelas eksperimen. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah tes kemampuan pemahaman konsep serta lembar kerja peserta didik. Hasil
penelitian diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS untuk mengetahui apakah data bersifat
normal dan homogen atau tidak, serta untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan
kemampuan pemahaman konsep siswa setelah diberikan perlakuan. Hasil yang diperoleh
adalah rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa kelas XI MIPA 3 lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas XI MIPA 1. Dengan demikian disimpulkan bahwa penggunaan
model Problem Solving melalui simulasi PhET dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep siswa pada mata pelajaran fisika kelas XI di SMA Negeri 1 Dewantara.

Kata Kunci: Pemahaman Konsep, Problem Solving, Simulasi PhET

Abstrack: The purpose of this study was to problem solving with PhET simulation can
increase the students comprehension concepts in dynamic fluid. The type of research used is
quasi experiment and design of research used is pretest-posttest control design group, with
class XI MIPA 1 as control class and XI MIPA 3 as experiment class. When that class have
same treatment, and different model. Experiment class used problem solving and control
class used conventional model. The result manner by SPSS to know what that the data have
the normality and homogeneity and to know that any increase the students comprehension
concepts in dynamic fluid. The result shows that average of students comprehension concepts
of class XI MIPA 3 higher than class XI MIPA 1. Based onn the text we get conclusion that
model prombel solving with PhET simulation can increase the students comprehension
concepts in dynamic fluid.

Keyword: Comprehension Concepts, Phet Simulation, Problem Solving

PENDAHULUAN

Humairoh dan Wasis (2015) menyatakan kondisi obyektif pembelajaran di sekolah


menunjukkan permasalahan antara lain: (1) Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan
yang baik terhadap materi pelajaran yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya tidak
memahaminya; (2) Bagi sebagian siswa, apa yang siswa pelajari tidak bisa dihubungkan
dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan; serta (3) Konsep akademik
abstrak yang biasa diajarkan dengan metode ceramah masih dianggap sulit dipahami siswa.
Sedangkan menurut Depdiknas (2007) siswa sangat membutuhkan pemahaman konsep yang

28
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

berhubungan dengan aktivitas kehidupan di masyarakat tempat mereka bekerja dan menjalani
kehidupan.
Saat ini, proses pembelajaran di sekolah telah diberlakukan kurikulum 2013. Dimana,
kurikulum 2013 bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
melakukan observasi, bertanya, bernalar dan mengkomunikasikannya. Berdasarkan
kurikulum 2013 aspek pengetahuan tidak menjadi satu-satunya penentu kelulusan siswa,
namun lebih mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan karakter. Dimana siswa
dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki
sopan santun dan sikap disiplin yang tinggi. Dalam hal ini pendidikan tidak hanya
mengutamakan hasil/produk tetapi proses juga sangat penting dalam membangun
pengetahuan siswa.
Kemendikbud (Widiyanto, 2018) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran yang
terdapat pada kerangka kurikulum 2013 antara lain adalah menguasai konsep dan prinsip
serta mempunyai keterampilan untuk mengembangkan pengetahuan, teknologi serta sikap
yang diperoleh untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan
tujuan tersebut, maka dapat diketahui bahwa pemahaman konsep pada mata pelajaran fisika
sangat penting. Sehingga dalam pengimplementasian kurikulum 2013 harus terdapat lima
aktivitas belajar yakni: mengamati, bertanya, melakukan percobaan, melakukan penalaran,
dan mengembangkan hasil.
Di sisi lain, seiring dengan kemajuan sisten Teknologi Informasi (TI), dunia
pendidikan senantiasa bergerak maju mengikuti perkembangan zaman, khusunya dalam
menciptakan media atau metode dengan materi pendidikan berkonten fisika yang semakin
menarik, interaktif dan komperensif. Pembelajaran dengan menggunakan komputer dikenal
dengan konsep pembelajaran berbasis komputer (Komputer-assisted intruction) atau CAI.
Pembelajaran berbasis komputer berarti proses pembelajaran yang menggunakan alat
bantu dan sumber belajar dengan sistem komputer dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi menjadi sebuah cara yang efektif dan
efisien dalam menyampaikan informasi. Menurut Markos (2012) teknologi informasi dan
komunikasi memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya
dalam menampilkan fenomena fisika. Menerapkan teknologi ke dalam pembelajaran fisika
maka, siswa akan lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran karena, seperti yang kita
ketahui siswa sekarang jauh lebih tertarik dengan teknologi dibandingkan dengan ilmu
pengetahuan terlebih lagi ilmu fisika.
The PhET Team (2011) mengatakan, Simulasi PhET menggunakan gambar bergerak
(animasi), bersifat interaktif dan dibuat layaknya permainan dimana siswa dapat belajar
dengan bereksplorasi. Sehingga, dengan kata lain media PhET dapat dimanfaatkan untuk
pembelajaran fisika. Susilo (2010) menyatakan bahwa selain guru, bahan ajar, dan metode,
keberhasilan pembelajaran juga dipengaruhi oleh media yang digunakan. Selain itu Musfiqon
(Firdaus, dkk, 2013) menyatakan penggunaan media yang relevan mampu menjadikan proses
pembelajaran berlangsung efektif dan efisien.
Berdasarkan observasi berupa tes soal materi fluida dinamis kepada siswa/i di SMA
Negeri 1 Dewantara, masih banyak siswa yang masih kurang memahami materi fluida
dinamis. Hal ini dikarenakan siswa sulit untuk membedakan persamaan-persamaan yang akan
digunakan. Dari kenyataan tersebut maka, dapat penulis artikan bahwasanya materi fluida
dinamis sangat sulit untuk dipahami dan diingat konsepnya.

METODE

29
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian quasi


eksperimen, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh atau
akibat dari sesuatu yang ditimbulkan pada subjek yaitu siswa. Sampel yang digunakan pada
penelitian ini terbagi atas dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
eksperimen akan diberikan perlakukan pembelajaran Problem Solving melalui simulasi
PhET, sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran konvensional.
Desain penelitian yang digunakan merupakan pretest-posttest control design group.
Desain ini merupakan desain penelitian yang paling efektif dalam penelitian untuk
mengetahui suatu sebab akibat. Desain tidak hanya mengukur kemampuan siswa setelah
diberikan perlakuan, tetapi juga untuk mengetahui perubahan kemampuan siswa. Hal ini
dikarenakan pada desain ini digunakan pretest untuk mengetahui kemampuan dasar siswa
dan posttest untuk mengetahui kemampuan akhir siswa.

Tabel 1. Desain Penelitian


Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 Y O2
(Sugiyono, 2016)

Keterangan : O1 = Pretest
O2 = Posttest
X = Model pembelajaran problem solving melalui simulasi PhET
Y = Model pembelajaran konvensional

Sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan, yaitu penelitian quasi eksperimen,
maka penelitian akan dilakukan berdasarkan ketentuan berikut:
a) Soal pretest dan posttest untuk setiap kelas adalah sama
b) Materi yang diberikan untuk setiap kelas adalah sama
c) Alokasi waktu penyampaian materi untuk kedua kelas adalah sama
d) Guru yang menyampaikan materi pembelajaran untuk kedua kelas adalah sama, yaitu
peneliti sendiri
e) Perbedaan perlakuan hanya terletak pada model yang digunakan pada saat
menyampaikan materi pembelajaran

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil pemahaman konsep siswa pada materi fluida dinamis diperoleh dari hasil uji
soal pretest dan posttest pada masing-masing kelas. Adapun hasil untuk masing-masing kelas
adalah sebagai berikut:
1) Kelas Eksperimen
Hasil pretes dan posttest kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Kelas Eksperimen


Nilai N Xmin Xmaks S
Pretest 1628 25 36 88 65,12 13,68
Posttest 2062 25 66 95 82,48 5,17
N-Gain 434 25 4 36 17,36 85,65
skor maksimum ideal adalah 100

30
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep


siswa pada kelas eksperimen. Hal ini dapat dilihat melalui nilai rata-rata yang diperoleh siswa
pada saat pretest dan posttest.
2) Kelas Kontrol
Hasil pretes dan posttest kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Kelas Kontrol


Nilai N Xmin Xmaks S
Pretest 1432 23 36 88 62,26 17,00
Posttest 1698 23 57 90 73,83 10,62
N-Gain 266 23 1 30 11,57 7,95
skor maksimum ideal adalah 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep


siswa pada kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat melalui nilai rata-rata yang diperoleh siswa
pada saat pretest dan posttest.
Pembahasan
Berdasarkan hasil uji pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat diketahui bahwa peningkatan rata-rata hasil pemahaman konsep siswa terhadap materi
fluida dinamis bernilai lebih tinggi untuk kelas eksperimen dari pada kelas kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terhadap perlakuan yang diberikan pada masing-
masing kelas. Kelas eksperimen memiliki peningkatan rata-rata hasil pemahaman konsep
siswa lebih tinggi dikarenakan pada proses pembelajaran menggunakan model problem
solving melalui simulasi PhET. Sedangkan pada kelas kontrol memiliki peningkatan rata-rata
hasil pemahaman konsep siswa lebih rendah dari kelas eksperimen dikarenakan pada proses
pembelajaran menggunakan model konvensional.
Penggunaan model problem solving melalui simulasi PhET tidak hanya berdampak
terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa. Tetapi juga berdampak terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung. Pada proses pembelajaran menggunakan model problem
solving melalui simulasi PhET kondisi ruangan lebih aktif. Selain itu siswa tidak merasa
tertekan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Siswa juga lebih antusias terhadap
pembelajaran dan siswa mengaku lebih mudah memahami konsep fisika terutama pada
materi fluida dinamis pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
model problem solving melalui simulasi PhET dikarenakan siswa melihat langsung kondisi
atau permaslahan yang akan diselesaikan melalui simulasi PhET.
Sedangkan proses pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan model
konvensional cenderung tidak aktif. Selain itu siswa merasa tertekan dan terbebani
dikarenakan pembelajaran hanya terfokus pada papan tulis tanpa ada media pendukung
lainnya. Siswa juga merasa sulit untuk memahami pelajaran fisika terutama pada materi
fluida dinamis. Hal ini dikarenakan siswa harus menggunakan imajinasii atau berkhayal
untuk menyelasaikan suatu permasalahan atupun untuk memahami suatu konsep.
Pada saat uji pretest diperoleh rata-rata hasil pemahaman konsep siswa kelas
eksperimen sebesar 65,12 dan rata-rata hasil pemahaman konsep siswa pada saat uji posttest
kelas eksperimen sebesar 85,48. Dengan demikian dapat dilihat terjadi peningkatan rata-rata
pemahaman konsep siswa kelas eksperimen sebesar 17,36. sedangkan pada kelas kontrol
diperoleh rata-rata hasil pemahaman konsep siswa pada saat pretest sebesar 62,26 dan rata-
rata hasil pemahaman konsep siswa pada saat posttest sebesar 73,83. Dengan demikian
peningkatan rata-rata pemahaman konsep siswa pada kelas kontrol sebesar 11.57.

31
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

Adapun peningkatan pemahaman konsep siswa yang menggunakan model problem


solving senilai 49%. Mariati (2012) juga memperoleh hal yang sama, N-Gain pemahaman
konsep pada materi kinematika partikel yaitu 61%. Adapun perolehan N-Gain peneliti lebih
rendah dibandingkan dengan penelitian lain dikarenakan penelti hanya terfokus kepada model
problem solving tanpa memperhatikan faktor pendukung dalam melaksanakan model
problem solving.

PENUTUP
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan ada pengaruh
penggunaan model pembelajaran problem solving melalui simulasi PhET terhadap
pemahaman konsep siswa pada materi fluida dinamis kelas XI SMA Negeri 1 Dewantara.
Dengan kata lain, pemahaman konsep siswa dapat meningkat jika pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan model problem solving melalui simulasi PhET dibandingkan dengan
model konvensional.

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2010). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Firdaus, dkk. (2013). Peran program PhET Dalam Pembelajaran Fisika. Yogyakarta.
Humairoh. F, Wasis. (2015). Pengembangan E-Book Interaktif Berbasis Salingtemas (Sains,
Lingkungan, Teknologi, Masyarakat) Pda Materi Fluidaa Dinamis Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa dan Penerapannya. Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika (JIPF) 4(2): 69-75.
Mariati, P. S. (2012). Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Solving
Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi dan Pemahaman Konsep Mahasiswa.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 8 (2012): 152-160.
Markos, S. S. (2012). Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
fisika. Palembang. Prosiding Seminar Nasional Fisika. Program Studi Pendidikan
Fisika dan Program Magister Teknologi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sriwijaya.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatis, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Susilo, M. (2010). Menjadi Guru Profesianal, Siapa Takut?. Yogyakarta: Lentera Pustaka.
The PhET Team. (2011). PhET (Intective Simulations). http://phet.colorado.edu/in/. Diunduh
tanggal 11 September 2018.
Widiyanto, A. Sujarwanto, E. Prihaningtiyas, S. (2018). Analisis Pemahaman Konsep Peserta
Didik Dengan Instrumen Four Tier Diagnostic Test Pada Materi Gelombang Mekanik.
Seminar Nasional Multidisiplin.

32
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

PENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA MELALUI MODEL NUMBERED


HEAD TOGETHER (NHT) BERBASIS MULTIMEDIA

Rahma, Fatimah
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Almuslim
Korespondensi: rahma@umuslim.ac.id

Abstrak: Penelitian bertujuan untuk menganalisis peningkatan pemahaman siswa dengan


menggunakan model Numbered Head Together (NHT) Berbasis Multimedia pada materi cara
pencegahan kerusakan lingkungan alam. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Subjek dari penelitian ini terdiri dari 12
orang siswa kelas IV di SD Negeri 7 Lhokseumawe. Teknik pengumpulan data menggunakan
metode tes, Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
Numbered Head Together (NHT) Berbasis Multimedia dapat meningkatkan pemahaman
konsep siswa pada materi cara pencegahan kerusakan lingkungan, hal ini dapat dilihat dari
presentase ketuntasan yang diperoleh pada siklus I yaitu 67% dan meningkat pada siklus II
menjadi 83% siswa yang tuntas. Siswa berharap pembelajaran materi lain dapat juga
melakukan dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Berbasis
Multimedia.

Kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT); Multimedia; Pemahaman konsep

IMPROVING THE UNDERSTANDING OF IPA CONCEPT THROUGH NUMBERED


HEAD TOGETHER (NHT) MODELS BASED ON MULTIMEDIA

Abstract: The research aimed to analyze the improvement of students' understanding by


using the Multimedia Based Numbered Head Together (NHT) model on material for
preventing damage to the natural environment. The approach used is a qualitative approach
to the type of classroom action research. The subjects of this study consisted of 12 fourth
grade students at SD Negeri 7 Lhokseumawe. Data collection techniques using the test
method, the results of the study showed that learning using the Multimedia-Based Numbered
Head Together (NHT) model can improve students' understanding of the concept of material
on how to prevent environmental damage, this can be seen from the percentage of
completeness obtained in the first cycle that is 67% and increased in cycle II to 83% of
students who completed. Students hope that learning other material can also be done with the
Multimedia Based Numbered Head Together (NHT) learning model.

Keywords: Model Numbered Head Together (NHT); Multimedia; Understanding of concepts

PENDAHULUAN
Mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu bidang studi
yang menduduki peranan penting dalam pendidikan IPA juga merupakan ilmu dasar (basis
science), yang peranannya sangat di butuhkan oleh ilmu dan teknologi. Sebagian besar siswa
menganggap mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang membosankan. Hal ini dapat di
lihat dari hasil belajar mereka pada mata pelajaran IPA masih kurang memuaskan. Secara

40
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

umum masalah yang di timbulkan dalam proses pembelajaran IPA adalah siswa kurang aktif.
Siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang di sampaikan guru. Berbagai masalah
tersebut muncul karena kurangnya keaktifan dari diri siswa sendiri atau mungkin siswa jenuh
dengan starategi yang di pakai guru selama ini. Penggunaan untuk metode atau model yang
adapat mempengaruhi motivasi siswa untuk pembelajaran IPA. Maka dari itu, seorang guru
harus mempunyai metode dalam proses belajar mengajar sehingga masalah yang di hadapi
siswa dapat dikurangi.
Beberapa penelitian terdahulu terkait model Numbered Heads Together (NHT) dan
multimedia menyatakan bahwa : motivasi belajar IPA mampu ditingkatkan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dimana siswa sudah mampu
bekerja sama dalam kelompok, lebih semangat dan termotivasi dalam belajar, serta lebih aktif
dan menghargai pendapat teman (Retnaningsih: 2016), meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together
(Anjani:2017). bahwa penggunaan multimedia melalui infokus, dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa (Tomodu: 2017).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru IPA kelas IV SD Negeri 7
Lhokseumawe, diperoleh informasi bahwa pemahaman konsep siswa kelas IV SD Negeri 7
pada materi Cara pencegahan kerusakan lingkungan relatif rendah. Dilihat dari hasil tugas
yang di berikan yang mampu mencapai ≥ 65% hanya 40% dari 12 siswa, sedangkan yang
lain memperoleh nilai < 65. Rendahnya hasil belajar di sebabkan karena siswa tidak
termotivasi unbtuk memahami penjelasan guru, karena guru mengajar tidak melibatkan siswa
secara aktif, bahkan sering guru memberikan pertan yaan ke siswa pada akhirnya guru sendiri
yang menjawab. Hal tersebut terlihat bahwa pelajaran didominasi oleh guru dan penjelasan
guru kurang didukung dengan model pembelajaran yang sesuai dan serta menarik perhatian
siswa. Adapun maslah yang terjadi pada siswa kelas IV SD Negeri 7 Lhokseumawe adalah :
(a) guru menggunakan metode ceramah; (b) masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA; (c) kurangnya respon siswa dalam pembelajaran IPA.
Berdasarkan pernyataan di atas, salah satu solusi yang dapat di gunakan mengatasi
masalah yang ada di sekolah tersebut adalah dengan penerapan model NHT. Model NHT
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus
yang di rancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Untuk mengatasi hal ini model NHT perlu dicobakan
dalam pembelajaran IPA karena dalam pelaksanaannya siswa secara aktif terlibat dalam
proses pembelajaran dan menumbuhkan motivasi tersendiri untuk belajar lebih baik sehingga
tujuan pembelajaran dan target KKM secara klasikal dapat tercapai. Model NHT sangat
cocok di terapkan pada pembelajaran IPA khususnya pada materi pokok cara pencegahan
kerusakan lingkungan. Berdasarkan permaslahan yang dikemukakan di atas, dengan
penggunaan model Numbered Head Together (NHT) berbasis multimedia diharapkan siswa
mampu meningkatkan pemahaman konsep IPA terutama pada materi cara pencegahan
kerusakan lingkungan.

METODE
Penggunaan model Numbered Head Together (NHT) berbasis multimedia menggunakan
pendekatan kualitatif bersifat deskritif. Sedangkan jenis penelitiannya adalah jenis penelitian
tindakan kelas. Menurut (Arikunto, 2012:2). Penelitian tindakan kelas sebagai suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja di terjadi dalam
sebuah secara bersamaan. Adapun Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 7
Lhokseumawe yang berjumalah 12 orang siswa yang terdiri dari 7 siswa perempuan dan 5

41
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

siswa laki-laki. Instrument penelitian yang digunakan berupa lembar tes, data tersebut di
analisis dengan menghitung berapa banyak siswa yang memperoleh ≥ 65, dengan memenuhi
kriteria ketuntasan yaitu ≥ 80% dengan demikian penelitian dapat menghitung skor
presentase pemahaman konsep siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep. Kagen (dalam
Ibrahim, 2010: 29),dengan tiga langkah yaitu : Pembentukan kelompok; Diskusi masalah;
Tukar jawaban antar kelompok. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat
bahwa pembelajaran melalui model NHT dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa
dengan memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Adapun hasil belajar siswa pada siklus I dan
II dapat dilihat pada tabel 1. dibawah ini.
Tabel 1. Presentase Pemahaman Konsep Siswa Pada Siklus I Dan II Menggunakan Model Pembelajaran
Numbered Head Together (NHT) Berbasis Multimedia Pada Materi Cara Pencegahan
Kerusakan Lingkungan Alam.
Pemahaman Konsep
NO Siklus Tuntas Tidak Tuntas
1 Siklus I 67% 33%
2 Siklus II 83% 17%

Secara grafis dapat disajikan sebagai berikut :

Grafik 1 Ketuntasan Pemahaman Konsep Siswa pada Siklus I dan Siklus II


90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Tuntas Tidak Tuntas
1 Siklus I 67% 33%
2 Siklus II 83% 17%

Berdasarkan tabel dan grafik diatas terlihat bahwa pemahaman konsep siswa pada siklus I
yang tuntas ada 67% dan yang tidak tuntas ada 33%. Sedangkan pada siklus II siswa yang
tuntas ada 83% dan yang tidak tuntas ada 17%. Dengan demikian jelas terlihat bahwa
peningkatan pemahaman konsep siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 16% hal ini
membuktikan bahwa pembelajaran melalui model NHT berbasis multimedia dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi cara pencegahan kerusakan lingkungan
alam. Dari hasil pembelajaran pada siklus I dan siklus II telah mengalami peningkatan dalam
tahap penilaian. Disini terlihat jelas dalam tabel diatas, pada siklus I dan siklus II, bahwa

42
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

yang tuntas sudah hampir mencapai 100, namun yang tuntas pun sudah ada beberapa orang
siswa yang mendapatkan nilai 90, dan yang lain juga mendapat nilai yang bagus.

Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi cara mencegah
kerusakan lingkungan alam dengan menggunakan model NHT. Berdasarkan hasil uraian dari
hasil penelitian yang diperoleh siklus I dan siklus II, maka dapat diketahui bahwa
menggunakan model NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ini dapat ditinjau dari segi
proses dan dari segi hasil yang telah ditetapkan pada tiap siklus. Pada siklus I siswa yang
tuntas 66% dan siswa yang tidak tuntas 34%. Hasil belajar siswa yang dicapai oleh siswa
belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, baik dari segi proses maupun dari segi hasil,
oleh karena itu, masalah siswa belum tuntas pada siklus I yaitu pada siklus I siswa belum
semuanya mengerti tentang model NHT dan materi yang diajarkan oleh guru karena materi
cara pencegahan kerusakan lingkungan alam membutuhkan alat-alat peratikum. Peneliti
melanjutkan siklus II dengan memperbaiki kelemahan serta kekurangan yang ada pada siklus
I, Pada siklus II penelitian lebih membimbing siswa agar mampu menguasai setiap materi
yang diajarkan dan lebih memperhatikan siswa dan hasil belajar yang dicapai sudah
memenuhi kriteria yang ditetapkan baik dari segi proses maupun dari segi hasil.
Hasil tes akhir siklus II yang diperoleh siswa sudah mencapai kriteria yang
ditetapkan yaitu dengan presentase ketuntasan 83% dan yang tidak tuntas 17% dengan
demikian hasil belajar siswa pada siklus II ini sudah sesuai dengan indikator keberhasilan
siswa yang telah ditetapkan sekolah yaitu 80% dari jumlah siswa yang tuntas dalam mata
pelajaran IPA dengan memperoleh nilai ≥ 65, sehingga tidak perlu dilakukan siklus
selanjutnya keberhasilan dari segi hasil belajar dikarenakan penerapan model NHT berbasis
multimedia dapat memberikan pengaruh terhadap keterlibatan siswa secara aktif.
Berdasarkan hasil penelitian siswa benar-benar setuju mempelajari materi cara
pencegahan kerusakan lingkungan alam dengan menggunakan model NHT berbasis
multimedia, sehingga siswa lebih aktif dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa respon siswa terhadap model NHT berbasiss multimedia
mengalami mengalami perubahan. Sesuai dengan kriteria keberhasilan yang digunakan dalam
penelitian ini. Jika observasi telah mencapai skor ≥80%. Sedangkan kriteria hasil adalah jika
≥80% siswa mendapat ≥ 65 pada tes akhir siklus. Maka suatu pembelajaran dikatan berhasil.
Dengan demikian, dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa proses belajar
mengajar yang mengacu pada pembelajaran model NHT berbasis multimedia dapat
pemahaman konsep siswa baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Hal ini dapat dilihat
dari hasil yang diperoleh pada siklus I yang mengalami peningkatan pada siklus II.
Pembelajaran dengan menggunakan model NHT pada materi cara pencegahan kerusakan
lingkungan alam dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 7
Lhokseumawe. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksaaan penelitian di kelas IV SD Negeri 7
Lhokseumawe sudah berhasil dengan menggunakan model NHT pada materi cara
pencegahan kerusakan lingkungan alam.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, dengan model
pembelajaran Numbered Head Together berbasis multimedia mampu meningkatkan
pemahaman konsep siswa pada materi cara pencegahan kerusakan lingkungan alam. Hal ini

43
RELATIVITAS: Jurnal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika Oktober 2019. Vol.2, No. 1
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/relativitas/index p-ISSN: 2654-4172
e-ISSN: 2655-8793

terlihat dari hasil pemahaman konsep yang mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 83%
yang tuntas, dan tergolong katagori baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi dan Suhardjono, (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.

Retnaningsih, D. (2016). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model NHT Pada
Siswa Kelas V SD Negeri Panggan. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 19(5).

Anjani, Gita D, Mawardi. (2017). Jurnal Peningkatan Minat Dan Hasil Belajar Ilmu
Pengetahuan Alam Siswa Mengunakan Model Pembelajaran Numbered Head
Together(NHT) Pada Siswa Kelas IV SD Watu Agung 02. Jurnal Pendidikan Dasar,
8(1): 65-78.

Haryanto. (2007). Sains IPA kelas IV SD KTSP. Jakarta : Erlangga

Tomodu,H. (2017). Jurnal meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Ipa Melalui Penggunaan Multimedia Di Kelas III SDN Model Terpadu
Madani.Jurnal Mitra Sains. 5(3): 60-67.

Kagen dan Ibrahim. (2015). Model- Model Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta : Ar- Ruzz
Media.

44
KLASIFIKASI BERAS LOKAL DI KARAWANG BERBASIS ELECTRONIC NOSE
MENGGUNAKAN LARIK SENSOR MQ

Najmudin Fauji, Ibrahim Ibrahim, Eri Widianto, Vita Efelina, Rizal Hanifi 1-8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA


PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Nurfarida Nurfarida, Bahtiar Bahtiar, Nevi Ernita 9-19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP


PENINGKTAN MINAT DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 8
MATARAN TAHUN AJARAN 2018/2019

Yuyun Susanti, Ahmad Zohdi, Ahmad Didik Meiliyadi 20-27

PENGARUH MODEL PROBLEM SOLVING MELALUI SIMULASI PhET UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI
FLUIDA DINAMIS

Ramadhanty Sembiring, syarifah Rita Zahara, Nuraini Fatmi 28-32

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING MELALUI SIMULASI PHET UNTUK


MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI ENERGI
MEKANIK DI SMA

Fajri Yanti, Muhammad Daud, Syarifah Rita Zahara 33-39

PENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA MELALUI MODEL NUMBERED HEAD


TOGETHER (NHT) BERBASIS MULTIMEDIA

Rahma , Fatimah 40-44

Anda mungkin juga menyukai